Anda di halaman 1dari 18

Status Ujian Psikiatri

Skizofrenia Paranoid

Disusun oleh :

Ni Ketut Putri Angga Dewi

030.12.189

Penguji :

dr. M. Riza Syah , Sp.KJ

dr. Safyuni Naswati, Sp.KJ

Kepaniteraan Klinik Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran TRISAKTI Jakarta
Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN TRISAKTI
SMF ILMU JIWA
RS. Jiwa dr. Soeharto Heerdjan

Nama : Ni Ketut Putri Angga Dewi Tangan Tangan


NIM : 03012189
Dokter Penguji : dr. M. Riza Syah, Sp.KJ
dr. Safyuni Naswati, Sp.KJ

Nama Pasien : Tn. E.S.


Masuk RS pada tanggal : 20 Desember 2017
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Datang bersama keluarga
Riwayat perawatan : Sering dirawat di RSJ dr. Soeharto Heerdjan sejak
tahun 2006

I. IDENTITAS PASIEN
Nama (inisial) : Tn. E.S.
TTL / usia : 31 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku bangsa : Betawi
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan :-
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Jl. Tanah kusir, Kebayoran lama utara

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Autoanamnesis :

1
 Tanggal 29 Desember 2017, pukul 15.00 WIB, di bangsal Perkutut Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
 Tanggal 30 Desember 2017, pukul 10.00 WIB, di bangsal Perkutut Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
 Tanggal 31 Desember 2017, pukul 10.00 WIB, di bangsal Perkutut Rumah Sakit
Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
Alloanamnesis :
 Tanggal 30 Desember 2017, pukul 13.00 WIB via telepon dengan Ibu pasien
 Tanggal 01 Januari 2018, pukul 11.00 WIB via telepon dengan Ibu pasien
A. KELUHAN UTAMA
Pasien mengamuk hingga mau memukul adiknya sejak 1 hari SMRS
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD Rumah Sakit Jiwa dr. Soeharto Heerdjan
karena mengamuk hingga mau memukul adiknya sejak 1 hari SMRS. Pasien mengaku
hal ini terjadi karena Ibu pasien tidak memberikan uang untuk membeli rokok, kemudian
pasien meminta kepada adiknya, namun adiknya juga tidak mau memberikannya uang.
Pasien juga mengaku mendengar suara-suara bisikan perempuan yang ingin mengajaknya
berpacaran. Suara-suara itu didengarnya beberapa hari terakhir.
Menurut keterangan ibu pasien, pasien sudah tampak gelisah sejak awal bulan
Desember. Pasien menjadi gampang tersinggung dan marah-marah jika kemauannya
tidak dituruti. Sejak beberapa hari terakhir pasien menjadi semakin parah, yaitu pasien
tidak hanya marah-marah, namun juga berperilaku kasar, membanting barang-barang
dirumahnya. 1 hari sebelum dibawa ke RSJSH pasien meminta uang kepada Ibunya
untuk membeli rokok namun Ibu pasien tidak memberikannya uang, pasien merasa
kecewa dan marah serta berkata kasar kepada Ibunya, kemudian pasien memaksa adiknya
untuk memberikan uang namun adiknya pun tidak menuruti permintaan pasien, adik
pasien berusaha memberikan pengertian dan menasehati pasien, adik pasien menyuruh
pasien bekerja, namun pasien merasa tersinggung dan menjadi sangat marah, hingga
mengancam dan mau memukul adiknya tersebut.
Ibu pasien mengatakan, jika diikuti kemauannya pasien bisa merokok 1 bungkus
dalam sehari. Pasien tidak bisa dinasehati lagi dalam beberapa hari terakhir. Selain itu

2
pasien juga tidak bisa tidur dalam beberapa hari ini dan sering berbicara sendiri. Saat
ditanya oleh Ibunya, pasien mengaku mendengar suara-suara bisikan perempuan yang
mengajaknya berpacaran. Pasien juga menjadi sering bengong dan menyendiri
dikamarnya. Ibu pasien mengatakan sampai saat ini pasien masih memikirkan mengenai
perceraian kedua orangtuanya, perceraian tersebut terjadi saat pasien bersekolah di taman
kanak-kanak. Tidak lama kemudian, kedua orang tua pasien menikah lagi, dan pasien
tinggal bersama Ibu kandung dan Ayah tirinya.
Pasien juga sering mengatakan mengapa dirinya belum mendapat pekerjaan,
sedangkan ke-tiga adiknya sudah bekerja. Dulu pasien pernah melamar pekerjaan di
alfamart namun tidak diterima. Pasien terkadang bekerja sebagai tukang parkir di jalan
dekat rumahnya, namun tidak rutin dilakukan. Biasanya pasien mendapat uang dari hasil
parkir 5000 sampai 10.000 setiap kali bekerja, dan uang tersebut dipakai untuk membeli
rokok. Pasien menjadi tukang parkir semenjak berhenti sekolah saat kelas 3 SMA.
Semenjak kelas 3 SMA pasien jarang pergi ke sekolah karena merasa bahwa
dirinya sakit, namun tidak jelas sakit apa yang dikeluhkan pasien, pasien juga merasa
tidak mampu lagi mengikuti pelajaran disekolah. Akhirnya pasien di keluarkan dari
sekolahnya. Saat itu Ibu pasien mengajaknya pergi berobat ke RSCM. Namun dari hasil
pemeriksaan medis pasien dinyatakan baik-baik saja. Kemudian disarankan oleh pihak
RSCM untuk dibawa ke psikiatri. Setelah pulang dari RSCM, Ibu pasien tidak langsung
mengajak pasien berobat ke psikiatri, namun oleh ibunya diajak berobat ke Kyai, dan
beberapa kali berobat ke Kyai akhirnya pasien membaik.
Semakin lama , pasien mulai menunjukan perilaku aneh, yaitu sekitar 1 tahun
putus sekolah pada tahun 2005 saat pasien berusia 19 tahun, pasien tidak lagi bergaul
dengan teman-temannya, dan pasien sering bengong dikamarnya. Pasien tidak pernah
mengalami periode disaat pasien bersedih, murung, menyendiri, tak berenergi, ataupun
memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup.
Pada tahun 2006 pasien tampak gelisah, lebih suka menyendiri dikamar, tidak
mau keluar rumah, dan sering berbicara sendiri. Semakin lama pasien menjadi semakin
kacau, berbicara tidak nyambung, sering marah-marah dan mengamuk serta mengancam
keluarganya. Akhirnya pasien dibawa ke RSJSH untuk dirawat pertama kali.

3
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Riwayat Gangguan Psikiatrik
Pasien sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, pasien
pernah dirawat beberapa kali di RSJSH. Pertama kali pasien dirawat sekitar 12 tahun
yang lalu yaitu tahun 2006, karena pasien berbicara kacau, mendengar suara-suara
dan mengamuk sampai membanting barang-barang, serta mengancam keluarganya.
Pasien dan keluarga tidak mengingat berapa kali tepatnya dan tahun berapa pasien
dirawat. Seingat ibunya, pasien dirawat pada tahun 2006, 2010 dan 2017. Ibu pasien
mengatakan, terakhir kali dirawat pada bulan April 2017. Setelah dirawat pasien
membaik, pasien sering kontrol ke poli RSJSH setiap 1 bulan sekali. Namun
terkadang Ibu pasien mengajaknya kontrol ke poli jiwa di RS Suyoto karena lebih
dekat dengan rumah pasien. Terakhir kontrol tanggal 15 Desember 2017 di RS
Suyoto dan diberikan 3 jenis obat, yaitu risperidon, THP dan clozapine. Ibu pasien
mengatakan pasien rutin minum obat.

2. Riwayat Gangguan Medik


Pasien tidak mempunyai riwayat kejang, kecelakaan atau trauma kepala yang
menyebabkan adanya pingsan atau penurunan kesadaran, serta gangguan metabolik.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Pasien mempunyai kebiasaan merokok sampai saat ini dalam sehari bisa
menghabiskan sampai 3-4 batang rokok. Pasien mengaku tidak pernah menggunakan
NAPZA.

4
4. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Grafik Perjalanan Penyakit

Tingkat Keparahan
Gangguan

Waktu

1 tahun putus 12 tahun lalu 2010 April 2017 Desember


sekolah (2005) (2006) usia 20 mengamuk, mengamuk, 2017
usia 19 tahun, tahun, mengamuk, dirawat di membanting mengamuk,
menyendiri, mendengar suara RSJSH barang, mau
bengong bisikan, berbicara dirawat di memukul
dikamar, tidak sendiri, pertama RSJSH adiknya,
mau bergaul kali dirawat di dirawat di
RSJSH RSJSH

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


1. Riwayat Prenatal dan Perinatal :
Pasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Dua saudara terakhir adalah
saudara tiri dari pernikahan kedua Ibu kandung pasien dan Ayah tiri pasien. Pasien
merupakan anak yang direncanakan dan diinginkan. Pasien lahir dalam keadaan sehat
dan langsung menangis. Riwayat komplikasi kelahiran, trauma dan cacat bawaan
disangkal.

2. Riwayat Perkembangan Fisik :


Tidak terdapat kelainan, pasien diakui berkembang baik secara berat badan dan tinggi
badan menurut anak-anak seusianya.

3. Riwayat Perkembangan mental:


a. Masa Kanak Awal

5
Pasien merupakan anak yang aktif, dengan proses tumbuh kembang sesuai
dengan anak-anak seusianya, dalam hal berbicara, berjalan, bergerak motorik
maupun sensorik.
b. Masa Kanak Menengah
Pasien merupakan anak yang jarang bergaul, memiliki beberapa teman,
rajin belajar, selalu mengerjakan tugas sekolah dengan baik, dan patuh terhadap
guru.
c. Masa Kanak Akhir
Pasien anak yang pendiam, lebih suka menyendiri dikamar. Pasien lebih
suka melakukan setiap aktivitas sendiri. Seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Pasien memiliki beberapa teman yang itu-itu saja. Ibu pasien mengatakan
temannya pernah sesekali bermain ke rumah, namun tidak sering. Pasien tidak
memiliki sahabat dekat. Pasien selalu naik kelas, berkelakuan baik.

4. Riwayat Pendidikan
Pasien tidak lulus SMA dimana pasien berhenti sekolah saat duduk dibangku
SMA kelas 3. Semenjak kelas 3 SMA pasien jarang pergi ke sekolah karena merasa
bahwa dirinya sakit, namun tidak jelas sakit apa yang dikeluhkan pasien, pasien juga
merasa tidak mampu lagi mengikuti pelajaran disekolah. Akhirnya pasien di
keluarkan dari sekolahnya. Saat itu Ibu pasien mengajaknya pergi berobat, namun
hasilnya baik-baik saja. Selama ini pasien diketahui sebagai anak yang cukup
berprestasi, selalu naik kelas, dan sering mendapat nilai yang bagus.

5. Riwayat Pekerjaan
Pasien terkadang bekerja sebagai tukang parkir di jalan dekat rumahnya,
namun tidak setiap hari.

6. Riwayat Kehidupan Beragama


Pasien beragama Islam. Menurut keterangan ibu pasien, pasien merupakan
anak yang rajin beribadah walaupun pasien tidak selalu sholat 5 waktu. Akan tetapi,
pasien memang jarang mengikuti kegiatan di masjid.

6
7. Kehidupan Perkawinan/Psikoseksual
Pasien belum menikah
8. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan penegak hukum selama ini.

E. RIWAYAT KELUARGA
Pasien merupakan anak pertama dari 4 bersaudara. Anak ke-3 dan ke-4 adalah
saudara tiri pasien, hasil pernikahan Ibu kandung pasien dengan Ayah tirinya. Orang tua
pasien bercerai saat pasien berusia kurang lebih 4 tahun. Semenjak orang tuanya bercerai,
pasien tinggal bersama Ibu dan adik pasien. Kemudian tidak lama setelah itu, Ibunya
menikah lagi dan memiliki 2 orang anak dari pernikahannya yang kedua.
Menurut Ibu pasien ayah kandung pasien sudah menikah lagi, pasien dan ayah
kandungnya jarang bertemu. Ayah kandungnya tidak terlalu peduli dengan pasien.
Hingga saat pasien dirawat, Ayahnya tidak pernah menjenguk ataupun menanyakan
kabar pasien. Menurut ibunya, tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki keluhan
yang serupa.

Genogram

Keterangan :
= laki-laki

7
= telah meninggal (laki-laki)

= pasien

= perempuan

= telah meninggal (perempuan)

F. KEHIDUPAN SOSIOEKONOMI SEKARANG


Pasien tinggal serumah dengan Ibu kandung dan Ayah tirinya, dan tiga orang adik
laki-lakinya. Semua anggota keluarga pasien telah bekerja kecuali pasien sendiri, dan Ibu
pasien sebagai ibu rumah tangga. Menurut ibu pasien, semua anggota keluarga
mendukung proses pengobatan pasien. Keadaan ekonomi keluarga juga dirasakan
berkecukupan, sehingga tidak menjadi hambatan bagi pengobatan pasien.

III. STATUS MENTAL


A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki usia 31 tahun, tampak sesuai dengan usianya, memakai baju
seragam rawat inap RSJ dr. Soeharto Heerdjan berwarna krem dengan celana panjang
coklat, tampak sehat, terawat.
2. Kesadaran : compos mentis
3. Perilaku dan psikomotor
a. Sebelum wawancara : pasien dalam posisi duduk bersama temannya di sofa di
depan kamarnya
b. Selama wawancara : pasien dalam posisi duduk tenang di sebelah kiri pemeriksa,
tampak fokus saat wawancara
c. Sesudah wawancara : pasien dalam posisi duduk dan makan bersama teman-
temannya

8
4. Pembicaraan
a. Cara berbicara : spontan, intonasi cukup, volume cukup, artikulasi jelas
b. Gangguan berbicara : tidak terdapat hendaya atau gangguan berbicara
5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. ALAM PERASAAN
1. Mood : hipotim
2. Afek : terbatas
3. Keserasian : serasi

C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : halusinasi auditorik (+)
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada

D. FUNGSI INTELEKTUAL
1. Taraf pendidikan : SMA (kelas 3)
2. Pengetahuan umum : Baik (pasien tahu nama presiden Indonesia)
3. Kecerdasan : Rata-rata (pasien tidak pernah tinggal kelas)
4. Konsentrasi : Konsentrasi baik (pasien menjawab benar saat diminta
untuk menjawab pengurangan 100-7)
5. Perhatian : Perhatian baik (pasien fokus ke topik dan lawan bicaranya)
6. Orientasi :
a. Waktu : Baik (pasien dapat membedakan pagi, siang dan malam hari)
b. Tempat : Baik (pasien mengetahui dirinya sekarang berada di RSJ dr.
Soeharto Heerdjan Grogol)
c. Orang : Baik (pasien mengetahui sedang diwawancarai oleh dokter muda
dan mengenal anggota keluarganya)
7. Daya ingat:
a. Jangka panjang : Baik (pasien dapat menceritakan temannya ketika SMA)

9
b. Jangka pendek : Baik (pasien mengingat menu makan pagi yang
dihidangkan).
c. Segera : Baik (pasien masih dapat menyebutkan 3 benda yang
disebutkan oleh pemeriksa sebelumnya (pulpen, kertas, kursi)
8. Pikiran abstrak : Baik (pasien dapat menyebutkan persamaan antara apel
dan jeruk)
9. Visuospasial : Baik (pasien mampu menggambar segitiga tumpang
tindih yang diinstruksikan oleh dokter muda)
10. Kemampuan menolong diri: Baik (pasien dapat minum dan makan, buang air kecil
sendiri)

E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
a. Produktifitas : cukup
b. Kontinuitas : asosiasi longgar
c. Hendaya bahasa : tidak ada
2. Isi pikir
a. Waham : (-) tidak ada
b. Preokupasi : (-) tidak ada
c. Obsesi : (-) tidak ada
d. Fobia : (-) tidak ada

F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik. Saat diwawancara, pasien tampak tenang, bersedia diwawancara.

G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : terganggu, pasien suka marah-marah, mengamuk, melempar
barang-barang, bahkan mau memukul adiknya
2. Uji daya nilai : baik (jika pasien melihat dompet jatuh, pasien akan mengembalikan
ke pemiliknya)

10
3. Daya nilai realitas : terganggu, karena pasien mengalami halusinasi auditorik

H. TILIKAN
Derajat I  Tidak menyadari bahwa dirinya sakit

I. REALIABILITAS
Dapat dipercaya, karena pasien dapat menceritakan apa yang ia rasakan dan terbuka
seakan-akan memang hal tersebut yang ia rasakan

IV. PEMERIKSAAN FISIK


A. STATUS INTERNUS
 Keadaan umum
 Kesan gizi : baik (berat badan 50 kg, tinggi badan 158 cm)
 Indeks Massa Tubuh : 20 kg/m2, berat badan normal
 Kesadaran : compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
 Tanda vital
 Tekanan darah : 110/80 mmHg
 Frekuensi nadi : 88 kali/menit
 Frekuensi napas : 20 kali/menit
 Suhu : 37,10C
 Kulit : sawo matang, tidak ada ikterik, tidak ada sianosis, turgor kulit baik
 Kepala : normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah rontok
 Mata : pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis -/-, sklera
ikterik -/-
 Hidung : bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
 Telinga : normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
 Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak ada trismus, tonsil normal T1/T1,
tonsil-faring tidak hiperemis
 Leher : tidak teraba adanya pembesaran KGB dan tiroid
 Paru
 Inspeksi : bentuk dada simetris, tidak ada retraksi sela iga

11
 Palpasi : gerakan dada simetris kanan sama dengan kiri, taktil fremitus
simetris kanan dan kiri
 Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara nafas normovesikuler di seluruh lapang paru, tidak terdapat
ronkhi dan wheezing pada kedua paru
 Jantung
 Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
 Palpasi: ictus cordis teraba
 Perkusi: batas jantung DBN
 Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen
 Inspeksi: bentuk datar
 Auskultasi: bising usus normoperistaltik
 Palpasi: soepel, tidak ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba membesar
 Perkusi: timpani di seluruh lapang abdomen
 Ekstremitas : akral hangat, tidak ada oedeme, CRT < 2 detik

B. STATUS NEUROLOGIK
 Saraf kranial : dalam batas normal
 Refleks fisiologis : dalam batas normal
 Refleks patologis : tidak ada
 Motorik : tidak terganggu
 Sensibilitas : dalam batas normal
 Fungsi luhur : tidak terganggu
 Gejala EPS : akatinasia (-), bradikinesia (-), rigiditas (-), resting tremor (-), distonia (-
), tardive diskinesia (-)

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Saran :

12
Lakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit darah,
pemeriksaan fungsi ginjal dan fungsi hati, glukosa darah sewaktu.

VI. PENEMUAN BERMAKNA


Seorang laki-laki berusia 31 tahun. Penampilan tampak terawat dan sesuai usia
pasien. Perilaku dan psikomotor pasien selama wawancara dalam posisi duduk tenang di
sebelah kiri pemeriksa. Cara berbicara spontan, volume dan intonasi cukup, mood
hipotim, afek terbatas, keserasian serasi, terdapat halusinasi auditorik. Perhatian
didapatkan hasil cukup baik. Daya nilai sosial terganggu, daya nilai realitas terganggu,
tilikan derajat 1.
Berdasarkan hasil autoanamnesis dan alloanamnesis, pasien tidak memiliki
gangguan kepribadian dan retardasi mental. Pasien diakui berkembang baik secara berat
badan dan tinggi badan sesuai anak-anak seusianya. Pasien memiliki kebiasaan
merokok. Dari hasil autoanamnesis dan alloanamnesis serta pemeriksaan fisik, keluhan
pasien tidak disebabkan oleh gangguan medik umum.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


 Aksis I : Gangguan Klinis dan Kondisi Klinis yang Menjadi Fokus Perhatian
Khusus
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
kedalam:
1. Gangguan kejiwaan karena adanya:
 Gangguan/hendaya dan disabilitas: hendaya dalam fungsi sosial dan hendaya
dalam fungsi sehari-hari.
 Distress/penderitaan: mendengar bisikan (halusinasi auditorik)
2. Gangguan merupakan gangguan fungsional karena:
 Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik, infeksi,
penyakit vaskuler, neoplasma, trauma).
 Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.
3. Gangguan psikotik, karena adanya hendaya dalam menilai realita yang dibuktikan
dengan adanya riwayat:

13
 Halusinasi auditorik, pasien mendengarkan bisikan seorang perempuan yang
mengajaknya berpacaran

Pedoman diagnostik
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Terdapat halusinasi auditorik
 Telah terjadi selama 12 tahun

 Aksis II : Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental


Berdasarkan hasil autoanamnesis dan alloanamnesis, pasien memiliki ciri kepribadian
skizoid. Pasien diakui berkembang dengan baik secara berat badan dan tinggi badan
sesuai anak-anak seusianya. Pasien merupakan anak yang jarang bergaul dan
memiliki beberapa teman. Pasien tidak memiliki teman dekat. Pasien lebih suka dan
merasa senang untuk melakukan segala aktivitas sendiri. Seperti saat mengerjakan
tugas-tugas sekolah.

Pedoman diagnostik
 Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
 Emosi dingin, afek mendatar atau tak peduli (detachment)
 Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau kemarahan
terhadap orang lain
 Tampak nyata ketidakpedulian baik pujian maupun kecaman
 Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
(perhitungkan usia penderita)
 Hamper selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
 Preokupasi dengan fantasi dan instrospeksi yang berlebihan
 Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau ada
hanya satu) dan tidak ada keingininan untuk menjalin seperti itu
 Sangat tidak sensitive terhadap norma dan kebiasaan social yang berlaku
 Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari di atas

14
 Aksis III : Kondisi Medis Umum
Tidak ada

 Aksis IV : Problem Psikososial dan Lingkungan


Berdasarkan hasil anamnesis, ditemukan adanya masalah dengan primary support
group (keluarga) dan masalah pekerjaan (pasien sampai saat ini masih memikirkan
perceraian orang tuanya, dan ayah pasien yang tidak perduli dengan dirinya, pasien
merasa tidak adanya dukungan dan perhatian dari keluarganya, pasien juga belum
mendapat pekerjaan sampai saat ini)

 Aksis V : Penilaian Fungsi secara Global


 GAF current : 60-51 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
 GAF HLPY :70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik

VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL


Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : ciri kepribadian skizoid
Aksis III : tidak ada
Aksis IV : masalah di primary support group (tidak adanya dukungan dan perhatian
dari keluarga), masalah pekerjaan.
Aksis V : GAF current : 60-51
GAF HLPY : 70-61

IX. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologi : tidak ditemukan faktor herediter pada pasien, tidak terdapat
gangguan kepribadian
b. Psikologik : terdapat halusinasi auditorik
c. Sosial dan Lingkungan : masalah keluarga (primary support group) tidak adanya
dukungan dan perhatian dari keluarga, masalah pekerjaan

15
X. PENATALAKSANAAN
1. Rawat inap, dengan indikasi :
 Membahayakan orang lain
 Mencegah pasien melakukan tindakan kekerasan
 Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
 Untuk observasi lebih lanjut dan pengontrolan pengobatan
2. Psikofarmaka
 Risperidon 2x2 mg PO
Risperidone adalah salah satu first line treatment pada pasien dengan gejala
psikosis. Risperidone merupakan obat antipsikotik generasi 2 atau antipsikotik
atipikal, yang bekerja sebagai antagonis reseptor serotonin (terutama 5HT2A) dan
reseptor dopamine D2. Risperidone dapat digunakan untuk mengobati baik gejala
positive maupun negative karena aktivitasnya sebagai antagonis reseptor D2 yang
tidak terlalu kuat sehingga efek samping terutama efek samping ekstrapiramidal
rendah, dan juga aktivitasnya terhadap reseptor serotonin 5HT2 yang juga tinggi
sehingga juga dapat digunakan untuk mengobati gejala negative.
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga
Dilakukan edukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang dialami
pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang diberikan, pilihan obat,
efek samping pengobatan dan prognosis penyakit
4. Psikoterapi
Psikoterapi suportif kepada pasien
 Sugesti:
1. Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang
atau dapat dikendalikan
2. Menyadarkan pasien bahwa dampak dari gangguan menyebabkan disfungsi
diri, hubungan dengan keluarga, maupuan hubungan sosialnya
 Reassurance: Memberitahukan kepada pasien bahwa kontrol teratur dan minum
obat sangat penting untuk perbaikan dirinya
Edukasi pada keluarga pasien

16
 Melibatkan keluarga dalam pemulihan, dengan memberikan pengarahan kepada
keluarga agar tetap memberi dukungan untuk perbaikan pasien
 Edukasi keluarga tentang pentingnya mengawasi dan ikut serta dalam
mendisiplinkan pasien untuk mengkonsumsi obat yang diberi dan kontrol rutin
setelah pulang dari rumah sakit untuk memperbaiki kualitas hidup pasien
 Menjelaskan kepada keluarga tentang kemungkinan adanya efek samping obat
5. Sosioterapi
 Melibatkan pasien dalam kegiatan rehabilitasi psikososial berupa latihan
keterampilan pekerjaan di RSJSH (daycare)
 Menganjurkan pasien untuk mau bersosialisasi dengan pasien lain dan
berolahraga bersama

XI. FAKTOR YANG BERPENGARUH


Faktor-faktor yang mempengaruhi :
a. Faktor yang memperingan : Tidak ada riwayat keluarga
b. Faktor yang memperberat : masalah keluarga yang kurang memperhatikan dan kurang
peduli terhadap pasien, masalah belum bekerja, lajang, berulang relaps

XII. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : ad bonam (pasien tidak mencoba untuk melukai dirinya)
 Quo ad functionam : Dubia ad bonam (pasien mampu melakukan aktivitas sehari-
hari dengan baik)
 Quo ad sanationam : Dubia ad bonam (masalah keluarga sebagai primary support
group pasien tidak secara adekuat mendukung pengobatan pasien yang dikarenakan
kurangnya perhatian mengenai pengobatan pasien)

17

Anda mungkin juga menyukai