Anda di halaman 1dari 11

TUTOR SKENARIO 2 PERTEMUAN 2

Vulvo vaginitis et causa DD: BV, trikomoniasis, candidiasis

1. Definisi dan Epidemiologi


Vulvovaginitis adalah infeksi vulvovaginal yang menunjukkan gejala rasa
gatal, terbakar, iritasi, dan adanya cairan yang abnormal pada vagina atau
vulva.

Vulvovaginitis adalah infeksi vulvovaginal yang menunjukkan gejala rasa


gatal, terbakar, iritasi, dan adanya cairan yang abnormal pada vagina atau
vulva. Gejalanya mungkin akut atau subakut, dan dapat berkisar dalam
intensitas dari ringan sampai berat. Vulvovaginitis mungkin menyebabkan
ketidaknyamanan dan rasa sakit, tidak dapat sekolah atau bekerja,
terganggunya fungsi seksual, dan citra diri. Vulvovaginitis mempengaruhi
organ reproduksi pada wanita hamil maupun wanita yang tidak hamil
tergantung dari penyebabnya

Candidiasis
Kandidiasis vulvovaginalis (KVV) atau kandidosis vulvovaginalis merupakan
infeksi mukosa vagina dan atau vulva (epitel tidak berkeratin) yang
disebabkan oleh jamur spesies Candida. Infeksi dapat terjadi secara akut,
subakut, dan kronis, didapat baik secara endogen maupun eksogen yang
sering menimbulkan keluhan berupa duh tubuh. Awalnya infeksi pertama
timbul di vagina disebut vaginitis dan dapat meluas sampai vulva (vulvitis).
Vulvovaginitis kandidiasis yang dikenal juga sebagai keputihan, paling
sering disebabkan oleh jamur Candida. Terdapat 3 jenis golongan jamur ini,
yaitu Candida albicans, Candida propikalis, dan Candida glabrata.
Keduanya menimbulkan angka kejadian tinggi, dengan prevalensi BV di
Amerika Serikat 29% dan prevalensi KVV 70-75% pada wanita usia
reproduktif. Angka kesembuhan jangka panjang rendah, BV kambuh pada
40% wanita dalam 3 bulan setelah selesai terapi antibiotika dan pada 50%
wanita setelah 6 bulan terapi.1 Survei di Amerika Serikat menunjukkan
6,5% wanita mengalami >1 episode KVV dan 8% mengalami >4 episode
KVV dalam setahun.
Candidiasis vulvovaginitis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur
Candida yang menginfeksi mukosa vagina dan vulva. Penyebab
terseringnya adalah spesies jamur Candida albicans. Nama lain dari
penyakit ini adalah candidosis vulvovaginitis atau mycotic vulvovaginitis.

Bacterial vaginosis
Bakteri vaginosis (BV) adalah infeksi vagina yang disebabkan oleh
pertumbuhan bakteri yang berlebihan. Setiap vagina yang sehat
mengandung bakteri. Biasanya, bakteri ini saling menyeimbangkan.
Terkadang, bakteri "jahat" tumbuh terlalu banyak dan mengalahkan
bakteri "baik". Ini membuang keseimbangan bakteri di vagina Anda dan
menyebabkan vaginosis bakteri. Bakteri vaginosis dapat menyebabkan
keputihan Anda berbau “mencurigakan”. Ini juga dapat menyebabkan
iritasi vagina pada beberapa orang. Orang lain mungkin tidak memiliki
gejala BV.
Bacterial vaginosis (BV) merupakan penyebab keputihan yang sering
terjadi pada wanita usia subur (WUS) yang ditandai dengan peningkatan
pH (asam basa keseimbangan) vagina dan pergeseran keseimbangan flora
normal vagina dimana dominasi Lactobacillus digantikan oleh bakteri
anaerob dan Gardnerella vaginalis. Bacterial vaginosis (BV) ditandai
dengan adanya perubahan karakteristik dari lendir vagina diantaranya
keputihan yang tipis dan berbau namun wanita yang mengidap Bacterial
vaginosis (BV) kadang–kadang tidak menunjukkan gejala.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan
normal flora vagina diantaranya adalah:
- Teknik cebok yang salah yaitu cebok dari arah belakang ke depan. ;
- Kurang menjaga kebersihan vagina pada saat menstruasi ;
- Penggunaan serta frekwensi ganti celana dalam sehari. ;
- Kebersihan vulva setelah melakukan hubungan sexual;
- Penggunaan deodoran yang dapat merusak kelembaban vagina;
- Penggunaan larutan kimia pembersih vagina yang terlalu sering untuk
cebok

Trichomoniasis

Ditularkan melalui hubungan seksual dan dapat bertahan hidup selama 45


menit di tempat dudukan toilet, baju mandi, pakaian, dan air hangat.
Penularan perinatal ditemukan sekitar 5% dari ibu yang terinfeksi
trichomoniasis, tetapi biasanya self-limited oleh karena metabolisme dari
hormon ibu. WHO memperkirakan angka kejadian trichomoniasis
mencapai 180 juta. Di amerika, trichomoniasis menginfeksi sekitar 2-3 juta
wanita dan organisme ini dijumpai pada 30-40% pria yang merupakan
pasangan seksual penderita trichomoniasis. Data internasional
menunjukkan bahwa angka insidensi trikomoniasis sekitar 180 juta per
tahun. Sementara angka prevalensinya bervariasi dari 5,00% pada klien
klinik KB sampai 75,00% pada pekerja seks. Sementara di Amerika Serikat
angka insidensi trikomoniasis sekitar 2-3juta per tahun (Qomariyah, 2008).
Data di Indonesia menunjukkan bahwa angka kejadian trikomoniasis
sebanyak 13,00% dari berbagai macam PMS

2. Etiologi
Bacterial vaginosis
Bakteri penyebab terjadinya Bacterial vaginosis (BV) antara lain;
- Gardnella vaginalis,
- Ureaplasma urealythicum,
- Mycoplasma hominis,
- Mobilunces spp,
- Prevotella bivia,
- Peptostreptoccocus,
- Ureaplasma urealyticum.

Bakteri tersebut akan senang tumbuh apabila keadaan vulva mempunyai


kelembaban yang tinggi yang bersifat menekan pertumbuhan Lactobacillus
yang berperan untuk keseimbangan flora normal vagina.

Pemakaian douching vagina yang merupakan produk untuk menjaga


higiene wanita (vaginal spray atau vaginal wipes dan buble baths bisa
menyebabkan terjadinya Bakterial Vaginosis (BV). Hubungan seksual tanpa
menggunakan kondom dapat juga menyebabkan Bakterial Vaginosis (BV).

Candidiasis

Candidiasis vulvovaginitis adalah infeksi jamur yang umum terjadi pada


wanita dewasa dan diperkirakan 75 % wanita dewasa mengalami
setidaknya satu periode candidiasis vulvovaginitis dalam hidup mereka.
Beberapa faktor predisposisi, seperti diabetes mellitus, penggunaan
kontrasepsi, kehamilan, dan antibiotik spektrum luas dilaporkan sebagai
faktor risiko utama infeksi (Salehei, Seifi and Mahmoudabadi, 2012).
Candida albicans adalah spesies yang paling umum diisolasi dari pasien
dengan candidiasis vulvovaginitis dan ISK, dan secara signifikan lebih sering
terjadi pada wanita dibandingkan dengan laki-laki.

Candidiasis vulvovaginitis dapat terjadi apabila terdapat faktor predisposisi


baik dari faktor eksogen maupun faktor endogen. Faktor eksogen yang
dapat menyebabkan terjadinya infeksi candidiasis vulvovaginitis adalah
kehamilan, DM, kegemukan, dan infeksi kronik dalam servik atau vagina.
Sedangkan faktor eksogennya seperti panas, iklim, dan kelembaban yang
meningkat serta higienitas yang buruk.

Trichomoniasis
Trichomonas adalah organisme eukariotik berflagel, termasuk ordo
Trichomonadida. Sebagian besar trichomonas adalah organisme komensal
yang terdapat pada saluran usus mamalia dan burung. Tiga diantaranya
ditemukan pada manusia yaitu T.vaginalis yang merupakan parasit pada
saluran kemih dan kelamin, sedangkan T.venax dan Pentatrichomonas
hominis termasuk trichomonas non patogen yang ditemukan pada rongga
mulut dan usus besar. Trichomonas tidak memiliki mitokondria, 28S
ribosom, dan kemampuan untuk melakukan glikolisis. T.vaginalis
berbentuk oval atau fusiform dengan panjang rata-rata 15mm (seukuran
sebuah leukosit). la akan hidup optimal pada lingkungan lembab dengan
suhu 35-37°C dan pH 4,9-7,5. Kadar pH menjadi faktor penting dalam
pertumbuhan T.vaginalis. Kadar pH pada vagina yang sudah terinfeksi akan
menjadi basa yaitu 5,5-6.

3. Faktor Risiko
4. Manifestasi Klinis
Keluhan utama terbanyak yang dirasakan oleh pasien adalah duh
tubuh vagina yang gatal, yaitu sebanyak 213 pasien (65,5%). Keluhan yang
paling sering pada KVV adalah adanya duh tubuh vagina yang disertai rasa
gatal pada vulva, akan tetapi keluhan tersebut bukanlah gejala khusus dari
KVV. Keputihan tidak selalu ada dan seringkali hanya sedikit. Dapat
ditemukan rasa nyeri pada vagina, iritasi, rasa panas, dispareunia maupun
disuria dan jika didapatkan bau biasanya hanya minimal.1,2,9 Menurut
Sobel sebanyak 10-20% wanita sehat pada usia subur memiliki koloni
kandida pada vaginanya yang tidak menimbulkan keluhan

Keragaman infeksi vagina digolongkan menjadi 3 kategori dengan ciri khas


masing-masing gejala.
- Yeast vaginosis  disebabkan oleh jamur Candida albicans, gejala
penyakitnya seperti: keluarnya dadih (nanah) yang kental dari vagina,
gatal di vagina, gatal di daerah kelamin, kemerahan di daerah kelamin,
pembengkakan di daerah genital dan keluhan akan semakin meningkat
saat menstruasi
- Bacterial vaginosis  gejalanya keluarnya nanah puitih dari vagina,
nanah berbau amis, bau akan semakin parah setelah bersenggana,
disertai dengan gatal dan selama/setelah berhubungan seksual seperti
terbakar di vagina
- Trichomoniasis  gejala seperti adanya dadih pada mulut vagina,
dadih (nanah) berwarna kuning-hijau, nanah seperti berbusa, dadih
berbau busuk, bau tidak sedap pada vagina, dyspareunia, perdarahan
setelah hubungan seksual, nyeri saat buang air kecil, nyeri perut
bagian bawah, luka/ lecet di daerah kelamin, melepuh di daerah
kelamin.

Bacterial vaginosis

Bakterial Vaginosis (BV) adalah suatu kondisi abnormal perubahan ekologi


vagina yang ditandai dengan pergeseran keseimbangan flora vagina
dimana dominasi Lactobacillus digantikan oleh bakteri-bakteri anaerob,
diantaranya Gardnerella vaginalis, Mobiluncus, Prevotella, Bacteroides,
dan Mycoplasma sp. Infeksi bakteri ini disebabkan oleh ketidak
seimbangan bakteri dalam vagina perempuan, yang mengarah ke faktor
mengacaukan keseimbangan pH (asam basa keseimbangan) di dalam
vagina.

Bacterial vaginosis (BV) terkadang tidak bergejala namun apabila terdapat


gejala biasanya ditandai dengan keputihan yang mengeluarkan bau tidak
sedap, rasa terbakar pada vulva, dan terasa gatal pada vagina. Jumlah
cairan keputihan yang dikeluarkan pada Bacterial vaginosis (BV) dapat
normal atau berlebihan sehingga keputihan yang terjadi pada seorang
wanita harus diperiksa lebih lanjut. Cairan vagina pada Bacterial vaginosis
(BV) biasanya encer berbau amis serta berwarna keabu-abuan dan
umumnya keluar pasca senggama. Bacterial vaginosis (BV) juga ditandai
dengan peningkatan PH (asam basa keseimbangan) yang lebih dari 4,5
yang dapat menyebabkan penurunan jumlah Lactobacillus

Penurunan konsentrasi H2O2 ditandai dengan gejala banyaknya


pengeluaran sekret vagina yang berwarna abu-abu hingga kekuningan,
lapisan tipis, homogen, berbau amis dan pH vagina meningkat, hal ini
disebabkan oleh berkurangnya Lactobacillus sp.

Candidiasis

Tanda dan gejala vulvovaginitis kandidiasis dapat ditemukan dalam bentuk


ringan sampai berat. Dimulai dengan gejala ringan, yaitu gatal, kemudia
gejala berkembang menjadi sedang yaitu keluarnya lendir kental seperti
keju sampai selanjutnya gejala menjadi berat yaitu terlihat kemerahan dan
pembengkakan pada daerah sekitar vagina. Gejala lain yang terkait
kandidiasis vagina yitu dysuria (nyeri saat buang air kecil) dan dyspareunia
(sakit saat bersanggama). Gejala dysuria dan dyspareunia biasanya terjadi
pada perempuan yang sudah melakukan aktifitas seksual.
Gejala klinis candidiasis vulvovaginitis terdiri dari gejala subjektif dan gejala
objektif yang bisa ringan sampai berat. Gejala subjektif terjadinya
candidiasis vulvovaginitis seperti gatal didaerah vulva, terdapat rasa nyeri
sesudah miksi dan dispaneuria. Sedangkan gejala objektif terjadinya
candidiasis vulvovaginitis berupa lesi eritema, hiperemis pada labia
mayora, introitus vagina dan 1/3 bawah vagina. Sedangkan pada infeksi
yang lebih berat, pada labia mayora dan minora mengalami edema dengan
ulkus-ulkus kecil bewarna merah disertai erosi serta dapat bertambah
buruk yang disebabkan oleh garukan dan terdapatnya infeksi sekunder.
Tanda khasnya adalah flour albus bewarna putih kekuningan seperti susu
disertai dengan gumpalan–gumpalan.

Trichomoniasis

- Dijumpai cairan vagina berwarna kuning kehijauan, pada kasus berat


 berbusa
- Cairan vagina berbau tidak sedap
- Rasa gatal
- Panas
- Iritasi
- Dispareunia
- Perdarahan vagina abnormal, terutama setelah coitus
- Disuria ringan
- Nyeri abdomen  12% perempuan, telah terjadi infeksi berat
5. Patofisiologi
6. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Bacterial vaginosis
Diagnosis dibuat atas dasar ditemukannya Clue Cell, pH vagina diatas 4,5,
tes aminpositif, dan adanya Gardnerella Vaginalis sebagai flora utama
menggantikan lactobacillus. Diagnosa klinik dari Bacterial Vaginosis (BV)
didasarkan pada gejala yang ditemukan yaitu cairan vagina tipis berwarna
putih keruh dengan bau amis saat dilakukan test amin, perdarahan
abnormal dari uterus dan vagina terutama terjadi saat melakukan
hubungan sexual, PH vagina lebih dari 4.7, ditemukan clue sel pada
pemeriksaan mikroskopik menggunakan saline preparation. Selain hal
tersebut, penentuan diagnosa Bacterial vaginosis (BV) juga didasarkan
pada anamnessa kepada penderita tentang kondisi keputihan, frekwensi,
warna, bau, personal hygien terutama vulva hygiene, dll.

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan di bawah larutan saline basah


menunjukkan sedikit peningkatan sel darah putih, kelompok rumpun
bakteri, hilangnya flora normal Lactobacilli, dan adanya karakteristik "clue
cells". Clue cells adalah sel-sel epitel dengan berbagai bakteri coccoid
menempel ke permukaan, yang membuat munculnya perbatasan tidak
jelas dan pada sitoplasma tidak ada perbedaan dengan "ground glass".
Karena bakteri yang menyebabkan BV merupakan bagian dari flora normal
vagina, adanya organisme ini bukan merupakan diagnostik.
Diagnosis bakterial vaginosis (Amsel's criteria) didefinisikan oleh tiga dari
empat kriteria berikut:
- Karakter discharge putih atau keabu-abuan yang abnormal pada
pemeriksaan, sekret vagina homogen melekat pada dinding vagina
- pH lebih besar dari 4,5 (pH > 4,5)
- Whiff test positif (berbau tidak enak) dan tercium bau amis pada
penambahan alkali (10% kalium hidroksida)
- Adanya clue cells (sel petunjuk) pada mikroskop cairan vagina
dicampur dengan normal saline (sediaan basah)

Pemeriksaan spekulum menunjukkan lapisan tipis, homogen, discharge


putih atau kuning melekat terhadap dinding vagina. Organisme klasik yang
terkait dengan bakteri vaginosis menggunakan kultur sel baru-baru ini
diidentifikasi melalui teknik molekuler yang kedua yaitu terdapat bakteri G.
vaginalis, A.vagina, Bacteroides (Prevotella), BVAB1-3 (Clostridiales),
Mycoplasma h., Megasphaera, Mobiluncus spp. Sneathia, Leptotrichia dan
bakteri lainnya

Pemeriksaan Gram staining atau pewarnaan gram pap smear pada gram
vagina merupakan cara cepat dan relatif sederhana untuk mendiagnosis
bakterial vaginosis, hal ini memungkinkan pengenalan flora intermediate,
dan slide dapat disimpan dan dievaluasi secara independen dalam studi
penelitian di kemudian hari. Lactobacilli ciri khasnya besar, batang gram-
positif tumpul pada ujung. G. vaginalis biasanya coccus gramnegatif.
normal flora mencakup lactobacilli yang banyak berlimpah.

Gold standart dalam penelitian untuk mendiagnosis BV yaitu dengan


menggunakan skor Nugent ≥ 7 pada Gram-stain dari sampel vagina.
Metode Amsel dapat digunakan sebagai alat skrining sedangkan skor
Nugent bisa berfungsi sebagai diagnosis, mengingat titik penilaian cutoff
yang baru (negatif 0-6 dan positif ≥7).

BV® blue test dilakukan secara signifikan lebih baik daripada tes sederhana
lainnya dalam pengaturan klinis, seperti tingkat pH vagina dan uji bau,
yang tidak memerlukan microscop. BV® blue test sangat baik dengan
pewarnaan Gram 98,7%. BV® blue test adalah tes sederhana, cepat dan uji
handal memungkinkan diagnosis segera dan pengobatan yang tepat dari
BV tanpa adanya mikroskop yang akan sangat menguntungkan pada
mayoritas perempuan yang berisiko terbesar bakterial vaginosis. BV® blue
test dapat tersedia dan dilakukan dalam 10 menit, dapat menguntungkan
pasien dalam hal diagnosis dan pertama kali perawatan dengan
pengaturan yang sama bukannya mengevaluasi gram stain pap (metode
Nugent) yang biasanya memakan waktu, biaya dan memerlukan teknisi
laboratorium yang terampil untuk interpretasi. Kriteria Amsel ini tetap
merupakan metode klinis yang penting untuk diagnosis bakterial vaginosis,
namun dapat menguntungkan juga dengan menggunakan BV® blue test
sebagai tes tambahan untuk menyediakan dugaan diagnosis bakterial
vaginosis. BV® blue test tidak mengesampingkan kehadiran ragi,
Trichomonas vaginalis, atau organisme lain dalam kasus dengan infeksi
vagina campuran. BV® blue test ini tidak boleh digunakan pada wanita
yang sedang haid atau memiliki pendarahan vagina, setelah mengalami
perdarahan banyak, menggunakan obat-obatan supositoria vagina atau
semprotan feminine hygiene atau terlibat dalam hubungan seksual vagina
dalam waktu 72 jam sebelum pengujian.

Candidiasis

Pemeriksaan klinis didapatkan edema vulva, fisura, ekskoriasi, atau fluor


albus putih kental seperti susu pecah, pH

- Spesimen  yang dapat digunakan untuk diagnosis laboratorium


meliputi usapan dari lesi superfisial, darah, cairan tulang belakang,
biopsi jaringan, urin, eksudat, dan bahan dari kateter intravena. Biopsi
jaringan dan cairan tulang belakang yang disentrifugasi, dan spesimen
lainnya dapat diperiksa dengan pewarnaan Gram atau slide
histopatologis untuk melihat sel pseudohifa dan tunas dari Candida
albicans. Potongan kuku juga dapat digunakan sebagai spesimen, yang
dilakukan dengan meneteskan setetes 10 KOH dan calcofluor putih
kemudian diamati dibawah mikroskop (Jawetz, Melnick and
Adelberg’s, 2013).
- Kultur  Diagnosis candidiasis dapat dilakukan dengan menggunakan
metode kultur. Semua spesimen dikultur pada media jamur atau
bakteriologis diinkubasi pada suhu kamar atau pada suhu 37 0C. Koloni
diamati adanya pseudohifa. Candida albicans diidentifikasi dengan
produksi germ tube atau klamidiospora. Isolat Candida lainnya dapat
dilakukan spesiasi dengan reaksi biokimiawi. Interpretasi positif
bervariasi tergantung dari spesimen yang digunakan. Nilai diagnostik
kultur urin bergantung pada integritas spesimen dan kualitas sel ragi.
Kateter Foley yang terkontaminasi dapat menghasilkan hasil positif
palsu. Kultur darah positif mungkin mencerminkan candidiasis sistemik
atau candidiasis transien karena adanya saluran intravena yang
terkontaminasi. Kultur sputum tidak memiliki nilai karena spesies
Candida merupakan bagian dari mikroorganisme oral. Kultur lesi kulit
dapat digunakan sebagai pemeriksaan konfirmatif (Jawetz, Melnick
and Adelberg’s, 2013).
- Serologis  Selain dengan mikroskopis dan kultur, diagnosis
candidiasis juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan serologis. Secara
umum, tes serologis yang ada saat ini memiliki spesifisitas atau
sensitivitas yang terbatas. Antibodi serum dan imunitas yang dimediasi
oleh sel dapat ditunjukkan pada kebanyakan orang akibat paparan
seumur hidup pada Candida. Pada candidiasis sistemik, titer antibodi
terhadap berbagai antigen Candida dapat meningkat, namun tidak ada
kriteria yang jelas untuk menegakkan diagnosis secara serologis. Uji
serologis untuk melihat βglukan, yang ditemukan di dinding sel jamur,
tidak spesifik untuk Candida. Namun, tes ini bisa sangat membantu bila
dipertimbangkan dengan data laboratorium dan data klinis lainnya
7. Prognosis dan Komplikasi
Komplikasi
Candidiasis
Komplikasi yang dapat terjadi adalah KVV rekurens, yaitu ≥4 episode KVV
dalam setahun, dan KVV berat berupa eritema dan edema vulva yang
berat, ekskoriasi dan fisura

Bacterial vaginosis
- Dalam keadaan hamil  menyebabkan kelahiran prematur
- STI  meningkatkan risiko terkena chlamydia dan GO, jika punya HIV
merupakan risiko paling tinggi
- Pelvic Inflamatory Disease

Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh Bacterial Vaginosis (BV), Bacterial


Vaginosis (BV) diantaranya adalah peningkatan resiko terhadap infeksi
saluran genitalia termasuk infeksi yang disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis, Neisseria gonorrhoeae, HSV-1 and -2 dan peningkatan
terhadap resiko penularan human immunodeficiency virus (HIV) dan
kelahiran prematur. Menurut Rungpao (2008), komplikasi yang dapat
timbul pada Bakterial Vaginosis (BV) antara lain menyebabkan infeksi dan
ruptur membran amnion pada kehamilan, kelahiran prematur,
endometritis, komplikasi setelah melahirkan, Nongonococcal pelvic
inflamantory desease, kemandulan, dan dapat meningkatkan resiko
penularan human immunodeficiency virus (HIV)/ Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) .Alsworth dan Peiperth (2009) menyatakan
Bacterial Vaginosis (BV) dapat meningkatkan resiko terjadinya Sexual
Transmited Desease (STD), human immunodeficiency virus (HIV), dan
penyakit kelamin yang lain. Adanya penyakit menular seksual bisa
meningkatkan resiko Bakterial Vaginosis (BV).

8. Tatalaksana
Candidiasis
Terapi rekomendasi KVV adalah antijamur topikal durasi cepat, misalnya
klotrimazole 1% krim 5g intravagina selama 7-14 hari, klotrimazol 2% krim
5g intravagina selama 3 hari, mikonazol 2% krim 5g intravagina selama 7
hari, mikonazol 200mg vaginal suppository selama 3 hari. Pada KVV
rekurens, terapi antijamur topikal dapat diberikan dalam jangka waktu
lebih lama yaitu 7-14 hari. Namun 30-50% wanita akan mengalami
kekambuhan setelah terapi maintenance dihentikan.

Bacterial vaginosis
Terapi yang direkomendasikan adalah metronidazol oral 2x500 mg selama
7 hari atau metronidazol gel 0,75% 5 g intravagina sekali sehari selama 5
hari, atau krim klindamisin 2%, 5g intravagina sebelum tidur selama 7 hari.
BV rekurens terjadi pada hampir 50% wanita 6 bulan setelah terapi. Angka
rekurensi yang tinggi terhadap pajanan antibiotika yang berulang dan
munculnya galur resisten obat memberikan kebutuhan untuk alternatif
terapi.

Berdasarkan CDC, bahwa penanganan pertama pada wanita BV yang tidak


hamil adalah dengan antibiotik metronidazol 500 mg per oral dengan dosis
dua kali sehari selama 7 hari, atau metronidazol gel 0,75% intravagina satu
aplikator penuh 5 gram, sekali sehari selama 5 hari atau klindamisin krim
2% intravagina satu aplikator penuh 5 gram pada waktu sebelum tidur
selama 7 hari. Pengobatan alternatif lainnya dengan tinidazol 2 gram per
oral, sekali sehari selama 3 hari atau tinidazol 1 gram per oral sekali sehari
selama 5 hari atau klindamisin 300 mg per oral dua kali sehari selama 7
hari atau klindamisin 100 mg intravagina bentuk ovula sekali sehari pada
waktu sebelum tidur 3 selama 3 hari. Sesuai dengan Pedoman Nasional
Penanganan IMS tahun 2011 yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI bersama
KSMKI juga merekomendasikan pengobatan BV pada wanita yang tidak
hamil dengan diberikan metronidazol 2 gram per oral dosis tunggal atau
metronidazol dua kali 500 mg selama 7 hari atau klindamisin 300 mg dua
kali sehari per oral selama 7 hari.
9. Edukasi dan pencegahan
Pencegahan
Bacterial vaginosis
Tiga kriteria dalam pencegahan terjadinya Bakterial Vaginosis (BV) yaitu:
1. Menjaga kebersihan saat menstruasi seperti selalu menggunaan
pembalut yang bersih, selalu menganti pembalut setelah buang air
kecil dan tidak melakukan hubungan seksual selama menstruasi.
2. Menjaga kebersihan vagina dengan tindakan selalu menggunakan
celana dalam yang tidak ketat dan kering, selalu menggunakan teknik
cebok dari depan ke belakang, mengeringkan vagina setelah cebok,
selalu menggunakan peralatan mandi (sabun dan handuk) pribadi,
selalu membersihkan kloset sebelum digunakan, selalu mengeringkan
peralatan mandi (handuk) dibawah terik matahari secara langsung.
3. Menjaga kebersihan pada saat melakukan hubungan sexual dengan
cara membersihkan alat genitalia sebelum dan sesudah melakukan
hubungan suami istri, dan melakukan hubungan sexual dengan
frekwensi kurang dari tujuh kali dalam seminggu.

Anda mungkin juga menyukai