Carmelia Cantika
Deviana Suciani E
Preseptor: RM Haryadi Karyono, dr., SpKJ
DEFINISI TIDUR
Merupakan keadaan dimana terjadi penurunan atau
kehilangan kesadaran secara alami yang ditandai
penurunan aktivitas motorik dan sensorik, namun masih
bisa dibangunkan dengan rangsang
Dissomnia
Intrinsic sleep disorder
Extrinsic sleep disorder
Circadian rhythm sleep disorder
Parasomnia
Arousal disorder
Sleep wake transition disorder
Parasomnias usually associated with REM sleep
Other parasomnia
Sleep disorder associated with mental, neurologic, or other medical
disorder
Associated with mental disorder
Associated with neurologic disorder
DSM V-TR
M 00 Insomnia disorder
M 01 Hypersomnolence disorders
M 02 Narcolepsy/hypocretin deficiency
M 03 Obstructive sleep apnea hypopnea syndrome
M 04 Central sleep apnea
M 05 Sleep-related hypoventilation
M 06 Circadian rhythm sleep-wake disorder
M 07 Disorder of arousal
M 08 Nightmare disorder
M 09 Rapid eye movement sleep behavior disorder
M 10 Restless legs syndrome
M 11 Substance-induced sleep disorder
DISSOMNIA
Primary insomnia
Primary Hypersomnia
Narcolepsy
Breathing related sleep disorders
Circadian rhythm sleep disorders
Sleep disorders not otherwise specified
Insomnia
A. Keluhan dominan adalah ketidakpuasan mengenai kuantitas atau kualitas tidur
yang terkait dengan satu (atau lebih) dari gejala dibawah ini:
1. Kesulitan memulai tidur (pada anak-anak dapat terlihat sebagai kesulitan
memulai tidur tanpa bantuan pengasuh)
2. Kesulitan mempertahankan tidur yang ditandai dengan frekuensi terbangun
atau sulit kembali tidur setelah terbangun (pada anak-anak dapat terlihat
sebagai kesulitan untuk kembali tidur tanpa bantuan pengasuh)
3. Terbangun sangat awal di pagi hari dan tidak mampu untuk kembali tidur.
B. Gangguan tidur ini menyebabkan gangguan yang signifikan pada fungsi sosial,
pekerjaan, edukasi, akademik, perilaku, dan sebagainya.
C. Kesulitan tidur ini terjadi setidaknya 3 malam dalam seminggu.
D. Kesulitan tidur ini terjadi dalam setidaknya 3 bulan.
E. Kesulitan tidur ini terjadi pada keadaan yang adekuat untuk tidur.
F. Kesulitan tidur ini tidak dapat dijelaskan dan tidak terjadi dalam periode
gangguan tidur lainnya seperti narkolepsi, gangguan tidur terkait pernapasan,
gangguan tidur terkait ritme sirkadian, dan parasomnia.
G. Kesulitan tidur ini tidak berhubungan dengan efek fisiologis substansi lain
seperti penyalahgunaan zat dan obat-obatan.
H. Adanya gangguan mental dan kondisi medis yang ada tidak dapat menjelaskan
keluhan dominan insomnia.
Hipersomnolen
A. Keluhan tidur berlebihan diluar periode tidur utama yang berlangsung
setidaknya 7 jam disertai minimal satu dari gejala dibawah ini:
1. Periode tidur yang rekuren atau tertidur dalam hari yang sama.
2. Tidur utama yang memanjang lebih dari 9 jam per hari dan tidak menyegarkan.
3. Kesulitan untuk benar-benar terjaga setelah terbangun tiba-tiba.
B. Hipersomnolen terjadi paling tidak 3 kali dalam seminggu selama paling
tidak 3 bulan.
C. Hipersomnolen disertai gangguan yang signifikan pada fungsi sosial,
pekerjaan, edukasi, akademik, perilaku, dan sebagainya.
D. Hipersomnolen ini tidak dapat dijelaskan dan tidak terjadi dalam periode
gangguan tidur lainnya seperti narkolepsi, gangguan tidur terkait
pernapasan, gangguan tidur terkait ritme sirkadian, dan parasomnia.
E. Hipersomnolen tidak berhubungan dengan efek fisiologis substansi lain
seperti penyalahgunaan zat dan obat-obatan.
F. Adanya gangguan mental dan kondisi medis yang ada tidak dapat
menjelaskan keluhan dominan hipersomnolen.
Narkolepsi
A. Periode kebutuhan tidur yang tidak terkendali, jatuh tertidur, atau tidur singkat dalam
hari yang sama dan terjadi secara rekuren. Keadaan ini harus terjadi paling tidak 3
kali seminggu selama 3 bulan.
B. Adanya minimal satu dari gejala dibawah ini:
1. Episode katapleksi yang didefinisikan dalam (a) atau (b), terjadi beberapa kali
dalam sebulan:
2. Pada individu yang sudah lama mengalami gangguan ini, terjadi kehilangan
tonus otot secara tiba-tiba dengan kesadaran yang tidak terganggu selama
beberapa detik sampai menit, dicetuskan dengan tertawa atau adanya lelucon.
3. Pada anak-anak atau individu dengan onset 6 bulan, terjadi menyeringai
spontan atau pembukaan rahang atau hipotonia global tanpa adanya pencetus
emosional.
4. Defisiensi hipokretin yang diukur menggunakan nilai imunoreaktivitas
hipokretin-1 pada cairan serebrospinal (kurang dari atau sama dengan
sepertiga dari nilai imunoreaktivitas didapatkan pada orang sehat, atau kurang
dari atau sama dengan 110 pg/ml). Nilai hipokretin-1 cairan serebrospinal yang
rendah tidak diobservasi pada keadaan kerusakan otak akut, inflamasi, atau
infeksi.
5. Polisomnografi tidur nocturnal menunjukkan latensi tidur REM kurang dari atau
sama dengan 15 menit, atau latensi tidur multiple menunjukkan rata-rata
kurang dari atau sama dengan 8 menit dan 2 atau lebih periode onset tidur
REM.
Gangguan Tidur Terkait Pernapasan
Obstructive Sleep Apnoe Hypopnea
Kriteria Diagnosis -> Salah satu dari kriteria dibawah ini:
Polisomnografi yang membuktikan paling tidak 5 kali obstructive apnea atau
hypopnea per jam dalam tidur dan paling tidak satu dari gejala dibawah ini:
Gangguan pernapasan nokturnal: mendengkur, mendengus, atau tiba-tiba berhenti
bernapas selama tidur.
Rasa kantuk pada siang hari, lemas, atau tidur yang tidak menyegarkan meskipun
terdapat kesempatan tidur yang memadai, yang tidak dapat dijelaskan dengan
gangguan mental lainnya (termasuk gangguan tidur) dan tidak berhubungan
dengan kondisi medis lainnya.
Polisomnografi yang membuktikan paling tidak 15 kali obstructive apnea atau lebih,
atau hypopnea per jam dalam tidur diluar gejala lain yang menyertai.
Central Sleep Apnea
Kriteria Diagnosis:
Polisomnografi yang membuktikan adanya 5 central apnea atau lebih per jam
dalam tidur.
Gangguan ini tidak dapat dijelaskan oleh adanya gangguan tidur lainnya.
Sleep-Related Hypoventilation
Kriteria Diagnosis:
Polisomnografi menunjukkan episode penurunan respirasi terkait dengan
peningkatan level karbondioksida.
Gangguan ini tidak dapat dijelaskan oleh adanya gangguan tidur lainnya.