FLUOR ALBUS
Oleh:
Nadine L.H.S. Montolalu
17014101264
Masa KKM 13 Agustus – 21 Oktober 2018
Supervisor Pembimbing
dr. Ronny A.A. Warouw, Sp.OG(K)
Residen Pembimbing
dr. Juan Setiaji
PENDAHULUAN
Fluor albus disebut juga dengan istilah white discharge atau vaginal
discharge, atau leukore atau keputihan. Keputihan yang terjadi pada wanita dapat
bersifat normal dan abnormal. Keputihan normal terjadi sesuai dengan proses
menstruasi. Gejala keputihan yang normal adalah tidak berbau, jernih, tidak gatal, dan
tidak perih. Keputihan abnormal terjadi akibat infeksi dari berbagai mikroorganisme,
antara lain bakteri, jamur, dan parasit.1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Keputihan adalah keluarnya cairan berlebihan dari vagina bukan darah.
Keputihan bukan merupakan suatu penyakit melainkan suatu gejala. Keputihan
terkadang disertai rasa gatal, nyeri, rasa panas dibibir kemaluan, kerap disertai bau
busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu buang air kecil merupakan suatu
tanda adanya infeksi pada organ genitalia.1,4
B. Klasifikasi
Keputihan ada 2 macam, yaitu keputihan normal dan keputihan yang
disebabkan oleh suatu penyakit.4
a. Keputihan fisiologis adalah cairan yang keluar kadang-kadang berupa
mukus yang banyak mengandung epitel dengan leukosit yang jarang.
Dalam kondisi yang normal, kelenjar serviks menghasilkan suatu cairan
jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel - sel vagina yang
terlepas dan sekresi dari kelenjar bartolini. Selain itu sekret vagina juga
disebabkan karena aktifitas dari bakteri yang hidup pada vagina yang
normal. Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami
dari tubuh untuk membersihkan diri dan sebagai pelicin serta pertahanan
tubuh dari berbagai infeksi.
b. Faktor konstitusi
Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stress emosional, masalah
keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena penyakit seperti gizi rendah ataupun
diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologis yang menurun maupun
obat-obatan. Diet yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan keputihan
terutama diet dengan jumlah gula yang berlebihan, karena merupakan faktor
yang sangat memperburuk terjadinya keputihan.
c. Faktor iritasi
Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi, penggunaan sabun untuk
mencuci organ intim, iritasi terhadap pelicin, pembilas atau pengharum
vagina, ataupun bisa teriritasi oleh celana.
d. Faktor patologis
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keputihan antara lain benda
asing dalam vagina, infeksi vaginal yang disebabkan oleh kuman, jamur, virus,
dan parasit serta tumor, kanker dan keganasan alat kelamin juga dapat
menyebabkan terjadinya keputihan. Di dalam vagina terdapat berbagai bakteri,
95% adalah bakteri lactobacillus dan selebihnya bakteri patogen. Dalam
keadaan ekosistem vagina yang seimbang, dibutuhkan tingkat keasaman pada
kisaran 3,8-4,2, dengan tingkat keasaman tersebut lactobacillus akan subur
dan bakteri bakteri patogen tidak akan mengganggu. Peran penting dari bakteri
dalam flora vaginal adalah untuk menjaga derajat keasaman (pH) agar tetap
pada level normal. Pada kondisi tertentu kadar pH bisa berubah menjadi lebih
tinggi atau lebih rendah dari normal. Jika pH vagina naik menjadi lebih tinggi
dari 4,2, maka jamur akan tumbuh dan berkembang.
Terdapat 3 infeksi tersering yang menyebabkan keputihan patologis yaitu :5-7
1. Bakterial Vaginosis (BV)
Bakterial vaginosis adalah penyebab paling umum yang menimbulkan
keputihan pada wanita usia reproduktif. Namun dapat juga ditemukan pada
wanita menopause dan jarang ditemukan pada anak-anak. Infeksi ini
terjadi akibat pertumbuhan organisme anaerob seperti Gardnerella
vaginalis, Prevotella spp, Mycoplasma hominis, Mobiluncus spp.pada
vagina secara berlebihan sehingga menyebabkan penurunan flora normal
pada vagina yaitu Lactobacillus spp. yang berdampak pada peningkatan
pH vagina. Sulitnya melakukan kultur pada bakteri ini menyebabkan
kerentanan terhadap antibiotik tidak diketahui.
2. Trichomoniasis
Trichomonas vaginalis adalah protozoa berflagel yang ditemukan pada
saluran genital. Karena lokasinya yang spesifik, infeksi hanya mengikuti
pemindahan organisme secara intravaginal atau intrauretral. Respon host
paling jelas dapat dilihat pada peningkatan leukosit polimorfonuklear.
3. Kandidiasis vaginal
Kandidiasis pada vagina disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari
Candida albicans di 90% wanita. Sekitar 75% wanita akan mengalami
setidaknya 1 episode selama hidup mereka. 10%-20% wanita adalah
carrier tanpa gejala.
D. Epidemiologi
Menurut WHO, salah satu masalah tersering pada reproduksi wanita adalah
leukorea atau fluor albus. Sekitar 75% wanita di dunia pasti pernah mengalami
keputihan setidaknya satu kali seumur hidup dan sebanyak 45% wanita
mengalami keputihan dua kali atau lebih. Menurut BKKBN di Indonesia sebanyak
75% wanita pernah mengalami Keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan
45% diantaranya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih.2
E. Diagnosis
Terdapat gejala dan tanda klasik yang dapat membedakan penyebab dari
keputihan. Namun biasanya tidak timbul atau tidak spesifik. Penegakkan
diagnosis didasarkan pada gejala dan tanda klinis yang ditunjang dengan
pemeriksaan laboratorium di mana spesifitas dan sensitifvitasnya berbeda.7,12,13
Pemeriksaan
Cairan Vagina Ciri lainnya
Penunjang
Bakterial Putih atau abu- Berbau tidak enak pH vagina >4,5
Vaginosis abu, lengket, (amis), melekat pada Whiff test (+)
seringkali dinding vagina dan Adanya clue cell
tambah banyak. vestibula , keputihan ada pemeriksaan
banyak tanpa disertai makroskopik
vaginitis.
Trichomonas Kuning Berbau tidak enak, pH vagina 5.0 –
vaginalis kehijauan, keputihan banyak, 7.0
berbuih, lengket. rasa gatal pada terdapat leukosit
genital, pruritus pada
vulva, disuria. pemeriksaan
mikroskopik.
Pada pemeriksaan Preparat kaca
inspekulo sebanyak basah
2% ditemukan memperlihatkan
adanya gambaran protozoon
strawberry cervix. fusiformis
uniseluler yang
sedikit lebih
besar dari sel
darah putih.
Kandidiasis Putih, seperti Gatal, nyeri vagina, pH vagina <4,5
vaginal keju, kadang- rasa panas pada Apusan vagina
kadang tambah vulva, nyeri saat diberi KOH 10-
banyak. berhubungan 20% dan
seksual. dilakukan
pewarnaan gram.
Budding cell
yang khas,
pseudohifa dan
kadang hifa sejati
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keputihan sebaiknya dilakukan sedini mungkin untuk
menghindari komplikasi sekaligus untuk menyingkirkan adanya penyebab lain
seperti kanker leher rahim yang memiliki gejala keputihan berupa sekret encer,
bewarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
Penatalaksanaan keputihan dilakukan tergantung pada penyebabnya.8-11
Fluconazole 150 mg
Metronidazole tab. 400-500 mg oral 2x1 hari
selama 5-7 hari oral dosis tunggal
Atau Atau
Metronidazole tab. 2 g oral dosis tunggal
Atau Itraconazole 200 mg
Tinidazole tab. 2 g oral dosis tunggal oral 2x1 hari selama
1 hari
Clotrimazole vaginal
Alternatif lain: tab. 500 mg dosis
tunggal
Metronidazol gel Atau
intravaginal (0,75%) 1x1
hari selama 5 hari Clotrimazole vaginal
tab. 200 mg 1x1 hari
Atau selama 3 hari
Atau
Econazole vagina
pessary 150 mg dosis
tunggal
G. Pencegahan Keputihan
Menjaga kebersihan organ genitalia dan sekitarnya merupakan salah satu
upaya pencegahan keputihan, yaitu dengan:13,16
1. Selalu menjaga kebersihan daerah genitalia agar tidak lembab dan tetap
kering, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap
keringat seperti bahan katun dan tidak ketat. Biasakan mengganti pembalut
pada waktunya untuk mencegah perkembangbiakan bakteri minimal 3
kali/hari.
5. Segera berkonsultasi ke dokter bila anda merasa ada perubahan dari biasanya
H. Komplikasi
Keputihan dapat menimbulkan beberapa komplikasi seperti:7,15
1. Terjadinya infeksi pada saluran berkemih dan abses kelenjar bartholin .
2. Jika ibu hamil mengalami keputihan akibat infeksi dapat mengakibatkan
keguguran dan kelahiran prematur.
3. Infeksi yang menyebar ke atas atau ke organ reproduksi seperti endometrium,
tuba fallopi, dan serviks menyebabkan terjadinya penyakit inflamasi pada
panggul (PID) yang sering menimbulkan infertilitas dan perlengketan saluran
tuba yang memicu terjadinya kehamilan ektopik.
4. Meningkatkan resiko mendapatkan infeksi menular seksual terutama herpes
genital dan HIV.
I. Prognosis
Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon
terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang.
Dengan perawatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif.
Vaginosis bakterial mengalami kesembuhan rata – rata 70 – 80% dengan regimen
pengobatan. Kandidiasis mengalami kesembuhan rata rata 80 -95 %.
Trikomoniasis mengalami kesembuhan rata – rata 95 %.15
BAB III
KESIMPULAN
4. Tabri Farida. Fluor albus pada anak. Bagian Kulit Kelamin FK UNHAS;
Makassar;Al Hayaatun Mufidah;2016.
10. Odds FC. Candida and Candidosis; A review and bibliography. Second ed.
London: Bailliere Tindall; 1988.
11. Watson MC, Grimshaw JM, Bond CM, Mollison J, Ludbrook A. Oral versus
intra-vaginal imidazole and triazole anti-fungal agents for the treatment of
uncomplicated vulvovaginal candidiasis (thrush): a systematic review. BJOG: an
International Journal of Obstetrics & Gynaecology 2002; 109(1):85-95.
12. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Radang dan Beberapa Penyakit Lain pada Alat
Genital. Dalam: Ilmu Kandungan Ed. Ketiga; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2014.
13. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Penyakit Kelamin. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin Ed. Keenam; Jakarta; Badan Penerbit FKUI; 2013
14. Monalisa et al.2012. Clinical Aspects Fluor Albus of Female and Treatment.
IJDV. 1(1): 19-22.
15. Rabiu, K.A., Adeniyi, A.A., Fatimat, M.A., Oluwarotimi, I.A., 2010. Female
Reproductive Tract Infections: Understandings and Care Seeking Behaviour
Among Women of Reproductive Age in Lagos, Nigeria. BMC Women’s Health
10(8): 1-7
16. Sianturi R. Keputihan (Vaginal Discharge).2013. Dapat diakses di
http://angsamerah.com/pdf/Angsamerah%20Keputihan.pdf