PEMBIMBING :
dr. Agung Frijanto, Sp.KJ
PENYUSUN :
Ni Ketut Putri Angga Dewi
Tidur Normal
NREM REM
2. Tahap 3 dan 4
• melibatkan tidur yang dalam disebut tidur gelombang
rendah
• seseorang sulit terbangun
Tahapan tidur NREM
• Tahap 1
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal
tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus
otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan
dan kekiri.
• Tahap 2
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak,
tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada
fase pertama, nadi dan tekanan darah cenderung
menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal.
Tahapan tidur NREM
• Tahap 3
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya.
Tonus otot meningkat tetapi tidak ada gerakan bola
mata.
• Tahap 4
Merupakan tidur yang dalam serta sukar
dibangunkan. Fase tidur NREM, ini biasanya
berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit,
setelah itu akan masuk ke fase REM.
Tidur REM
Neonatus REM
>50%
Dewasa
NREM 75 %
REM 25 %
Gelombang otak
Pengaturan Tidur
• ARAS (Ascending Reticulary Activity System)
• Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh
aktifitas neurotransmiter seperti sistem
serotoninergik, noradrenergik, kholinergik,
histaminergik.
Serotoninergik
• Metabolisme asam amino trypthopan
serotonin
• Trypthopan serotonin menyebabkan
keadaan mengantuk/tidur
Noradrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung
norepineprin terletak di badan sel nukleus
coeruleus di batang otak. Kerusakan sel neuron
pada lokus coeruleus sangat mempengaruhi
penurunan atau hilangnya REM tidur.
Kholinergik
• Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang
berhubungan dengan perubahan tidur ini
terlihat pada orang depresi terjadi
pemendekan latensi tidur REM
mengatur
neurotransmitter
norepinefrin,
mekanisme tidur
dopamin,
serotonin
dan bangun
Gangguan Tidur
Dyssomnia
kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya
adalah jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan
oleh hal-hal emosional (insomnia, hipersomnia, dan
gangguan jadwal tidur-jaga)
parasomnia
peristiwa episode abnormal yang terjadi selama
tidur (somnambolisme, teror tidur, dan mimpi
buruk)
Insomnia
• Insomnia merupakan ketidakmampuan secara
relatif pada seseorang untuk dapat tidur atau
mempertahankan tidur baik pada saat ingin
tidur.
• Diagnosis pasti :
– Kesulitan masuk tidur/mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yg
buruk
– gangguan terjadi min 3x/minggu selama min. 1 bulan
– Adanya preokupasi dg tdk bisa tidur & peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari & sepanjang siang hari
– Ketidakpuasan thdp kuantitas &/kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat & mempengaruhi fungsi dalam sosial &
pekerjaan
• Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas atau
obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan
• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan
adanya gangguan, karena luasnya variasi individu. Lama gg yg tidak
memenuhi kriteria diatas (transient insomnia) tidak didiagnosis
disini, dapat dimasukan ke F43.0 atau F43.2
Hipersomnia
Hipersomnia tampak sebagai tidur yang
berlebihan, rasa mengantuk (somnolen) di siang
hari yang berlebihan, atau kadang – kadang
keduanya.
Tujuan
mengurangi
morbiditas dan
meningkatkan
kualitas hidup bagi
pasien dan keluarga
Pendekatan Non Farmakologi
• Pendekatan hubungan antara pasien dan
dokter
• Konseling dan Psikoterapi
• Tindakan higiene tidur
• Terapi pengontrolan stimulus
• Sleep Restriction Therapy
• Terapi relaksasi dan biofeedback
• Terapi apnea tidur obstruktif
Pendekatan Farmakologi
• Pada dasarnya semua obat yang mempunyai
kemampuan hipnotik menekan aktifitas
dari reticular activating system (ARAS) di otak