TINJAUAN PUSTAKA
A. Fluor Albus
1. Pengertian Fluor Albus
Keputihan atau flour albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita.
Keputihan yang disebabkan infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal didalam
vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan
ini antara lain bakteri, virus, jamur, atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan
menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat
si penderita buang air kecil (Wijayanti, 2009).
Keputihan adalah keluarnya sekret atau cairan dari vagina. Sekret tersebut
sangat bervariasi, mulai dari kadar kekentalan, warna, hingga aromanya. Keputihan
dapat merupakan suatu keadaan yang normal atau tanda adanya suatu penyakit.
Keputihan normal biasanya tidak berwarna, bening, tidak berbau, tidak berlebihan
dan tidak menimbulkan keluhan. Sedangkan keputihan yang tidak normal biasanya
berwarna kuning, hijau, keabu-abuan, berbau anyir atau busuk, jumlahnya sangat
banyak dan menimbulkan keluhan seperti gatal yang luar biasa atau rasa terbakar
di vagina.
Vagina memiliki mekanisme perlindungan terhadap infeksi. Kelenjar pada
vagina dan serviks atau leher rahim menghasilkan sekret yang berfungsi sebagai
sistem perlindungan alami dan sebagai lubrikan yang mengurangi gesekan dinding
vagina saat berjalan dan berhubungan seksual.
Jumlah sekret yang dihasilkan tergantung dari masing-masing perempuan. Dalam
keadaan normal, jumlah sekret dapat meningkat seperti daar menjelang ovulasi, stress
emosional, maupun saat terangsang secara seksual. Selain itu terdapat flora normal,
yaitu basil doderlein yang berfungsi dalam keseimbangam ekosistem pada vagina
sekaligus membuat lingkungan bersifat asam (pH 3,8-4,5). Dengan tingkat keasaman
ini, vagina memiliki proteksi yang kuat terhadap infeksi. (Anurogo, 2011).
2. Klasifikasi Fluor Albus
Menurut Sibagariang (2016), flour albus dibagi dalam dua macam, yaitu flour
albus fisiologis (normal), dan flour albus patologis (abnormal)
a. Fluor Albus Fisiologis
Fluor albus fisiologis terdiri atas cairan yang terkadang berupa muskus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan flour albus
patologis banyak mengandung leukosit. Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh
berbagai hormon yang dihasilkan berbagai organ, yaitu hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan adrenal. Estrogen dapat mengakibatkan mal nutrisi epitel vagina,
serviks, proliferasi stroma dan kelenjar. Sedangkan, progesterone akan
mengakibatkan fungsi sekresi. Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang
dan sesudah menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress, dan sedang
mengkonsumsi obat-obat hormonal, seperti pil KB. Keputihan ini tidak berwarna
atau jernih, tidak berbau, dan tidak menyebabkan rasa gatal.
b. Fluor Albus Patologis
Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat
terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan
oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan
neoplasma ganas. Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seperti jamur Kandida
Albikan, parasit Tricomonas, E.Coli, Staphylococcus, Treponema Pallidum,
Kondiloma Aquiminata dan Herpes serta luka di daerah vagina, benda asing yang
tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan seviks. Akibatnya, timbul
gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna
jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental,
berbau,tak sedap, terasa gatal atau panas dan meninggalkan luka di daerah mulut
vagina.
Menurut Yohana (2014) banyak penyebab dari keputihan, dari yang bersifat
psikologis (stress) sampai yang bersifat organic (jamur, bakteri, virus) atau mungkin
karna faktor hormonal (menjelang atau sesudah menstruasi, masa subur). Cara
pengobatan tentu tergantung dengan penyebabnya. Bila karena infeksi, diberikan
obat anti infeksi (antibiotik, jamur, dsb) bila karena psikologis dapat dicari dan
ditangani sesuai dengan penyebabnya. Sedangkan, untuk hormonal jika tidak
menyebabkan infeksi biasanya tidak diberi pengobatan.
3. Etiologi
Menurut Sibagariang (2016) keputihan fisiologis dapat disebabkan oleh:
a. Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga
bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan keputihan.
b. Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.
c. Rangsangan saat coitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan
sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vagina atau
vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran
transudasi dari dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan
atau coitus.
d. Adanya peningkatan produksi kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi.
e. Mucus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks
yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
Keputihan patologis terjadi karena disebabkan oleh:
a. Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini dengan
serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi, yaitu:
1) Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan ini adalah Candida Albican.
Penyakit ini sering disebut juga kandidiasis genetalia. Jamur ini merupakan
saprofit yang pada keadaan biasa tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada
keadaan tertentu menyebabkan gejala infeksi mulai dari yang ringan hingga
berat. Peyakit ini tidak selalu akibat dari PMS dan dapat timbul pada wanita
yang belum menikah. Ada beberapa faktor perdiposisi untuk timbulnya
kandidas genetalia, antara lain:
a) Pemakaian obat antibiotika dan kortikosteroid yang lama.
b) Kehamilan.
c) Kontrasepsi hormonal.
d) Kelainan endokrin seperti diabetes mellitus.
e) Menurunnya kekebalan tubuh seperti menderita penyakit kronis.
f) Selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak
menyerap keringat.
Keluhan dari penyakit ini adalah rasa gatal atau panas pada alat kelamin,
keluarnya lender yang kental, putih, dan bergumpal, seperti butiran tepung.
Keluarnya cairan terutama pada saat sebelum menstruasi dan kadang-kadang
disertai rasa nyeri pada waktu senggama. Pemeriksaan klinis terlihat vulva
berwarna merah (eritem) dan sembab, kadang-kadang terdapat erosi akibat dari
garukan. Terlihat keputihan yang berwarna putih, kental, bergumpal seperti
butiran tepung melengket di dinding vagina.
Gambar 1. Infeksi jamur Candida Albicans
2) Bakteri
Keputihan dapat disebabkan oleh beberapa bakteri, seperti:
a) Gonokokus
Penyakit ini sering disebut dengan Gonorrhoe dan penyebab penyakit ini
adalah Neisseria Gonnorhea atau gonnokokus. Penyakit ini sering terjadi
akibat hubungan seksual (PMS). Kuman ini berbentuk seperti ginjal yang
berpasangan atau disebut juga diplokokus dalam sitoplasma sel. Gonnokokus
yang purulen mempunyai silia yang dapat menempel pada sel epitel uretra
dan mukosa vagina. Pada hari ketiga, bakteri tersebut akan mencapai
jaringan ikat dibawah epitel dan menimbulkan reaksi radang. Gejala yang
ditimbulkan adalah keputihan yang berwarna kekuningan atau nanah, rasa
sakit pada saat berkemih maupun senggama.
b) Klamidia Trakomatis
Bakteri ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakornea dan menjadi
penyakit menular seksual. Klamidia adalah organisme intraselular obligat,
pada manusia bakteri ini umumnya berkoloni secara lokal di permukaan
mukosa, termasuk mukosa serviks. Klamidia sering menjadi faktor etiologi
pada penyakit radang pelvis, kehamilan diluar kandungan dan infertilitas.
Gejala utama yang ditemukan adalah servisitis pada wanita dan uteritis pada
pria.
c) Grandnerella
Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya mengisi penuh sel-
sel epitel vagina membentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang
akan diubah menjadi senyawa amin, berbau amis, berwarna keabu-abuan.
Gejala klinis yang ditimbulkan adalah flour albus yang berlebihan dan
berbau disertai rasa tidak nyaman diperut bagian bawah.
d) Treponema Pallidum
Merupakan penyebab dari penyakit Sifilis, ditandai dengan kondilomalata
pada vagina dan vulva. Kuman ini berbentuk spiral dan aktif.
e) Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah trikomonas vaginalis,
berbentuk lonjong, bersilia, dapat bergerak berputar-putar dengan cepat.
Walaupun infeksi ini dapat terjadi dengan berbagai cara, penularan dengan
jalan coitus adalah cara yang paling sering terjadi. Gejala yang ditimbulkan
adalah flour albus yang encer hingga kental, berwarna kekuningan dan agak
bau serta terasa gatal dan panas.
f) Virus
Sering disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes simplex.
HPV sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau, tanpa rasa
gatal.
4. Faktor Predisposisi
Menurut Prayitno (2014) keputihan dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini:
a. Penggunaan tisu terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan. Biasanya, hal
ini dilakukan setelah buang air kecil ataupun buang air besar.
b. Mengenakan pakaian berbahan sintesis yang ketat sehingga ruang yang ada tidak
memadai. Akibatnya, timbullah iritasi pada organ kewanitaan.
c. Sering kali menggunakan WC yang kotor sehingga memungkinkan adanya bakteri
yang dapat mengotori organ kewanitaan.
d. Jarang mengganti panty liner.
e. Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan oranglain sehingga
kebersihannya tidak terjaga.
f. Kurangnya perhatian terhadap organ kewanitaan.
g. Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu arah basuhan dari belakang
ke depan.
h. Aktivitas fisik yang sangat melelahkan sehingga daya tahan tubuh melemah.
i. Tidak segera mengganti pembalut ketika menstruasi.
j. Pola hidup yang kurang sehat, seperti seperti kurang olahraga, pola makan yang
tidak terartur, atau kurang tidur.
k. Kondisi kejiwaan yang mengalami stress berat.
l. Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan secara
berlebihan sehingga flora doderleins yang berguna menjaga tingkat keasaman di
dalam organ kewanitaan terganggu.
m. Kondisi cuaca, khususnya cuaca lembab di daerah tropis.
n. Seringkali mandi dan berendam air panas atau hangat. Kondisi yang hangat justru
memberikan peluang yang lebih besar bagi jamur penyebab keputihan untuk tumbuh
subur.
o. Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang kotor.
p. Kadar gula yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan jamur penyebab keputihan tumbuh
dengan subur.
q. Sering bergonta-ganti pasangan ketika berhubungan seksual.
r. Kondisi hormon yang tidak seimbang. Misalnya, terjadinya peningkatan hormon
estrogen pada masa pertengahan siklus menstruasi, saat hamil, atau saat
mendapatkan rangsang seksual.
s. Sering menggaruk organ kewanitaan.
t. Infeksi akibat kondom yang tertinggal didalam organ kewanitaan secara tidak
sengaja.
u. Infeksi yang disebabkan oleh benang AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Selain penyebab umum tersebut, risiko keputihan juga dapat dipicu oleh beberapa
penyakit kelamin yang disebabkan oleh beberapa jenis mikroorganisme dan virus
tertentu. Diantaranya adalah Heper Genetal, infeksi jamur Candida albikan, infeksi
bakteri, penyakit Condyloma acuminate,dan infeksi lainnya.
5. Tanda dan Gejala Fluor Albus
Flour Albus (Keputihan) menjadi salah satu tanda atau gejala adanya kelainan pada
organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim,
keganasan (tumor dan kanker) serta adanya benda asing.
Namun, tidak semua infeksi pada saluran reproduksi wanita memberikan gejala
keputihan. Keputihan dapat juga disebabkan oleh jamur Candida albicans. Gejalanya
adalah keputihan berwarna putih semu, bergumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal
dan kemerahan pada kelamin dan area sekitarnya. Menurut Wijayanti (2019) keputihan
memiliki beberapa gejala, diantaranya:
a. Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina.
Cairan ini dapat encer atau kental, dan terkadang berbusa. Gejala ini meruakan
proses normal sebelum dan sesudah menstruasi pada wanita tertentu.
b. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya keputihan
normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh wanita
yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan
tersebut berasal dari leher rahim, walaupun beberapa berasal dari vagina yang
terinfeksi, atau dari alat kelamin luar.
c. Pada remaja terkadang mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas,
biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
6. Ciri-ciri Fluor Albus Abnormal
Menurut Prayitno (2014), berikut adalah keputihan abnormal yang dilihat dari warna
cairannya:
a. Keputihan dengan cairan berwarna kuning atau keruh. Keputihan yang memiliki
warna seperti ini bisa jadi merupakan tanda adanya infeksi pada gonorrhea. Akan
tetapi, hal tersebut harus didukung oleh tanda-tanda lainnya seperti pendarahan
diluar masa menstruasi dan rasa nyeri ketika buang air kecil.
b. Keputihan dengan cairan berwarna putih kekuningan dan sedikit kental menyerupai
susu.
c. Jika disertai bengkak dan nyeri di bibir vagina, rasa gatal, serta nyeri ketika
berhubungan seksual, keputihan cairan seperti susu tersebut bisa disebabkan oleh
adanya infeksi jamur pada organ kewanitaan.
d. Keputihan dengan cairan berwarna cokelat atau disertai sedikit darah. Keputihan
semacam ini layak diwaspadai. Sebab ia seringkali terjadi karena masa menstruasi
yang tidak teratur, apalagi keputihan tersebut disertai oleh darah dan rasa nyeri pada
panggul. Oleh karena itu, bagi penderita yang mengalami keputihan yang ditandai
dengan cirri-ciri tersebut, harus segera memeriksakan diri ke dokter.Hal ini perlu
dilakukan karena bisa jadi penderita mengalami kanker serviks ataupun kanker
endometrium.
e. Keputihan dengan cairan kuning atau hijau, berbusa, dan berbau sangat menyengat.
Biasanya keputihan semacam ini disertai dengan rasa nyeri dan gatal ketika buang
air kecil. Hal ini kemungkinan karena adanya infeksi trikomoniosis.
f. Keputihan dengan berwarna pink. Keputihan ini biasanya terjadi pasca persalinan.
g. Keputihan dengan warna abu-abu atau kuning yang disertai dengan bau amis
menyerupai ikan. Keputihan semacam ini menunjukkan adanya infeksi pada vagina.
Biasanya juga disertai rasa panas seperti terbakar, gatal, kemerahan, dan bengkak
pada bibir vagina atau vulva.
7. Patofisiologi
Keputihan yang fisiologis terjadi karena pengaruh hormon estrogen
dan progesterone yang berubah keadaannya terutama pada saat siklus haid,
sehingga jumlah dan konsistensi sekresi vagina berbeda. Sekresi
meningkat pada saat ovulasi atau sebelum haid. Bakteri dalam vagina telah
menyesuaikan diri dengan perubahan ini dan biasanya tidak terjadi
gangguan. Laktobasili mengubah glikogen dalam cairan vagina menjadi
asam laktat. Asam laktat ini mempertahankan keasaman vagina dan
mencegah pertumbuhan bakteri yang merugikan. Bila kadar salah satu atau
kedua hormon berubah secara dramatis, keseimbangan pH yang ketat ini
akan terganggu. Laktobasili tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
sehingga mudah terjadi infeksi.
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan candida pada sel epitel
vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik pada candida albizans daripada spesies
candida lainnya. Kemudian candida mensekresikan enzim
proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan protein sel penjamu
sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu candida juga
mengeluarkan mikrotoksin diantaranya glikotoksis yang mampu menghambat aktivitas
fagositosis dan menekan system imun lokal.
Terbentuknya kolonisasi candida memudahkan proses imunisasi tersebut
berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada penjamu (Kusmiran,
2012).
8. Dampak Fluor Albus
Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan sebagai berikut:
a. Gangguan psikologis
Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan kecemasan
yang berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak percaya diri dalam
menjalankan aktifitasnya sehari-hari.
b. Penyakit infeksi pada alat kelamin
1) Infeksi vagina (vulvitis) diabetika
Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal yang
hebat, dapat disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan
relative gemuk. Pada pemeriksaan laboratorium di jumpai penyakit kencing
manis (diabetes mellitus)
2) Infeksi liang sanggama (vaginitis)
Di dalam liang sanggama hidup bersama bakteri saling menguntungkan
beberapa bakteri yaitu basil doderlein, stafilokokus, dan streptopkokus, serta
basil difteroid. Secara umum gejala infeksi liang sanggama (vaginitis)
disertai infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran cairan (bernanah), terasa
gatal dan terbakar. Pada permukaan kemaluan tampak merah membengkak
dan terdapat bintik-bintik merah.
3) Infeksi spesifik vagina
Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi trichmonas vaginalis, dengan
gejala leukorea encer sampai kental, berbau khas, gatal, dan rasa terbakar. Cara
penularan utama dengan hubungan seksual. Pengobatan dengan antibiotic
metronidazole untuk suami dan istri secara bersamaan. Infeksi vagina lain
adalah kandidiasis vaginitis, infeksi ini disebabkan oleh jamur candida albicans.
Candida albicans merupakan jamur yang pertumbuhannya cepat yaitu sekitar
48-72 jam, keputihan yang berwarna putih, bergumpal dan sangat gatal. Pada
dinding vagina terdapat selaput yang melekat dan bila dikorek mudah
berdarah. Pengobatannya dengan mycostatin sebagai obat minum atau
dimasukkan ke dalam liang sanggama selama beberapa minggu dan suaminya
juga mendapat pengobatan.
4) Servisitis akuta
Infeksi dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah satu infeksi
hubungan seksual. Pada infeksi setelah keguguran dan persalinan disebabkan
oleh stafilokokus dan streptokokus. Gejala infeksi ini adalah pembengkakan
mulut rahim, pengeluaran cairan bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat
menjalar ke sekitarnya. Pengobatan terhadap infeksi ini dengan memberi
antibiotika dosis tepat dan menjaga kebersihan daerah kemaluan.
5) Servisitis menahun (kronis)
Infeksi ini dapat terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan.
Terdapat perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea
yang kadang sedikit atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan
seks). Pengobatan terhadap infeksi ini dimulai dengan pemeriksaan setelah 42
hari setelah persalinan atau sebelum hubungan seks dimulai, pada mulut
rahim luka local disembuhkan dengan cairan butyl tingtura, cairan nitrasargenti
tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya
(crysurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena dapat
menghindari keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin
bagian atas.
6) Penyakit radang panggul (pelvic inflammantory disease)
Merupakan infeksi alat genital bagian atas wanita, terjadi akibat
hubungan seksual. Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau
akhirnya akan menimbulkan berbagai penyakit yang berakhir dengan
terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan kemandulan. Tanda-
tandanya yatu nyeri yang menusuk-nusuk bagian bawah perut, mengeluarkan
keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan pernafasan
bertambah serta tekanan darah dalam batas normal. Penentuan infeksi genitalia
ini lebih akurat bila dilakukan pemeriksaan pap smear untuk
memungkinkan keganasan.
9. Penanganan Secara Teori
Sebelum melakukan tindakan pengobatan, perlu dilakukan langkah langkah
pemeriksaan guna mengetahui penyebab keputihan. Berbagai langkah pemeriksaan
tersebut dilakukan berdasarkan usia, keluhan yang dirasakan, sifat-sifat cairan yang
keluar, kaitannya dengan menstruasi, ovulasi, serta kehamilan. Selain itu, tindakan ini
juga harus ditunjang oleh pemeriksaan laboratorium yang memadai (Bahari, 2012).
Pada pemeriksaan langsung di sekitar alat kelamin luar, bisa terlihat bibir
kemaluan, muara kandung kencing, anus, dan lipatan paha. Perhatikan apakah
tampak bercak kemerahan yang terasa gatal, perhatikan juga ada luka lecet, kutil
berbentuk jengger ayam, gelembun gelembung kecil berisi cairan yang dasarnya
kemerahan, dan cairan keputihan yang bisa ditentukan jumlahnya (sedikit atau
banyak), konsistensi (encer, agak kental, kental), warna (putih, putih kekuningan,
kuning kehijauan), sifat (bergumpal, berbuih) dan baunya (tidak berbau, bau amis,
asam, apak, busuk)
Berbeda dengan pemeriksaan langsung, pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium
dilakukan dengan cara mengambil sampel cairan keputihan. Cairan keputihan tersebut
bisa langsung diperiksa dengan mikroskop atau diberi warna terlebih dahulu,
kemudian diperiksa dengan mikroskop (Bahari, 2012). Dari pemeriksaan darah juga
bisa diketahui apakah penderita terinfeksi oleh penyakit kelamin seperti melalui
pemeriksaan VenerealDesease Research of Laboratory (VDRL) dan Trephonema
Pallidum Hemaglutination Test (TPHA). Pemeriksaan dalam dilakukan pada
perempuan yang telah menikah dengan menggunakan alat untuk melebarkan saluran
vagina yang disebut spekulum. Dengan alat ini bisa dilihat saluran vagina dan leher
rahim (serviks), apakah ada peradangan (kemerahan), erosi, atau bercak putih. Juga
bisa terlihat bila ada benda asing yang tinggal di saluran vagina, tumor, papiloma
atau kecurigaan adanya kanker serviks.
Untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, bisa dilakukan tindakan biopsi, yaitu
dengan cara mengambil sel-sel lepas. Proses pengambilan ini dilakukan dengan cara
mengeroknya dari selaput lendir rahim kemudian hasil biopsi tersebut diperiksa oleh
ahli patologi anatomi. Tujuannya adalah mengetahui adanya kemungkinan kanker
atau infeksi yang terjadi hanya merupakan infeksi biasa (Bahari, 2012).
Tindakan pencegahan keputihan dapat dilakukan seperti berikut:
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan.
b. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lengkap misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana yang terlalu ketat. Biasakan untuk
mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri
berkembang biak.
d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.
f. Hindari penggunaan bedak talcum, tisu atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
g. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti
meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya. Sebisa mungkin tidak duduk di
atas kloset di WC umum atau membiasakan untuk mengelap dudukan kloset
sebelum menggunakannya.
10. Penanganan/Protap di Puskesmas
Penanganan atau penatalaksanaan fluor albus di UPTD Puskesmas Sindangkasih
berpedoman pada Standar Operasional Prosedur (SOP) Tatalaksana Fluor Albus
UPTD Puskesmas Sindangkasih. Adapun penanganan fluor albus sesuai SOP UPTD
Puskesmas Sindangkasih adalah sebagai berikut:
Erickson menyatakan bahwa hypnosis adalah kondisi yang wajar dan tidak bisa
digunakan untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
keyakinan dan norma yang dianut seseorang. Sensasi yang dialami atau dirasakan
dalam sesi hypnosis sangat bervariasi pada tiap individu. Sebagian besar klien
merasakan rileks dan damai. Sensasi umum antara lain: rileks yang dalam, rasa seperti
kesemutan/baal, rasa berat atau rasa, mengambang, rasa ingin menelan air liur lebih
sering, sentakan bagian tubuh secara tiba-tiba, getaran bola mata, meningkatnya
kepekaan terhadap berbagai sensai, perubahan pola nafas.
2. Proses Hypnotherapy
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi seorang hypnotherapist yaitu:
a. Menguasai Autohipnosis yang mengarah kepada mesmerisme
b. Menguasai pendekatan yang efektif, normatif, dan informatif, tergantung dari
keadaan klien
c. Menguasai pemberian sugesti positif untuk lokal maupun general
d. Mempunyai konsep diri yang positif, karena konsep diri adalah operating system
yangmenjalankan komputer mental kita
e. Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, karena hal ini mutlak diperlukan untuk
bisa berkomunikasi dengan baik dan lancar
f. Memahami cara kerja fikiran, karena semakin anda mengerti cara kerja fikiran,
anda semakin mudah melakukan hypnosis
g. Menguasai kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal
h. Mampu memahami bahasa tubuh klien saat berkomunikasi. Beberapa hal yang
akan terlihat pada saat klien mulai masuk dalam kondisi hypnotis/trance antaralain:
perubahan pupil mata, nafas makin lambat, mata mulai tertutup dan dilanjutkan
dengan berkedip dengan cepat, perubahan posisi tubuh.
i. Kreativitas yang tinggi dalam berkomunikasi dan mampu menyesuaikan diri
dengan level lawan bicara
2) Intake Interview
Wawancara untuk memperoleh latar belakang klien dan permasalahan klien
secara lebih benar
3) Exploring Client Moalities
Eksplorasi kemapuan klien (kedalaman pengetahuan, komunikasi, dll)
4) Apersepsi Hypnotherapy
Pemahaman tentang konsep hipnosis dan hypnotherapy atau bisa juga disebut
apersepsi tentang hypnotherapy
5) Suggestibility Test
Melakukan uji sugestibilitas untuk mengetahui tingkat sugesti klien dan
sebagai gambaran awal untuk menyusun dan menentukan teknik berikutnya.
Contoh sugestibilitas yang lazim dipakai: tes badan berayun, tes buku dan
balon, tes mata terpejam, tes tangan menggenggam, tes dengan pendulum
(bandul) dan tes lemon.
6) Hypnotherapy Strategy
Penyusunan strategi klinik yang akan dipergunakan
7) Hypnotherapy Contact
Kontrak lisan dan tertulis ini sangat penting karena dalam setiap pemberian
terapi terlebih dahul harus dilakukan informed consent dan inforemd choice.
b. Induction
Inductin adalah bagian bagian dari sesi hypnotherapy yang menghantarkan klien
masuk kedalam kondisi trance hipnosis. Trance hipnosis adalah suatu kondisi
kesadaran dimana bagian kritis pikiran sadar tidak aktif, sehingga klien sangat
reseptif terhadap sugesti yang diberikan oleh hypnotist. Terapist berperan sebagai
pemandu klien untuk memasuki kondisi trans, yang dimulai dengan memusatkan
perhatian klien pada objek tertentu yang mana tujuannya adalah mengisolasi klien
dari banyaknya rangsangan atau stimulus-stimulus dari lingkungan sekitarnya.
Dengan pikiran klien yang terfokus dan terarah, maka secara perlahan-lahan klien
secara fisiologis masuk dari gelombang beta ke alfa kemudian ke delta, sehingga
tubuh dan pikirannya merasa relaks.
c. Isolasi
Isolasi yaitu cara melindung klien atau dalam bahasa hipnosis disebut sujet dari
pengaruh luar yang dapat mengganggu proses hipnosis, seperti adanya suara bising
di sekitar, tempat kurang nyaman, adanya cahaya yang terlalu terang atau
gangguan-gangguan lain.
d. Deepening
Deepening merupakan kelanjutan dari induksi. Tujuan dari penggunaan teknik
deepening adalah untuk membuat klien semakin suggestible (meningkatkan
kemampuan untuk menerima sugesti). Berikut beberapa teknik deepening yang
sering dilakukan:
1) Elevator yaitu imajinasi menuruni gedung dengan menggunakan lift atau
elevator
2) The Stairway yaitu imajinasi menuruni tangga
3) The Private Place yaitu imajinasi tempat yang indah/nyaman/pribadi
4) Regression yaitu imajinasi ke masa lalu (kenangan yang indah)
5) Counting yaitu teknik hitungan
6) Fractional yaitu dengan Teknik Anchor & Rehypnotization
e. Implantasi atau Therapy
Dalam sesi ini hypnotherapist mulai memberikan therapy sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi klien. Pada sesi ini therapist menanamkan sugesti
paska hipnotik sesuai dengan kesepakatan dalam kontrak dengan klien. Sugesti
paska hipnotik tersebut berupa kalimat teurapeutik yang mana harus memenuhi
kaidah-kaidah yaitu menghilangkan gejala dan keluhan yang dialami klien,
menghilangkan akar masalah dan penyebab gangguan serta kaitannya dengan
aspek-aspek lain.