Oleh:
Maharani Sekar Ningrum
Zafira Pringgoutami
Preceptor:
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, Sp.KJ, M.Kes
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat serta kebaikan-Nya kepada kita semua, sehingga
penulis dapat menyelesaikan referat ini dengan judul “Gangguan depresi, manik,
dan gangguan afektif bipolar”.
Penulis menyadari, referat yang dibuat jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Semoga referat yang penulis susun ini bisa memberikan
manfaat dan inpirasi bagi pembaca serta dapat menambah wawasan bagi kita
semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Mood merupakan emosi yang pervasif dan telah menetap atau suasana
perasaan yang mempengaruhi perilaku dan persepsi seseorang terhadap
kehidupannya. Terdapat berbagai kata sifat yang sering digunakan untuk
menggambarkan mood yaitu; depresi, sedih, kosong, melankolis, tertekan,
iritabel, mudah tersinggung, putus asa, gembira, euforia, manik, gembira, dan
lain-lain. Beberapa dapat diamati oleh dokter seperti “unhappy visage” atau
tidak bahagia, dan ada yang hanya dapat dirasakan oleh pasien seperti
keputusasaan.
Mood bisa menjadi labil, berfluktuasi atau berganti-ganti dengan cepat. Tanda
dan gejala gangguan mood meliputi perubahan pada tingkat aktivitas,
kognitif, bicara, dan fungsi vegetatif seperti tidur, makan, aktivitas seksual,
dan ritme biologis lainnya. Gangguan ini hampir selalu menyebabkan
gangguan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan. Pasien yang hanya
dengan episode depresi mayor dikatakan memiliki gangguan depresi mayor
atau depresi unipolar. Pasien dengan episode manik dan depresi atau pasien
hanya dengan episode manik dikatakan sebagai gangguan bipolar.
Penggunaan istilah mania unipolar atau mania murni terkadang digunakan
untuk pasien bipolar namun tidak memiliki episode depresi.
1.2 Tujuan
2.1 Depresi
2.1.1 Definisi
Gangguan depresi dalam buku synopsis of psychiatry termasuk dalam
kelompok gangguan mood. Sebelum lebih lanjut membahas tentang
gangguan depresi, terlebih dahulu perlu dipahami tentang emosi dan
mood.
2.1.3 Etiologi
Depresi disebabkan oleh kombinasi banyak faktor. Adapun faktor
biologis, faktor bawaan atau keturunan, faktor yang berhubungan
dengan perkembangan seperti kehilangan orang tua sejak kecil, faktor
psikososial, dan faktor lingkungan, yang menjadi satu kesatuan
mengakibatkan depresi.
a. Faktor biologis
Faktor biologis yang dapat menyebabkan terjadinya depresi dapat
dibagi menjadi dua hal yaitu disregulasi biogenik amin dan
disregulasi neuroendokrin. Abnormalitas metabolit biogenik amin
yang sering dijumpai pada depresi yaitu 5 hydroxy indoleacetic
acid (5HIAA), homovalinic acid (HVA), 3-methoxy 4-
hydrophenylglycol (MHPG), sebagian besar penelitian melaporkan
bahwa penderita gangguan depresi menunjukkan berbagai macam
abnormalitas metabolik biogenikamin pada darah, urin dan cairan
serebrospinal. Keadaan tersebut endukung hipotesis ganggua
depresi berhubungan dengan disregulasi biogenikamin. Dari
biogenik amin, serotonin dan norepinefrin merupakan
neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi depresi.
b. Faktor Psikososial
Peristiwa kehidupan dengan stressful sering mendahului episode
pertama, dibandingkan episode berikutnya. Ada teori yang
mengemukakan adanya stres sebelum episode pertama
menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama.
Perubahan ini menyebabkan perubahan berbagai neurotransmiter
dan sistem sinyal intraneuron. Termasuk hilangnya beberapa
neuron dan penurunan kontak sinaps. Dampaknya, seorang
individu berisiko tinggi mengalami episode berulang gangguan
mood, sekalipun tanpa stressor dari luar.
c. Faktor Genetik
Dari faktor bawaan atau keturunan menerangkan apabila salah
seorang kembar menderita depresi, maka kemungkinan
saudarakembarny menderita pula sebesar 70 %. Kemungkinan
menderita depresi sebesar 15 % pada anak, orang tua, dan kakak-
adik dari penderita depresi. Apabila anak yang orangtuanya pernah
menderita depresi, sejak lahir diadopsi oleh keluarga yang tidak
pernah menderita depresi, ternyata kemungkinan untuk menderita
depresi 3 kali lebih besar dibandingkan anak - anak kandung
keluarga yang mengadopsi.
d. Faktor Kepribadian
Semua orang, apapun pola kepribadiannya, dapat mengalami
depresi sesuai situasinya. Orang dengan gangguan kepribadian
obsesi-kompulsi, histrionic dan ambang, berisiko tinggi untuk
mengalami depresi dibandingkan dengan gangguan kepribadian
paranoid atau antisosial. Pasien dengan gangguan distimik dan
siklotimik berisiko mengalami gangguan depresi berat. Peristiwa
stressful merupakan predictor terkuat untuk kejadian episode
depresi. Riset menunjukan bahwa pasien yang mengalami stressor
akibat tidak adanya kepercayaan diri lebih sering mangalami
depresi.
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua per
tiga pesien depresi, dan 10 sampai 15 persen diantaranya melakukan
bunuh diri. Mereka yang dirawat di rumah sakit. Beberapa pasien
depresi tidka menyadari ia sedang depresi dan tidak mengeluh tentang
gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman
dan aktivitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya. Hampir semua
pasien depresi (97 persen) mengeluh tentang penurunan energi dimana
mereka mengalami kesulitan menyelesaikan tugas, mengalami hendaya
di sekolah dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat
dalam kegiatan baru. Sekitar 80 persen pasien mengeluh masalah tidur,
khususnya terjaga dini hari (terminal insomnia) dan sering terbangun di
malam hari karena memikirkan masalah yang dihadapi.
Kecemasan adalah gejala tersering dari depresi dan menyerang 90
persen pasien depresi. Berbagai perubahan asupan makanan dan
istirahat dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain secara bersamaan,
seperti diabetes, hipertensi, peyakit paru obstruktif kronis, dan penyakit
jantung. Gejala lain termasuk haid yang tidak normal dan menurunnya
minat serta aktivitas seksual.
Pedoman Diagnostik
F32.0 Episode Depresif Ringan
Tabel 2. Episode depresi ringan
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
tersebut diatas
- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: 1) sampai
dengan 2).
- Tidak boleh ada gejala berat diantaranya.
- Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar
2 minggu.
- Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan social yang
biasa dilakukannya.
Kategori
Kategori Ringan, Sedang atau Berat untuk episoda depresif
tunggal/pertama, bila berulang masuk dalam gangguan depresi
berulang.
a) Episoda depresif ringan
1) Episoda Depresi Ringan Tanpa Gejala Somatik
Pedoman diagnostik
1) Sekurangnya dua dari:
a) mood yang depresif
b) kehilangan minat dan kesenangan
c) mudah lelah
2) ditambah sekurangnya dua gejala lain dari episode depresif
3) tidak boleh ada gejala yang berat
4) berlangsung sekurangnya dua minggu
5) resah tentang gejalanya dan sukar menjalankan kegiatan pekerjaan
dan sosial yang biasanya, namun tidak berhenti berfungsi sama sekali.
Pedoman diagnostik
1) Sekurangnya dua dari tiga gejala paling khas untuk episoda depresi
ringan.
2) Ditambah sekurangnya tiga (sebaiknya 4) dari gejala depresi lainnya.
3) Berlangsung sekurang-kurangnya dua minggu
4) Kesulitan nyata dalam kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah
tangga
Pedoman diagnostik
1) Harus ada ketiga gejala khas pada depresi ringan dan sedang.
2) Ditambah sekurangnya empat gejala lainnya.
3) Beberapa di-antaranya harus berintensitas berat, kecuali
agitasi/retardasi sudah mencolok.
4) Berlangsung sekurangnya dua minggu, atau lebih pendek bila gejala
sangat berat dan awitannya sangat cepat.
5) Tidak mampu menjalankan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan
rumah tangga, kecuali pada taraf sangat terbatas.
d) Episoda depresif berat dengan gejala psikotik
Pedoman diagnostik:
1) Memenuhi kriteria depresi berat disertai waham, halusinasi atau
stupor depresif.
2) Isi waham biasanya ide tentang dosa, kemiskinan atau tentang
malapetaka yang mengancam dan individu merasa bertanggung-jawab
atas hal tersebut.
3) Halusinasi auditorik / olfaktorik berupa suara menghina atau
menuduh atau bau kotoran / daging busuk
4) Retardasi motorik berat yang dapat menuju stupor.
5) Waham / halusinasi bisa serasi atau tidak serasi dengan afek.
b. Menurut DSM V
Disregulasi alam perasaan disruptif/disruptive mood dysregulation
disorder (DMDD)
Kriteria disregulasi alam perasaan disruptif adalah :
A. Ledakan emosi berat secara verbal dan/atau perilaku yang hilang
timbul tidak sesuai intensitas dan durasinya dengan situasi atau
provokasi penyebabnya
B. Ledakan emosi yang tidak konsisten dengan tahapan
perkembangan
C. Ledakan emosi yang muncul paling tidak tiga kali dalam seminggu
D. Alam perasaan mudah tersinggung atau cenderung marah diantara
ledakan emosi, hampir sepanjang hari, hampir setiap hari, yang
dapat diobservasi oleh orang lain.
E. Kriteria pada poin 1-4 muncul selama 12 bulan atau lebih, dengan
durasi tanpa gejala-gejala tersebut tidak lebih dari 3 bulan berturut-
turut.
F. Kriteria pada poin 1 dan 4 timbul dalam 2 atau 3 tempat (misalnya
di rumah, sekolah, dalam pertemanan, dsb) dengan derajat berat
pada salah satu kesempatan.
G. Gejala pada poin 1 hingga 5 muncul pertama kali sebelum usia 10
tahun.
H. Diagnosis pertama tidak dibuat sebelum usia 6 tahun atau setelah
18 tahun
I. Belum pernah ada periode waktu lebih dari 1 hari dimana kriteria
manik atau hipomanik terpenuhi
J. Gejala tidak muncul karena secara eksklusif pada episode MDD
dan tidak disebabkan karena gangguan mental lainnya.
K. Gejala tidak disebabkan karena penggunaan obat-obatan atau
kondisi medis atau gangguan neurologis tertentu.
The Raskin Depression Scale adalah suatu skala klinik yang mengukur
beratnya depresi, yang dilaporkan oleh pasien dan dokter pengamat,
pada 5 poin skala dari tiga dimensi meliputi pelaporan verbal,
penampilan perilaku, dan gejala sekunder. Skala berkisar antara 3
sampai 13; skor normal adalah 3, dan skor depresi adalah 7 atau lebih.
The Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D) adalah suatu skala
depresi yang terdiri dari 24 item, tiap item berkisar antara 0 sampai 4
atau 0 sampai 2 dengan total skor antara 0 sampai 76. Dokter
mengevaluasi jawaban pasien terhadap pertanyaan tentang rasa
bersalah, pikiran bunuh diri, kebiasaan tidur dan gejala lain dari depresi,
dan penilaian diperoleh dari wawancara klinik.
The Montgomery Asberg Depression rating Scale terdiri dari 10 item
evaluasi gejala inti depresi. Sembilan item dinilai berdasarkan laporan
pasien, dan satunya berdasarkan penilaian penilai selama wawancara.
Skornya 0-6 (0=tidak ada kelainan, 6=parah). MADRS relative cepat
dilakukan karena tidak seperti HAM-D, MADRS tidak berfokus pada
gejala somatic dari depresi, tetapi lebih mengarah ke suasana hati inti
seperti kesedihan, ketegangan, kelesuan, pikiran pesimis, dan pikiran
untuk bunuh diri.
4) Gangguan Bipolar
Sejarah adanya mania atau hipomania mengidentifikasikan adanya
gangguan bipolar, tetapi semenjak (1) gangguan bipolar sering berawal
dengan episode depresi, dan (2) pasien bipolar mengalami episode
depresi lebih lama dibandingkan dengan hipomania/mania, hal ini
penting untuk untuk mengeluarkan diagnosis bipolar ketika sedang
mendiagnosis MDD.
Pada kenyataannya, 5-10% individu yang mengalami episode depresi
mayor akan memiliki episode hipomanik atau manik didalam
kehidupannya. Gejala depresi yang memperlihatkan suatu gangguan
bipolar termasuk didalamnya pemikiran yang kacau, gejala psikotik,
gambaran atipikal (pipersomnia, makan berlebihan), onset usia dini, dan
episode kekambuhan. Gangguan Bipolar II (dengan hipomania) sulit
untuk dikenali karena pasien tidak mengenali hipomania sebagai suatu
kondisi yang abnormal – mereka menerima itu sebagai perasaan yang
baik. Informasi yang mendukung dari pasangan hidup, teman terdekat,
dan keluarga sering menjadi hal yang penting untuk dapat
mendiagnosis. Pertanyaan-pertanyaan yang valid, seperti kuesioner
gangguan afektif, dapat membantu dalam mengidentifikasi hipomania.
2.1.7 Tatalaksana
Tujuan utama terapi yaitu mengakhiri episode depresi saat ini dan
mencegah timbulnya episode penyakit di masa yang akan datang.
Untuk itu dibagi menjadi 3 fase :
- Terapi fase akut
- Terapi fase lanjutan
- Terapi fase rumatan
Terapi Lainnya
ECT untuk depresi katatonik, tendensi bunuh diri berulang, refrakter
2.1.7 Prognosis
Prognosis tiap episode adalah baik, akan tetapi gangguan ini bersifat kronis
sehingga psikiater harus menganjurkan strategi terapi untuk mencegah
kekambuhan di masa yang akan dating.
2.2 Mania
2.2.1 Definisi
Episode manik merupakan mood elasi, ekspansif atau iritabel yang
menetap, selama periode tertentu, berlangsung paling sedikit satu
minggu atau waktunya bisa kurang dari satu minggu bila dirawat-inap
(Sadock et.al, 2015). Menurut PPDGJ III, episode manik diartikan
sebagai kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental,
dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu
episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif
bipolar, episode manik tunggal. Jika ada episode afektif sebelumnya
atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif bipolar.
2.2.2 Epidemiologi
Episode manik lebih sering terjadi pada pria. Ketika episode
manik terjadi pada wanita, kemungkinan menggambarkan
campuran (mania dan depresi).
Pengguna alkohol dapat ditemukan sekitar 50% pada gangguan
bipolar (GB) I, terutama selama episode manik.
2.2.3 Etiologi
A. Faktor biologis
Neuroanatomi: Terdapat peningkatan aktivitas thalamus, dan
penurunan aktivasi pada gyrus frontal inferior bilateral.
Dalam studi neuroimaging, ditemukan disfungsi pada korteks
prefrontal dextra dimana juga ditemukan berkurangnya
fungsi /disregulasi antara hubungan korteks prefrontal dan
amygdala.
Ketidakseimbangan neurotransmitter: peningkatan aktivitas
biogenic amine seperti norepinephrine, serotonin, dan
dopamin
Perubahan regulasi hormonal: tiroktoksikosis, SLE, mania
pasca persalinan. .
B. Faktor genetik
Pituitary adenylate cyclase-activating peptide telah dikaitkan dalam
penelitian dengan mice menghasilkan perilaku seperti mania.
C.Faktor psikososial
Sebagian besar teori mania melihat episode manik sebagai defensi
terhadap depresi. Keadaan manik juga bisa dihasilkan dari
tyrannical superego yang menghasilkan self-critism yang tidak dapat
ditahan yang kemudian digantikan dengan kepuasaan diri “euforia”.
B. Menurut DSM V
Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, selama periode
tertentu, berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya
bisa kurang dari satu minggu bila dirawat-inap)
Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala di
bawah ini menetap dengan derajat berat yang bermakna:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur
tiga jam)
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk
tetap berbicara.
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya
berlomba
5.Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus
eksternal yang tidak relevan atau tidak penting)
6.Meningkatnya aktivitas yang bertujuan (sosial, pekerjaan,
sekolah, seksual) atau agitasi psikomotor
7.Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan yang berpotensi merugikan (investasi bisnis yang
kurang perhitungan, hubungan seksual yang sembrono, atau terlalu
boros)
Gangguan mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya yang
jelas dalam fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasa dilakukan,
hubungan dengan orang lain, atau memerlukan perawatan untuk
menghindari melukai diri sendiri atau orang lain, atau dengan
gambaran psikotik.
Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung
penggunaan zat (misalnya, penyalahgunaan zat, obat, atau terapi
lainnya) atau kondisi medik umum (misalnya, hipertiroid).
2.2.6 Tatalaksana
Pasien dengan mania akut dapat mengalami agitasi, agresif, dan
melakukan tindak kekerasan. Hospitalisasi sering diperlukan untuk
mengurangi risiko pasien melukai dirinya atau orang lain. Selain itu
pasien sering tidak patuh terhadap pengobatan karena tilikan yang
buruk sebaiknya juga dirawat.
Oral
• Lini I
Litium, divalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR,
aripiprazol, litium atau divalproat+risperidon, litium atau
divalproat+quetiapin, litium atau divalproat+olanzapin, litium atau
divalproat + aripiprazol
• Lini II
Karbamazepin, terapi kejang listrik (TKL), litium+divalproat,
paliperidon
• Lini III
Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat+haloperidol,
litium+karbamazepin, klozapin
Tidak direkomendasikan
Gabapentin, topiramat, lamotrigin, risperidon+karbamazepin,
olanzapin+karbamazepin
Injeksi
Lini I
- Injkesi IM Aripiprazol, dosis adalah 9,75 mg/mL injeksi, maksimum
adalah 29,25mg/hari (tiga kali injeksi per hari dengan interval dua jam).
- Injeksi IM Olanzapin, dosis 10 mg/injeksi, maksimum adalah 30
mg/hari. Interval pengulangan injeksi adalah dua jam.
Lini II
- Injeksi IM Haloperidol yaitu 5 mg/kali injeksi. Dapat diulang setelah
30 menit. Dosis maksimum adalah 15 mg/hari.
- Injeksi IM Diazepam yaitu 10 mg/kali injeksi. Dosis 20-30 mg/hari.
Dapat diberikan bersamaan dengan injeksi haloperidol IM. Jangan
dicampur dalam satu jarum suntik
2.3 Bipolar
2.3.1 Definisi
Gangguan bipolar yaitu gangguan mood yang kronis dan berat yang
ditandai dengan episode mania, hipomania, campuran, dan depresi.
Sebelumnya gangguan bipolar disebut dengan manik depresif,
gangguan afektif bipolar, atau gangguan spectrum bipolar.
2.3.2 Epidemiologi
Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang dibandingkan
dengan gangguan depresif berat. Prevalensi gangguan bipolar di
Indonesia hanya sekitar 2% sama dengan prevalensi skizofrenia.
Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan
bipolar adalah dari masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun
atau lebih. Rata-rata usia yang terkena adalah usia 30 tahun. Gangguan
bipolar cenderung mengenai semua ras.
2.3.3 Etiologi
Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan
dengan faktor genetik dan gangguan neurotransmitter di otak. Secara
psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanak-kanak, stress yang
menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan
banyak lagi faktor lainnya.
Faktor Genetik
Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan menderita
suatu gangguan mood menurun saat derajat hubungan kekeluargaan
melebar. Sebagai contoh, sanak saudara derajat kedua (sepupu) lebih
kecil kemungkinannya dari pada sanak saudara derajat pertama.
Penurunan gangguan bipolar juga ditunjukkan oleh fakta bahwa kira-
kira 50 persen pasien Gangguan bipolar memiliki sekurangnya satu
orangtua dengan suatu Gangguan mood, paling sering Gangguan
depresif berat. Jika satu orangtua menderita gangguan bipolar, terdapat
kemungkinan 25 persen bahwa anaknya menderita suatu Gangguan
mood. Jika kedua orangtua menderita Gangguan bipolar, terdapat
kemungkinan 50-75 persen anaknya menderita Gangguan mood.
Faktor Biologis
Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan
penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging
(MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah
substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks
prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen
Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada amygdale
dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus
merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood
dan afek).
Faktor Lingkungan
Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan
penting dalam Gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan
yang sangat berperan pada kehidupan psikososial dari pasien dapat
menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor lingkungan. Stress yang
menyertai episode pertama dari Gangguan bipolar dapat menyebabkan
perubahan biologik otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama
tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai
neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal. Perubahan
mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak
sinaptik. Hasil akhir perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang
berada pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita Gangguan mood
selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor eksternal.
B. Menurut DSM V
Gangguan Bipolar I
Episode Manik
Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, selama periode
tertentu, berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya
bisa kurang dari satu minggu bila dirawat-inap)
Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala di
bawah ini menetap dengan derajat berat yang bermakna:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur
tiga jam)
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk
tetap berbicara.
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif bahwa pikirannya
berlomba
5.Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus
eksternal yang tidak relevan atau tidak penting)
6.Meningkatnya aktivitas yang bertujuan (sosial, pekerjaan,
sekolah, seksual) atau agitasi psikomotor
7.Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan yang berpotensi merugikan (investasi bisnis yang
kurang perhitungan, hubungan seksual yang sembrono, atau terlalu
boros)
Gangguan mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya yang
jelas dalam fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasa dilakukan,
hubungan dengan orang lain, atau memerlukan perawatan untuk
menghindari melukai diri sendiri atau orang lain, atau dengan
gambaran psikotik.
Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung
penggunaan zat (misalnya, penyalahgunaan zat, obat, atau terapi
lainnya) atau kondisi medik umum (misalnya, hipertiroid).
Episode hipomanik
Mood elevasi, ekspansif atau iritabel, menetap, paling sedikit
empat hari, mood jelas terlihat berbeda dengan mood biasa atau
ketika tidak sedang depresi
Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut
menetap (empat bila mood hanya iritabel), dengan derajat berat
yang cukup bermakna:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya
tidur tiga jam)
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk
tetap berbicara.
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran
yang berlomba
5. Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus
eksternal yang tidak relevan atau tidak penting)
6. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ke tujuan (sosial,
pekerjaan, sekolah, seksual) atau agitasi psikomotor
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan yang berpotensi merugikan (investasi bisnis yang
kurang perhitungan, hubungan seksual yang sembrono, atau
terlalu boros)
Episode yang terjadi berkaitan dengan perubahan yang jelas
dalam fungsi yang tidak khas bagi bagi orang tersebut ketika ia
tidak ada gejala
Perubahan mood dan fungsi tersebut dapat terlihat oleh orang lain
Episode yang terjadi tidak cukup berat untuk menyebabkan
hendaya yang jelas dalam fungsi sosial atau pekerjaan, atau tidak
memerlukan perawatan, atau tidak ada gambaran psikotik.
Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung
penggunaan zat (misalnya, penyalahgunaan zat, atau terapi
lainnya) atau kondisi medik umum (misalnya, hipertiroid).
Episode depresi mayor
Lima (atau lebih) gejala berikut terdapat, paling sedikit, dalam
dua minggu, dan memperlihatkan terjadinya perubahan fungsi.
Paling sedikit satu dari gejala ini harus ada yaitu (1) mood depresi
atau (2) hilangnya minat atau rasa senang.
1. Mood depresi yang terjadi hampir sepanjang hari, hampir setiap
hari, yang ditunjukkan baik oleh laporan subjektif (misalnya,
merasa sedih atau hampa), atau yang dapat diobservasi oleh orang
lain (misalnya, terlihat menangis). Catatan: pada anak-anak atau
remaja, mood bisa bersifat iritabel.
2. Berkurangnya minat atau rasa senang yang sangat jelas pada
semua, atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap
hari (yang diindikasikan oleh laporan subjektif atau diobservasi
oleh orang lain)
3. Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang diit
atau peningkatan berat badan (misalnya, perubahan berat badan
lebih dari 5% dalam satu bulan) atau penurunan atau peningkatan
nafsu makan hampir setiap hari.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat
diobservasi oleh orang lain, tidak hanya perasaan subjektif
tentang adanya kegelisahan atau perasaan menjadi lamban).
6. Letih atau tidak bertenaga hampir setiap hari
7. Rasa tidak berharga atau berlebihan atau rasa bersalah yang
tidak pantas atau sesuai (mungkin bertaraf waham) hampir setiap
hari (tidak hanya rasa bersalah karena berada dalam keadaan
sakit)
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi,
ragu-ragu, hampir setiap hari (baik dilaporkan secara subjektif
atau dapat diobservasi oleh orang lain)
9. Berulangnya pikiran tentang kematian (tidak hanya takut mati),
berulangnya ide-ide bunuh diri tanpa rencana spesifik, atau
tindakan-tindakan bunuh diri atau rencana spesifik untuk
melakukan bunuh diri.
Gejala-gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinik atau terjadinya hendaya social, pekerjaan, atau fungsi
penting lainnya.
Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung dari zat
(misalnya penyalahgunaan zat atau obat) atau kondisi medik
umum (misalnya hipotiroid).
Episode campuran
Memenuhi kriteria episod manik dan episod depresi mayor (kecuali
untuk durasi) hampir setiap hari selama paling sedikit satu minggu.
Kejadian manik dan depresi mayor tidak dapat dijelaskan sebagai
gangguan skizoafekif, skizofrenia, gangguan skizofreniform,
gangguan waham, dan spektrum skizofrenia dan gangguan psikotik
lainnya.
Gangguan Bipolar II
Episode hipomanik
Mood elevasi, ekspansif atau iritabel, menetap, paling sedikit
empat hari, mood jelas terlihat berbeda dengan mood biasa atau
ketika tidak sedang depresi
Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut
menetap (empat bila mood hanya iritabel), dengan derajat berat
yang cukup bermakna:
1. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
2. Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya
tidur tiga jam)
3. Bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk
tetap berbicara.
4. Loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran
yang berlomba
5. Distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus
eksternal yang tidak relevan atau tidak penting)
6. Meningkatnya aktivitas yang diarahkan ke tujuan (sosial,
pekerjaan, sekolah, seksual) atau agitasi psikomotor
7. Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan yang berpotensi merugikan (investasi bisnis yang
kurang perhitungan, hubungan seksual yang sembrono, atau
terlalu boros)
Episode yang terjadi berkaitan dengan perubahan yang jelas
dalam fungsi yang tidak khas bagi bagi orang tersebut ketika ia
tidak ada gejala
Perubahan mood dan fungsi tersebut dapat terlihat oleh orang lain
Episode yang terjadi tidak cukup berat untuk menyebabkan
hendaya yang jelas dalam fungsi sosial atau pekerjaan, atau tidak
memerlukan perawatan, atau tidak ada gambaran psikotik.
Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung
penggunaan zat (misalnya, penyalahgunaan zat, atau terapi
lainnya) atau kondisi medik umum (misalnya, hipertiroid).
Episode depresi mayor
Lima (atau lebih) gejala berikut terdapat, paling sedikit, dalam
dua minggu, dan memperlihatkan terjadinya perubahan fungsi.
Paling sedikit satu dari gejala ini harus ada yaitu (1) mood depresi
atau (2) hilangnya minat atau rasa senang.
1. Mood depresi yang terjadi hampir sepanjang hari, hampir setiap
hari, yang ditunjukkan baik oleh laporan subjektif (misalnya,
merasa sedih atau hampa), atau yang dapat diobservasi oleh orang
lain (misalnya, terlihat menangis). Catatan: pada anak-anak atau
remaja, mood bisa bersifat iritabel.
2. Berkurangnya minat atau rasa senang yang sangat jelas pada
semua, atau hampir semua aktivitas sepanjang hari, hampir setiap
hari (yang diindikasikan oleh laporan subjektif atau diobservasi
oleh orang lain)
3. Penurunan berat badan yang bermakna ketika tidak sedang diit
atau peningkatan berat badan (misalnya, perubahan berat badan
lebih dari 5% dalam satu bulan) atau penurunan atau peningkatan
nafsu makan hampir setiap hari.
4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
5. Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (dapat
diobservasi oleh orang lain, tidak hanya perasaan subjektif
tentang adanya kegelisahan atau perasaan menjadi lamban).
6. Letih atau tidak bertenaga hampir setiap hari
7. Rasa tidak berharga atau berlebihan atau rasa bersalah yang
tidak pantas atau sesuai (mungkin bertaraf waham) hampir setiap
hari (tidak hanya rasa bersalah karena berada dalam keadaan
sakit)
8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau konsentrasi,
ragu-ragu, hampir setiap hari (baik dilaporkan secara subjektif
atau dapat diobservasi oleh orang lain)
9. Berulangnya pikiran tentang kematian (tidak hanya takut mati),
berulangnya ide-ide bunuh diri tanpa rencana spesifik, atau
tindakan-tindakan bunuh diri atau rencana spesifik untuk
melakukan bunuh diri.
Gejala-gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinik atau terjadinya hendaya sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lainnya.
Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung dari zat
(misalnya penyalahgunaan zat atau obat) atau kondisi medik
umum (misalnya hipotiroid).
Episode campuran
Memenuhi kriteria episode hipomanik dan episod depresi mayor
Tidak pernah terdapat episode manik
Kejadian hipomanik dan depresi mayor tidak dapat dijelaskan
sebagai gangguan skizoafekif, skizofrenia, gangguan
skizofreniform, gangguan waham, dan spektrum skizofrenia dan
gangguan psikotik lainnya.
Gejala-gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara
klinik atau terjadinya hendaya sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lainnya.
2.3.5 Tatalaksana
Terapi Gangguan Bipolar, Agitasi Akut
Terapi Gangguan Bipolar, episode mania akut
Terapi Gangguan Bipolar I, episode depresi akut
Terapi Gangguan Bipolar I, episode depresi akut
Intevensi psikososial meliputi berbagai pendekatan misalnya, Cognitive
Behavioural Therapy (CBT), terapi keluarga, terapi interpersonal, terapi
kelompok, psikoedukasi, dan berbagai bentuk terapi psikologi atau
psikososial lainya. Intervensi psikososial sangat perlu untuk
mempertahankan keadaan remisi.
2.3.6 Prognosis
Prognosis gangguan bipolar I lebih buruk bila dibandingkan dengan
gangguan depresi mayor.Sekitar 40%-50% pasien dengan gangguan bipolar
I mengalami kekambuhan dalam dua tahun setelah episod pertama.Sekitar
7% pasien dengan gangguan bipolar tidak mengalami
kekambuhan.Sebanyak 45% mengalami lebih dari satu episod dan 40%
menjadi kronik.Prognosis gangguan bipolar II belum begitu banyak diteliti.
Diagnosisnya lebih stabil dan merupakan penyakit kronik yang memerlukan
terapi jangka panjang.