Anda di halaman 1dari 15

Infeksi Menular Seksual

1. Vaginal discharge
a. Bakterial vaginosis
i. Definisi : Sindrom klinis yang disebabkan oleh bertambah
banyaknya organisme komensal dalam vagina (Gardenerella
vaginalis, Prevotella, Mobiluncus spp) serta berkurangnya
organisme Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen
peroksida. Pada vagina yang sehat Lactobacillus
mempertahankan suasana asam & aerob.
ii. Epidemiologi : Sering ditemukan pada wanita usia
reproduktif, aktif seksual, pengguna AKDR, dan melakukan
bilas vagina.
iii. Gejala klinis :
50% asimptomatik
Keluhan berupa duh tubuh vagina abnormal yang
berbau amis
Gatal, disuria, dispareunia jarang alami
Pemeriksaan klinis : duh vagina berwarna abu-abu
homogen, viskositas rendah atau normal, berbau amis,
melekat di dinding vagina, seringkali terlihat di labia
dan fourchette, pH sekret berkisar 4,5-5,5. Tidak
ditemukan tanda peradangan, gambaran serviks
normal
iv. Penegakan diagnosis : Diagnosis ditegakan berdasarkan
kriteria AMSEL, yaitu didapatkan 3 dari 4 temuan berikut :
Duh vagina berwarna putih keabu-abuan, homogen,
melekat di vulva dan vagina
Terdapat clue cells pada duh vagina
Timbul bau amis pada duh vagina yang ditetesi KOH
10% (tes amin positif)
pH duh vagina > 4,5
v. Komplikasi
Komplikasi pada traktus genital atas : penyakit radang
panggul, risiko lebih mudah terinfeksi N. gonorrhoae
dan C. trachomatis, memudahkan terinfeksi HIV
Komplikasi pada wanita hamil : meningkatkan risiko
persalinan prematur, bayi berat lahir rendah, infeksi
cairan amnion, korioamnionitis
vi. Tatalaksana : Pilihan regimen pengobatan sistemik :
Metronidazole dosis 2x500 mg setiap hari selama 7
hari
Metronidazole 2 gr dosis tunggal
Klindamisin 2x300 mg per oral sehari selama 7 hari
Tinidazol 2x500 mg setiap hari selama 5 hari
Ampisilin atau amoksisilin dengan dosis 4x500 mg per
oral selama 5 hari
b. Trikomoniasis

i. Definisi : Infeksi saluran urogenital bagian bawah pada


perempuan maupun laki-laki, dapat bersifat akut atau kronik,
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis, dan penularannya
melalui kontak seksual
ii. Epidemiologi : Terutama ditemukan pada pasien dengan
aktivitas seksual tinggi. Wanita > pria
iii. Gejala klinis
Perempuan :
a. 50% asimptomatik
b. Kasus akut : sekret vagina seropurulen sampai
mukopurulen berwarna kuning sampai kuning
kehijauan, berbuih, dan berbau. Dinding vagina
tampak kemerahan dan sembab. Terdapat
gambaran Strawberry Appearance. Terdapat
keluhan dispareunia, perdarahan pasca koitus,
perdarahan intermenstrual.
c. Kasus kronik : gejala ringan dan sekret vagina
tidak berbusa
Laki-laki :
a. Akut : disuria, poliuria disertai sekret uretra
mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih
tetapi kadang-kadang ada benang-benang halus
b. Kronik : gejala tidak khas; gatal pada uretra,
disuria, urin keruh pada pagi hari
iv. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium sederhana yaitu
menemukan parasit trikomonas pada sediaan basah
Pewarnaan Giemsa, Gram, Papanicolau
Biakan
v. Tatalaksana
Non medikamentosa :
a. Periksa dan terapi pasangan seks
b. Anjurkan abstinensia hingga infeksi dinyatakan
sembuh secara laboratoris / anjurkan
penggunaan kondom
c. Kunjungan ulang untuk follow-up pada hari ke-7
d. Lakukan konseling
e. Lakukan tes terhadap HIV dan penyakit IMS lain
Medikamentosa : pilihan regimen pengobatan
sistemik :
a. Metronidazole dosis 2x500 mg setiap hari
selama 7 hari
b. Metronidazole 2 gr dosis tunggal
c. Nimorazol 2 gr dosis tunggal
d. Tinidazol 2 gr dosis tunggal
e. Omidazol 1,5 gr dosis tunggal

2. Urethral discharge
a. Gonorea
i. Definisi : Penyakit infeksi menular seksual yang disebabkan
oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae
ii. Etiologi : Neisseria gonorrhoeae (bakteri Gram negatif,
diplokokkus)
iii. Gejala klinis
Pada pria
a. Masa inkubasi 2-5 hari
b. Manifestasi tersering : urethritis
c. Keluhan subyektif : rasa gatal dan panas di
bagian distal uretra di sekitar OUE, disuria,
polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen dari
OUE yang kadang-kadang disertai darah dan
disertai rasa nyeri pada waktu ereksi
d. Pemeriksaan fisik : OUE hiperemis, edema,
ektropion. Pada beberapa kasus dapat terjadi
pembesaran kelenjar getah bening inguinal
medial unilateral atau bilateral
Pada wanita
a. 50% asimptomatik
b. Infeksi awal bermanifestasi sebagai uretritis
atau servisitis
c. Uretritis : duh tubuh mukopurulen, gatal pada
vagina, disuria, kadang-kadang poliuria. OUE
merah dan edema

iv.

v.

vi.
vii.

d. Servisitis : dapat asimptomatik, kadang


menimbulkan nyeri punggung bawah. Serviks
hiperemis disertai erosi dan terdapat sekret
mukopurulen
e. Jika infeksi mengenai organ genitalia bagian
atas dapat menyebabkan penyakit radang
panggul
Pada neonatus
a. Penularan terjadi pada saat proses persalinan
pervaginam, dimana terdapat riwayat kontak
bayi dengan sekret vagina ibu yang terinfeksi
gonore
b. Opthalmia neonatorum : sekret purulen pada
mata neonatus
Pemeriksaan penunjang
Sediaan langsung dengan pewarnaan Gram :
ditemukan Gonokokkus gram negatif, intraseluler dan
ekstraseluler
Kultur
Tes oksidase, tes fermentasi, tes beta laktamase, tes
thomson
Pemeriksaan lain : ELISA, imunofluoresensi, dll
Komplikasi
Pada pria
a. Lokal : tysonitis, parauretritis, cowperitis
b. Asenden : prostatitis, vesikulitis, vas
deferens/funikulitis, epididimitis, trigonitis
Pada wanita
a. Lokal : parauretritis, bartholinitis
b. Asenden : salpingitis, penyakit radang panggul
Komplikasi diseminata pada laki-laki dan perempuan :
artritis, miokarditis, endokarditis, perikarditis,
meningitis
Diagnosis banding : Infeksi genital non spesifik
Tatalaksana
Non medikamentosa
a. Periksa dan lakukan pengobatan pada pasangan
b. Anjurkan abstinensia hingga infeksi dinyatakan
sembuh secara laboratoris / anjurkan
penggunaan kondom
c. Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3
dan ke-7
d. Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi
yang dapat terjadi, pentingnya keteraturan
berobat
e. Lakukan tes terhadap HIV dan penyakit IMS lain
Medikamentosa
a. Cefixime 400 mg oral, dosis tunggal, ATAU
b. Levofloxacin 500 mg oral, dosis tunggal (tidak
boleh diberikan pada usia < 12 tahun)

c. Pilihan pengobatan lain :


i. Kanamisin 2 gr, IM, dosis tunggal, ATAU
ii. Tiamfenikol 3,5 gr, oral, dosis tunggal,
ATAU
iii. Ceftriaxone 250 mg, IM, dosis tunggal
b. Infeksi Genital Non Spesifik
i. Definisi : Infeksi menular seksual berupa peradangan di
uretra, rektum, atau serviks yang disebabkan oleh kuman
non spesifik
ii. Etiologi : Chlmaydia trachomatis (50% kasus), Ureaplasma
urealyticum, Mycoplasma hominis, Trichomonas vaginalis,
Gardnerella vaginalis, alergi, dll.
iii. Gejala klinis
Pada pria (Urethritis non gonorea)
a. Keluhan timbul 1-3 minggu setelah kontak
seksual dan tidak seberat gonorea
b. Keluhan subyektif : disuria ringan, rasa tidak
enak di lubang uretra, sering kencing, dan keluar
duh tubuh seropurulen
Pada wanita
a. Infeksi lebih sering terjadi di serviks (servisitis)
dibandingkan dengan vagina, kelnjar bartholin,
uretra
b. Biasanya asimptomatik
c. Keluhan subjektif : duh tubuh vagina, disuria
ringan, sering kencing, nyeri daerah pelvis, dan
dispareunia
d. Pemeriksaan serviks : terdapat tanda servisitis
yaitu mukosa serviks hiperremis dan edema,
disertai folikel kecil yang mudah berdarah, duh
tubuh serviks yang mukopurulen
iv. Pemeriksaan penunjang
Sediaan langsung dengan pewarnaan Gram :
a. Tidak terdapat diplokokkus Gram (-) intrasel
maupun ekstrasel PMN
b. Tidak terdapat blastospora, pseudohifa,
trikomonas
c. Jumlah leukosit PMN >5/LPB, pada spesimen duh
uretra atau PMN >30/LPB pada spesimen duh
serviks
d. Belum ada panduan untuk infeksi faring dan
anal
Sitologi dengan pewarnaan Giemsa
Kultur (Gold Standard)
Deteksi antigen Chlamydia, dll
v. Komplikasi
Pada pria : prostatitis, vesikulitis, epididimitis, striktur
uretra
Pada wanita : bartholinitis, proktitis, salpingitis, sistitis
vi. Tatalaksana

Non medikamentosa
a. Periksa dan lakukan pengobatan pada pasangan
b. Anjurkan abstinensia hingga infeksi dinyatakan
sembuh secara laboratoris / anjurkan
penggunaan kondom
c. Kunjungan ulang untuk tindak lanjut di hari ke-3
dan ke-7
d. Lakukan konseling mengenai infeksi, komplikasi
yang dapat terjadi, pentingnya keteraturan
berobat
e. Lakukan tes terhadap HIV dan penyakit IMS lain
Medikamentosa
a. Azithromisin 1 gr, oral, dosis tunggal, ATAU
b. Doksisiklin 2x100 mg oral selama 7 hari (Tidak
boleh diberikan pada usia < 12 tahun)
c. Pilihan pengobatan lain : Eritromisin 4x500 mg
oral, selama 7 hari

3. Ulkus genital
a. Herpes Simpleks
i. Definisi : Infeksi akut yang disebabkan virus H. simpleks
(virus H. hominis) tipe 1 atau 2 yang ditandai adanya vesikel
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada
daerah dekat mukokutan. Infeksi dapat berlangsung primer
atau rekurens.
ii. Epidemiologi
Infeksi VHS tipe I : usia anak-anak

iii.
iv.

v.

vi.
vii.

viii.

Infeksi VHS tipe II : pada usia dekade II/III berhubungan


dengan peningkatan aktivitas seksual
Etiologi : Herpes Simpleks Virus
Gejala klinis
Fase infeksi primer
a. Berlangsung lama, berat dan disertai gejala
sistemik
b. Gejala sistemik : demam, malaise, anoreksia,
pembengkakan kelenjar getah bening regional
c. Vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab
dan eritematosa
d. Vesikel isi cairan jernih seropurulen pecah
krusta ulserasi dangkal
e. Pada wanita, infeksi VHS pada genitalia eksterna
disertai infeksi serviks
Fase laten
a. Gejala klinis (-)
b. VHS (+) dalam keadaan tidak aktif di ganglion
dorsalis
Infeksi rekurens
a. VHS di ganglion dorsalis aktif kembali gejala
klinis (+)
b. Didahului mekanisme pacu berupa trauma fisik
(infeksi, seks), trauma psikis (gangguan emosi),
dapat pula timbul akibat makanan/minuman
yang merangsang
c. Gejala klinis lebih ringan daripada infeksi primer
d. Sering ditemukan gejala prodromal lokal
sebelum timbul vesikel berupa rasa panas,
gatal, dan nyeri
e. Infeksi dapat timbul di tempat yang sama atau
tempat lain/tempat di sekitarnya
Predileksi
VHS 1 : pinggang ke atas terutama daerah mulut dan
hidung
VHS 2 : pinggang ke bawah, terutama genital
Pemeriksaan penunjang : Tes Tzanck sel datia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear
Diagnosis banding
H. simpleks pada wajah : impetigo vesikobulosa
H. simpleks pada genital : ulkus durum, ulkus molle
Tatalaksana : Terapi sistemik pada herpes simpleks menurut
pedoman penatalaksanaan IMS Depkes RI 2011
Episode klinis pertama
a. Asiklovir 200 mg per oral, 5x sehari selama 7
hari, ATAU
b. Asiklovir 400 mg per oral, 3x sehari selama 7
hari, ATAU
c. Valasiklovir 500 mg per oral, 2x sehari selama 7
hari

ix.

b. Ulkus
i.

ii.
iii.
iv.

v.

vi.

Infeksi herpes rekuren


a. Asiklovir 200 mg per oral, 5x sehari selama 5
hari, ATAU
b. Asiklovir 400 mg per oral, 3x sehari selama 5
hari, ATAU
c. Valasiklovir 500 mg per oral, 2x sehari selama 5
hari
Prognosis
Terapi secara dini prognosis baik (masa penyakit
lenih singkat dan rekurensi jarang)
Imunitas menurun infeksi menyebar berakibat fatal
Molle
Definisi : Penyakit ulkus genital akut, setempat, dapat
berinokulasi sendiri, disebabkan oleh Haemophylus ducreyi,
dengan gejala klinis khas berupa ulkus di tempat masuk
kuman dan seringkali disertai supurasi kelenjar getah bening
regional
Etiologi : Haemophylus ducreyi
Epidemiologi : laki-laki > perempuan
Gejala klinis
Masa inkubasi pendek, berkisar antara 3-7 hari
Gejala prodromal (-)
Lesi diawali dengan papul inflamasi yang berkembang
menjadi ulkus yang nyeri dalam 1-2 hari
Ulkus multipel, dangkal, tidak terdapat indurasi, sangat
nyeri. Bagian tepi bergaung, rapuh, tidak rata, kulit,
atau mukosa sekeliling ulkus eritematosa. Dasar ulkus
dilapisi oleh eksudat nekrotik kuning keabu-abuan dan
mudah berdarah jika lapisan tersebut diangkat
Tidak terbentuk vesikel
Ulkus nyeri, tidak berindurasi, dan berdiameter 1 mm-2
cm
Bubo yang nyeri (adenitis inguinal) dialami oleh 50%
pasien dalam beberapa hari hingga 2 minggu setelah
onset lesi primer. Bubo umumnya unilateral, eritema,
sering berfluktuasi, dapat ruptur spontan, berisi pus
kental, jarang terdapat pada pasien wanita
Predileksi
Perempuan : umumnya terdapat di daerah vulva
khususnya fourchette, labia minora, dan vestibuli.
Namun terdapat juga di vaginal, serviks, perianal.
Dilaporkan bisa terdapat lesi ekstragenital pada
payudara, jari-jari, paha, dan intraoral
Laki-laki : lesi umumnya terletak di permukaan
eksternal atau internal preputium, frenulum, glans
penis. Kadang terdapat pula di meatus uretra, corpus
penis, dan anus. Sering terlihat edema pada preputium
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan dengan pewarnaan
Gram, biakan kuman, tes PCR

vii. Diagnosis banding : herpes genitalis, sifilis, granuloma


inguinale
viii. Tatalaksana :
Terapi sistemik
a. Ciprofloxacin 2x500 mg/hari per oral selama 3
hari, ATAU
b. Eritromisin 4x500 mg/hari per oral selama 7
hari, ATAU
c. Azithromisin 1 g per oral, dosis tunggal, ATAU
d. Ceftriaxone 250 mg IM, dosis tunggal
Terapi lokal
a. Kompres / rendam dalam larutan salin
b. Aspirasi untuk bubo berukuran 5 cm
ix. Prognosis : prognosis baik dengan pengobatan antibiotik.
Pada beberapa kasus dapat timbul jaringan parut.
c. Granuloma Inguinale
i. Definisi : Merupakan penyakit yang mengenai daerah
genitalia, perianal, dan inguinal dengan gambaran klinis
berupa ulkus yang granulomatosa, progresif, tidak nyeri.
Sinonim : Donovanosis
ii. Etiologi : Calymmatobacterium granulomatis
iii. Gejala klinis
Masa inkubasi berkisar antara 2 minggu - 3 bulan
Umumnya tidak dijumpai gejala sistemik
Diawali dengan nodus subkutan tunggal atau multipel,
kemudian mengalami erosi, menimbulkan ulkus
berbatas tegas, berkembang lambat, dan mudah
berdarah
Ulkus tanpa rasa nyeri, tunggal, kadang-kadang
multipel
Tepi ulkus dapat meninggi, tidak teratur, berbatas
tegas, dan berindurasi
Dasar ulkus yang masih baru dipenuhi oleh cairan
berwarna merah darah. Ulkus lama dasar ulkus
berupa jaringan granulasi berwarna merah daging,
mudah berdarah, disertai cairan seropurulen yang
berbau busuk
Tidak terdapat limfadenopati. Kadang-kadang
pembengkakan subkutan terlihat di daerah inguinal
membentuk massa yang disebut pseudobubo akibat
perluasan inflamasi subkutan
Varian klinis granuloma inguinale :
a. Ulsero granulomatosa atau nodular : jaringan
granulasi merah dan hipertropik yang mudah
berdarah
b. Hipertropik : lesi eksofitik menyerupai veruka
dalam jumlah banyak
c. Nekrotik : ulkus dalam dengan destruksi jaringan
yang luas

d. Sklerotik : terutama fibrosis, kadang disertai


dengan striktur uretra
iv. Predileksi
Wanita : vulva, labia mayor, serviks, mons pubis,
perianal (kadang-kadang), dan daerah di luar genital
(jarang)
Pria : daerah penis (glans, preputium, batang penis,
pertemuan penis-skrotum), perianal (kadang-kadang),
dan daerah di luar genital (jarang)
v. Pemeriksaan penunjang :
Tissue smear yang diwarnai dengan Giemsa, Wright,
atau pewarnaan Leishman ditemukan badan
donovan
Biopsi
vi. Diagnosis banding :
Tahap awal ulkus sifilis primer dan ulkus molle
Tahap lanjut limfogranuloma venereum
vii. Komplikasi : terjadi ulkus yang sangat besar, destruksi dan
deformitas genitalia, jarang terjadi perubahan menjadi ganas
viii. Tatalaksana :
Prinsip pengobatan : lama pengobatan 3 minggu 3
bulan, hingga sembuh. Bila bersamaan dengan HIV
waktu pengobatan lebih lama
Pengobatan spesifik berupa
a. Doksisiklin 2x100 mg/hari, per oral
b. Azitromisin 1 gr per oral setiap minggu
c. Eritromisin base 4x500 mg/hari, per oral
ix. Prognosis :
Kasus dini : prognosis baik untuk kesembuhan total
Kasus lanjut : dapat terjadi destruksi jaringan, perlu
pembedahan radikal
d. Sifilis
i. Definisi : Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pallidum, sangat kronik dan bersifat sistemik. Penyakit ini
dapat menyerang seluruh alat tubuh, dapat menyerupai
banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat
ditularkan dari ibu ke janin. Sinonim : lues, raja singa
ii. Etiologi : Treponema pallidum
iii. Cara penularan : kontak seksual, penularan dari ibu ke janin
iv. Stadium

v. Klasifikasi

4. Kondiloma akuminata
i. Definisi : Lesi berbentuk papilomatosis, dengan permukaan
verukosa, disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) tipe
tertentu
ii. Etiologi : HPV tipe 6, 11 (tersering). Tipe lain : 18, 30, 31, 33,
35, 39, 41, 42, 44, 51, 52, 56
iii. Gejala klinis
Bentuk klinis tersering : lesi seperti kembang kol,
berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa.
Ukuran lesi berkisar dari beberapa mm hingga cm. Tiap
kutil dapat bergabung menjadi massa yang besar
Bentuk klinis lain : lesi keratotik, permukaan kasar dan
tebal, biasanya ditemukan di atas permukaan yang
kering seperti batang penis. Lesi timbul sebagai papul
atau plak verukosa atau keratolitik, soliter, atau
multipel
iv. Predileksi : terdapat pada daerah lipatan yang lembab
Wanita : daerah vulva dan sekitar, introitus vagina,
porsio uteri
Pria : perineum, sekitar anus, sulkus koronarius, glans
penis, meatus uretra, korpus, pangkal penis
v. Diagnosis banding : Benign penile pearly papules, veruka
vulgaris, kondiloma lata, karsinoma sel skuamosa, karsinoma
verukosa
vi. Tatalaksana :
Kemoterapi
a. Tinktura podofilin 25%
b. Asam trikloroasetat (TCA) 80-90%
c. 5-fluorourasil
Elektrokauterisasi
Bedah beku
Bedah skalpel
Laser CO2
Interferon
Imunoterapi
vii. Prognosis : sering residif, prognosis baik
5. HIV

a. Definisi : AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah


sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker
tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oelh infeksi
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
b. Etiologi : HIV-1, HIV-2 (kurang patogen)
c. Patogenesis : Virus masuk terutama melalui darah, semen, dan
sekret vagina, 75% penularan melalui hubungan seksual

d. Gambaran klinis
i. Infeksi akut (CD4 : 750-1000), timbul sesudah masa inkubasi
1-3 bulan. Gejala : flu like syndrome (demam, artralgia,
malaise, anoreksia), gejala kulit (bercak-bercak merah,
urtikaria), gejala saraf (sakit kepala, nyeri retrobulber,
radikulopati, gangguan kognitif dan afektif), gangguan
gastrointestinal (nausea, vomitus, diare, kandidiasis
orofaringitis). Terjadi 1-2 minggu.
ii. Infeksi kronis asimptomatik (CD4 > 500), sekitar 5 tahun
setelah infeksi akut, terjadi limfadenopati generasilata
persisten (LGP), muncul penyakit-penyakit autoimun seperti
idiopathic thrombocytopenia (ITP), Guillain-Barre syndrome,
mononeuritis multipleks, atau poliomielitis idiopatik.
iii. Infeksi kronik simptomatik, dimulai sesudah 5 tahun
terinfeksi HIV
Penurunan imunitas sedang (CD4 : 200-500) :
reaktivasi herpes zoster atau herpes simpleks (dapat
sembuh spontan atau hanya dengan pengobatan
biasa), dermatitis seboroik, veruka vulgaris, moluskum
kontagiosum, kandidiasis oral, keganasan, AIDS
Related Complex (ARC), yaitu keadaan yang ditandai

oleh paling sedikit dua gejala dari gejala-gejala


berikut :
a. Demam yang berlangsung > 3 bulan
b. Penurunan berat badan > 10%
c. Limfadenopati berlangsung > 3 bulan
d. Diare
e. Kelelahan dan keringat malam
Dengan ditambah paling sedikit 2 kelainan
laboratorium berikut :
a. T4 < 400/ml
b. Ratio T4/T8 < 1.0
c. Leukotrombositopenia dan anemi
d. Peningkatan serum imunoglobulin
e. Penurunan blastogenesis sel limfosit
f. Tes kulit anergi
Penurunan imunitas berat (CD4 < 200), terjadi infeksi
oportunistik yang mengancam jiwa, seperti
Pneumocystitis carinii (PCP), toksoplasma,
Cryptococcosis, tuberkulosa, Cytomegalovirus (CMV),
dan lainnya, serta keganasan.

e. Diagnosis
i. Diagnosis dini infeksi HIV, dengan pemeriksaan laboratorium
berdasarkan petunjuk gejala klinis atau perilaku risiko tinggi
Langsung : isolasi virus dari sampel, dengan mikroskop
elektron dan deteksi antigen virus (PCR)
Tidak langsung : ELISA, Western blot,
Immunofluorescent assay (IFA), atau
radioimmunoprecipitation assay (RIPA)
ii. Diagnosis AIDS, bila terdapat infeksi-infeksi dan kanker
oportunistik yang mengancam jiwa penderita, termasuk
ensefalopati, sindrom kelelahan yang berkaitan dengan AIDS
dan hitungan CD4 < 200/ml
f. Penatalaksanaan
i. Infeksi dini, CDC menyarankan pemberian antiretroviral pada
keadaan asimptomatik dengan CD4 < 300/ml, atau CD4 <
500/ml pada simptomatik. Obat-obatan :
Zidovudin (ZDV) 500-600 mg/hari, pemberian setiap 4
jam masing-masing 100 mg
Didanosin (DDI), jika tidak toleran terhadap ZDV,
dosis :
2x100 mg, setiap 12 jam (BB < 60 kg)
2x125 mg, setiap 12 jam (BB > 60 kg)
Dideoxycytidine (DDC, zalcitabine), kombinasi dengan
ZDV, dosis : 0,03 mg/kgBB, diberikan setiap 4 jam
Terapi kombinasi :
a. Triple :
Saquinavir 1800 mg/hari
ZDV 600 mg/hari
DDC 2.5 mg/hari
b. Double :
DDC + ZDV
DDC + Saquinavir

Profilaksis PCP bila CD4 < 200/ml, kandidiasis oral > 2


minggu, pernah mengalami infeksi PCP di masa lalu
ii. Stadium lanjut
Zidovudin (ZDV) 1000 mg dalam 4-5 kali pemberian
Pengobatan infeksi oportunistik

Perawatan fase terminal, simptomatik (anti emetik,


sesak, mengurangi rasa cemas, analgetik)

Efloresensi
1. Efloresensi Primer
Makula : Kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata
Papul : Penonjolan di atas permukaan kulit, sirkumskrip, diameter < 0,5
cm, berisi zat padat
Plak : Peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi
zat padat (biasanya infiltrat), diameternya 2 cm atau lebih
Urtika : Edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan
Nodus : Massa padat sirkumskrip, infiltrat terletak di kutan atau
subkutan, diameter > 1 cm & dapat menonjol
Nodulus : Jika diameternya < 1 cm
Vesikel : Gelembung berisi cairan serum (jernih), beratap, diameter <
0,5 cm & mempunyai dasar
Bulla : Vesikel yang berukuran lebih besar
Pustul : Vesikel yang terisi nanah
Kista : Ruangan berdinding dan berisi cairan, sel, maupun sisa sel
2. Efloresensi sekunder
Skuama : Lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Jenis
skuama : pitiriasiformis, psoriasiformis, iktiosiformis, kutikular, lamelar,
membranosa atau eksfoliativa, dan keratolitik
Krusta : Cairan tubuh yang mengering. Dapat bercampur dengan
jaringan nekrotik maupun benda asing
Erosi : Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak
melampaui stratum basal

Ekskoriasi : Bila garukan lebih dalam lagi, sehingga tergores sampai


ujung papila dermis, maka akan terlihat darah yang keluar selain serum
Ulkus : Hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi
Sikatriks : Terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tidak normal,
permukaan kulit licin, dan tidak terdapat adneksa kulit
Ukuran
Miliar

Bentuk
Lentikul
ar
Teratur : bulat,
lonjong, dll
Numular
Tidak teratur
Plakat

Sebesar kepala jarum


pentul
Sebesar biji jagung

Sebesar uang logam


Lebih besar dari
numular

Anda mungkin juga menyukai