Definisi
Suatu kondisi medis dimana wanita mengalami keluarnya cairan berwarna putih atau
kekuningan yang pekat dari vagina yang umumnya dialami selama masa pubertas, saat organ
seksual berkembang.
· Bacterial vaginosis (BV) adalah penyebab abnormal tersering keputihan pada wanita usia
subur. Prevalensi bervariasi antara 5 dan 50% dengan hampir setengahnya tanpa gejala.
BV dikaitkan dengan ketidakseimbangan dalam ekologi vagina dengan bakteri anaerobik
dan fakultatif yang mendominasi flora vagina, bukan lactobacilli. Infeksi ini meningkat
secara normal pH cairan vagina asam dari <4,5 menjadi 4,5-6.0. Bakteri biasanya
dikaitkan dengan BV termasuk Gardnerella vaginalis, Prevotella spp., Mycoplasma
hominis, Mobiluncus spp, Atopobium vaginalis, Clostridiales spp, Leptotrichia spp dan
Sneathia spp.
1
Faktor risiko BV termasuk douching vagina, reseptif oral hubungan badan, ras kulit hi-
tam, perubahan pasangan seks baru-baru ini, merokok, adanya IMS, misalnya klamidia.
· Kandidiasis vulvovaginal (VVC) merupakan gejala peradangan pada vagina atau vulva
yang disebabkan oleh infeksi jamur superficial. Ini adalah penyebab paling umum kedua
dari vaginitis pada wanita usia subur setelah BV. Mayoritas VVC disebabkan oleh Can-
dida albicans (80-89%) sedangkan sisanya disebabkan oleh spesies non-albicans seperti
C. glabrata, C. tropicalis, C. krusei, C. parapsilosis dan Saccharomyces cerevisiae. 10-
20% wanita selama masa reproduksi mungkin terkolonisasi dengan Candida tetapi tidak
memiliki gejala klinis atau tanda-tanda. Wanita-wanita ini tidak membutuhkan perawatan
apa pun.
· Trikomoniasis adalah IMS yang disebabkan oleh protozoa berflagel yang disebut Tri-
chomonas vaginalis. Pada wanita, organisme ditemukan di vagina, uretra dan kelenjar pa-
raurethral. Pada orang dewasa, penularannya adalah hampir secara eksklusif melalui
hubungan seksual. Penularan juga dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi ke bayi selama
persalinan pervaginam. Infeksi TV pada kehamilan berhubungan dengan peningkatan in-
siden kelahiran premature dan berat badan lahir rendah pada bayi. TV juga dapat
meningkatkan penularan HIV.
Epidemiologi
Menurut studi badan kesehatan dunia (WHO), salah satu masalah tersering pada repro-
duksi wanita adalah vaginal discharge/leukorea/fluor albus/ keputihan. Sekitar 75% wanita di
dunia pasti pernah mengalami keputihan setidaknya satu kali seumur hidup dan sebanyak 45%
wanita mengalami keputihan dua kali/lebih.
Di Indonesia, data kejadian keputihan sangat terbatas karena hanya sedikit wanita yang
memeriksakan masalah tersebut karena beberapa diantaranya mendiagnosis dan mengobati
sendiri keluhannya. Menurut Depkes (2010), terdapat 75% wanita yang mengalami keputihan
minimal satu kali selama hidupnya dan setengah diantaranya mengalami sebanyak dua kali atau
lebih. Studi menunjukkan bahwa Candida Albicans merupakan penyebab tersering pada wanita
usia muda. Penyebab lainnya antara lain Bacterial Vaginosis dan Trichomonas vaginalis. Hal ini
2
dapat terjadi karena banyak wanita yang kurang menyadari pentingnya menjaga kebersihan
daerah vagina secara tepat. Selain itu, dapat juga dipengaruhi oleh cuaca lembab yang memu-
dahkan terjadinya infeksi jamur.
Klasifikasi
Keputihan terbagi menjadi dua jenis yaitu yang bersifat fisiologis dan Patologis.
1. Keputihan Fisiologis
Jenis keputihan ini biasanya terjadi pada saat masa subur,serta saat sesudah dan sebelum
menstruasi. Biasanya saat kondisi-kondisi tersebut sering terdapat lendir yang berlebih,itu
adalah hal yang normal,dan biasanya tidak menyebabkan rasa gatal serta tidak berbau.
Keputihan fisiologis atau juga banyak disebut keputihan normal memiliki ciri-ciri:
· Cairan keputihannya encer
· Cairan yang keluar berwarna krem atau bening
· Cairan yang keluar tidak berbau
· Tidak menyebabkan gatal
· Jumlah cairan yang keluar terbilang sedikit
2. Keputihan Patologis
Keputihan jenis patologis disebut juga sebagai keputihan tidak normal.jenis keputihan ini
sudah termasuk jenis keputihan penyakit. Keputihan patologis dapat menyebabkan berba-
gai efek dan hal ini akan sangat mengganggu bagi kesehatan wanita pada umumnya dan
khususnya kesehatan daerah kewanitaan.
Keputihan patologis memiliki ciri-ceiri sebagai berikut:
· Cairannya bersifat kental
· Cairan yang keluar memiliki warna putih seperti susu,atau berwarna kuning atau
sampai kehijauan.
· Keputihan patologis menyebabkan rasa gatal
· Cairan yang keluar memiliki bau yang tidak sedap
· Biasanya menyisakan bercak-bercak yang telihat pada celana dalam wanita
· Jumlah cairan yang keluar sangat banyak
Patofisiologi
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikatakan suatu
yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita sebagai suatu infeksi,
khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun mempunyai sekret vagina yang
banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang keluar dari vagina mengandung sekret vagina,
3
sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus
menstruasi, kehamilan, penggunaan pil KB.
Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang dinamis antara
Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, pH vagina dan hasil
metabolit lain. Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap
bakteri pathogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus
(Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5
dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain.
Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C.
albicans. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi
dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi
adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi, kadar estrogen
yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan
seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti
peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan
progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel
vagina dan merupakan media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan
baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai
menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi
kandidiasis vaginalis.
Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan
peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehingga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi
dari Trichomonas vaginalis.
Vaginitis sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen
atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami
proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hormon dapat merubah
lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri patogen. Pada vaginosis bacterial,
diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan
oleh Lactobacillus acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan
Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat.
Organisme ini menghasilkan produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan
menyebabkan pelepasan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada
flour albus pada vaginosis bacterial.
Flour albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia,
menstruasi, infestasi cacing yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang
jelek , higiene yang buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina,
disinfektan yang kuat.
ManifestasiKlinis
Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan su-
atu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan seba-
gian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor
albus:
4
a. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri.
b. Sekret vagina yang bertambah banyak
c. Rasa panas saat kencing
d. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
e. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk
Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-
kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan sek-
sual. Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan
berbau amis. Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang
hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital tidak ada komp-
likasi yang serius. Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang
berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnor-
mal
Manifestasi Klinis berdasarkan etiologi :
A. Keputihan Fisiologis : Cairan vagina jernih, tidak berwarna, tidak gatal, sekret bisa
sedikit atau cukup banyak
B. Patologis
a. Bakteri
· Chlamydia trachomatis : Sekret serviks mukopulen dan ektopi, edema, rapuhnya
serviks
· Gardnerella vaginalis : Banyak sekali discharge berwarna abu-abu, berbau amis,
rasa gatal atau terbakar biasanya minimal
· Neisseria gonorheae : Infeksi daerah serviks (pada dewasa), vaginitis (pada masa
pubertas)
b. Jamur
Candida Albicans : Seperti keju lembut, tidak berbau, pengumpulan eksudat seperti dadih
berwarna keputihan dan sebagian agak melekat pada serviks dan mukosa vagina, eritema
dan edema vulva dan vagina
c. Protozoa
Trichomonas vaginalis : Lendir tipis, warna hijau kuning, kadang berbusa dan berbau
busuk
d. Virus
· HPV (human papiloma virus) : Lesi papilomatosa yang meninggi, mudah dilihat pada
vulva, lesi jauh lebih merah pada: diabetes, hamil, kontrasepsi oral, imunosupresi
· herpes simplex virus : Leukore disertai dengan demam, malaise, anorexia, nyeri pada
genitalia, dysuria, perdarahan pervaginaan
5
perilaku, jumlah, bau dan warna leukore, masa inkubasi, penyakit yang diderita, penggunaan
obat antibiotik atau kortikosteroid dan keluhan-keluhan lain.
Laboratorium
Hasil pengukuran pH cairan vagina dapat ditentukan dengan kertas pengukur pH. Keadaan pH
diatas 4,5 sering disebabkan oleh trichomoniasis.Tetapi tidak cukup spesifik. Cairan juga dapat
diperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan normal saline 0,9% diatas objek glass
dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup dan diperiksa
dibawah mikroskop. Trichoma vaginalis atau clue cells ( sel epitel dengan batas yang gelap oleh
bakteri kecil ), biasanya mudah diindentifikasi pada preparat saline yang mana merupakan karak-
teristik dari vaginosis bakteri. Leukosit yang meningkat tanpa trikomonas atau ragi biasanya
mengarahkan terjadinya cervisitis. Sel ragi atau pseudohyphae dari candida lebih mudah didap-
atkan pada preparat KOH. Namun kultur T. vaginalis lebih sensitif dibandingpemeriksaan-
mikroskopik.
A. Pemeriksaan organisme penyebab dengan spesimen yang diambil dari vagina fornik anterior
dan posterior menggunakan lidi kapas, lalu diletakkan di objek glass yang ditetesi garam fisi-
ologis (NaCl 0.9%) tampak protozoon fusiformis uniseluler yang sedikit lebih besar
dibandingkan sel leukosit (mempunyai flagel dan dapat dilihat gerakannya) dan terdapat
banyak sel radang
B. Cairan vagina pH 5.0-7.0
C. Pasien yang terinfeksi tapi tidak ada keluhan mungkin diketahui terinfeksi dengan dikete-
mukannnya Trichomonas pada PAP smear
D. Rapid Strip Test misalnyaXenostrip-Tv test.
E. Kultur diamonddengan media Feinberg-Whittington sebagaistandarbaku (gold standard).
6
Pemeriksaan Kandida Vulvovaginalis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan gejala klinis. Selain itu dilakukan pe-
meriksaan mikroskopis sekre vagina sebagai berikut :
A. Pewarnaan gram atau sediaan basah( saline / KOH 10 % ) terhadap hapusan dari dinding
vulva / vagina memperlihatkaan sel budding yeast (kuncup) dan pseudohifa.
B. KOH (-) tidak mengenyampingkan infeksi,px dapat dinilai dari gambaran klinis dan kultur.
KOH 10%-20% menyebabkan lisis eritrosit dan leukosit sehingga mempermudah deteksi ja-
mur
C. Pemeriksaan gram bentukragi Candida bersifat gram positif.
D. Pemeriksaan pH vagina 4 - 4,5
E. Kultur(biakan)pada media Sabouraud dapat diperoleh hasil 24-72 jam
7
Tabel 2.2 Diagnosis banding infeksi vagina; APGO Educational Series
in Women’s Health Issues (Prawihardjo, 2011).
PAP SMEAR
Pemeriksaan Pap Smear untuk pertama kali harus dilakukan segera setelah wanita tersebut mulai
melakukan hubungan seksual dan harus diulangi setelah 1 tahun, karena sel-sel abnormal dapat
terluput dari sekali pemeriksaan. Jika tidak didapati kelainan pada salah satu hasil pemeriksaan
Pap Smear, pemeriksaan dapat dilakukan secara teratur dengan interval 2 tahun sekurang-
kurangnya sampai wanita hamil.
Pap Test (Pap Smear) adalah pemeriksaan sitologik epitel porsio dan endoservik uteri untuk pe-
nentuan adanya perubahan pra ganas maupun ganas di porsio atau servik uteri (Tim
PKTP,RSUD Dr. Soetomo/ FK UNAIR, 2000).Sedangkan menurut Hariyono Winarto dalam
8
seminarnya pada tanggal 05-10-2008 tentang Pap Smear Sebagai Upaya Menghindari Kanker
Leher Rahim Bagi Wanita Usia Reproduksi, pengertian Pap Test (Pap Smear) adalah suatu pe-
meriksaan dengan cara mengusap leher rahim ( scrapping ) untuk mendapatkan sel-sel leher
rahim kemudian diperiksa sel-selnya, agar dapat ditahui terjadinya perubahan atau tidak.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Pap Smear adalah pemeriksaan usapan pada
leher rahim untuk mengetahui adanya perubahan sel-sel yang abnormal yang diperiksa dibawah
mikroskop.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan Pap Smear adalah sebagai
berikut :
A. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum menstruasi
berikutnya.
B. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan dan
penyakit yang pernah diderita
C. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.
D. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam
sebelumnya.
E. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum
pemeriksaan.
F. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan, karena ada
beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel.(Republika. C, 2007).
9
Kelas V : Gambaran sitologi yang menunjukkan keganasan (Tim PKTP RSUD Dr.Soetomo/FK
UNAIR, 2000).
Tatalaksana
Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, penatalaksanaan sebaiknya dilakukan
sedini mungkin, sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti
kanker leher rahim, yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna
merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk. Penatalaksanaan keputi-
han tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit.
Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses in-
feksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan bi-
asanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi candida dan golongan metronidazol
untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral yaitu tablet,
kapsul.
Pengobatan untuk penyebab lainnya:
· Trichomoniasis: Metronidazol 2 gr/oral dosis tunggal; pasangan seks pasien
sebaiknya juga diobati
· Candidiasis:
- Mikonazol, Klotrimazol, Butokonazol, atau Terjonasol (krim, positoria, atau ked-
uanya)
- Flukonazol 150 mg/oral
- Nyasitin (oral ataupun lokal)
· Vaginitis Bakterial:
- Metronidazol 500 mg/oral, 2x sehari selama 7 hari
- Metronidazol per vagina, 2x sehari selama 5 hari
- Krim klindamisin 2% per vagina, 1x sehari selama 5 hari
- Amfisilin, dan pemakaian betadine gel
· Gonorrhea: Urfamisin, Kanamisin, Cefriason (injeksi), dan Penisilin (injeksi).
Untuk keputihan yang diakibatkan oleh hubungan seksual, maka dianjurkan untuk tidak
melakukan hubungan seksual selama masa pengobatan. Selain itu dianjurkan untuk menjaga ke-
bersihan organ kewanitaan dengan baik untuk tindakan pencegahan dan kejadian berulang
keputihan (Prawihardjo, 2011).
10
Tabel 2.3 Penanganan infeksi vagina (Spence & Melville, 2007).
Komplikasi
Wanita dengan BV berisiko tinggi tertular IMS. Mereka memiliki peningkatan risiko HIV
dua kali lipat. 1,5–2 kali lipat risiko Chlamydia dan gonore, risiko TV sembilan kali lipat, 17 dan
risiko dua kali lipat dari virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) dibandingkan dengan wanita tanpa
BV. Wanita HIV-positif dengan BV memiliki risiko tiga kali lipat untuk menularkan HIV. Ter-
api bulanan profilaksis dengan metronidazol mengurangi kejadian dari IMS hampir 50%. Bakteri
terkait BV mungkin juga terlibat dalam etiologi panggul penyakit radang (PID).
Pencegahan
Tindakan pencegahan secara non farmakologi atau dapat digunakan sebagai pencegahan
keputihan adalah sebagai berikut:
a. Lendir normal tidak perlu diobati, tetapi dengan menjaga kebersihan dan mencegah kelema-
ban yang berlebihan pada daerah organ kelamin terutana saat terjadi peninkatan jumlah lendir
11
normal. Bersihkan diri sebaik-baiknya setiap kali selesai buang air besar dan cebok dengan
arah muka ke belakang. Basuhlah secara secara rutin daerah kewanitaan ketika mandi.
b. Menggunakan antiseptik yang sesuai dengan petunjuk dokter untuk membersihkan vulva dari
lendir keputihan yang berlebihan.
c. Melakukan perawatan pemeriksaan kesehatan organ intim 6 bulan sekali pada wanita yang
pernah melakukan hubungan seksual.
d. Melakukan deteksi dini kemungkinan adanya kanker serviks dengan tes PAP smear (Oxorn
& Forte, 2010).
Prognosis
12