Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Sistem reproduksi wanita adalah serangkaian organ yang terletak di luar tubuh dan di
sekitar panggul yang berkontribusi terhadap proses reproduksi. Gangguan reproduksi adalah
kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi. Diketahui bahwa system
pertahanan dari alat kelamin atau organ reproduksi wanita cukup baik, yaitu asam basanya.
Sekalipun demikian, sistem pertahanan ini cukup lemah, sehingga infeksi sering tidak
terbendung dan menjalar kesegala arah, menimbulkan infeksi mendadak dan menahun
dengan berbagai keluhan. Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat
kelamin adalah keputihan (flour albus). Sekalipun pertahanan yang dilakukan berlapis tetapi
infeksi dapat terjadi bila daya tahan tubuh mengalami kemunduran atau kemampuan infeksi
yang terlalu tinggi. Infeksi alat reproduksi dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu kehidupan seks.
Gejala yang paling sering ditemukan pada penderita infeksi adalah leukore (keputihan).
Leukore (white discharge, flour albus) adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya
cairan dari organ reproduksi, dan bukan berupa darah. Keputihan adalah salah satu alasan
yang paling sering mengapa perempuan memeriksakan diri ke dokter, khususnya dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan. Leukore dapat dibedakan antara yang fisiologik dan
patologik. Penyeb paling penting dari leukore patologik adalah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak sel darah putih dan warnanya kekuning-kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau. Organ yang paling sering terkena infeksi adalah vulva,
vagina, leher rahim, dan rongga rahim.
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar dapat mengetahui infeksi genital yang satu
dan yang lainnya, dan agar dapat memberi penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan kausa
infeksi.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Bartholinitis
A. Pengertian
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan
disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai
demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
B. Etiologi
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di
bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya.
Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas
vagina
C. Etiologi
1. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
 Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
 Jamur : kandida albikan.
 Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
 Bakteri : neiseria gonore.
2. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
 Virus : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
 Jamur : asinomises.
 Bakteri : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli
D. Patofisiologi
Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista
(kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu kelenjar
bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak akan
menimbulkan keluhan
E. Tanda dan Gejala
1. Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar,
nyeri tekan.
2. Kelenjar bartolin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam
3. Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS dengan keluhan
keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang
air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
4. Terdapat abses pada daerah kelamin
5. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan
darah.
F. Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan cefadroxyl
500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan asam
mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan
rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Vullva
3. In speculo
H. Penatalaksanaan
Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering dijumpai di
Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana diagnosis dan obat-obatan
yang tersedia.
1. Gonore (GO)
Anamnese :
a) 99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus pada wanita
tidak ada gejala atau keluhan.
b) Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh
penderita.
c) Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum : ostium uteri eksternum bisa tampak normal,
kemerahan atau erosif. Tampak vaginal discharge dengan sifat mukoid keruh,
mukopurulen atau purulen. Mungkin didapatkan komplikasi seperti : bartolinitis,
salpingitis, abses tubo ovarii bahkan pelvik peritonitis. Ketiga komplikasi tersebut
terahir disebut Pelvis Inflamatory Disease (PID).
Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif intraseluler lekosit.
2. Uretritis Non Gonore
Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan. Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria dengan atau
tanpa discharge. Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir dari buang air kecil
(terminal dysuria). Sering bersifat kumat-kumatan (yang membedakan dengan GO)
Riwayat kontak sering (+)
Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra. Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan
suprapubis.
Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang.
Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads)
1. Trikomoniasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna
kuning atau putih kehijauan. Sakit pada saat berhubungan sex (dyspareunia) juga
sering dikeluhkan. Riwayat suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50%
penderita GO wanita disertai dengan trikomoniasis.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo : terasa sakit, fluor albus cair dengan jumlah banyak dan
berwarna kuning atau putih kehijauan, khas : didapat bintik-bintik merah (punctatae
red spots atau strawbery cervix) di dinding vagina.
Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+).
4. Kandidiasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina.
Mungkin juga dikeluhkan adanya rasa sakit waktu melakukan aktivitas sexual.
Faktor predisposisi : diabetes militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian antibiotika
yang tidak terkontrol serta kegemukan.
Pemeriksaan :
Vulva : tampak merah, odem, adanya plak putih, mungkin didapat juga fisura atau
erosi (Vulvovaginitis).
In speculo : Terasa sakit, Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya
menutup portio.
Laboratorium :
Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan pseudohypha atau spora.
I. Pencegahan
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah gaya
hidup bersih dan sehat :
 Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari
kegemukan yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan luka,
sehingga keadaan kulit di sekitar selangkangan menjadi panas dan lembap. Kuman
dapat hidup subur di daerah tersebut.
 Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih pakaian
dalam dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu kering.
 Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu malu
berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah. Karena keputihan
dapat dialami semua perempuan.
 Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita radang
yang menggunakannya sebelum Anda.
 Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan membasuh
dari depan ke belakang.
 Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
 Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringkali salah
kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Padahal penggunaan
pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.
 Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang
merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak
diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan
bisa berbahaya.
 Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga
bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang
mendeteksi sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan
penyakit menular seksual dan pola seksual bebas.
II. Herpes Genital
A. Definisi
Herpes genitalis adalah infeksi akut pada genitalia dengan gambaran khas berupa
vesikel berkelompok pada dasar eritema dan cenderung bersifat rekuren. Biasa juga
disebut dengan herpes simpleks.7
B. Etiologi
Disebabkan HSV atau herpes virus hominis (HVH). Adapun tipe-tipe dari HSV.
- Herpes simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar
wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
- Herpes simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
C. Epidemiologi
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada faktor-faktor
seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah
oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang.
Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya
lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang
terjadi karena kontak seksual.
Studi menunjukkan bahwa HSV-1 lebih sering berhubungan dengan kelainan oral, dan
HSV-2 berhubungan dengan kelainan genital. Prevalensi herpes genitalis pada pria
hampir sama dengan wanita. Pada wanita hamil dapat memiliki resiko memiliki anak
dengan herpes neonatal, biasanya infeksi baru HSV berada selama trimester ketiga
kehamilan.
D. Patofisiologi
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup virus
DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi manusia.
Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat sebagai
subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple,
bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host.
Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan
mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten
pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV
seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat menularkan virus
lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet
pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2
biasanya ditularkan secara seksual. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul
baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat
laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran
penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring,
serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis daan
dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
E. Manifestasi Klinis
1. Infeksi Primer
Berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala
sistemik, misalnya demam, malaise, anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan
kelenjar getah bening regional. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan
kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami
ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada perabaan tidak
terdapat indurasi. Kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya
sembuh tanpa sikatrik. Kadang-kadang juga dapat timbul infeksi sekunder sehingga
memberi gambaran yang tidak jelas. Umumnya didapati pada orang yang
kekurangan antibody virus herpes simpleks. Pada wanita terdapat laporan yang
mengatakan bahwa 80% infeksi HSV pada genitalia eksterna disertai infeksi pada
serviks.
2. Fase Laten
Tidak ditemukan gejala klinis tapi HSV dapat ditemukan dalam keaadaan tidak aktif
pada ganglion dorsalis.
3. Infeksi Rekuren
HSV menjadi aktif kembali karena mekanisme pacu mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu dapat berupa trauma fisik (demam,
infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dsb), trauma psikis (gangguan emosional,
menstruasi) dan dapat juga timbul karena jenis makanan atau minuman yang
merangsang.7
Gejala klinisnya lebih ringan daripada infeksi primer dan berlangsung 7-10 hari.
sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas,
gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat sama (loco) atau yang
lain (non loco).
F. Pemeriksaan Penunjang
Deteksi dan pengolongan virus herpes simplex (HSV) dapat diselesaikan dengan
mendapatkan kultur virus dari vesikel kulit. Pada awal perjalanan infeksi berulang, 80-
90% dari kultur virus dari lesi diobati positif, namun tingkat negatif–palsu meningkat
setelah 48 jam onset lesi.
1. Deteksi DNA HSV dilakukan dalam kasus-kasus tertentu dengan polymerase chain
reaction (PCR).
2. Virus dapat diisolasi dari cairan cerebrospinal (CSF) (pada bayi baru lahir), tinja,
urin, tenggorokan, mukosa anogenital, konjungtiva dan nasofaring. DNA HSV-1
juga telah terdeteksi dalam air mata dan air liur.
3. Tzanck Pap Smear dapat dilakukan dengan cepat untuk menemukan giant cell
multinuklear, meskipun temuan ini tidak spesifik untuk jenis virus herpes. Pap smear
Tzanck disediakan dengan mengerok dasar vesikula herpes; sampel dapat diwarnai
sama ada dengan pewarnaan Wright atau Papanicolaou. Sekitar 50% dari hasil
adalah positif.
4. Uji antibodi fluoresen langsung dapat digunakan pada air-dried smears, dan sekitar
75% dari hasil adalah positif.7
Temuan Histologi
Sel yang terinfeksi dengan HSV menunjukkan degenerasi balon dan degenerasi
retikuler epidermis; acantholysis epidermal dan intraepidermal vesikel yang umum.
Badan inklusi intranuklear, inti steel-grey, keratinosit giant multinuklear, dan vesikel
multilocular juga bisa ditemukan.7
G. Penatalaksanaan
Pada infeksi primer, penatalaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Obat untuk mengurangi keluhan (simptomatis), misalnya: analgesik untuk
meredakan nyeri.
2. Antivirus:
- Acyclovir, diminum 5 x 200 mg per hari selama 7-10 hari.
- Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 7-10 hari.
- Famcyclovir, diminum 3 x 250 mg per hari selama 7-10 hari.
Pada infeksi kambuhan (rekuren): Infeksi ringan, cukup dengan menggunakan obat
untuk meredakan keluhan (simptomatis) dan obat antivirus topikal (salep, cream),
misalnya acyclovir cream, dioleskan 5 kali sehari atau setiap 4 jam, selama 5-10 hari.
Pada infeksi berat:
- Acyclovir, diminum 5 x 200 mg per hari selama 5 hari.
- Acyclovir, diminum 3 x 400 mg per hari selama 5 hari.
- Acyclovir, diminum 2 x 800 mg per hari selama 5 hari.
- Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 5 hari.
- Famcyclovir, diminum 2 x 125 mg per hari selama 5 hari.
Jika kekambuhan (rekuren) terjadi lebih 8 kali dalam setahun, maka perlu dilakukan
terapi supresif selama 6 bulan, menggunakan:
- Acyclovir, diminum 2 x 800 mg per hari selama 5 hari.
- Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 5 hari

III. Kondiloma akuminata


A. Definisi
Kondiloma akuminata juga dikenal sebagai anogenital warts terdiri dari epidermis dan
papula atau nodul dermal pada perineum, genitalia, lipatan crural, dan anus. Mereka
bervariasi dalam ukuran dan dapat membentuk besar, exophytic, massa seperti
kembang kol, terutama di lingkungan yang lembab perineum. Human papillomavirus
(HPV) adalah penyebab etiologi kondiloma akuminata. Kutil dapat menyebar ke dalam
vagina, uretra, dan epitel perirectal.
B. Etiologi
Kutil kelamin atau kondiloma disebabkan oleh infeksi pada epidermis oleh jenis
Human Papiloma Virus yang spesifik pada sebagian besar lesi yang terjadi akibat HPV
6 dan 11 yang dijumpai, namun terkadang HPV 16 atau jenis lain juga dijumpai
hubungan antara kutil kelamin dengan kutil kulit biasanya telah banyak dibahas
sebelumnya namun tidak ada bukti hubungan klinis atau virologis antara keduanya
meskipun demikian sejumlah kecil pasien dengan kutil kulit biasa juga mengalami kutil
yang sama pada bagian genital autoinokulasi dengan HIV 1,2 atau 4 tampaknya
merupakan penjelasan yang paling mungkin, karena jenis – jenis tersebut telah
diidentifikasi pada beberapa material kutil.
Beberapa faktor-faktor resiko yang mempengaruhi :
1. Aktivitas Seksual
Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang mempunyai
aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih dari 1 orang
(multiple). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi-mahasiswa yang
sering bergonta-ganti pasangan seksual dapat terinfeksi HPV melalui pemeriksaan
DNA. Wanita dengan lima atau lebih pasangan seksual dalam lima tahun memiliki
resiko 7,1% mengalami infeksi HPV (anogenital warts) dan 12,8% mengalami
kekambuhan dalam rentang waktu tersebut. Pada penelitian yang lebih luas, yang
melibatkan wanita berusia 18-25 tahun yang memiliki tiga kehidupan seksual
dengan pasangan yang berbeda berpotensi untuk terinfeksi HPV.
2. Penggunaan Kontrasepsi
Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral ternyata
menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik. Namun
hubungan pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian terjadinya
kondiloma akuminata masih menjadi perdebatan di dunia.
3. Merokok
Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih belum
jelas. Namun pada penelitian ditemukan adanya korelasi antara terjadinya infeksi
HPV pada seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter (cigarette) dengan cara
pengukuran HPV DNA.
4. Kehamilan
Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan
pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat
menghalangi lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan. Selain itu
dapat juga menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis laring (kutil pada
saluran nafas) pada bayi baru lahir. Keluhan keputihan yang di alami dapat terjadi
akibat adanya kondiloma di vagina dan serviks, atau mungkin juga keputihan oleh
sebab lain seperti jamur misalnya.
5. Imunitas
Kondiloma juga sering ditemukan pada pasien yang immunocompromised (misal
HIV).8
C. Patofisiologi
HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30 jenis HPV dapat
menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul
sebagai lesi kondiloma papilomatous. Infeksi HPV menular melalui aktivitas seksual.
HPV yang berhubungan dengan traktus genital dibagi dalam kelompok resiko rendah
dan resiko tinggi yang didasarkan atas genotipe masing-masing. Sebagian besar
kondiloma genital diinfeksi oleh tipe HPV-6 atau HPV-11. Sementara tipe 16, 18, 31,
33, 45, 51, 52, 56, 68, 89 merupakan resiko tinggi.
Papiloma virus bersifat epiteliotropik dan reflikasinya tergantung dari adanya epitel
skuamosa yang berdeferensisasi. DNA virus dapat ditemui pada lapisan bawah epitel,
namun struktur protein virus tidak ditemukan. Lapisan basal sel yang terkena ditandai
dengan batas yang jelas pada dermis. Lapisan menjadi hiperplasia (akantosis), pars
papilare pada dermis memanjang. Gambaran hiperkeratosis tidak selalu ada, kecuali
bila kutil telah ditemui pada waktu yang lama atau pengobatan yang tidak berhasil,
dimana stratum korneum hanya mengandung 2 lapisan sel yang parakeratosis.
Koibeytes terpancar – pencar keluar dari lapisan terluar dari kutil genialia. Merupakan
sel skuamosa yang zona mature perinuclear yang luas dibatasi dari peripheral
sitoplasma. Intinya bisa diperluas dan hyperchromasi, dua atau lebih nuklei/inti bisa
terlihat. Penelitian ultrastruktural menunjukkan adanya partikel – partikel virus pada
suatu bagian nuklei sel. Koilositosis muncul untuk menunjukkan kembali suatu efek
sitopatik spesifik dari HPV.
D. Pemeriksaan Diagnosis
1. Gambaran Klinis
Kondiloma pada permukaan kulit muncul sebagai papula lobus yang rata-rata 2-5
mm dalam ukuran, tetapi mereka mungkin berkisar dari mikroskopis beberapa
sentimeter untuk diameter dan tinggi. Lesi sering multifokal. Banyak kutil kelamin
mungkin muncul selama kehamilan. Kondiloma akuminata terjadi pada pria
terutama penis atau sekitar anus. Pada wanita, lesi muncul di permukaan mukosa
vulva, leher rahim, pada perineum, atau sekitar anus. Massa seperti kembang kol
dapat berkembang di tempat lembab, daerah tersumbat seperti kulit perianal, vulva,
dan lipatan inguinal. Sebagai hasil dari akumulasi materi purulen dalam celah,
mungkin timbul bau busuk. Warna mereka umumnya abu-abu, kuning pucat, atau
merah muda.
Kutil kelamin adalah sexually transmitted disease (STD) dan STD lainnya dapat
ditemukan pada pasien dengan kutil kelamin. Sejarah lengkap harus diambil dan
pasien disaring untuk STD lainnya yang sesuai. Wanita dengan kutil kelamin
eksternal harus dilakukan skrining sitologi servikal rutin untuk mendeteksi adanya
displasia serviks.5
2. Gejala dan tanda yang sering muncul
- Kondiloma akuminata sering muncul disaerah yang lembab, biasanya pada penis,
vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai daerah
perianal
- Berbau busuk
- Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol
- Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi dapat dormant
atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel
rambut atau dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi.
- Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia
minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada sebagian
kasus biasanya terjadi perdarah setelah coitus, gatal atau vaginal discharge
- Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter
10, 2 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak
diperhatikan. Terkadang muncul lebih dari satu daerah.
- Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus
mencapai saluran uretra
- Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan7
3. Pemeriksaan Penunjang
Kondiloma Akuminata Pada kasus yang meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang, antara lain :
a. Tes asam asetat Tes dilakukan dengan aplikasi larutan asam asetat 5% pada lesi
yang dicurigai. Dalam waktu 3-5 menit, lesi akan berubah menjadi putih
(acetowhite).
b. Kolposkopi Pemeriksaan dengan alat pembesaran optik (kolposkop) untuk
melihat serviks dan traktus genitalis wanita agar tampak lebih jelas. Terkadang
dilakukan bersamaan dengan tes asam asetat
c. Pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan
rutin KA. Indikasinya adalah untuk bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak
responsif terhadap terapi, dan curiga ganas (ditandai dengan pigmentasi,
pertumbuhan cepat, fiksasi pada dasar lesi, perdarahan dan ulserasi spontan.
Secara mikroskopis, lesi KA ditandai dengan gambaran koilosit (keratinosit
berukuran besar dengan area halo dan vakuolisasi perinuklear). Pada epidermis
terdapat akantosis, parakeratosis, dan rete redges yang memanjang.
d. Pemeriksaan dermoskopi Alat ini dapat melihat lesi awal datar dan membantu
membedakan dengan lesi liken planus, keratosis seboroik dan bowenoid. Pada
lesi KA menunjukkan gambaran pola vaskular dan gambaran yang khas, berupa
pola mosaik pada lesi awal yang masih datar dan ola menyerupai tombol
(knoblike), serat menyerupai jari pada lesi papilomatosa.
e. Identifikasi genom HPV. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk diagnosis
infeksi HPV anogenital secara rutin. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari 1
subtipe HPV. Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) mampu mendeteksi
DNA HPV dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi
E. Penatalaksanaan
Karena virus infeksi HPV sangat bersifat subklinis dan laten, maka tidak terdapat terapi
spesifik terhadap virus ini, maka perawatan diarahkan pada pembersihan kutil – kutil
yang tampak dan bukan pemusnahan virus. Perhatian pada pribadi harus ditekankan
karena kelembaban mendukung pertumbuhan kutil.
1. Terapi
a. Farmakologis
- Podophylin
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan kandungan
beberapa senyawa sitotoksik yang rasionya tidak dapat dirubah. Podophylino
yang paling aktif adalah podophylotoksin. Jenis ini mungkin terdiri atas
berbagai konsentrasi 10 – 25 % dengan senyawa benzoin tinoture, spirit dan
parafin cair.yang digunakan adalah tingtur podofilin 25 %, kulit di sekitarnya
dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi setelah 4 – 6 jam
dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari, setiap kali
pemberian tidak boleh lebih dari 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat
toksik. Gejala toksik ialah mual, muntah, nyeri abdomen gangguan alat napas
dan keringat kulit dingin. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan
karena dapat terjadi kematian fetus. Respon pada jenis perawatan ini
bervariasi, beberapa pasien membutuhkan beberapa sesi perawatan untuk
mencapai kesembuhan klinis, sementara pasien – pasien yang lain
menunjukkan respon yang kecil dan jenis perawatan lain harus
dipertimbangkan.
- Podofilytocin
Ini merupakan satu bahan aktif resin podophylin dan tersedia sebanyak 0,5 %
dalam larutan etanol. Ini merupakan agen anti mitotis dan tidak disarankan
untuk penggunaan pada masa kehamilan atau menyusui, jenis ini lebih aman
dibandingkan podophylin. Apilkasi mandiri dapat diperbolehkan pada kasus –
kasus keluhan yang sesuai.
- Asam Triklorasetik ( TCA )
Ini agent topikal alternatif dan seringkali digunakan pada kutil dengan
konsentrasi 30 – 50 % dioleskan setiap minggu dan pemberian harus sangat
hati – hati karena dapat menimbulkan ulkus yang dalam. Bahan ini dapat
digunakan pada masa kehamilan.10
- Topikal 5-Fluorourasil (5 FU )
Krim 5 FU dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil uretra dan vulva
vagina, konsentrasinya 1 – 5 % pemberian dilakukan setiap hari sampai lesi
hilang dan tidak miksi selama pemberian. Iritasi lokal bukan hal yang tidak
biasa.
- Interferon
Meskipun interferon telah menunjukkan hasil yang menjanjinkan bagi
verucciformis dan infeksi HPV anogenital, keefektifan bahan ini dalam
perawatan terhadap kutil kelamin masih dipertanyakan. Terapi parentral dan
intra lesional terhadapa kutil kelamin dengan persiapan interferon alami dan
rekombinasi telah menghasilkan tingkat respon yang berkisar antara 70 – 80 %
pada laporan – laporan awal. Telah ditunjukkan pula bahwa kombinasi IFN
dengan prosedur pembedahan ablatif lainnya menghasilkan tingkat
kekambuhan ( relapse rate ) lebih rendah. Efek samping dari perlakuan
inerferon sistemik meliputi panyakit seperti flu dan neutropenia transien10
b. Non Farmakologis
Obat Kutil pada kelamin (Kutil Kondiloma pada pria / Kutil Jengger Ayam pada
wanita). Penggunaan: Bubuk WARTS POWDER dicampur dengan air hangat
dan dioleskan pada bagian yang sakit, secara teratur 2x sehari. Tidak pedih,
ampuh dan aman karena terbuat dari bahan-bahan alami.9,10
2. Terapi pembedahan
a. Kuret atau Kauter ( Elektrokauterisasi )
Kuret atau Kauter (Elektrokauterisasi) dengan kondisi anastesi lokal dapat
digunakan untuk pengobatan kutil yang resisten terhadap pengobatan topikal
munculnya bekas luka parut adalah salah satu kekurangan metode ini.
b. Bedah Beku ( N2, N2O cair )
Bedah beku ini banyak menolong untuk pengobatan kondiloma akuminata pada
wanita hamil dengan lesi yang banyak dan basah.
c. Laser
Laser karbondioksida efektif digunakan untuk memusnahkan beberapa kutil –
kutil yang sulit. Tidak terdapat kekawatiran mengenai ketidakefektifan
karbondioksida yang dibangkitkan selama prosedur selesai, sedikit meninggalkan
jaringan parut.
d. Terapi Kombinasi
Berbagai kombinasi terapi yang telah dipergunakan terhadap kutil kelamin yang
membandel, contohnya kombinasi interferon dengan prosedur pembedahan,
kombinasi TCAA dengan podophylin, pembedahan dengan podophylin.
Seseorang harus sangat berhati – hati ketika menggunakan terapi kombinasi
tersebut dikarenakan beberapa dari perlakuan tersebut dapat mengakibatkan
reaksi yang sangat serius.10

IV. Bakterial Vaginosis


A. Definisi
Vaginosis bakteri atau bacterial vaginosis (BV) adalah suatu sindrom klinis akibat
perubahan ekosistem vagina, di mana terjadi pergantian flora normal Lactobacillus sp.
Sebagai penghasil H2O2 (hidrogen peroksida) di vagina, dengan bakteri anaerob
(misalnya; Bactroides sp.,Mobiluncus sp., Prevotella sp., Gardnerella vaginalis,
Mycoplasma hominis) yang menyebabkan peningkatan pH dengan nilai <4,5 menjadi
7,0. Bisa terjadi pada wanita seksual aktif dan bukan seksual aktif.
B. Etiologi
Pada dasarya penyebab BV sangat banyak, tetapi yang paling sering ada 4 jenis bakteri,
yaitu:
- G. vaginalis.
- Bakteri anaerob (Baceroides sp., Peptostreptococcus,., dll ).
- Mobiluncus sp.
- Mycoplasma hominis.
C. Gejala Klinis
Wanita dengan vaginosis bacterial akan mengeluh adanya duh tubuh dari vagina yang
ringan atau sedang dan berbau tidak enak (amis), yang dinyatakan oleh penderita
sebagai satu-satunya gejala yang tidak menyenangkan. Bau lebih menusuk setelah
sanggama dan mengakibatkan darah menstruasi berbau abnormal. Iritasi daerah vagina
atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), kalau ditemukan, lebih ringan dari pada yang
disebabkan Trichomonas Vaginalis atau Candida Albicans. Nyeri abdomen,
dispareunia, atau nyeri waktu kencing jarag terjadi, dan kalau ada karena penyakit lain.
Disamping itu penderita vaginosis bacterial bersifat asimptomatik.
Pada pemeriksaan sangat khas, dengan duh tubuh vagina bertambah, warna abu-abu
homogeny, viskositas rendah atau normal, berbau, dan jarang berbusa. Duh tubuh
melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kilauan yang difus,
pH sekret vagina berkisar antara 4.5-5,5. Gejala peradangan umum tidak ada, terdapat
eritema pada vagina atau vulva atau ptekie pada dinding vagina. Pada pemeriksaan
kolposkopi tidak terlihat dlatasi pembuluh darah dan tidak ditemukan penambahan
densitas pembuluh darah pada dinding vagina, gambaran serviks normal.
D. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis VB harus dilakukan hapusan vagina yang selanjutnya
diperiksa mengenai :
1. Bau khas “fishy odor” pada preparat basah yang disebut sebagai “whiff test” yang
dilakukan dengan meneteskan potassium hydroxide-KOH pada microscopic slide
yang sudah ditetesi dengan cairan keputihan.
2. Hilangnya keasaman vagina. Seperti diketahui, bahwa untuk mengendalikan
pertumbuhan bakteri, pH vagina berkisar antara 3.8 – 4.2. Pemeriksaan dengan
kertas lakmus yang memperlihatkan adanya pH > 5 memperlihatkan terjadinya VB.
3. Adanya clue cells . Cara pemeriksaan adalah dengan meneteskan larutan NaCl pada
microscop slide yang telah dibubuhi dengan cairan keputihan. Clue cell adfalah sel
epitel yang dikelilingi oleh bakteria
E. Patogenesis
Bakterial vaginosis adalah hasil dari penggantian flora normal vagina (Lactobacillus)
dengan flora campuran yang terdiri dari G. vaginalis, bakteri anaerob, dan M. hominis.
Dengan demikian, kebanyakan studi tentang patogenesis BV berfokus pada bagaimana
ekosistem mikroba vagina menjadi berubah. Data epidemiologi menjelaskan bahwa
penularan organisme tertentu melalui hubungan seksual dapat memulai perubahan flora
vagina pada karakteristik BV.
Lactobacillus sp. dapat membantu wanita normal untuk melawan infeksi di vagina dan
serviks. Laktobasilus vagina menghambat G. vaginalis, Mobiluncus, dan bakteri
anaerob Gram negatif batang in vitro. Beberapa strain Lactobacillus menghasilkan
H2O2, dari studi telah menunjukkan bahwa strain yang memproduksi H 2O2.
Laktobasilus lebih sering dominan pada vagina wanita normal, dibandingkan dengan
wanita dengan BV.
Wanita dengan H2O2-laktobasilus positif jarang ditemukan pada BV, daripada wanita
dengan H2O2-negatif laktobasilus. H2O2 yang dihasilkan oleh laktobasilus vagina dapat
menghambat pertumbuhan bakteri anaerob bentuk batang, Gardnerella, Mobiluncus,
dan Mycoplasma pada vagina, baik secara langsung melalui aktivitas toksik H2O2 atau
bereaksi dengan ion halida peroksidase di serviks sebagai bagian dari H 2O2-halida-
peroksidase antibakteri sistem.
Sejauh ini, tidak ada faktor endogen yang telah diidentifikasi dapat meningkatkan
kerentanan terhadap BV. Mungkin kerentanan terhadap BV disebabakan karena
pemakain IUD, tetapi mekanisme tentang AKDR yang dapat meningkatkan risiko BV
belum dapat diketahui, pada jenis AKDR yang lebih baru dengan mekanisme pelepasan
progestin dan Cu belum dievaluasi tentang hubungannya dengan kerentanan terhadap
BV. Potensial redoks (Eh) pada permukaan epitel vagina lebih rendah pada wanita
dengan BV dibandingkan pada wanita normal.
Cairan vagina pada perempuan dengan BV akan meningkatkan kadar endotoksin,
sialidase, dan glikosidase, yang menurunkan musin dan menurunkan viskositasnya.
Pada perempuan dengan BV terjadi peningkatan kadar sitokin dan kemokin dalam
lendir serviks pada wanita hamil maupun yang tidak hamil dengan BV. Selain itu,
terjadi pula penurunan sekret leukosit dalam cairan vagina pada perempuan dengan BV.
F. Pengobatan
Jenis obat yang digunakan tidak membahayakan dan sedikit efek sampingnya.
Pengobatan bervariasi dari yoghurt sampai antimicrobial sistemik. Metronidazol
dengan cara pemberian beberapa macam dosis, ternyata efektif terhadap vaginosis
bacterial meskipun jangka waktu optimum dan dosis yang tepat masih dicari.
1. Topikal
- Krim sulfonamide tripel.
- Supositoria vaginal yang berisi tetrasiklin dapat menimbulkan vaginitis yang
disebabkan candida albicans.
- Bufferes acid gel, tetapi hasilnya tidak dipublikasikan.
- Krim sulfonamide tripel sebagai cairan acid cream base dengan pH 3,9 dipakai
setiap hari selama 7 hari. Pada 10 penderita hanya 4 orang yang sembuh, terbukti
bahwa menurunkan pH vagina tidak cukup memperbaiki flora vagina normal.
Penyembuhan hanya sementara selama penggunaan pengobatan topical.
2. Sistemik
- Metronidazol dosis 2 X 400 atau 500 mg setiap hari selama 7 hari atau,
Tianidazol 2 X 500 mg setiap hari selama 5 hari, member angka penyembuhan
lebih dari 90%.
- Ampisilin atau amoksisilin dengan dosis 4 X 500 mg per oral selama 5 hari.
- Tetrasiklin per oral merupakan predisposisi timbulnya kandidosis vaginal.
- Eritromisin, meskipun in vitro sangat aktif terhadap G.Vaginalis dan kuman-
kuman anaerob, ternyata tidak efektif untuk vaginosis bacterial.
V. Trikomoniasis
A. Definisi
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada wanita
maupum pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh Trichomonas vaginalis
dan penularannya biasanya melalui hubungan seksual. (Daili SF, 2009)
B. Etiologi
Penyebab trikomoniasis ialah Trichomonas vaginalis yang pertama kali ditemukan oleh
Donne pada tahun 1836. Merupakan falgelata berbentuk filiformis, berukuran 15-18
mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak seperti gelombang.
Parasit ini berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam
suasana Ph 5-7,5. Pada suhu 50℃ akan mati dalam beberapa menit, tetapi pada suhu 0
℃ dapat bertahan sampai 5 hari.
C. Gejala Klinis Trikomoniasis
Trikomoniasis pada wanita, yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut
maupun kronik. Pada kasus akut terlihat secret vagina seropurulen berwarna kekuning-
kuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak (malodorous), dan berbusa. Dinding vagina
tampak kemerahan dan sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada dinding
vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna merah yang dikenal
sebagai strawberry appearance dan disertai gejala dispareunia, perdarahan pascakoitus.
Bila secret banyak yang keluar bisa timbul iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia
eksterna. Bau yang kuat, iritasi atau gatal–gatal disekitar vagina. Selain vaginitis dapat
pula terjadi uretritis, bartholinitis, dan sistitis yang pada umumnya tanpa keluhan. Pada
kasus yang kronik gejala lebih ringan dan secret vagina biasanya tidak berbusa.
Pada wanita sering tidak menunjukan keluhan maupun gejala sama sekali. Bila ada
keluhan biasanya berupa duh tubuh vaginal yang banyak, berwarna agak kekuning-
kuningan dan berbau. Penderita mengeluh tentang adanya flour yang menyebabkan rasa
gatal dan membakar.6 Rata-rata hanya 50-75% yang mengeluhkan adanya duh tubuh
vagina. Wanita dengan trikomoniasis sering melaporkan adanya duh tubuh vagina yang
abnormal, dapat bersifat purulen, berbuih atau berdarah. Duh tubuh yang berbuih
merupakan tanda klasik trikomoniasis yang dapat diamati hanya 12% dari pasien
dengan infeksi ini. Duh tubuh yang banyak sering menimbulkan keluhan rasa gatal dan
perih pada vulva dan kulit sekitarnya.
Pada pemeriksaan fisik labium tampak eritema dan edema serta nyeri, sedangkan pada
vulva akan tampak gambaran eritematus dan edema. Bagian yang diserang terutama
dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut sekret vagina
seropurulen berwarna kekuning-kuningan, kuning hijau, berbau tidak enak (malodorus),
dan berbusa. Bila sekret banyak yang keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di
sekitar genitalia eksterna. Selain vaginitis dapat juga terjadi uretritis. Pada kasus yang
kronik gejala lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak berbusa
D. Diagnosis Trikomoniasis
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis serta
pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukannya T. vaginalis
pada sediaan langsung (sediaan basah) atau pada biakan duh tubuh penderita.
E. Penatalaksanaan Trikomoniasis
1. Secara topikal:
- Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hydrogen peroksida 1-2% dan larutan asam
laktat 4%.
- Bahan berupa supsitoria bubuk yang bersifat tikomoniasidal.
- Jel dan krim, yang berisi zat trikomoniasidal.
2. Secara sistemik (oral):
Obat yang sering digunakan tergolong derivate nitromidazol seperti:
- Metronidazole : dosis tunggal 2 gram atau 2 x 500 mg per hari selama 7 hari
- Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
- Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
- Omidazol : dosis tunggal 1.5 gram
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita:
- Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah jangan
terjadi infeksi pingpong.
- Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum dinyatakan
sembuh.
- Hindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi.
F. Pencegahan Trikomoniasis
Pencegahan trikomoniasis dapat dilakukan melalui penyuluhan dan pendidikan
terhadap pasien dan masyarakat umum tentang infeksi ini. Penggunaan kondom
dapat mencegah penularan. Cara terbaik untuk menghindari penularan adalah
dengan menghindari hubungan seksual dengan pasangan yang beresiko. Terutama
dengan pasangan yang mengeluhkan gejala-gejala trikomoniasis. Meningkatkan
higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.

VI. Vulva vaginitis


A. Pengertian
Vulvovaginitis adalah peradangan atau infeksi pada vulva dan vagina. Vulvovaginal
kandidiasis adalah nama yang sering diberikan untuk Candida albicans vagina infeksi
berhubungan dengan dermatitis dari vulva (gatal ruam). 'Vaginal thrush', dan 'monilia'
juga nama-nama untuk Candida albicans infeksi.
Candida albicans adalah jamur ragi biasanya bertanggung jawab atas vulva gatal dan
pengosongan. Hal ini umumnya pelaku bahwa perempuan selalu merujuk pada setiap
Vulvovaginal gatal sebagai "infeksi jamur," tapi perlu diketahui bahwa semua tidak
selalu gatal disebabkan oleh ragi.
B. Etiologi
Vulvovaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan sangat umum. Hal
ini dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan parasit lain. Beberapa penyakit
menular seksual juga dapat menyebabkan vulvovaginitis, seperti yang bisa ditemukan
berbagai bahan kimia gelembung mandi, sabun, dan parfum. Faktor-faktor lingkungan
seperti kebersihan yang buruk dan alergen juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Candida albicans, yang menyebabkan infeksi jamur, adalah salah satu penyebab paling
umum vulvovaginitis perempuan dari segala usia. Penggunaan antibiotik dapat
menyebabkan infeksi jamur dengan membunuh antijamur normal bakteri yang hidup di
vagina. Infeksi jamur kelamin biasanya menyebabkan gatal-gatal dan tebal, putih
discharg vagina, dan gejala lain. Untuk informasi lebih lanjut, lihat: ragi infeksi vagina.
Penyebab lain adalah vulvovaginitis bakteri vaginosis, suatu pertumbuhan berlebih dari
jenis bakteri tertentu dalam vagina. Bakteri vaginosis dapat menyebabkan tipis, warna
abu-abu vagina dan bau amis.
Sebuah penyakit menular seksual yang disebut Trichomonas vaginitis infeksi adalah
penyebab umum lain. Infeksi ini mengarah ke kelamin gatal, bau vagina, dan vagina
yang berat, yang mungkin kuning-abu atau warna hijau.
Gelembung mandi, sabun, vagina kontrasepsi, feminin semprotan, dan parfum dapat
menyebabkan iritasi ruam gatal di daerah genital, sedangkan nonabsorbent ketat atau
pakaian kadang-kadang menyebabkan ruam panas.
Jengkel jaringan lebih rentan terhadap infeksi daripada jaringan normal, dan banyak
organisme penyebab infeksi berkembang dalam lingkungan yang hangat, lembab, dan
gelap. Tidak hanya faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada penyebab vulvovaginitis,
mereka sering memperpanjang periode pemulihan.
Kurangnya estrogen pada wanita postmenopause dapat menyebabkan kekeringan
vagina dan penipisan kulit vagina dan vulva, yang juga dapat menyebabkan atau
memperburuk kelamin gatal dan terbakar.
Nonspesifik vulvovaginitis (di mana penyebab dapat diidentifikasi) dapat dilihat dalam
semua kelompok usia, tetapi paling sering terjadi pada anak gadis sebelum pubertas.
Setelah pubertas dimulai, vagina menjadi lebih asam, yang cenderung untuk membantu
mencegah infeksi.
Vulvovaginitis nonspesifik dapat terjadi pada anak perempuan dengan genital miskin
kebersihan dan ditandai oleh berbau busuk, coklat-hijau pelepasan dan iritasi labia dan
vagina. Kondisi ini sering dikaitkan dengan pertumbuhan berlebih dari suatu jenis
bakteri yang biasanya ditemukan di dalam tinja. Bakteri ini kadang-kadang menyebar
dari anus ke area vagina dengan mengusap dari belakang ke depan setelah
menggunakan kamar mandi.
Pelecehan seksual harus dipertimbangkan pada anak-anak dengan infeksi yang tidak
biasa dan berulang episode dijelaskan vulvovaginitis. Neisseria gonorrhoeae, organisme
yang menyebabkan gonore, menghasilkan gonokokal vulvovaginitis di gadis-gadis
muda. Gonocorrhea vaginitis terkait dianggap sebagai penyakit menular seksual. Jika
tes laboratorium mengkonfirmasi diagnosis ini, gadis-gadis muda harus dievaluasi
untuk pelecehan seksual.
Sekitar 20% dari non-hamil wanita usia 15-55 pelabuhan Candida albicans dalam
vagina. Sebagian besar tidak mempunyai gejala dan itu berbahaya bagi mereka.
Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans menyebabkan berat dadih putih
seperti vagina, rasa panas di vagina dan vulva dan / atau ruam gatal di vulva dan kulit
di sekitarnya.
Estrogen menyebabkan lapisan vagina untuk dewasa dan mengandung glikogen, sebuah
substrat yang Candida albicans berkembang. Kurangnya estrogen pada wanita yang
lebih muda dan lebih tua membuat kandidiasis Vulvovaginal jarang terjadi.
Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans terjadi paling sering dengan:
1. Kehamilan
2. Dosis tinggi pil KB kombinasi dan estrogen berbasis terapi penggantian hormon
3. Sebuah rangkaian antibiotik spektrum luas seperti tetracycline atau amoxiclav
4. Diabetes mellitus
5. Anemia kekurangan zat besi
6. Defisiensi imunologis misalnya, infeksi HIV
7. Di atas kondisi kulit yang lain, sering psorias , Planus lumut atau lumut sclerosus.
8. Penyakit lain
C. Patofisiologi
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina.
Kemampuan melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya.
Kemudian, Candida sp. mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan
kerusakan ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain
itu, Candida sp. juga mengeluarkan mikotoksin diantaranya gliotoksin yang mampu
menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya
kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga
menimbulkan gejala pada pejamu.
D. Manifestasi Klinis
Vulvovaginal gejala kandidiasis, yaitu, suatu pertumbuhan berlebih dari Candida
albicans, meliputi:
- Gatal, nyeri dan / atau pembakaran ketidaknyamanan pada vagina dan vulva
- Berat dadih putih seperti vagina
- Ruam merah terang yang mempengaruhi bagian dalam dan luar dari vulva, kadang-
kadang menyebar luas di pangkal paha untuk memasukkan daerah kemaluan, daerah
inguinal dan paha. Ini bisa berlangsung hanya beberapa jam atau bertahan selama
berhari-hari, berminggu-minggu, atau jarang, bulan.
- Gejala mungkin kadang-kadang diperparah oleh hubungan seksual.
E. Pencegahan
Untuk mencegah infeksi jamur, mengenakan pakaian katun agar udara dapat
bersirkulasi. Walaupun sejumlah obat untuk mengobati infeksi jamur baru-baru ini akan
tersedia over-the-counter, berhati-hati dalam membuat diagnosis diri terburu-buru.
Penggunaan kondom selama hubungan seksual bisa mencegah sebagian besar infeksi
menular seksual vagina. Tepat pas dan memadai penyerap pakaian, dikombinasikan
dengan baik kebersihan daerah genital juga mencegah banyak kasus infeksi non-
vulvovaginitis.
Anak-anak harus diajarkan bagaimana cara benar membersihkan daerah genital saat
memandikan atau mandi. Tepat menyeka setelah menggunakan toilet juga akan
membantu (anak harus selalu menyeka dari depan ke belakang untuk menghindari
memperkenalkan bakteri dari anus ke vagina). Tangan harus dicuci bersih sebelum dan
setelah menggunakan kamar mandi.
F. Penatalaksanaan
Kadang-kadang Candida albicans infeksi tetap ada meski terapi konvensional yang
memadai. Pada beberapa wanita hal ini mungkin merupakan tanda kekurangan zat besi,
diabetes melitus atau masalah imun, dan tes yang sesuai harus dilakukan.
Perempuan yang mengalami berulang Vulvovaginal Candida albicans melakukannya
karena infeksi persisten, daripada infeksi ulang. Tujuan dari perawatan dalam situasi ini
adalah untuk menghindari pertumbuhan berlebih dari kandida yang mengarah ke gejala,
daripada harus mampu mencapai pemberantasan menyelesaikan atau menyembuhkan.
Ada beberapa bukti bahwa langkah-langkah berikut dapat membantu:
- Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar, menghindari
stoking nilon.
- Perendaman dalam garam mandi. Hindari sabun –
- Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untuk mencuci berair.
- Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan mengobati sekunder
dermatitis mempengaruhi vulva.
- Perlakukan dengan krim anti jamur sebelum setiap periode menstruasi dan sebelum
terapi antibiotik untuk mencegah kambuh.  Sebuah perjalanan panjang sebuah
antijamur  topikal agen kadang-kadang diperlukan (tapi hal ini mungkin sendiri
menyebabkan dermatitis atau hasil dalam non-proliferasi candida albicans).
- Antijamur oral obat-obatan (itrakonazol atau flukonazol) dapat diambil secara
teratur dan sebentar-sebentar (misalnya sekali sebulan). Dosis dan frekuensi yang
cukup bervariasi, tergantung pada keparahan gejala. Oral agen antijamur mungkin
tidak sesuai pada kehamilan. Mereka membutuhkan resep.
- Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari dapat membantu
untuk mengasamkan vagina dan mengurangi kehadiran khamir (albicans dan non-
candida albicans).
BAB III
PENUTUP

Macam-macam infeksi ginetalia sangat banyak, beberapa di antaranya herpes genital,


Vaginosis Bakterial, Bartholinitis, Trikomoniasis, dan Kondiloma Akuminata.
Untuk menegakkan diagnosis infeksi ginetalia pada wanita dibutuhkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lanjutan yang khusus karena beberapa infeksi genikologi
ada yang bersifat khusus. Penularan sebagian besar infeksi ginekologi dari hubungan seks.
Adanya riwayat luka pada organ genital luar juga dapat menyebabkan infeksi.
Dengan mengetahui cara penularan dan bahaya dari infeksi ginetalia, kita perlu
melakukan pencegahan agar epidemiologi infeksi dapat berkurang secara signifikan.
Penyuluhan kepada masyarakat juga sangat dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.ump.ac.id/5988/2/Dwi%20Candra%20Muliana%20BAB%20I.pdf . Diakses
pada tanggal 27 Agustus 2023
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F203368%2Fmod_resource
%2Fcontent%2F1%2FFISIOLOGI%20REPRODUKSI%20WANITA%201.pdf. Diakses
pada tanggal 27 Agustus 2023
https://www.scribd.com/doc/303188087/makalah-sistem-reproduksi. Diakses pada tanggal 27
Agustus 2023
file:///C:/Users/USER%20X/Downloads/336-744-1-SM.pdf. Diakses pada tanggal 27
Agustus 2023
https://www.academia.edu/11865037/CONDYLOMA_ACUMINATUM. Diakses pada
tanggal 27 Agustus 2023
https://id.scribd.com/document/390642546/Referat-Infeksi-Genitalia. Diakses pada tanggal
27 Agustus 2023
https://www.academia.edu/17097184/Vaginosis_Bakterial. Diakses pada tanggal 27 Agustus
2023
https://www.scribd.com/document/329205504/Penyakit-Trikomoniasis. Diakses pada tanggal
27 Agustus 2023
https://www.scribd.com/document/442152846/R-REFERAT-OBGYN-INFEKSI-
GENITALIA-WANITA-AAA. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2023
https://dokumen.tips/documents/7infeksi-genitalia-wanita.html. Diakses pada tanggal 27
Agustus 2023

Anda mungkin juga menyukai