Anda di halaman 1dari 38

GANGGUAN TIDUR

PEMBIMBING :
dr. Agung Frijanto, Sp.KJ

PENYUSUN :
Ni Ketut Putri Angga Dewi
Tidur Normal

Tidur  suatu keadaan berulang, teratur,


mudah reversible yang ditandai dengan
keadaan relatif tidak bergerak dan tingginya
peningkatan ambang respons terhadap
stimulus eksternal dibandingkan dengan
keadaan terjaga
Siklus tidur normal
Fisiologi tidur

NREM REM

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4


Tahapan tidur NREM
Kualitas tidur dari tahap 1-4 menjadi semakin
dalam
1. Tahap 1 dan 2
• tidur yang dangkal
• lebih mudah terbangun

2. Tahap 3 dan 4
• melibatkan tidur yang dalam disebut tidur gelombang
rendah
• seseorang sulit terbangun
Tahapan tidur NREM
• Tahap 1
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal
tidur. Fase ini didapatkan kelopak mata tertutup, tonus
otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan
dan kekiri.

• Tahap 2
Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak,
tonus otot masih berkurang, tidur lebih dalam dari pada
fase pertama, nadi dan tekanan darah cenderung
menurun. Stadium 1 dan 2 dikenal sebagai tidur dangkal.
Tahapan tidur NREM
• Tahap 3
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya.
Tonus otot meningkat tetapi tidak ada gerakan bola
mata.

• Tahap 4
Merupakan tidur yang dalam serta sukar
dibangunkan. Fase tidur NREM, ini biasanya
berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit,
setelah itu akan masuk ke fase REM.
Tidur REM

Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola


mata yang cepat, tonus otot yang sangat
rendah, apabila dibangunkan hampir semua
orang akan dapat menceritakan mimpinya,
denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi
ereksi penis, tonus otot menunjukkan relaksasi
yang dalam.
Pola tidur

Neonatus REM
>50%

Usia tua Usia 4 bulan


Relatif tetap
konstan REM <40%

Dewasa
NREM 75 %
REM 25 %
Gelombang otak
Pengaturan Tidur
• ARAS (Ascending Reticulary Activity System)
• Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh
aktifitas neurotransmiter seperti sistem
serotoninergik, noradrenergik, kholinergik,
histaminergik.
Serotoninergik
• Metabolisme asam amino trypthopan 
serotonin
• Trypthopan   serotonin menyebabkan
keadaan mengantuk/tidur
Noradrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung
norepineprin terletak di badan sel nukleus
coeruleus di batang otak. Kerusakan sel neuron
pada lokus coeruleus sangat mempengaruhi
penurunan atau hilangnya REM tidur.
Kholinergik
• Gangguan aktifitas kholinergik sentral yang
berhubungan dengan perubahan tidur ini
terlihat pada orang depresi  terjadi
pemendekan latensi tidur REM

• Pada obat antikolinergik (scopolamine) yang


menghambat pengeluaran kholinergik dari
lokus coeruleus maka tampak gangguan pada
fase awal dan penurunan REM
Sistem hormon
kelenjar
pituitary
anterior

ACTH, GH, TSH,


dan LH

mengatur
neurotransmitter
norepinefrin,
mekanisme tidur
dopamin,
serotonin
dan bangun
Gangguan Tidur

Merupakan suatu keadaan


seseorang dengan kuantitas
dan kualitas tidur yang
kurang
Epidemiologi
• 20%-40% orang dewasa mengalami kesukaran
tidur dan 17% diantaranya mebgalami
masalah serius.
• Kaplan dan shadock melaporkan kurang lebih
40-50% dari populasi usia lanjut menderita
gangguan tidur
• Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan
oleh gangguan pskiatri, ketergantungan obat
dan alkohol.
Etiologi
Lingkungan
• Higiene tidur yang buruk, perubahan zona waktu, perubahan pola
tidur, pergantian waktu kerja
Fisiologis
• Kehilangan kerabat, ujian, pindah rumah
Psikiatrik
• Ansietas akut, depresi, mania,sindrom otak organik
Fisik
• Nyeri, arthritis, nokturia, gangguan GIT track
Farmakologis
• Kafein, alkohol, stimulan
Parasomia
Apnea tidur
F51 Gangguan Tidur Non-Organik

• F51.0 Insomnia non-organik


• F51.1 Hipersomnia non-organik
• F51.2 Gangguan jadwal tidur-jaga-non-organik
• F51.3 Somnambulisme (sleep walking)
• F51.4 Teror tidur (night terors)
• F51.5 Mimpi buruk (nightmares)
• F51.8 Gangguan tidur non organik lainnya
• F51.9 Gangguan tidur non organik YTT
Kelompok gangguan ini termasuk :

Dyssomnia
kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya
adalah jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan
oleh hal-hal emosional (insomnia, hipersomnia, dan
gangguan jadwal tidur-jaga)

parasomnia
peristiwa episode abnormal yang terjadi selama
tidur (somnambolisme, teror tidur, dan mimpi
buruk)
Insomnia
• Insomnia merupakan ketidakmampuan secara
relatif pada seseorang untuk dapat tidur atau
mempertahankan tidur baik pada saat ingin
tidur.

• Gejala-gejala pada insomnia antara lain sulit


untuk tidur, tidak ada masalah untuk tidur
namun mengalami kesulitan untuk tetap tidur,
bangun terlalu awal
F51.0 Insomnia non-organik
Insomnia adalah kesulitan memulai dan mempertahankan tidur

• Diagnosis pasti :
– Kesulitan masuk tidur/mempertahankan tidur, atau kualitas tidur yg
buruk
– gangguan terjadi min 3x/minggu selama min. 1 bulan
– Adanya preokupasi dg tdk bisa tidur & peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari & sepanjang siang hari
– Ketidakpuasan thdp kuantitas &/kualitas tidur menyebabkan
penderitaan yang cukup berat & mempengaruhi fungsi dalam sosial &
pekerjaan
• Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas atau
obsesi tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan
• Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan
adanya gangguan, karena luasnya variasi individu. Lama gg yg tidak
memenuhi kriteria diatas (transient insomnia) tidak didiagnosis
disini, dapat dimasukan ke F43.0 atau F43.2
Hipersomnia
Hipersomnia tampak sebagai tidur yang
berlebihan, rasa mengantuk (somnolen) di siang
hari yang berlebihan, atau kadang – kadang
keduanya.

Hipersomnia terdapat pada 5% populasi


dewasa.
F51.1 Hipersomnia non-organik
Diagnosis pasti :
– Rasa kantuk pada siang hari yg berlebihan/adanya serangan tidur
(tidak disebabkan oleh jumlah tidur yg kurang), dan atau transisi yang
memanjang dari saat mulai bangun tidur s.d. sadar sepenuhnya.
– Gangguan. Tidur terjadi setiap hari >1 bulan/berulang dengan kurun
waktuyang lebih pendek, menyebabkan penderitaan yang cukup berat
& mempengaruhi fungsi sosial
– Tidak ada gejala tambahan “nacrolepsy” atau bukti klinis “sleep
apnoe”
– Tidak ada kondisi neurologis atau medis yg menunjukkan gejala rasa
kantuk pd siang hari
Bila hipersomnia hanya merupakan salah satu gejala dari gg jiwa lain, misal gg
afektif, maka diagnosis harus sesuai dg gg jiwa yg mendasarinya. Diagnosis
hipersomnia psikogenik harus ditambahkan bila hipersomnia merupakan
keluhan dominan dg gg jiwa lainnya.
F51.2 Gangguan Jadwal Tidur-Jaga
Non Organik
Gambaran klinik:
• Pola tidur-jaga dari individu tidak seirama (out of synchrony) dengan
pola tidur-jaga yang normal bagi masyarakat setempat
• Insomnia pada waktu orang tidur dan hipersomnia pada waktu
kebanyakan orang jaga, yang dialami hampir setiap hari min 1 bulan
atau berulang dengan kurun waktu yang lebih pendek
• Ketidakpuasan dalam kuantitas, kualitas, dan waktu tidur
menyebabkan penderitaan yang berat dan mempengaruhi fungsi
dalam sosial dan pekerjaan
Adanya gangguan jiwa lain, misal anxietas, depresi, hipomania, tidak
menutup kemungkinan diagnosis gangguan jadwal tidur-jaga non-
organik, yang penting adanya dominasi gambaran klinik gangguan ini
pada penderita.
F51.3 Somnambulisme (Sleepwalking)
Gambaran klinik dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
• Gejala utama: satu atau lebih episode bangun dari tempat tidur, biasanya
pada sepertiga awal tidur malam, dan terus berjalan-jalan, (kesadaran
berubah)
• Selama satu episode, individu menunjukkan wajah bengong, relatif tak
memberikan respon terhadap upaya orang lain untuk mempengaruhi
keadaan/untuk komunikasi dengan penderita, dan hanya dapat
dibangunkan/disadarkan dari tidurnya dengan susah payah
• Pada watu sadar/bangun, individu tidak ingat apa yang terjadi
• Dalam kurun waktu beberapa menit, tidak ada gangguan aktivitas mental,
walaupun dapat dimulai dengan sedikit bingung dan disorientasi dalam
waktu singkat
• Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik
Somnambulisme harus dibedakan dari serangan Epilepsi psikomotor dan
Fugue Disosiatif (F44.1)
F51.4 Teror Tidur (Night Terrors)
Gambaran klinik dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
• Gejala utama: 1 atau lebih episode bangun dari tidur, mulai berteriak karena panik,
disertai anxietas yang hebat, seluruh tubuh bergetar, dan hiperaktivitas otonomik
• Episode ini dapat berulang, setiap episode lamanya 1-10 menit, dan biasanya
terjadi pada sepertiga awal tidur malam
• Secara relatif tidak bereaksi terhadap berbagai upaya orang lain untuk
mempengaruhi teror tidur, dan kemudian dalam beberapa menit setelah bangun
biasanya terjadi disorientasi dan gerakan-gerakan berulang
• Ingatan terhadap kejadian, kalaupun ada, sangat minimal
• Tidak ada bukti adanya gangguan mental organik
Teror tidur harus dibedakan dengan mimpi buruk, yang biasanya terjadi setiap saat
dalam tidur, mudah dibangunkan, dan teringat dengan jelas kejadiannya

Teror tidur dan Somnambulisme sangat berhubungan erat, keduanya mempunyai


karakteristik klinik dan patofisiologi yang sama
F51.5 Mimpi Buruk (Nightmare)
Gambaran klinik dibawah ini adalah esensial untuk diagnosis pasti:
• Terbangun dari tidur malam atau tidur siang berkaitan dengan
mimpi yang menakutkan yang dapat diingat kembali dengan rinci
dan jelas, biasanya perihal ancaman kelangsungan hidup,
keamanan, atau harga diri; terbangunnya dapat terjadi kapan saja
selama periode tidur, tetapi yg khas adalah pada paruh kedua masa
tidur
• Setelah terbangun dari mimpi yang menakutkan, individu segera
sadar penuh dan mampu mengenali lingkungannya
• Pengalaman mimpi itu, dan akibat dari tidur yang terganggu,
menyebabkan penderitaan cukup berat bagi individu

Sangat penting membedakan mimpi buruk dari teror tidur, dengan


memperhatikan gambaran klinis yg khas untuk masing-masing
gangguan
Penatalaksanaan

Tujuan
mengurangi
morbiditas dan
meningkatkan
kualitas hidup bagi
pasien dan keluarga
Pendekatan Non Farmakologi
• Pendekatan hubungan antara pasien dan
dokter
• Konseling dan Psikoterapi
• Tindakan higiene tidur
• Terapi pengontrolan stimulus
• Sleep Restriction Therapy
• Terapi relaksasi dan biofeedback
• Terapi apnea tidur obstruktif
Pendekatan Farmakologi
• Pada dasarnya semua obat yang mempunyai
kemampuan hipnotik  menekan aktifitas
dari reticular activating system (ARAS) di otak

• Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat


yang menekan susunan saraf pusat, mulai dari
obat anti anxietas dan beberapa obat anti
depresan.
Obat anti insomnia
• Sinonim : hypnotic, somnifacient, hipnotika
• Obat acuan : phenobarbital

• Penggolongan obat anti-insomnia


1. Benzodiazepine, contoh : Nitrazepam, Estazolam
(benzodiazepine receptor agonist : B2RA)

2. Non-Benzodiazepine, contoh : Zolpidem,


ramelteon (Melatonin receptor agonist : MT1/MT2).
No. Nama Nama Dagang Sediaan Dosis
Generik Anjuran
1. Nitrazepam DUMOLID Tab 5 mg 5-10
(actavis) mg/malam
2. Zolpidem STILNOX Tab 10 mg 10-20
(Sanofi-Aventis) mg/malam
ZOLMIA Tab 10 mg
(Fahrenheit)
ZOLTA Tab 10 mg
(Novell Pharma)

3. Estazolam ESILGAN Tab 1 mg 1-2


(Takeda) Tab 2 mg mg/malam
ESTALIN Tab. 1 mg
(Novell Pharma) Tab 2 mg
4. Ramelteon ROZEREM Tab 8 mg 8-16
(Takeda) mg/malam
Pemilihan Obat
• Initial insomnia : sulit masuk ke dalam proses tidur.
Obat yang dibutuhkan dalah bersifat sleep inducing
anti-insomnia, yaitu golongan benzodiazepine (short
acting). Misalnya pada gangguan anxietas

• Delayed insomnia : proses tidur terlalu cepat berakhir


dan sulit masuk kembali ke proses tidur selanjutnya.
Obat yang dibutuhkan adalah bersifat prolong latent
phase anti-insomnia, yaitu golongan heterosiklik
antidepresan (trisiklik dan tetrasiklik). Misalnya pada
gangguan depresi.
• Broken insomnia : siklus proses tidur yang
normal tidak utuh dan terpecah-pecah
menjadi beberapa bagian (multiple
awakening). Obat yang dibutuhkan adalah
bersifat sleep maintaining anti-insomnia, yaitu
golongan phenobarbital atau golongan
benzodiazepine (long acting). Misalnya pada
gangguan stress psikososial
Pengaturan Dosis
• Pemberian tunggal dosis anjuran 15-30 menit
sebelum pergi tidur.
• Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai
dosis efektif dan dipertahankan sampai 1-2
minggu  secepatnya tappering off untuk
mencegah timbunya rebound dan toleransi
obat
Perhatian Khusus
• Obat anti-insomnia kontraindikasi pada sleep
apnoe syndrome, congestive heart failure, dan
chronic respiratory disease.

• Penggunaan benzodiazepine pada wanita hamil


mempunyai risiko menimbulkan teratogenic
effect (misalnya cleft plate abnormalities)
khususnya pada trimester pertama

• Benzodiazepine juga diekskresi melalui ASI,


berefek pada bayi, yaitu penekanan fungsi SSP .
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai