FLUOR ALBUS
(KEPUTIHAN)
Oleh :
MADE UTTITHA RAMANTY RANI ARTHAPUTRI
NIM. P07120120073
TINGKAT 3.2 D-III KEPERAWATAN
DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2022
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Keputihan dikalangan medis dikenal dengan istilah leukore atau fluor albus,
yaitu keluarnya cairan dari vagina. Leukore adalah semua pengeluaran cairan dari alat
genetalia yang bukan darah tetapi merupakan manifestasi klinik berbagai
infeksi,keganasan atau tumor jinak organ reproduksi (Manuaba, 2009).
Keputihan atau leukorea yaitu keluarnya cairan yang berlebihan dari vagina
yang terkadang disertai perasaan gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir kemaluan, atau
kerap juga disertai bau busuk dan rasa nyeri sewaktu berkemih atau bersenggama.
Pengertian lebih khusus keputihan merupakan infeksi jamur kandida pada genetalia
wanita dan disebabkan oleh organisme seperti ragi yaitu candida albicans (Clayton,
2008).
Keputihan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu keputihan normal
(fisiologis) dan keputihan abnormal (patologis). Keputihan normal dapat terjadi pada
masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16
saat menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Keputihan abnormal dapat
terjadi pada semua alat genitalia (infeksi bibir kemaluan, liang senggama,mulut rahim,
rahim dan jaringan penyangga, dan pada infeksi penyakit hubungan seksual)
(Manuaba, 2009).
2. Etiologi
Menurut Ayuningsih, et al. (2009) penyebab keputihan yaitu:
1) Perilaku tidak higienis: air cebok tidak bersih, celana dalam tidak menyerap
keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik.
Keputihan bukan suatu penyakit tetapi hanya suatu gejala penyakit, sehingga
penyebab pastinya perlu ditetapkan melalui berbagai pemeriksaan cairan yang keluar
dari alat genitalia tersebut. Pemeriksaan terhadap keputihan meliputi pewarnaan gram
(untuk infeksi jamur), preparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi
jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenias bakteri penyebab), dan pap smear
(untuk menentukan adanya sel ganas) (Manuaba, 2009).
Menurut Ababa (2003), penyebab paling sering dari keputihan tidak normal
adalah infeksi. Organ genitalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi adalah
vulva, vagina, leher rahim, dan ronggarahim. Infeksi ini dapat disebabkan oleh :
A. Bakteri (kuman)
1) Gonococcus
Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubunganseksual, yang paling sering
ditemukan yaitu gonore. Pada laki-laki penyakit ini menyebabkan kencing
nanah, sedangkan pada perempuan menyebabkan keputihan.
2) Chlamydia trachomatis
3) Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih
encer bila dibandingkan dengan penyakit gonore.
4) Gardnerella vaginalis
5) Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putihkeruh keabu-abuan,
agak lengket dan berbau amis seperti ikan,disertai rasa gatal dan panas pada
vagina.
B. Jamur Candida
Candidia merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar, dan vagina.
Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat menyebabkan
keputihan yang dinamakan kandidosis vaginalis. Gejala yang timbul sangat
bervariasi,tergantung dari berat ringannya infeksi. Cairan yang keluar biasanya
kental, berwarna putih susu, dan bergumpal seperti kepalasusu atau susu pecah,
disertai rasa gatal yang hebat, tidak berbau dan berbau asam. Daerah vulva (bibir
genitalia) dan vagina meradang disertai maserasi, fisura , dan kadang-kadang
disertai papulopustular.
Keputihan akibat Candida terjadi sewaktu hamil maka bayi yang dilahirkan
melalui saluran vagina pun akan tertular. Penularan terjadi karena jamur tersebut
akan tertelan dan masuk kedalam usus. Dalam rongga mulut, jamur tersebut dapat
menyebabkan sariawan yang serius jika tidak diberi pengobatan. Pada suatu
saat jamur yang tertelan tadi akan menyebar ke organ lain, termasuk kealat
kelamin dan menimbulkan keputihan pada bayi perempuan.
C. Parasit
Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis. Infeksi akut
akibat parasit ini menyebabkan keputihan yang ditandai banyaknya keluar cairan
yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan baunya
tidak enak. Meskipun dibilas dengan air, cairan ini tetap keluar. Keputihan akibat
parasit ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak merah, nyeri bila ditekan, dan
pedih bila kencing. Terkadang terlihat bintik perdarahan seperti buah strawberry.
Bila keputihan sangat banyak, dapat timbul iritasi dilipat paha dan sekitar bibir
genitalia. Pada infeksi yang telahmenjadi kronis, cairan yang keluar biasanya telah
berkurang danwarnanya menjadi abu-abu atau hijau muda sampai kuning.
Parasit lain yang juga menyebabkan keputihan adalah cacing kremi. Cacing ini
biasanya menyerang anak perempuan umur 2-8 tahun. Infeksi terjadi akibat sering
bermain di tanah, atau penjalaran cacing dari lubang dubur ke alat genital.
Keputihan akibat cacing kremi dasertai rasa gatal, sehingga anak sering
menggaruk genitalianya sampai menimbulkan luka.
D. Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus Herpes Simplex
(VHS) tipe 2 dan Human Papilloma Virus (HPV). Infeksi HPV telah terbukti dapat
meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva. Sedangkan virus herpes
simpleks tipe 2 dapat menjadi faktor pendamping. Keluhan yang timbul pada
infeksi VHS tipe 2 berupa rasa terbakar, nyeri, atau rasa kesemutan pada tempat
masuknya virus tersebut.
Pada pemeriksaan tampak gelembung–gelembung kecil berisi vesikel (cairan),
berkelompok, dengan dasar kemerahan yang cepat pecah dan membentuk tukak
yang basah. Kelenjar limfe setempat teraba membesar dan nyeri. Pada perempuan,
penyakit ini dapat disertai keluhan nyeri sewaktu kencing, keputihan, dan radang
di mulut rahim. Pencetus berulangnya penyakit ini adalah stres, aktivitas seks,
sengatan matahari, beberapa jenis makanan, dan kelelahan.
Penyebab lain keputihan selain infeksi (Dalimartha, 1999) antara lain :
E. Benda asing dalam vagina
Benda asing di vagina akan merangsang produksi cairan yang berlebihan. Pada
anak–anak, benda asing dalam vagina berupa biji–bijian atau kotoran yang berasal
dari tanah. Pada perempuan dewasa benda asing dapat berupa tampon, kondom
yang tertinggal didalam akibat lepas saat melakukan senggama, cincin pesarium
yang dipasang pada penderita hernia organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya
IUD pada perempuan yang KB spiral. Cairan yang keluar mula–mula jernih dan
tidak berbau. Tetapi jika terjadi luka dan infeksi dengan jasad renik normal yang
biasanya hidup di vagina, keputihan menjadi keruh dan berbau, tergantung
penyebab infeksinya.
F. Penyakit organ kandungan
Keputihan juga dapat timbul jika ada penyakit di organ kandungan, misalnya
peradangan, tumor ataupun kanker. Tumor, jernih, dan tidak berbau. Pada kanker
rahim atau kanker serviks (leher rahim), cairan yang keluar bisa banyak disertai
bau busuk dan kadang disertai darah.
G. Penyakit menahun atau kelelahan kronis
Kelelahan, anemia (kurang darah), sakit yang telah berlangsung lama, perasaan
cemas, kurang gizi, usia lanjut, terlalu lama berdiri di lingkungan yang panas,
peranakan turun (prolapse uteri), dan dorongan seks tidak terpuaskan dapat juga
menimbulkan keputihan. Keputihan juga berhubungan dengan keadaan lain seperti
penyakit kencing manis (diabetes mellitus), kehamilan, memakai kontrasepsi yang
mengandung estrogen progesteron seperti pil KB atau memakai obat steroid
jangka panjang.
H. Gangguan keseimbangan hormon
Hormon estrogen diperlukan untuk menjaga keasaman vagina, kehidupan
Lactobacilli doderleins, dan proliferasi (ketebalan) sel epitel skuamosa vagina
sehingga membran mukosa vagina membentuk barier terhadap invasi bakteri.
Dengan demikian tidak mudah terkena infeksi. Hal–hal diatas dapat terjadi karena
dalam sel epitel vagina yang menebal banyak mengandung glikogen. Lactobacilli
doderlein yang dalam keadaan normal hidup di vagina, akan memanfaatkan
glikogen tadi selama pertumbuhannya dan hasil metabolismenya akan
menghasilkan asam laktat. Timbulnya suasana asam laktat akan menyuburkan
pertumbuhan Lactobacilli dan Corynebacteria acidogenic, tetapi mencegah
pertumbuhan bakteri lainnya. Proses diatas akan mempertahankan pH vagina yang
dalam keadaan normal memang bersifat asam, yaitu sekitar 3,5–4,5.
Keluarnya mucus servix (lender leher rahim) sehingga vagina tidak terasa
kering juga dipengaruhi oleh stimulasi estrogen. Hormon estrogen yang dihasilkan
oleh indung telur akan berkurang pada perempuan menjelang dan sesudah
menopause (tidak haid). Akibatnya dinding vagina menjadi kering, produksi
glikogen menurun dan Lactobacilli menghilang. Keadaan tersebut menyebabkan
menghilangnya suasana asam sehingga vagina dan uretra mudah terinfeksi dan
sering timbul gatal. Akibat rasa gatal di vagina, maka garukan yang sering
dilakukan menyebabkan terjadinya luka-luka yang mudah terinfeksi dan
menyebabkan keputihan.
Kekurangan atau hilangnya estrogen juga dapat diakibatkan dibuangnya kedua
ovarium (indung telur) akibat kista atau kanker, atau karena radiasi (penyinaran)
indung telur yang terserang kanker. Pada masa pubertas, remaja putri masih
mengalami ketidakseimbangan hormonal. Akibatnya mereka juga sering mengeluh
keputihan selama beberapa tahun sebelum dan sesudah menarche (haid pertama).
I. Fistel di vagina
Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan vagina dengan
kandung kemih atau usus, bias terjadi akibat cacat bawaan, cedera persalinan,
kanker, atau akibat penyinaran pada pengobatan kanker serviks. Kelainan ini akan
menyebabkan timbulnya cairan di vagina yang bercampur feses atau air kemih.
Biasanya mudah dikenali karena bau dan warnanya
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala leukorea atau yang biasa disebut dengan keputihan
adalah sebagai berikut :
Gejala pada keputihan fisiologis :
Menurut Stiaputri (2009), gejala keputihan fisiologis yaitu :
- Cairan tidak berwarna (bening)
- Tidak berbau
- Tidak berlebihan
- Tidak menimbulkan keluhan
- Gejala pada keputihan patologis :
Menurut Abidin (2009) , gejala keputihan patalogis yaitu :
- Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri
- Sekret vagina yang bertambah banyak
- Rasa panas saat kencing
- Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal
- Sekret berwarna putih keabu-abuan atau kuning
- Sekret berbau
4. Patofisiologi Keputihan
Organ yang paling sensitif dan rawan pada tubuh wanita adalah organ
reproduksi dan merupakan organ yang paling rawan dibanding organ tubuh yang
lainnya. Keputihan (Flour Albus) merupakan salah satu tanda dan gejala penyakit
oragan reporoduksi wanita, didaerah alat genatalia ekternal bermuara saluran kencing
sekitar oragan genetalia. Hal ini dapat menyebabkan infeksi dengan gejala keputihan.
Selain itu dalam hal melakukan hubungan seksual terkadang terjadi pelecetan, dengan
seksual (PHS) yang kontak dengan air mani dan mukosa (Kasdu,2008).
5. Penatalaksanaan
Menurut Nenk (2009) penatalaksanaan klien dengan keluhan keputihan adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan pemeriksaaan dengan alat tertentu untuk mendapatkan
gambaran alat kelamin yang lebih baik, seperti melakukan pemeriksaan
kolposkopi yang berupa alat optic untuk memperbesar gambaran leher
rahim, liang senggama dan bibir kemaluan.
2. Merencanakan pengobatan setelah melihat kelainan yang ditemukan.
3. Memberikan obat-obat penawar misalnya betadine vaginal kit, intima,
detol, yang sekadar membersihkan cairan keputihan dari liang
senggama, tapi tidak membunuh kuman penyebabnya. Selain itu dapat
dilakukan penyinaran dengan radioaktif atau penyuntikan sitostatiska,
sedangkan obat pemusnah misalnya vaksinasi, tetrasiklin, penisilin,
thiamfenikol, doksisklin, eritromisin, flukoonazole, metronidazole,
enystatin dan sebagainya. Karena itu, lebih baik mencegah daripada
mengobati.
Sering kali wanita merasa mampu mengenali sendiri sedang menderita flour
albus tanpa merasa perlu memeriksakan diri ke dokter untuk memperoleh
pemeriksaan secara lebih detail, namun langsung diobati sendiri dengan obat-
obatan flour albus yang dijual bebas. Pada kasus ini, tindakan tersebut cukup
beresiko, karena apabila kurang tepat dalam pengenalan penyakitnya dapat
menyebabkan kurang tepat pula obat yang dipilih, sehingga selain efektifitas terapi
tidak tercapai juga akan beresiko pada munculnya resistensi sehingga jamur
semakin kebal dengan obat (Nenk, 2009).
Sedangkan menurut Abidin (2009) rencana asuhan atau penatalaksanaan yang
diberikan pada gangguan reproduksi dengan keputihan adalah diantaranya:
a. Menjelaskan pada klien tentang kondisinya.
b. Memberikan KIE tentang keputihan
c. Menjelaskan bagaimana cara membersihkan daerah pribadi dan
genetalianya agar tetap bersih dan kering.
d. Menjelaskan pemakaian celana dalam dengan benar.
e. Menjelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina.
f. Memberikan terapi pada keputihannya.
Peningkatan konsentrasi
Candida albican Hygine kurang flora
Ig E Stimulation Vaginitis
1.4 Pathway
SRS-A Prostaglandin
Ketidaktahuan penanganan
Ansietas
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Berupa waktu, tempat, dan identitas pasien (nama, umur,suku bangsa, pendidikan, pekerjaan,
alamat, dan status perkawinan)
RIWAYAT OBSTETRI
A. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia pertama kali haid Siklus : normal setiap bulan
Banyaknya : noemalnya 50-100 ml / hari Lamanya : 5-7 hari
HPHT : jika sedang hamil Keluhan : ada/tidaknya nyeri saat
haid
B. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
C. Postpartum Sekarang
1. Riwayat persalinan sebelumnya : normal/sc
2. Tipe persalinan : spontan / bantuan
3. Lama Persalinan :-
bayi:
( ) penyakit jantung
( ) penyakit hipertensi
4. Riwayat Lingkungan :
Kebersihan : rumah tampak bersih
Bahaya : tidak ada benda berbahaya yang berserakan
Lainnya sebutkan : ………………
5. Aspek Psikososial :
a. Persepsi ibu setelah bersalin : dia bahagia memili anak tetapi ia cemas atas keputihan
yang ia alami
b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari ? bila ya
bagaimana : cemas dan sering bertanya apakah penyakit yang ia alami berbahaya atau
tidak
c. Harapan yang ibu inginkan setelah bersalin : anaknya sehat dan kondisinya kembali
normal
d. Ibu tinggal dengan siapa : suami dan mertua
e. Siapa orang yang terpenting bagi ibu : anak/keluarga
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : menyarankan untuk segera berobat
ke dokter
g. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : ( ) ya ( ) tidak
6. Kebutuhan Dasar Khusus:
1. Pola Nutrisi
a. frekuensi makan : 3 x/hari
b. nafsu makan : ( ) baik ( ) tidak nafsu,
alasan………………………………………
c. Jenis makanan rumah : nasi, sayur, lauk pauk.
d. Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : -
2. Pola Eliminasi
BAK
Frekwensi :………………………………………………………………………….
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : normal Kesadaran : compos metis
Tekanan Darah : normal Nadi : normal
Respirasi : normal Suhu : normal
BB : ideal tinggi badan : -
Keluhan : -
Mata
Hidung
Reaksi alergi :-
Sinus :-
Lainnya sebutkan :-
Pernafasan
Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apikal..............................x/mnt
Irama :
Kelainan bunyi jantung : -
Sakit dada :-
Timbul :-
Lainnya sebutkan :……………………………………………………….
Abdomen
Mengecil : normal
Linea & striae : tidak ada
Luka bekas operasi :-
TFU :-
Kontraksi :-
Lainnya, sebutkan : adanya nyeri di bagian bawah perut
Genitourinary
Perineum : normal
Lokhea :-
Vesika urinaria : kosong
Lainnya Sebutkan : vulva terlihat ada lendir kental dan berbau agak amis
Ekstremitas ( integumen/Muskuloskeletal )
ANALISA DATA
yang dangkal
Vaginitis
DS :
DS : Gatal
Ansietas
DS :
7. Diagnosis Keperawatan
1) Ganggauan rasa nyaman (gatal-gatal) berhubungan dengan infeksi candida
albicans, ditandai dengan klien mengatakan keluar keputihan yang lebih banyak dari
biasanya, berbau amis agak asam seperti susu basi dan gatal-gatal di daerah kemaluan,
kemerahan pada kulit terinfeksi, adanya ulkus atau lesi yang dangkal
2) Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan, kurang terpajan informasi
ditandai dengan sering menanyakan keadaan penyakit, mengutarakan perasaan cemas
dan wajah klien terlihat cemas.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gatal-gatal dilipatan paha, pruritus
perineal ditandai dengan mengutarakan tidur malam kurang karena gatal-gatal, mata
tampak mengantuk, sklera berwarna putih kemerahan, garis hitam dibawah mata.
8. Iintervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
dapat perkembangbiakan
nsi berkembangbiaknya
selanju
tnya
2. Mengetahui
gambaran
tentang
faktor yang
dapat
meningkatkan/
menu runkan
motivasi
perilaku
hidup bersih
dan sehat
3. Mempermuda
h pemberian
edukasi
4. Menetapkan
waktu
untuk diskusi
dan
memfokuskan
menerima
informasi
5. Memberikan
hidup bersih dan sehat jamur.
7. Mencegah
berkembangnya
jamur & mengurangi
rasa gatal.(menjaga
kelembapan daerah
genetalia)
8. Menjaga kelembaban
daerah genetalia
(dengan mengganti
celana dalam setiap
hari, Menjaga
kelembaban dan
tetap kering serta
mencegah infeksi
berulang)
9. Implementasi
Pemberian implementasi disesuaikan dengan intervensi
10. Evaluasi
Menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan
Rasa gatal hilang atau berkurang
Klien dapat mengatasi rasa gatal secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.G. 1999. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Cetakan I. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B.G. 2001. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Cetakan II. Jakarta : EGC