Skizofrenia Paranoid
Disusun oleh :
030.12.189
Penguji :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : Tn. E.S.
TTL / usia : 31 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Betawi
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan :-
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Tanah kusir, Kebayoran lama utara
1
Tanggal 29 Desember 2017, pukul 15.00 WIB, di bangsal Perkutut Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Tanggal 30 Desember 2017, pukul 10.00 WIB, di bangsal Perkutut Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Tanggal 31 Desember 2017, pukul 10.00 WIB, di bangsal Perkutut Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis :
Tanggal 30 Desember 2017, pukul 13.00 WIB via telepon dengan Ibu pasien
Tanggal 01 Januari 2018, pukul 11.00 WIB via telepon dengan Ibu pasien
A. KELUHAN UTAMA
Pasien mengamuk hingga mau memukul adiknya sejak 1 hari SMRS
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
karena mengamuk hingga mau memukul adiknya sejak 1 hari SMRS. Pasien mengaku
hal ini terjadi karena Ibu pasien tidak memberikan uang untuk membeli rokok, kemudian
pasien meminta kepada adiknya, namun adiknya juga tidak mau memberikannya uang.
Pasien juga mengaku mendengar suara-suara bisikan perempuan yang ingin mengajaknya
berpacaran. Suara-suara itu didengarnya beberapa hari terakhir.
Menurut keterangan ibu pasien, pasien sudah tampak gelisah sejak awal bulan
Desember. Pasien menjadi gampang tersinggung dan marah-marah jika kemauannya
tidak dituruti. Sejak beberapa hari terakhir pasien menjadi semakin parah, yaitu pasien
tidak hanya marah-marah, namun juga berperilaku kasar, membanting barang-barang
dirumahnya. 1 hari sebelum dibawa ke RSJSH pasien meminta uang kepada Ibunya
untuk membeli rokok namun Ibu pasien tidak memberikannya uang, pasien merasa
kecewa dan marah serta berkata kasar kepada Ibunya, kemudian pasien memaksa adiknya
untuk memberikan uang namun adiknya pun tidak menuruti permintaan pasien, adik
pasien berusaha memberikan pengertian dan menasehati pasien, adik pasien menyuruh
pasien bekerja, namun pasien merasa tersinggung dan menjadi sangat marah, hingga
mengancam dan mau memukul adiknya tersebut.
Ibu pasien mengatakan, jika diikuti kemauannya pasien bisa merokok 1 bungkus
dalam sehari. Pasien tidak bisa dinasehati lagi dalam beberapa hari terakhir. Selain itu
2
pasien juga tidak bisa tidur dalam beberapa hari ini dan sering berbicara sendiri. Saat
ditanya oleh Ibunya, pasien mengaku mendengar suara-suara bisikan perempuan yang
mengajaknya berpacaran. Pasien juga menjadi sering bengong dan menyendiri
dikamarnya. Ibu pasien mengatakan sampai saat ini pasien masih memikirkan mengenai
perceraian kedua orangtuanya, perceraian tersebut terjadi saat pasien bersekolah di taman
kanak-kanak. Tidak lama kemudian, kedua orang tua pasien menikah lagi, dan pasien
tinggal bersama Ibu kandung dan Ayah tirinya.
Pasien juga sering mengatakan mengapa dirinya belum mendapat pekerjaan,
sedangkan ke-tiga adiknya sudah bekerja. Dulu pasien pernah melamar pekerjaan di
alfamart namun tidak diterima. Pasien terkadang bekerja sebagai tukang parkir di jalan
dekat rumahnya, namun tidak rutin dilakukan. Biasanya pasien mendapat uang dari hasil
parkir 5000 sampai 10.000 setiap kali bekerja, dan uang tersebut dipakai untuk membeli
rokok. Pasien menjadi tukang parkir semenjak berhenti sekolah saat kelas 3 SMA.
Semenjak kelas 3 SMA pasien jarang pergi ke sekolah karena merasa bahwa
dirinya sakit, namun tidak jelas sakit apa yang dikeluhkan pasien, pasien juga merasa
tidak mampu lagi mengikuti pelajaran disekolah. Akhirnya pasien di keluarkan dari
sekolahnya. Saat itu Ibu pasien mengajaknya pergi berobat ke RSCM. Namun dari hasil
pemeriksaan medis pasien dinyatakan baik-baik saja. Kemudian disarankan oleh pihak
RSCM untuk dibawa ke psikiatri. Setelah pulang dari RSCM, Ibu pasien tidak langsung
mengajak pasien berobat ke psikiatri, namun oleh ibunya diajak berobat ke Kyai, dan
beberapa kali berobat ke Kyai akhirnya pasien membaik.
Semakin lama , pasien mulai menunjukan perilaku aneh, yaitu sekitar 1 tahun
putus sekolah pada tahun 2005 saat pasien berusia 19 tahun, pasien tidak lagi bergaul
dengan teman-temannya, dan pasien sering bengong dikamarnya. Pasien tidak pernah
mengalami periode disaat pasien bersedih, murung, menyendiri, tak berenergi, ataupun
memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup.
Pada tahun 2006 pasien tampak gelisah, lebih suka menyendiri dikamar, tidak
mau keluar rumah, dan sering berbicara sendiri. Semakin lama pasien menjadi semakin
kacau, berbicara tidak nyambung, sering marah-marah dan mengamuk serta mengancam
keluarganya. Akhirnya pasien dibawa ke RSJSH untuk dirawat pertama kali.
3
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, pasien
pernah dirawat beberapa kali di RSJSH. Pertama kali pasien dirawat sekitar 12 tahun
yang lalu yaitu tahun 2006, karena pasien berbicara kacau, mendengar suara-suara
dan mengamuk sampai membanting barang-barang, serta mengancam keluarganya.
Pasien dan keluarga tidak mengingat berapa kali tepatnya dan tahun berapa pasien
dirawat. Seingat ibunya, pasien dirawat pada tahun 2006, 2010 dan 2017. Ibu pasien
mengatakan, terakhir kali dirawat pada bulan April 2017. Setelah dirawat pasien
membaik, pasien sering kontrol ke poli RSJSH setiap 1 bulan sekali. Namun
terkadang Ibu pasien mengajaknya kontrol ke poli jiwa di RS Suyoto karena lebih
dekat dengan rumah pasien. Terakhir kontrol tanggal 15 Desember 2017 di RS
Suyoto dan diberikan 3 jenis obat, yaitu risperidon, THP dan clozapine. Ibu pasien
mengatakan pasien rutin minum obat.
4
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Grafik Perjalanan Penyakit
Tingkat Keparahan
Gangguan
Waktu
5
Pasien merupakan anak yang aktif, dengan proses tumbuh kembang sesuai
dengan anak-anak seusianya, dalam hal berbicara, berjalan, bergerak motorik
maupun sensorik.
b. Masa Kanak Menengah
Pasien merupakan anak yang jarang bergaul, memiliki beberapa teman,
rajin belajar, selalu mengerjakan tugas sekolah dengan baik, dan patuh terhadap
guru.
c. Masa Kanak Akhir
Pasien anak yang pendiam, lebih suka menyendiri dikamar. Pasien lebih
suka melakukan setiap aktivitas sendiri. Seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Pasien memiliki beberapa teman yang itu-itu saja. Ibu pasien mengatakan
temannya pernah sesekali bermain ke rumah, namun tidak sering. Pasien tidak
memiliki sahabat dekat. Pasien selalu naik kelas, berkelakuan baik.
4. Riwayat Pendidikan
Pasien tidak lulus SMA dimana pasien berhenti sekolah saat duduk dibangku
SMA kelas 3. Semenjak kelas 3 SMA pasien jarang pergi ke sekolah karena merasa
bahwa dirinya sakit, namun tidak jelas sakit apa yang dikeluhkan pasien, pasien juga
merasa tidak mampu lagi mengikuti pelajaran disekolah. Akhirnya pasien di
keluarkan dari sekolahnya. Saat itu Ibu pasien mengajaknya pergi berobat, namun
hasilnya baik-baik saja. Selama ini pasien diketahui sebagai anak yang cukup
berprestasi, selalu naik kelas, dan sering mendapat nilai yang bagus.
5. Riwayat Pekerjaan
Pasien terkadang bekerja sebagai tukang parkir di jalan dekat rumahnya,
namun tidak setiap hari.
6
7. Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien belum menikah
8. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan penegak hukum selama ini.
E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Anak ke-3 dan ke-4 adalah
saudara tiri pasien, hasil pernikahan Ibu kandung pasien dengan Ayah tirinya. Orang tua
pasien bercerai saat pasien berusia kurang lebih 4 tahun. Semenjak orang tuanya bercerai,
pasien tinggal bersama Ibu dan adik pasien. Kemudian tidak lama setelah itu, Ibunya
menikah lagi dan memiliki 2 orang anak dari pernikahannya yang kedua.
Menurut Ibu pasien ayah kandung pasien sudah menikah lagi, pasien dan ayah
kandungnya jarang bertemu. Ayah kandungnya tidak terlalu peduli dengan pasien.
Hingga saat pasien dirawat, Ayahnya tidak pernah menjenguk ataupun menanyakan
kabar pasien. Menurut ibunya, tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan
yang serupa.
Genogram
Keterangan :
= laki-laki
7
= telah meninggal (laki-laki)
= pasien
= perempuan
8
4. Pembicaraan
a. Cara berbicara : spontan, intonasi cukup, volume cukup, artikulasi jelas
b. Gangguan berbicara : tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. ALAM PERASAAN
1. Mood : hipotim
2. Afek : terbatas
3. Keserasian : serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : halusinasi auditorik (+)
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
D. FUNGSI INTELEKTUAL
1. Taraf pendidikan : SMA (kelas 3)
2. Pengetahuan umum : Baik (pasien tahu nama presiden Indonesia)
3. Kecerdasan : Rata-rata (pasien tidak pernah tinggal kelas)
4. Konsentrasi : Konsentrasi baik (pasien menjawab benar saat diminta
untuk menjawab pengurangan 100-7)
5. Perhatian : Perhatian baik (pasien fokus ke topik dan lawan bicaranya)
6. Orientasi :
a. Waktu : Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam hari)
b. Tempat : Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ dr.
Soeharto Heerdjan Grogol)
c. Orang : Baik (pasien mengetahui sedang diwawancarai oleh dokter muda
dan mengenal anggota keluarganya)
7. Daya ingat:
a. Jangka panjang : Baik (pasien dapat menceritakan temannya ketika SMA)
9
b. Jangka pendek : Baik (pasien mengingat menu makan pagi yang
dihidangkan).
c. Segera : Baik (pasien masih dapat menyebutkan 3 benda yang
disebutkan oleh pemeriksa sebelumnya (pulpen, kertas, kursi)
8. Pikiran abstrak : Baik (pasien dapat menyebutkan persamaan antara apel
dan jeruk)
9. Visuospasial : Baik (pasien mampu menggambar segitiga tumpang
tindih yang diinstruksikan oleh dokter muda)
10. Kemampuan menolong diri: Baik (pasien dapat minum dan makan, buang air kecil
sendiri)
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas : cukup
b. Kontinuitas : asosiasi longgar
c. Hendaya bahasa : tidak ada
2. Isi pikir
a. Waham : (-) tidak ada
b. Preokupasi : (-) tidak ada
c. Obsesi : (-) tidak ada
d. Fobia : (-) tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik. Saat diwawancara, pasien tampak tenang, bersedia diwawancara.
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : terganggu, pasien suka marah-marah, mengamuk, melempar
barang-barang, bahkan mau memukul adiknya
2. Uji daya nilai : baik (jika pasien melihat dompet jatuh, pasien akan mengembalikan
ke pemiliknya)
10
3. Daya nilai realitas : terganggu, karena pasien mengalami halusinasi auditorik
H. TILIKAN
Derajat I Tidak menyadari bahwa dirinya sakit
I. REALIABILITAS
Dapat dipercaya, karena pasien dapat menceritakan apa yang ia rasakan dan terbuka
seakan-akan memang hal tersebut yang ia rasakan
11
Palpasi : gerakan dada simetris kanan sama dengan kiri, taktil fremitus
simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara nafas normovesikuler di seluruh lapang paru, tidak terdapat
ronkhi dan wheezing pada kedua paru
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba
Perkusi: batas jantung DBN
Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi: bentuk datar
Auskultasi: bising usus normoperistaltik
Palpasi: soepel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba membesar
Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen
Ekstremitas : akral hangat, tidak ada oedeme, CRT < 2 detik
B. STATUS NEUROLOGIK
Saraf kranial : dalam batas normal
Refleks fisiologis : dalam batas normal
Refleks patologis : tidak ada
Motorik : tidak terganggu
Sensibilitas : dalam batas normal
Fungsi luhur : tidak terganggu
Gejala EPS : akatinasia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting tremor (-), distonia (-
), tardive diskinesia (-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Saran :
12
Lakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit darah,
pemeriksaan fungsi ginjal dan fungsi hati, glukosa darah sewaktu.
13
Halusinasi auditorik, pasien mendengarkan bisikan seorang perempuan yang
mengajaknya berpacaran
Pedoman diagnostik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Terdapat halusinasi auditorik
Telah terjadi selama 12 tahun
Pedoman diagnostik
Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (detachment)
Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan
terhadap orang lain
Tampak nyata ketidakpedulian baik pujian maupun kecaman
Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
(perhitungkan usia penderita)
Hamper selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
Preokupasi dengan fantasi dan instrospeksi yang berlebihan
Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada
hanya satu) dan tidak ada keingininan untuk menjalin seperti itu
Sangat tidak sensitive terhadap norma dan kebiasaan social yang berlaku
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas
14
Aksis III : Kondisi Medis Umum
Tidak ada
15
X. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap, dengan indikasi :
Membahayakan orang lain
Mencegah pasien melakukan tindakan kekerasan
Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
2. Psikofarmaka
Risperidon 2x2 mg PO
Risperidone adalah salah satu first line treatment pada pasien dengan gejala
psikosis. Risperidone merupakan obat antipsikotik generasi 2 atau antipsikotik
atipikal, yang bekerja sebagai antagonis reseptor serotonin (terutama 5HT2A) dan
reseptor dopamine D2. Risperidone dapat digunakan untuk mengobati baik gejala
positive maupun negative karena aktivitasnya sebagai antagonis reseptor D2 yang
tidak terlalu kuat sehingga efek samping terutama efek samping ekstrapiramidal
rendah, dan juga aktivitasnya terhadap reseptor serotonin 5HT2 yang juga tinggi
sehingga juga dapat digunakan untuk mengobati gejala negative.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga
Dilakukan edukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang dialami
pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang diberikan, pilihan obat,
efek samping pengobatan dan prognosis penyakit
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien
Sugesti:
1. Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang
atau dapat dikendalikan
2. Menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan menyebabkan disfungsi
diri, hubungan dengan keluarga, maupuan hubungan sosialnya
Reassurance: Memberitahukan kepada pasien bahwa kontrol teratur dan minum
obat sangat penting untuk perbaikan dirinya
Edukasi pada keluarga pasien
16
Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan kepada
keluarga agar tetap memberi dukungan untuk perbaikan pasien
Edukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta dalam
mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan kontrol rutin
setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki kualitas hidup pasien
Menjelaskan kepada keluarga tentang kemungkinan adanya efek samping obat
5. Sosioterapi
Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psikososial berupa latihan
keterampilan pekerjaan di RSJSH (daycare)
Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain dan
berolahraga bersama
XII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam (pasien tidak mencoba untuk melukai dirinya)
Quo ad functionam : Dubia ad bonam (pasien mampu melakukan aktivitas sehari-
hari dengan baik)
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam (masalah keluarga sebagai primary support
group pasien tidak secara adekuat mendukung pengobatan pasien yang dikarenakan
kurangnya perhatian mengenai pengobatan pasien)
17