Anda di halaman 1dari 29

1

BAB 2. TINJAUAN TEORI


2.1 Vaginitis
2.1.1 Definisi
Vaginitis adalah diagnosis masalah ginekologis yang paling sering terjadi di
pelayanan primer. Pada sekitar 90% dari perempuan yang terkena, kondisi ini
disebabkan oleh vaginosis bakterial, kandidiasis atau trikomoniasis vulvovaginal.
Vaginitis merupakan infeksi vagina yang dapat terjadi secara langsung pada luka
vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan,
terjadi ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal
terbatas (Wiknjosastro, 2007).
Vaginitis adalah infeksi pada vagina yang disebabkan oleh vaginisis
bakterial, kandidiasis/ trikomoniasis vulvo vaginal, dan zat yang bersifat iritatif
(Mochtar, 2003). Vaginosis bakterialis diketahui kemudian sebagai infeksi
superfisial pada vagina yang menyertai keadaan menghilangnya laktobasili yang
normal dan disertai oleh pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme lain dalam
konsentrasi yang tinggi.
Vaginosis bakterial didefinisikan sebagai suatu keadaan abnormal pada
ekosistem vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus
yang tinggi sebagai flora normal vagina oleh konsentrasi bakteri anaerob yang
tinggi, terutama Bacteroides sp., Mobilincus sp., Gardnerella vaginalis, dan
Mycoplasma hominis Jadi vaginosis bakterial bukan suatu infeksi yang
disebabkan oleh satu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan
pertumbuhan berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina.
Vaginosis Bakterial memperlihatkan bukti bahwa penyakit ini terjadi akibat
pertumbuhan hebat bakteri normal vagina. Gangguan keseimbangan pertumbuhan
bakteri ini menyebabkan terjadinya fluor albus yang sangat berbau.
Vaginosis Bakterial adalah penyebab utama dari fluor albus akan tetapi
jarang tanpa disertai keluhan lain. Vaginosis bakterial terjadi akibat digantinya
mikroflora vagina normal yang “healthy” ( terutama dari jenis Lactobacillus
jensenii dan Lactobacillus crispatus ) oleh sekelompok mikroorganisme.
2

Bakterial vaginosis adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus


Spp penghasil hidrogen peroksida (H2O2) yang merupakan flora normal vagina
dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi (contoh : Bacteroides Spp,
Mobilincus Spp, Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis). Jadi, bakterial
vaginosis bukan suatu infeksi yang disebabkan oleh suatu organisme, tetapi
timbul akibat perubahan kimiawi dan pertumbuhan berlebih dari bakteri yang
berkolonisasi di vagina.
2.1.2 Epidemiologi
Vaginosis bakterialis merupakan penyebab flour albus yang umum
ditemukan pada wanita usia subur. Di USA keadaan ini merupakan sekitar 50%
penyebab vaginitis pada seluruh populasi wanita dan merupakan 10%-30%
penyebab vaginitis pada wanita hamil (Majeroni 1998). Sebelum tahun 1955,
penyakit ini dikenal dengan nama nonspecific vaginitis, Haemophilus vaginitis,
Gardnerella vaginitis, Corynebacterium vaginitis, nonspecific vaginosis atau
anaerobic vaginosis.
2.1.3 Etiologi
Bakterial vaginosis disebabkan oleh ketidakseimbangan flora alami bakteri
(bakteri yang biasa ditemukan dalam vagina wanita). Bakterial vaginosis tidak
sama dengan kandidiasis (infeksi jamur) atau kandidiasis (infeksi jamur)
Trichomonas vaginalis (trikomoniasis) yang tidak disebabkan oleh bakteri.
Bakterial vaginosis umumnya terjadi karena pengurangan jumlah hidrogen
peroksida normal yang memproduksi lactobacilli dalam vagina. Salah satu
penyebab bakterial vaginosis adalah organisme Gardnerella vaginitis, namun
organisme tersebut bukan satu-satunya penyebab bakterial vaginosis. Bila
beberapa jenis bakteri menjadi tidak seimbang, seorang wanita dapat mengalami
bakterial vaginosis. Meskipun tidak berbahaya, tetapi kondisi ini dapat
mengganggu.
Secara bersamaan, ada peningkatan konsentrasi bakteri jenis lain, terutama
bakteri anaerob (bakteri yang bisa tumbuh tanpa oksigen). Akibatnya, diagnosis
dan pengobatan tidak sesederhana seperti mengidentifikasi dan menghilangkan
3

salah satu jenis bakteri. Penggabungan bakteri menyebabkan infeksi yang tidak
diketahui.
Vaginitis dapat disebabkan oleh:
1. Infeksi
a. Bakteri (misalnya klamedia gonokokus)
b. Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes dan wanita
hamil serta pemakai antibiotic.
c. Protozoa (misalnya trikomonas vaginalis)
d. Virus (misalnya HPV dan Herpes)
2. Zat atau benda yang bersifat iritatif
Misalnya spermisida, pelumas, diafragma, penutup serviks dan spons,
pembilas vagina, pakaian dalam yang terlalu ketat yang tidak berpori dan
tidak menyerap keringat
3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
4. Perubahan hormonal.
2.1.4 Tanda dan Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari
vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat
atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih
kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam.
Misalnya bisa seperti keju atau kuning kehijauan atau kemerahan.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna
putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan
hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin
menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin
banyak yang tumbuh. Vulva terasa gatal dan mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa
terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina
keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita
penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik.Infeksi karena
Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau
4

keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap. Gatal-gatalnya sangat
hebat.
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh
kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium. Polip pada serviks bisa
menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual. Rasa gatal
atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma
manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal yang belum menyebar
ke daerah lain). Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan
oleh infeksi herpes atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole
kanker atau sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-
gatal di daerah vulva.
Wanita dengan vaginistis biasanya ada yang tanpa gejala atau dengan
gejala, berikut ini adalah tanda dan gejala yang pada wanita vaginitis antara lain:
1. Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya cairan abnormal dari
vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya
menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering
tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya
bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau
kemerahan
2. Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih,
abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah melakukan
hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin
menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri
semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
3. Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar
pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina
keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita
penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik
4. Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang
berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap
dan gatal-gatalnya sangat hebat.
5

5. Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh
kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium
6. Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan
hubungan seksual
7. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus
papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal yang
belum menyebar ke daerah lain)
8. Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi
herpes atau abses
9. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan oleh kanker atau sifilis
10. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah
vulva.
2.1.5 Patofisiologi
Flora vagina terdiri atas banyak jenis kuman, antar lain basil doderlein,
streptokokkus, stafilokokkus, difteroid, yang dalam keadaan normal hidup dalam
simbiosis diantara mereka. Jika simbiosis ini terganggu dan kuman-kuman seperti
streptokokkus, stafilokokkus, basil koli dan lain-lain dapat berkembang biak,
timbullah vaginitis non spesifik. Antibiotik, kontrasepsi, hubungan seksual, stress
dan hormon dapat merubah lingkungan vagina dan dapat memungkinkan
organisme pathogen tumbuh. Pada vaginosis bkcterial dipercayai bahwa beberapa
kejadian yang provokatif menurunkan jumlah hydrogen peroksida yang
diproduksi C. acidophilus organism. Hasil dari perubahan pH yang terjadi
memungkinkan perkembangbiakan berbagai organisme yang biasanya ditekan
pertumbuhannya seperti G. vaginalis, M.Hominis, dan Mobiluncus spesies.
Organism tersebut memproduksi berbagai produk metabolik seperti amine,
yang akan meningkatkan pH vagina dan menyebabkan ekspoliasi sel epitel
vagina. Amine inilah yang menyebabkan adanya bau yang tidak enak pada infeksi
vaginosis bacterial dengan fisiologi yang sama, perubahan lingkungan vagina,
seperti peningkatan produksi glikogen pada saat kehamilan dan tingkat
progesterone karena kontrasepsi oral memperkuat penempelan C.albikans ke sel
epitel vagina dan memfasilitasi pertumbuhan jamur. Perubahan ini dapat
6

mentransformasi kondisi kolonisasi organisme yang asimptomatik menjadi


infeksi yang simptomatik. Pada pasien dengan trikomoniasis perubahan tingkat
estrogen dan progesterone sebagaimana juga peningkatan pH vagina dan tingkat
glikogen dapat memperkuat pertumbuhan dan virulensi trikomonas vaginalis.
2.1.6 Jenis-jenis Vaginitis
Vaginitis dibedakan menjadi 3 jenis tergantung bakteri yang menginfeksi, yaitu:
a. Vaginitis trichomonas vaginalis
Infeksi ini disebabkan oleh trichomonas vaginalis yang mempunyai bentuk
kecil, berambut getar dan lincah bergerak. Gejala utamanya: terdapat
keputihan encer sampai kental, warna kekuning-kuningan, terasa gatal dan
terasa membakar, berbau, ada bintik pada dinding vagina.
b. Vaginitis kandidiasis
Infeksi ini disebabkan oleh jamur candida albikans. Vaginitis kandidiasis
sering dijumpai pada wanita hamil, karena terdapat perubahan asam basa.
Gejala vaginitis kandidiasis antara lain : terdapat keputihan kental bergumpal,
terasa sangat gatal dan mengganggu, pada dinding vagina sering dijumpai
membran putih yang bila dihapuskan dapat menimbulkan perdarahan.
2.1.7 Komplikasi dan Prognosis
Komplikasi
Komplikasi dari vaginitis yaitu sebagai berikut:
a. Postpartum endometritis
b. Selulitis tumpul vagina pasca histerektomi
c. Peradangan Panggul pasca kuretasi
d. Plasma sel endometritis
e. Vaginosis bakterialis juga berhubungan dengan keberadaan fetal fibronectin
yang terbukti meningkatkan kejadian korioamnionitis dan neonatal sepsis
f. Terjadi peningkatan risiko terjadinya persalinan kurang bulan, kontraksi
prematur atau kelahiran dengan BBLR
g. Lebih mudah terjadi infeksi Gonorrhoea dan Klamidia
h. Meningkatkan kerentanan terhadap HIV dan infeksi penyakit menular seksual
lainnya.
7

Prognosis
Prognosis bakterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30% wanita
walaupun tidak menunjukkan gejala. Pengobatan ulang dengan antibiotik yang
sama dapat dipakai. Prognosis bakterial vaginosis sangat baik, karena infeksinya
dapat disembuhkan. Dilaporkan terjadi perbaikan spontan pada lebih dari 1/3
kasus. Dengan pengobatan metronidazol dan klindamisin memberi angka
kesembuhan yang tinggi (84-96%).
2.1.8 Pengobatan
Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan
penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur
atau anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. Untuk mengendalikan
gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air.
Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena
bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul.
Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi
menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari. Selain
antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan
vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan.bakteri. Pada infeksi
menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual
diobati pada saat.yang.sama. Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi
dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester
kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
Pengobatan Umum Untuk Vaginitis & Vulvitis
Jenis Infeksi Pengobatan
Jamur a. Miconazole, clotrimazole, atau terconazole (krim, tablet
vagina atau supositoria)
b. Fluconazole atau ketoonazole (tablet)
Bakteri Biasanya metronidazole atau c;indamycin (tablet vagina) atau
metronidazole. Jika penyebabnya gonokokus biasanya
diberikan suntikan ceffriaxon dan tablet doxicylin.
8

Klamidia Doxicylin atau ozithromycin (tablet)


Trikomonas Metronidazole (tablet)
HPV (kutil Asam triklorasetat (dioleskan ke kutil), untuk infeksi yang
genetalis) berat digunakan larutan nitrogen atau fluorouracil (dioleskan
dikutil)
Virus Herpes Acyclovir (tablet atau salep)
Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres
dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin. Untuk mengurangi gatal-gatal
yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid
dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk
mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes. Untuk mengurangi
nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnosis vaginosis bakterialis ditegakkan bila 3 kriteria terpenuhi dari 5
kriteria dibawah ini (Majeroni,1998):
a. Cairan vagina yang homogen (jumlah dan warnanya dapat bervariasi
b. PH vagina > 4.5, dengan menggunakan phenaphthazine paper (nitrazine
paper)
c. Uji Amin (+)
Uji Amin (KOH whiff test) : Pemberian setetes KOH 10% pada sekret vagina
diatas gelas objek akan menghasilkan bau amis yang karakteristik ( fishy /
musty odor ), bau amis muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam
organik hasil alkalisasi bakteri anaerob
d. Terdapat “clue cell” ( sel epitel vagina yang diliputi oleh coccobacillus yang
padat) > 20% pada preparat basah atau pewarnaan Gram.
Cara pemeriksaannya :
Pemeriksaan preparat basah;dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes
cairan NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutupi
dengan coverslip. Dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik menggunakan
kekuatan tinggi (400 kali) untuk melihat clue cells, yang merupakan sel
epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri (terutama Gardnerella
9

vaginalis).Pemeriksaan preparat basah mempunyai sensitifitas 60% dan


spesifitas 98% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Clue cells adalah
penanda bakterial vaginosis.
e. Tidak adanya / berkurangnya laktobasil pada pewarnaan Gram.
Skoring jumlah bakteri yang normal pada vagina atau vaginosis bakterial
dengan pewarnaan Gram :
Lactobacilli Gardnerella/ Mobilincus sp
Bacteroides
(4+) : 0 (1+) : 1 (1+)-(2+) : 1
(3+) : 1 (2+) : 2 (3+)-(4+) : 2
(2+) : 2 (3+) : 3
(1+) : 3 (4+) : 3
(0) : 4
Keterangan: Skor 0-3 dinyatakan normal; 4-6 dinyatakan sebagai
intermediate; 7-10 dinyatakan sebagai vaginosis bakterial.
Kriteria diagnosis vaginosis bakterial berdasarkan pewarnan Gram:
1. Derajat 1: normal, di dominasi oleh Lactobacillus
2. Derajat 2: intermediate, jumlah Lactobacillus berkurang
3. Derajat 3: abnormal, tidak ditemukan Lactobacillus atau hanya
ditemukan beberapa kuman tersebut, disertai dengan bertambahnya
jumlah Gardnerella vaginalis atau lainnya.
2. Uji H2O2
Pemberian setetes H2O2 (hidrogen peroksida) pada sekret vagina diatas
gelas objek akan segera membentuk gelembung busa ( foaming bubbles) karena
adanya sel darah putih yang karakteristik untuk trikomoniasis atau pada vaginitis
deskuamatif, sedangkan pada vaginosis bakterialis atau kandidiasis vulvovaginal
tidak bereaksi.
2.1.10 Pencegahan
Pencegahan kandidiasis, jenis yang paling umum dari vaginitis, dimulai
dengan kebersihan yang baik: pengeringan sepenuhnya setelah mandi,
mengenakan pakaian segar, dan menyeka dari depan ke belakang setelah buang
air besar semua membantu untuk mencegah kontaminasi dari vagina dengan
10

bakteri berbahaya. Pencegahan vaginosis bakteri termasuk diet sehat dan perilaku
serta meminimalkan stres karena semua faktor ini dapat mempengaruhi
keseimbangan pH vagina. Mengkonsumsi bakteri baik dalam produk dengan
hidup-budaya, seperti yoghurt, atau hanya melalui suplemen probiotik, seseorang
dapat mengurangi kemungkinan mengembangkan vaginitis karena antibiotik.
Pencegahan trikomoniasis berkisar seks aman-prosedur, seperti penggunaan
kondom.
2.2 Cervicitis
2.2.1 Definisi
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis karena epitel
selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah
terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina (Sarwono, 2008). Pada
seorang multipara dalam keadaan normal canalis cervikalis bebas kuman, pada
seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas atas
dari daerah bebas kuman ostium uteri internum. Walaupun begitu canalis
cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan
barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis
dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion
(Sarwono, 2008).
Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan.
Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea
yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks).
Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari
persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai. Pada mulut rahim luka lokal
disembuhkan dengan cairan albutil tingtura, cairan nitrasargenti tingtura, dibakar
dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya (cryosurgery). Penyembuhan
servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari keganasan dan
merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.
2.2.2 Etiologi
Servisitis disebabkan oleh kuman-kuman seperti: trikomonas vaginalis,
kandida dan mikoplasma atau mikroorganisme aerob dan anaerob endogen vagina
11

seperti streptococcus, enterococus, e.coli, dan stapilococus. Kuman-kuman ini


menyebabkan deskuamasi pada epitel gepeng dan perubahan inflamasi kromik
dalam jaringan serviks yang mengalami trauma. Dapat juga disebabkan oleh
robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion atau alat kontrasepsi,
tindakan intrauterine seperti dilatasi dan lain-lain.
Servicitis dapat disebabkan oleh salah satu dari sejumlah infeksi, yang
paling umum adalah:
a. Klamidia dan gonore, klamidia dengan akuntansi untuk sekitar 40% kasus.
Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
b. Trichomonas vaginalis dan herpes simpleks adalah penyebab yang kurang
umum dari cervicitis.
c. Peran Mycoplasma genitalium dan vaginosis bakteri dalam menyebabkan
servisitis masih dalam penyelidikan.
d. Sekunder terhadap kolpitis.
e. Tindakan intra dilatasi dll.
f. Alat-alat atau obat kontrasepsi.
g. Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption/ extropin
2.2.3 Klasifikasi
1. Servisitis Akuta
a) Pengertian
Infeksi ini dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah
satu infeksi hubungan seksual. Pada infeksi setelah keguguran dan 15
persalinan disebabkan oleh stafilokokus dan streptokokus.
b) Gejala
Gejala infeksi ini adalah pembengkakan mulut rahim, pengeluaran
cairan bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat menjalar ke sekitarnya.
c) Pengobatan
Pengobatan pada infeksi ini dengan memberi antibiotika dosis tepat
dan menjaga kebersihan daerah kemaluan (Manuaba, 2009).
2. Servisitis kronika (Menahun)
a) Pengertian
12

Penyakit ini dijumpai pada sebagian besar wanita yang pernah


melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus atau
abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endoserviks dan
kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun (Prawirohardjo,
2008).
b) Gejala
Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit atau banyak,
dapat terjadi perdarahan saat hubungan seks (Manuaba, 2009).
c) Pengobatan
Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah
42 hari persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai. Pada mulut rahim
luka lokal disembuhkan dengan cairan al-butil tingtura, cairan nitrasargenti
tingtura, dibakar dengan pisaulistrik, termokauter, mendinginkannya
(cryosurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena
dapat menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat
kelamin bagian atas (Manuaba, 2009)
2.2.4 Patofisiologi
Beberapa gambaran patologis servisitis:
1. Serviks kelihatan normal, hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan
infiltrasi endokopik dalam stroma endocerviks. Servisitis ini tidak
menimbulkan gejala kecuali pengeluaran sekret yang agak putih
kekuningan.
2. Pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-
merahan yang tidak terpisah secara jelas dan epitel portio disekitarnya,
sekret dikeluarkan terdiri atas mukus bercampur nanah.
3. Sobekan pada serviks uteri lebih luas dan mukosa endoserviks lebih
kelihatan dari luar (eksotropion). Mukosa dalam keadaan demikian ini
mudah kena infeksi dari vagina, karena radang menahun, serviks bisa
menjadi hipertropis dan mengeras, sekret bertambah banyak (Fauziyah,
2012).
13

2.2.4 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala dari penyakit Servisitis adalah sebagai berikut:
a. Flour hebat, biasanya kental atau perullent dan biasanya berbau
b. Sering menimbulkan arusio (erythroplaki) pada portio
c. Pada pemeriksaan inspekulo kadang-kadang dapat melihat flour yang
purulent keluar dari kanalis servikalis. Kalau partio normal tidak ada
ectropion, maka harus diingat kemungkinan gonorrae
d. Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vilvitis
e. Pada servisitis kroniks kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput
lendir yang merah karena infeksi. Bintik-bintik ini disebabkan oleh
ovulanobethi dan akibat retensi kelenjar-kelenjar serviks karena saluran
keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena peradangan
f. Gejala-gejala non spesifik seperti dipareuni, nyeri punggung kemih
g. Perdarahan saat melakukan hubungan seks.
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut dr. Achmad Mediana, SpOG dari Departemen Obstetri dan
Ginekologi RSPAD Gatot Soebroto, pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
pada servisitis antara lain:
a. In Spekulo
Pemeriksaan ini menggunakan speculum cocor bebek yang dimasukkan ke
vagina. Gunanya untuk melihat keadaan permukaan di leher rahim. Dari
pemeriksaan ini dapat diketahui apakah permukaan leher rahim ada infeksi,
jengger ayam/kandiloma, varises, ataupun bila ada keganasan atau kanker
leher rahim.
b. Pemeriksaan Dalam/Colok Vaginal
Dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan in spekulo. Pemeriksaan ini
digunakan untuk melihat besar rahim atau ukurannya. Untuk memantau
keadaan serviks, vagina dan panggul.
c. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi dini kelainan-kelainan yang ada
di leher rahim atau untuk menilai sel-sel leher rahim. Pemeriksaan ini
14

dilakukan dengan cara mengambil getah serviks kemudian diperiksa di


laboratorium.
d. Kolposkopi
Dilakukan bila ada kecurigaan di daerah leher rahim dengan cara diteropong.
Alat kolposkopi terdiri atas dua alat pembesaran optik yang ditempatkan pada
penyangga yang terbuat dari besi. Kolposkopi dilengkapi dengan layer teve,
maka pasien bias melihat hasil peneropongan tersebut dari layer teve.
Pemeriksaan kolposkopi juga disertai alat untuk mengambil jaringan yang
dicurigai tersebut.
e. Biopsi
Adalah pengangkatan dan pemeriksaan jaringan leher rahim untuk tujuan
diagnosa. Jaringan diambil dengan semacam alat/jepitan, selanjutnya jaringan
yang telah diambil tersebut dikirim ke laboratorium.
f. Pemeriksaan BV (Bakterial Vaginosis) atau Swab Vagina
Dilakukan pada pasien-pasien yang terkena infeksi berulang. Misalnya,
infeksi di leher rahim. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mengambil cairan
dari vagina pasien kemudian diperiksa di laboratorium.
2.2.7 Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita servisitis adalah sebagai berikut:
a. Antibiotikan terutama kalau dapat ditemukan genecoccus dalam sekret
b. Kalau servisitis tidak spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam A9NO3
10% dan irigasi
c. Servisitis yang tidak mau sembuh dari tolong operatif dengan melakukan
konisasi, kalau sebabnya ekstropion dapat dilakukan lastik atau amputasi
d. Erosion dapat disembuhkan dengan obat keras seperti, A9NO3 10% atau
albothyl yang menyebabkan nekrose epitel silindris dengan harapan bahwa
kemudian dari ganti dengan epitel gepeng berlapis banyak
e. Servisitis kronik pengobatannya lebih baik dilakukan dengan jalan kauterisasi
radral dengan termokauter atau dengan krioterapi
15

f. Kalau serviks tidak spesifik dapat diobati dalam argentetas netrta


menyebabkan dengan epitel slindris, dengan harapan bahwa kamudian diganti
dan epitel gepeng berlapis banyak
g. Kauterisasi-radikal dengan termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah
kauterisasi terjadi nekrosis. Jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira
2 minggu dan diganti tambahan oleh jaringan menahun mencapai endoserviks
jauh kedalam kanalis crevikalis. Perlu dilakukan konisasi dengan
menganggkat sebagian besar mukosa endocerviks. Jia sobekan dan infeksi
sangat luas, maka dilakukan amputasi serviks.
2.2.8 Pencegahan
Pencegahan Servisitis dapat dilakukan dengan cara melakukan upaya
pencegahan:
a. Melakukan hubungan seksual hanya dengan pasangan yang setia
b. Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual
c. Bila terinfeksi, mencari pengobatan bersama pasangan seksual
d. Menghindari hubungan seksual bila ada gejala (Widyastuti, Rahmawati
dan Yuliasti Eka, 2009).
2.2 Leukorrhea
2.3.1 Definisi
Leukorrhea (lekore) atau fluor albus atau keputihan ialah cairan yang keluar
dari saluran genitalia wanita yang bersifat berlebihan dan bukan merupakan
darah. Menurut kamus kedokteran Dorlan leukorrhea adalah sekret putih yang
kental keluar dari vagina maupun rongga uterus. Walaupun arti kata lekore yang
sebenarnya adalah sekret yang berwarna putih, tetapi sebetulnya warna sekret
bervariasi tergantung penyebabnya. Lekore bukan penyakit melainkan gejala dan
merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi.
2.3.2 Etiologi
a. Sering memakai tissue saat membasuh bagian kewanitaan, sehabis buang air
kecil maupun buang air besar
b. Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis
c. Sering menggunakan WC Umum yg kotor
16

d. Tidak mengganti panty liner


e. Membilas vagina dari arah yang salah. Yaitu dari ke arah anus ke arah depan
vagina
f. Sering bertukar celana dalam/handuk dgn orang lain
g. Kurang menjaga kebersihan vagina
h. Kelelahan yang amat sangat
i. Stress
j. Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
k. Memakai sembarang sabun untuk membasuh vagina
l. Tidak mejalani pola hidup sehat (makan tidak teratur, tidak pernah olah raga,
ridur kurang)
m. Tinggal di daerah tropis yang lembab
n. Lingkungan sanitasi yang kotor.
o. Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas. Jamur yang
menyebabkan keputihan lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat.
p. Sering berganti pasangan dalam berhubungan sex
q. Kadar gula darah tinggi
r. Hormon yang tidak seimbang
s. Sering menggaruk vagina
t. Sedangkan dengan memperhatikan cairan yang keluar, terkadang dapat
diketahui penyebab keputihan.
u. Infeksi kencing nanah, misalnya, menghasilkan cairan kental, bernanah dan
berwarna kuning kehijauan.
v. Parasit Trichomonas Vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa cairan
encer berwarna kuning kelabu.
w. Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker.
2.3.2 Patofisiologi
Meskipun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina
bisa dikatakan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan
penderita sebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa
perempuan pun mempunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi
17

normal, cairan yangkeluar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina
yang terlepas dan mucus serviks, yangakan bervariasi karena umur, siklus
menstruasi,kehamilan, penggunaan pil KB. Lingkungan vagina yang normal
ditandai adanyasuatu hubungan yang dinamis antaraLactobacillus acidophilus
dengan flora endogen lain, estrogen, glikogen, dan hasil metabolit lain.
Lactobacillus acidophilus menghasilkan endogen peroksida yang toksik
terhadap bakteri patogen.Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina,produksi
glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan
pHvagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan padalevel ini dapat menghambat
pertumbuhan bakterilain. Kandidiasis vaginalis merupakan infeksi vaginayang
disebabkan oleh Candida sp . terutama C.albicans . Infeksi Candida terjadi karena
perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berkompetisi dengan flora normal
sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermudah pertumbuhan ragi
adalah penggunaan antibiotic yang berspektrum luas, penggunaan kontrasepsi,
kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetesyang tidak terkontrol, pemakaian
pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi.
Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat
kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena
kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina
dan merupakan media bagi pertumbuhan jamur. Candida albicans berkembang
dengan baik pada lingkungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau
sampai sampai menimbulkan gejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan
juga menajdi faktor predisposisi kandidiasisvaginalis.Pada penderita dengan
Trikomoniasis, perubahan kadar estrogen dan progesterone menyebabkan
peningkatan pH vagina dan kadar glikogensehingga berpotensi bagi pertumbuhan
danvirulensi dari Trichomonas vaginalis. Vaginitis sering disebabkan karena
flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri pathogen atau adanya
perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen itu mengalami
proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubunganseksual, stres dan hormon dapat
merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri
patogen.Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat
18

menurunkan jumlah hydrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus


acidophilus sehingga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan
Gardnerella vaginalis ,Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yangnormalnya
dapat dihambat. Organisme inimenghasilkan produk metabolit misalnya
amin,yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelepasan sel-sel vagina.
Amin juga merupakan penyebab timbulnya bau pada fluor albus pada vaginosis
bacterial. Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita
tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacing yang berulang, jugapada
perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yang buruk dan pada
perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat.
2.3.3 Penatalaksanaan
1. Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinantertularnya PHS dapat
dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektifmencegah
terjadinya penularan PHS termasukAIDS.
2. Pemakaian obat atau cara profilaksis
Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkanvagina pada hubungan yang
dicurigai menularkanpenyakit kelamin relative tidak ada jika tidakdisertai
dengan pengobatan terhadap microorganisme penyebab penyakitnya.
Pemakaian obat antibiotik dengan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat
juga merugikan karena selainkuman tidak terbunuh juga terdapat
kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian obat yang
mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada pasien
menaupose dengan gejala yang berat.
3. Pemeriksaan secara dini
Kanker serviks dapat dicegah secara dini denganmelakukan Pap smear secara
berkala. Denganpemeriksaan Pap smear dapat diamati adanyaperubahan sel-
sel normal menjadi kanker yangterjadi berangsur-angsur, bukan
secaramendadak. Kanker leher rahim memberikan gejala keputihan berupa
sekret encer, berwarna merahmuda, coklat mengandung darah atau hitam
serta berbau busuk. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjagakebersihan
19

daerah intim sebagai tindakan mencegah berulangnya keputihan yaitu


dengan:
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang,olah raga rutin, istirahat
cukup, hindarirokok dan alkohol serta hindari stresberkepanjangan
b. Setia kepada pasangan
c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadidengan menjaganya agar tetap
kering dantidak lembab misalnya dengan menggunakancelana dengan
bahan yang menyerapkeringat, hindari pemakaian celana terlaluketat.
Biasakan untuk mengganti pembalut,pantyliner pada waktunya untuk
mencegahbakteri berkembang biak
d. Biasakan membasuh dengan cara yangbenar tiap kali buang air yaitu dari
arahdepan ke belakang
e. Penggunaan cairan pembersih vaginasebaiknya tidak berlebihan karena
dapatmematikan flora normal vagina. Jika perlu,lakukan konsultasi medis
dahulu sebelummenggunakan cairan pembersih vagina
f. Hindari penggunaan bedak talkum, tissueatau sabun dengan pewangi
pada daerahvagina karena dapat menyebabkan iritasi
g. Hindari pemakaian barang-barang yangmemudahkan penularan seperti
meminjamperlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkintidak duduk di atas
kloset di WC umum ataubiasakan mengelap dudukan kloset
sebelummenggunakannya.
2.3.4 Manifestasi Klinis
Segala perubahan yang menyangkut warna danjumlah dari sekret vagina
merupakan suatu tandainfeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yangsering
kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan
memberikanbeberapa gejala fluor albus:
a. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruamkulit dan nyeri
b. Sekret vagina yang bertambah banyak
c. Rasa panas saat kencing
d. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
e. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuningdengan bau yang menusuk
20

Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah orifisium


uretra eksternum merah,edema, labia mayora dapat bengkak, merah dannyeri
tekan. Cairan yang keluar dari vagina padainfeksi ini yang lebih dikenal dengan
namagonorrhea ini berwarna putih kental/ kekuningan (mukopurulen) yang
sebetulnya merupakan nanahyang terdiri dari sel darah putih yangmengandung
Neisseria gonorrhea. Kadang-kadang kelenjar bartholini ikut meradang dan terasa
nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat
serviks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen.
Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala.Sekret vagina yang berwarna
kuning seperti pus.Sering kencing dan terdapat perdarahan vaginayang
abnormal.Vaginosis bacterial menyebabkan sekret vagina yang keruh, encer, putih
abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau amis dan juga memberikan
gambaran vulva dan vagina yang hiperemis, sekret yang melekat pada dinding
vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan serviks
dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar dari
ostium uteri internum. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual.
Pada sifilis yang disebabkan oleh bakteriTriponema Pallidum tampak cairan
putih kekuningan, bau anyer, terdapat luka pada bibir kemaluan, yang tidak nyeri,
disertai pembesaran kelenjar getah bening pada lipatan paha kanankiri. Pada
Kandidiasis Vaginalis dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina, gatal
dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak. Pada dinding
vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih yang jika diangkat
meninggalkan bekas yang agak berdarah. Sekret vagina menggumpal putih kental.
VulvoVaginalis
Pada Trikomonas Vaginalis (Trikomoniasis)dinding vagina tampak merah,
sembab dan timbulrasa nyeri bila ditekan atau perih saat berkemih.Pada pria
sering tanpa gejala sehingga mereka tidak menyadari dan menularkan pada istri
atau pasangannya. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks
yang tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagaiStrawberry
appreance . Bila sekret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada
lipatpaha atau sekitar genitalia eksterna. Sekret vagina biasanya sangat banyak,
21

berwarna kuning kehijauan, berbusa/berbuih menyerupai air sabundan berbau


busuk.
Vaginitis Trikomonal
Pada herpes genitalis akan tampak adanya vesikel-vesikel pada vulva, labia
mayor, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat dilihat
adanya ulkus-ulkus padavagina dan serviks. Pada Kondiloma akumilata yang
disebabkan olehHuman Papiloma Virus tampak cairan vagina berwarna
keputihan, berbau amis, disertai kumpulan kutil menyerupai jengger ayam.Pada
kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan permukaan
yangtidak licin. Gambaran ini dapat berkembang menjadi granuler, berbenjol-
benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan nekrotik. Disamping itu tampak
sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk.
2.3.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisis dan Genital
Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukanuntuk mendeteksi adanya
kemungkinan penyakitkronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya
yangmungkin berkaitan dengan fluor lbus.Pemeriksaan khusus yang juga
harus dilakukanadalah pemeriksaan genetalia yaitu meliputi:
a. Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna
b. Pemeriksaan spekulum untuk melihat vaginadan serviks
c. Pemeriksaan pelvis bimanual
Untuk menilai cairan dinding vagina, hindarikontaminasi dengan lender
vagina. Dan dapatdisesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapatdiketahui
kemungkinan penyebabnya.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapatdilakukan adalah:
a. Pengukuran pH
b. Penilaian sedian basah
c. Perwarnaan Gram
d. Kultur
e. Pemeriksaan serologis
22

f. Tes Pap Smear


2.3.6 Pencegahan
Leukorea dapat dicegah dengan cara sebagaiberikut:
a. Menjaga alat kelamin tetap bersih dan kering
b. Menghindari pakaian ketat
c. Seing mengganti pembalut saat datang haid
d. Menghindari douche (mencuci/membilas)vagina dengan larutan antiseptik
e. Mencuci alat kelamin bagian luar dengan air bersih.

2.4 Salpingitis
2.4.1 Definisi
Salpingitis adalah peradanganpada saluran tuba, dipicu oleh infeksibakteri.
Salpingitis kadang-kadangdisebut penyakit radang panggul (PID). Penyakit
Radang Panggul atau Pelvic Inflamatory Diases adalah keadaan terjadinya
infeksi pada genitalia interna, disebabkan berbagai mikroorganisme, dapat
menyerang endometrium, tuba, ovarium, parametrium, dan peritoneum panggul,
baik secara perkontinuniatum dari organ sekitarnya, secara hematogen, ataupun
akibat penularan secara hubungan seksual. Penyakit ini dapat dibagi menjadi dua
bagian besar, yaitu:
a. Penyakit radang panggul akut
b. Penyakit radang panggul kronik
2.4.2 Etiologi
Resiko pada wanita yang tidak menikah, hubungan seks di usia muda dan
punya lebih darisatu pasangan. Infeksi dapat mencapai tuba bilaaliran menstruasi
berbalik atau terbukanya servikssaat menstruasi. Faktor lain termasuk prosedur
pembedahan dimana melewati serviks, misal:
a. endometrial biopsy
b. curettage
c. hysteroscopy
Resiko lain terjadi jika suatu faktor dalam vagina dan serviks yang
menyebabkan organism penginfeksi “bermigrasi” naik ke tuba, misalnya:
23

a. pemberian antibiotik (lokal)


b. ovulasi
c. menstruasi
d. penyakit menular seks (PMS)/sexuallytransmitted disease (STD)
Terakhir, dari hubungan seks dapat memfasilitasi penyebaran penyakit dari
vagina menuju tuba,yaitu:
a. Kontraksi uterus
b. Sperma, ikut membawa agen ke arah tuba.
Bakteri yang biasa ditemukan pada infeksi salpingitis adalah:
a. Neiserria Gonorrhoeae (30-50 %)
b. Chlamydia trachomatis
c. Mycoplasma
d. Staphylococcus
e. Streptococcus
Bagaimana pun juga biasanya tidak hanya satu agen yang berperan dalam
salpingitis. Contoh lain organisme yang berkembang menjadi agen penginfeksi
pada tuba adalah:
a. Ureaplasma urealyticum
b. Bakteri anaerobik dan aerobic.
2.4.3 Patofisiologi
Infeksi dapat menyebar ke bagian lain lewat kelenjar limfe. Organisme
penyebab infeksi ini diperkirakan mencapai tuba falopii dan ovarium yang
sebelumnya sudah cidera tersebut lewat cairan limfe atau darah. Pada salah satu
dari duakasus tubo-ovarium yang menjadi komplikasi dalam pertengahan
kehamilan dan dirawat di RS dilakukan histerektomi di samping salpingo-
ooforektomi bilateral. Pasien yang menderita salpingitis periodik akan timbul
kerusakan tuba yang irreversible sehingga menyebabkan hidrosalping, piosalping
atau abses tubo ovarium.
Waktu yang terbaik untuk pembedahan adalah saat proses inflamasi
menghilang secara maksimal diantara rekurensi. Pasien dapat disembuhkan
setelah menjalani proses kesembuhan pasca bedah yang sangat rumit. Walaupun
24

terjadi perlekatan yang luas dalamrongga panggul akibat infeksi pelvis


sebelumnya, pasien biasanya tidak mengalami efek yang berarti selama
kehamilannya.
Infeksi biasanya berawal pada bagian vagina, dan menyebar ke bagian tuba
fallopi. Infeksi dapat menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi
padasalah satu tuba fallopi biasanya menyebabkan infeksi yang lain. Pada
beberapa kasus, salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Mycoplasma,
Staphylococcus, dan Streptococcus. Selain itu salpingitis dapat disebabkan oleh
penyakit menular seksual seperti gonore dan kalmidia (Prawirohardjo, 2007).
2.4.4 Penatalaksanaan
1. Penyakit Radang Pangul Akut
Pasien dapat berobat jalan biala keadaan umum baik, suhu kurangatau sama
dengan 39°C, dan nyeri abdomen minimal. Diberikan anibiotik berspektrum
luas (kombinasi), analgesic, dan dianjurkan tirah baring.
a. Bila pasien adalah peserta KB AKDR, alat tersebut harus diangkat.
b. Bila keadaan umum kurang (tampak sakit berat) dengan suhu lebih dari
39°C dan nyeri abdomen hebat, pasien harus dirawat di rumah sakit.
c. Penatalaksanaan di rumah sakit berupa tirah baring total (posisi fowler),
pembatasan makanan peroral, pemberian cairan intravena untuk
mencegah dehidrasi dan asidosis, memasang pipa nasogatrik bila perut
kembung atau ileus, pemberian antimikroba berspektrum luas
(kombinasi) dengan cara pemberian parenteral tanpa antipiretik.
d. Bila perlu, dapat dilakukan kolpotomi dengan drainase melalui kavum
Douglasi yang terisi pus dengan fluktuasi positif. Dalam keadaan berat
dilakukan laparotomy eksplorasi bila konservasi tidak menunjukkan
perbaikan. Pada kasus abses tuboovarial, dilakukan terapi konservatif
selama 3 hari dengan harapan massa akan mengecil kemudian
ddilakukan laparotomy. Pemantauan atau evaluasi keadaan umum
penderita dilakukan secara klinis, laboratorik, dan pemeriksaan USG.
25

2. Penyakit Radang Panggul Kronik


Berobat jalan dengan cara diatermia dan pemberian antibiotik.
Perawatan dilakukan bila diperlukan pembedahan akibat terapi konsevatif
yang gagal.Dalam hal ini dilakukan laparotomy eksplorasi.Bila perlu
dilakukan neurektomi presakral atau histerektomi.Jika tidak ditemukan
kelainan yang jelas, ddiperlukan pendekatan secara psikologis.Psikoterapi
diberikan terutama bila terdapat keluhan depresi.
2.4.5 Manifestasi Klinis
1. Penyakit Radang Pangul Akut
Diagnosis penyakit radang panggul akut ditegakkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik.Dari anamnesis didapatkan demam tinggi, sakit kepala,
malaise, nyeri perut bagian bawah dan daerah panggul, secret vagina yang
purulent, dan sering terjadi setelah haid, riwayat pemakaian AKDR.
Sedangkan dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan perut
bagian bawah, nyeri tekan, dan nyeri goyang genitalia interna (unilateral
maupun bilateral), daerah adneksa teraba kaku, mungkin pula teraba massa
dengan fluktuasi, ada kenaikan suhu rektal dan aksila.
2. Penyakit Radang Panggul Kronik
Dari anamnesis, penyakit radang panggul rekurens atau kronik
ditegakkan dengan adanya perdarahan, dismnore, riwayat adneksitis akut atau
infeksi panggul lainnya, infeksi pascapersalinan atau pascaabortus,
dyspareunia, dan infertilitas.Cari kelainan saluran cerna (konstipasi, diare,
dll.), musculoskeletal (trauma, eksaserbasi dengan perubahan posisi, dll.), dan
urologi (urgensi, nokturia, dysuria, dll.). Sedangkan, dari pemeriksaan fisik
dapat ditemukan subfebris, takikardi, nyeri goyang genetelia interna (sifatnya
lebih ringan daripada keadaan akut), dan dapat teraba massa pada daerah
adneksa ataupun parametrium, terdapat penebalan dan kaku di daerah
adneksa, mungkin pula teraba massa dengan batas tidak tegas.
26

2.4.6 Komplikasi
Di antara sebab-sebab yang paling banyak terdapat ialah infeksi gonorea dan
infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh
teberkulosis. Selanjutnya bias timbul radang adneksasebagai akibat tindakan
(kerokan,laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang
darialat yang letaknya tidak jauh sepertiappendiks.Penanganan yang tidak
serius,salpingitis bisa menyebabkan beberapa komplikasi meliputi :
a. Kehamilan ektopik
b. Infeksi yang terjadi didaerahterdekat dengan tuba fallopi,seperti ovarium
atau uterus
c. Infertilitas
d. Menginfeksi orang yangdiajak berhubungan seksual.
2.4.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Penyakit Radang Pangul Akut
Pemeriksaan darah tepi lengkap : hemoglobin, hematocrit, leukosit dan
sejenisnya, LED, Urinalisis, Tes kehamilan dengan beta HCG, USG dan
Kuldos entesis.
2. Penyakit Radang Panggul Kronik
Pemeriksaan darah lengkap, akan tampak leukosit dan peningkatan LED.
2.4.8 Pencegahan
a. Alat pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat
dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif
mencegah terjadinya penularan PHS termasukAIDS.
b. Pemakaian obat atau cara profilaksis
Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada hubungan
yang dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada jika tidak
disertai dengan pengobatan terhadap microorganism penyebab
penyakitnya. Pemakaianobat antibiotik dengan dosis profilaksis atau
dosisyang tidak tepat juga merugikan karena selain kuman tidak terbunuh
juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian
27

obat yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat
pada pasien menaupose dengan gejala yang berat.
c. Pemeriksaan secara dini
Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap smear
secara berkala. Dengan pemeriksaan Pap smear dapat diamati
adanyaperubahan sel-sel normal menjadi kanker yangterjadi berangsur-
angsur, bukan secara mendadak. Kanker leher rahim memberikan
gejalakeputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat
mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.
28

BAB 3. PATHWAY
3.1 Pathway Vaginitis
Zat asing Candida Albicans Perubahan Hormone Nisseria Gonorrhea
Tricomonas Vaginalis

Hygiene berkurang Hub. Seksual infeksi epitel


vagina

konsentrasi flora
normal

Vaginitis

Ig E Stimulation

Histamin SRS-A Bradikini Leukotriene


Prostaglandin
n s

Efek vasodilatasi Sekter purulen Peradangan


lokal
Gatal Edema

Lesi Eritema Hipertermi


Kerusakan
integritas kulit

Nyeri
29

1. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan denagn adanya lesi dan eritema
2. Hipertermi berhubungan dengan adanya proses peradangan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rasa gata pada daerah
vagina

Anda mungkin juga menyukai