PENDAHULUAN
Sistem reproduksi wanita adalah serangkaian organ yang terletak di luar tubuh dan di
sekitar panggul yang berkontribusi terhadap proses reproduksi. Gangguan reproduksi adalah
kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi. Diketahui bahwa system
pertahanan dari alat kelamin atau organ reproduksi wanita cukup baik, yaitu asam basanya.
Sekalipun demikian, sistem pertahanan ini cukup lemah, sehingga infeksi sering tidak
terbendung dan menjalar kesegala arah, menimbulkan infeksi mendadak dan menahun
dengan berbagai keluhan. Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat
kelamin adalah keputihan (flour albus). Sekalipun pertahanan yang dilakukan berlapis tetapi
infeksi dapat terjadi bila daya tahan tubuh mengalami kemunduran atau kemampuan infeksi
yang terlalu tinggi. Infeksi alat reproduksi dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu kehidupan seks.
Gejala yang paling sering ditemukan pada penderita infeksi adalah leukore (keputihan).
Leukore (white discharge, flour albus) adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya
cairan dari organ reproduksi, dan bukan berupa darah. Keputihan adalah salah satu alasan
yang paling sering mengapa perempuan memeriksakan diri ke dokter, khususnya dokter ahli
kebidanan dan penyakit kandungan. Leukore dapat dibedakan antara yang fisiologik dan
patologik. Penyeb paling penting dari leukore patologik adalah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak sel darah putih dan warnanya kekuning-kuningan sampai hijau,
seringkali lebih kental dan berbau. Organ yang paling sering terkena infeksi adalah vulva,
vagina, leher rahim, dan rongga rahim.
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar dapat mengetahui infeksi genital yang satu
dan yang lainnya, dan agar dapat memberi penatalaksanaan yang tepat sesuai dengan kausa
infeksi.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Bartholinitis
A. Pengertian
Bartolinitis adalah Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat
menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan
disertai dengan rasa nyeri hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai
demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
B. Etiologi
Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di
bagian dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya.
Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas
vagina
C. Etiologi
1. Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh :
Virus : kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur : kandida albikan.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri : neiseria gonore.
2. Infeksi alat kelamin wanita bagian atas :
Virus : klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur : asinomises.
Bakteri : neiseria gonore, stafilokokus dan E.coli
D. Patofisiologi
Lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista
(kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu kelenjar
bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak akan
menimbulkan keluhan
E. Tanda dan Gejala
1. Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar,
nyeri tekan.
2. Kelenjar bartolin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam
3. Kebanyakkan wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS dengan keluhan
keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang
air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
4. Terdapat abses pada daerah kelamin
5. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan
darah.
F. Pengobatan
Pengobatan yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan cefadroxyl
500 mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan asam
mefenamat 500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan
rasa nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Vullva
3. In speculo
H. Penatalaksanaan
Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin wanita yang sering dijumpai di
Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan dengan sarana diagnosis dan obat-obatan
yang tersedia.
1. Gonore (GO)
Anamnese :
a) 99 kasus GO pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus pada wanita
tidak ada gejala atau keluhan.
b) Kalau ada keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh
penderita.
c) Sering anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum : ostium uteri eksternum bisa tampak normal,
kemerahan atau erosif. Tampak vaginal discharge dengan sifat mukoid keruh,
mukopurulen atau purulen. Mungkin didapatkan komplikasi seperti : bartolinitis,
salpingitis, abses tubo ovarii bahkan pelvik peritonitis. Ketiga komplikasi tersebut
terahir disebut Pelvis Inflamatory Disease (PID).
Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram negatif intraseluler lekosit.
2. Uretritis Non Gonore
Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan. Kalau ada, keluhan biasanya adalah disuria dengan atau
tanpa discharge. Sering juga dikeluhkan keluar darah pada akhir dari buang air kecil
(terminal dysuria). Sering bersifat kumat-kumatan (yang membedakan dengan GO)
Riwayat kontak sering (+)
Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra. Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan
suprapubis.
Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus (-), lekosit >10/lapangan pandang.
Urin : berawan atau didapat benang-benang pendek (threads)
1. Trikomoniasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna
kuning atau putih kehijauan. Sakit pada saat berhubungan sex (dyspareunia) juga
sering dikeluhkan. Riwayat suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50%
penderita GO wanita disertai dengan trikomoniasis.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo : terasa sakit, fluor albus cair dengan jumlah banyak dan
berwarna kuning atau putih kehijauan, khas : didapat bintik-bintik merah (punctatae
red spots atau strawbery cervix) di dinding vagina.
Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup cahaya Trichomonas vaginalis (+).
4. Kandidiasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di vagina.
Mungkin juga dikeluhkan adanya rasa sakit waktu melakukan aktivitas sexual.
Faktor predisposisi : diabetes militus, pemakaian Pil KB, dan pemakaian antibiotika
yang tidak terkontrol serta kegemukan.
Pemeriksaan :
Vulva : tampak merah, odem, adanya plak putih, mungkin didapat juga fisura atau
erosi (Vulvovaginitis).
In speculo : Terasa sakit, Discharge kental, sedikit, putih seperti keju dan biasanya
menutup portio.
Laboratorium :
Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan pseudohypha atau spora.
I. Pencegahan
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan. Salah satunya adalah gaya
hidup bersih dan sehat :
Konsumsi makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari
kegemukan yang menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan luka,
sehingga keadaan kulit di sekitar selangkangan menjadi panas dan lembap. Kuman
dapat hidup subur di daerah tersebut.
Hindari mengenakan celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih pakaian
dalam dari bahan yang menyerap keringat agar daerah vital selalu kering.
Periksakan diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu malu
berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah. Karena keputihan
dapat dialami semua perempuan.
Berhati-hatilah saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita radang
yang menggunakannya sebelum Anda.
Biasakan membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan membasuh
dari depan ke belakang.
Biasakan membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
Jika tidak dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringkali salah
kaprah. Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Padahal penggunaan
pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.
Alat reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang
merugikan kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak
diperdagangkan sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan
bisa berbahaya.
Hindari melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga
bisa berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang
mendeteksi sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan erat dengan
penyakit menular seksual dan pola seksual bebas.
II. Herpes Genital
A. Definisi
Herpes genitalis adalah infeksi akut pada genitalia dengan gambaran khas berupa
vesikel berkelompok pada dasar eritema dan cenderung bersifat rekuren. Biasa juga
disebut dengan herpes simpleks.7
B. Etiologi
Disebabkan HSV atau herpes virus hominis (HVH). Adapun tipe-tipe dari HSV.
- Herpes simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar
wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
- Herpes simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan
sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
C. Epidemiologi
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada faktor-faktor
seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah
oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang.
Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya
lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang
terjadi karena kontak seksual.
Studi menunjukkan bahwa HSV-1 lebih sering berhubungan dengan kelainan oral, dan
HSV-2 berhubungan dengan kelainan genital. Prevalensi herpes genitalis pada pria
hampir sama dengan wanita. Pada wanita hamil dapat memiliki resiko memiliki anak
dengan herpes neonatal, biasanya infeksi baru HSV berada selama trimester ketiga
kehamilan.
D. Patofisiologi
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam famili herphesviridae, sebuah grup virus
DNA rantai ganda lipid-enveloped yang berperanan secara luas pada infeksi manusia.
Kedua serotipe HSV dan virus varicella zoster mempunyai hubungan dekat sebagai
subfamili virus alpha-herpesviridae. Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple,
bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host.
Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan
mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten
pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV
seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat menularkan virus
lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet
pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2
biasanya ditularkan secara seksual. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul
baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat
laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran
penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring,
serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis daan
dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
E. Manifestasi Klinis
1. Infeksi Primer
Berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala
sistemik, misalnya demam, malaise, anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan
kelenjar getah bening regional. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan
kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami
ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada perabaan tidak
terdapat indurasi. Kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya
sembuh tanpa sikatrik. Kadang-kadang juga dapat timbul infeksi sekunder sehingga
memberi gambaran yang tidak jelas. Umumnya didapati pada orang yang
kekurangan antibody virus herpes simpleks. Pada wanita terdapat laporan yang
mengatakan bahwa 80% infeksi HSV pada genitalia eksterna disertai infeksi pada
serviks.
2. Fase Laten
Tidak ditemukan gejala klinis tapi HSV dapat ditemukan dalam keaadaan tidak aktif
pada ganglion dorsalis.
3. Infeksi Rekuren
HSV menjadi aktif kembali karena mekanisme pacu mencapai kulit sehingga
menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu dapat berupa trauma fisik (demam,
infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dsb), trauma psikis (gangguan emosional,
menstruasi) dan dapat juga timbul karena jenis makanan atau minuman yang
merangsang.7
Gejala klinisnya lebih ringan daripada infeksi primer dan berlangsung 7-10 hari.
sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas,
gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat sama (loco) atau yang
lain (non loco).
F. Pemeriksaan Penunjang
Deteksi dan pengolongan virus herpes simplex (HSV) dapat diselesaikan dengan
mendapatkan kultur virus dari vesikel kulit. Pada awal perjalanan infeksi berulang, 80-
90% dari kultur virus dari lesi diobati positif, namun tingkat negatif–palsu meningkat
setelah 48 jam onset lesi.
1. Deteksi DNA HSV dilakukan dalam kasus-kasus tertentu dengan polymerase chain
reaction (PCR).
2. Virus dapat diisolasi dari cairan cerebrospinal (CSF) (pada bayi baru lahir), tinja,
urin, tenggorokan, mukosa anogenital, konjungtiva dan nasofaring. DNA HSV-1
juga telah terdeteksi dalam air mata dan air liur.
3. Tzanck Pap Smear dapat dilakukan dengan cepat untuk menemukan giant cell
multinuklear, meskipun temuan ini tidak spesifik untuk jenis virus herpes. Pap smear
Tzanck disediakan dengan mengerok dasar vesikula herpes; sampel dapat diwarnai
sama ada dengan pewarnaan Wright atau Papanicolaou. Sekitar 50% dari hasil
adalah positif.
4. Uji antibodi fluoresen langsung dapat digunakan pada air-dried smears, dan sekitar
75% dari hasil adalah positif.7
Temuan Histologi
Sel yang terinfeksi dengan HSV menunjukkan degenerasi balon dan degenerasi
retikuler epidermis; acantholysis epidermal dan intraepidermal vesikel yang umum.
Badan inklusi intranuklear, inti steel-grey, keratinosit giant multinuklear, dan vesikel
multilocular juga bisa ditemukan.7
G. Penatalaksanaan
Pada infeksi primer, penatalaksanaannya adalah sebagai berikut:
1. Obat untuk mengurangi keluhan (simptomatis), misalnya: analgesik untuk
meredakan nyeri.
2. Antivirus:
- Acyclovir, diminum 5 x 200 mg per hari selama 7-10 hari.
- Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 7-10 hari.
- Famcyclovir, diminum 3 x 250 mg per hari selama 7-10 hari.
Pada infeksi kambuhan (rekuren): Infeksi ringan, cukup dengan menggunakan obat
untuk meredakan keluhan (simptomatis) dan obat antivirus topikal (salep, cream),
misalnya acyclovir cream, dioleskan 5 kali sehari atau setiap 4 jam, selama 5-10 hari.
Pada infeksi berat:
- Acyclovir, diminum 5 x 200 mg per hari selama 5 hari.
- Acyclovir, diminum 3 x 400 mg per hari selama 5 hari.
- Acyclovir, diminum 2 x 800 mg per hari selama 5 hari.
- Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 5 hari.
- Famcyclovir, diminum 2 x 125 mg per hari selama 5 hari.
Jika kekambuhan (rekuren) terjadi lebih 8 kali dalam setahun, maka perlu dilakukan
terapi supresif selama 6 bulan, menggunakan:
- Acyclovir, diminum 2 x 800 mg per hari selama 5 hari.
- Valacyclovir, diminum 2 x 500 mg per hari selama 5 hari
https://repository.ump.ac.id/5988/2/Dwi%20Candra%20Muliana%20BAB%20I.pdf . Diakses
pada tanggal 27 Agustus 2023
https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F203368%2Fmod_resource
%2Fcontent%2F1%2FFISIOLOGI%20REPRODUKSI%20WANITA%201.pdf. Diakses
pada tanggal 27 Agustus 2023
https://www.scribd.com/doc/303188087/makalah-sistem-reproduksi. Diakses pada tanggal 27
Agustus 2023
file:///C:/Users/USER%20X/Downloads/336-744-1-SM.pdf. Diakses pada tanggal 27
Agustus 2023
https://www.academia.edu/11865037/CONDYLOMA_ACUMINATUM. Diakses pada
tanggal 27 Agustus 2023
https://id.scribd.com/document/390642546/Referat-Infeksi-Genitalia. Diakses pada tanggal
27 Agustus 2023
https://www.academia.edu/17097184/Vaginosis_Bakterial. Diakses pada tanggal 27 Agustus
2023
https://www.scribd.com/document/329205504/Penyakit-Trikomoniasis. Diakses pada tanggal
27 Agustus 2023
https://www.scribd.com/document/442152846/R-REFERAT-OBGYN-INFEKSI-
GENITALIA-WANITA-AAA. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2023
https://dokumen.tips/documents/7infeksi-genitalia-wanita.html. Diakses pada tanggal 27
Agustus 2023