Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Umum tentang Gangguan Sistem Reproduksi

2.1.1

Pengertian Gangguan Sistem Reproduksi

Gangguang Sistem Reproduksi adalah kegagalan wanti dalam manajemen kesehatan


reproduksi. Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah
reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi,
gangguan menstruasi, masalah struktur, keganasan alat reproduksi pada wanita, infertilitas, dan lainlain.

2.1.2

Macam-macam Gangguan Sistem Reproduksi


1)

Gangguan menstruasi
Menurut Varney (2006), gangguan menstruasi terdiri dari:
a)

Amenore

Amenore merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam
sebagian besar siklus menstruasi wanita dewasa.
b)

Dismenorhoe

Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian


bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti keram.
c)

Menoragia

Menoragia merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang


pada awalnya berada dibawah label pendarahan uterus disfungsional (disfungsional
uterine bleeding, DUB).
d)

Metroragia

Metroragia adalah apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur,


atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan di antara menstruasi.
e)

Oligomenore
Oligomenore adalah aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.

f)

Sindrom pramenstruasi

Perubahan siklik fisik, fisiologi dan perilaku (misalnya perut menggembung,


perubahan suasana hati, perubahan nafsu makan) yang dicerminkan saat siklus
menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa waktu antara menarche dan
menopause.
2)

Nyeri abdomen dan panggul


Jenis nyeri abdomen dan panggul:
a)

Nyeri akut

Kemampuan untuk mengenali dan menangani nyeri abdomen akut secara


akurat merupakan keahlian penting dalam perawatan kesehatan wanita.
b)

Nyeri kronis

Wanita yang mengalami nyeri panggul kronis adalah orang yang sering kali
mengunjungi pemberi layanan kesehatan dalam jangka waktu yang lama.
3)

Inkontinensia Urine

Pengeluaran urine secara tidak sadar merupakan kondisi yang memuat stres dan
yang tidak dilaporkan karena berbagai alasan, seperti rasa malu, pengingkaran dan adanya
anggapan bahwa satu-satunya pilihan penanganan adalah pembedahan.
4)

Kista ovarium

Berbagai macam massa ovarium jinak dapat ditemukan oleh bidan baik pada saat
pemeriksaan panggul atau dari hasil pemeriksaan ultrasonografi.
5)

Tumor/kanker pada endometrium

Wanita yang didiagnosis mengalami kanker endometrium setiap tahunnya, tiga kali
lipat lebih banyak dibandingkan dengan kanker servik. Kemungkinan terjadi paling sering
pada wanita berusia lebih dari 50 tahun.
6)

Infeksi saluran genital seperti Candidiasis vulvovagina

Pada umumnya disebabkan oleh Candidiasis Albicans, gambaran klinis sendiri


adalah adanya rabas berwarna putih, kental, berwarna seperti keju dan dapat juga encer atau
bersifat cair yang secara umum disebut Keputihan (Flour Albus).

2.1.3
1.

Tinjauan Tentang Keputihan atau Fluor Albus (leukorea)


Pengertian Flour Albus

Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan merupakan darah.
Menurut Wiknjosastro (2002), Flour Albus adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang
dikeluarkan dari alat-alat genetalia yang tidak berupa darah.
2.

Klasifikasi Flour Albus

Flour Albus terbagi atas dua macam, yaitu Flour Albus fisiologis (normal) danFlour
Albus patologis (abnormal).
a. Flour Albus fisiologis
Flour Albus fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa muskus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan Flour Albus patologis banyak
mengandung leukosit.
Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormone yang dihasilkan berbagsi organ
yakni : hipotalamus, hipofisis, ovarium dan adrenal. Estrogen dapat mengakibatkan maturasi epitel
vagina, serviks, proliferasi stroma dan kelenjar sedangkan progesterone akan mengakibatkan fungsi
sekresi. Keputihan normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase
sekresi antara hari ke 10 16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress dan sedang
mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB. Keputihan ini tidak berwarna atau jernih, tidak
berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal.
b.

Flour Albus patologis

Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi akibat
reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme,
benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan neoplasma ganas. Kuman penyakit yang
menginfeksi
vagina
seerti
jamur
Kandida
Albikan,
parasitTricomonas, E.
Coli,
Staphylococcus, Treponema Pallidum, Kondiloma aquiminata dan Herpes serta luka di daerah vagina,
benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks. Akibatnya, timbul
gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna jernih menjadi
kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau panas
dan menimbulkan luka pada mulut vagina (Asri, 2003).
3.

Pathogenesis Flour Albus

Leukorea atau Flour Albus merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari alat
kelamin wanita yang tidak berupa darah. Daam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami
berbagai perubahan mulai bayi sampai Menopause. Flour Albus merupakan keadaan yang dapat
terjadi fisiologis dan dapat menjadi Flour Albusyang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila
vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri dan virus maka keseimbangan
ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau lactobasilus memakan glikogen
yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya menjadikan pH vagina
menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan pH vagina basa membuat
kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam vagina.
4.

Etiologi Flour Albus


Keputihan yang fisiologis dapat disebabkan oleh :
a.
Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga bayi baru
lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan keputihan.
b.

Pengaruh estrogen yang meningkat pada saat menarche.

c.
Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan sekret,
yang merupakan akibat adanya peleberan pembuluh darah di vagina atau vulva, sekresi kelenjar
serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini
diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.
d.

Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi.

e.
Mucus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks yang
berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.
Keputihan patologis terjadi karena disebabkan oleh:
a.

Infeksi
Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini dengan
serangkaian reksi redang.
Penyebab infeksi, yakni :
a)

Jamur

Jamur yang sering menyebabkan keputihan ialah Kandida Al-bikan. Penyakit ini
disebut juga Kandidasis genetalia. Jamur Ini merupakan saprofit yang pada keadaan biasa
tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada keadaan tertentu menyebabkan gejala infeksi
mulai dari yang ringan hingga berat. Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan dapat timbul

pada wanita yang belum menikah. Ada beberapa factor predisposisi untuk timbulnya
kanidosis genetalis, antara lain :
1)

Pemakai obat antibotika dan kortikosteroid yang lama.

2)

Kehamilan.

3)

Kontrasepsi hormonal.

4)

Kelainan endokrin seperti diabetes militus.

5)

Menurunnya kekebalan tubuh seperti penyakit-penyakit kronis.

6)

Selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap
keringat.

Keluhan penyakit ini rasa gatal atau panas pada alat kelamin, keluarnya lender yang kental,
putih dan bergumpal sepeti butiran tepung. Keluarnya cairan terutama pada saat sebelum menstruasi
dan kadang-kadang disertai rasa nyeri pada waktu senggama. Pada pemeriksaan klinis terihat vulva
berwarna merah (eritem) dan sembab, kadang-kadang ada erosi akibat garukan. Terlihat keputihan
yang berwarna putih, kental, bergumpal seperti butiran tepung menempel pada dinding vagina. Pada
pria kelainan yang timbul adalah balanopostitis (radang pada glans penis dan preposium).
b)

Bakteri

1)

Gonokokus

Penyakit ini disebut dengan Gonerrhoe dan penyebab penyakit ini adalah bakteri
Neisseria Gonorrhoe atau gonokokus. Penyakit ini sering terjadi akibat hubungan seksual
(PMS). Kuman ini berbentuk seperti ginjal yang berpasangan disebut diplokokus dalam
sitoplasma sel. Gonukokus yang purulen mempunyai silia yang dapat menempel pada sel
epitel uretra dan mukosa vagina. Pada hari ketiga, bakteri tersebut akan mencapai jaringan
ikat di bawah epitel dan menimbulkan reaksi radang. Gejala yang ditimbulkan adalah
keputihan yang berwarna kekuningan atau nanah, rasa sakit pada waktu berkemih maupun
saat senggama.
2)

Klamidia Trakomatis

Kuman ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakoma dan menjadi penyakit
menular seksual. Klamida adalah organism intraselular obligat, pada manusia bakteri ini
umumnya berkoloni secara lokal di permukaan mukosa, termasuk mukosa serviks. Klamida
sering menjadi faktor etiologi pada penyakit radang pelvis, kehamilan di luar kandungan da
infertilitas. Gejala utama yang ditemukan adalah servisitis pada wanita dan uteritis pada pria.
3)

Grandnerella

Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya mengisi penuh sel-sel epitel
vagina membentuk khas clue cell.Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi
senyawa amin, bau amis, berwarna keabu-abuan. Gejala klinis yang ditimbulkan ialah flour
albus yang berlebihan dan berbau disertai rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.
4)

Treponema Pallidum

Penyebab penyakit kelamin sifilis, ditandai kondilomalata pada vulva dan vagina.
Kuman ini berbentuk spiral, bergerak aktif.
5)

Parasit

Parasit yang sering menebabkan keputihan adalah Trokomonas vaginalis, berbentuk


lonjong, bersilia, dapat bergerak berputar-putar dengan cepat. Walaupun infeksi ini dapat
terjadi dengan cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara yang paling sering terdapat. Pada
pria dengan trikomonas biasanya parasit ini terdapat di uretra dan prostat. Gejala yang
ditimbulkan ialah flour albus yang encer sampai kental, berwarna kekuningan dan agak bau
serta terasa gatal dan panas.
6)

Virus

Sering disebabkan oleh Humanpapilloma virus (HPV) dan Herpes simpleks. HPV
sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan barbau, tanpa rasa gatal.
b.

Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan

Adanya fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan, cedera persalinan
dan radiasi kanker genetalia atau kanker itu sendiri.
c.

Benda asing

Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau prolaps uteri dapat
merangsang secret vagina berlebihan.
d.

Neoplasma jinak

Berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen, akan mudah mengalami peradangan
sehingga menimbulkan keputihan.
e.

Kanker

Leukorea ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila tumor itu dengan
permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genetalia. Sel
akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak,, akibat dari pembusukan dan
perdarahan akibat pemecahan pembuluh darah pada hipervaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan
ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai darah tak segar.
f.

Fisik
Tampon, trauma dan IUD.

g.

Menopause

Pada Menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam pematangan sel
akibat tidak adanya hormon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena tipisnya
lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.
5.

Gejala Flour Albus


Gejala yang ditimbulkan oleh kuman penyakit berbeda-beda, yaitu:
a.
Secret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia menjadi menjadi tersa
gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida dan biasa terjadi pada kehamilan,
penderita diabetes dan akseptor pil KB.
b.
Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan berbau tak sedap,
kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing di vagina.
c.
Keputihan yang di sertai nyeri perut di bagian bawah atau nyeri panggul belakang,
kemungkinan terinfeksi sampai pada organ dalam rongga panggul.

d.
Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat berkemih atau terjadi
saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan oleh infeksi gonorhoe.
e.
Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan disebabkan oleh erosi
pada mulut rahim.
f.
Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel-sel mati, kemungkinan adanya
sel-sel kanker pada serviks.
6.

Penatalaksanaan Flour Albus

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan, sebaiknya penatalaksanaan


dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adannya penyebab lain
seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna
merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta barbau busuk.
Penatalaksanaan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau
parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mrngatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi
sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya
berasal dari golongan Doxycycline untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk
mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topical
seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsug ke dalam liang vagina. Untuk
keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual
dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,
dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai pencegahan sekaligus mencegah
berulangnya keputihan dengan:
1.
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari
rokok dan alkohol serta hindari stress berkepanjangn.
2.
Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
3.
Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan
tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4.
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5.
Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum
menggunkan cairan pembersih vagina.
6.
Hindari penggunaan bedak talcum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah
vaginaa karena dapat menyebabkan iritasi.
7.
Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk diatas kloset di WC umum atau
biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
7.

Akibat yang sering terjadi Flour Albus.

Menurut Manuaba (2009), akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan adalah sebagai berikut:
1)

Gangguan psikologis

Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan kecemasan yang


berlebihan dan membuat sesorang merasa kotor serta tidak percaya diri dalam menjalalnkan
aktifitasnya sehari-hari.
2)

Infeksi alat-alat genitalia


a)

Vulvitis

Sebaian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi local.Penyebab


secara umum adalah jamur. Bentuk vulvitis adalah infeksi kulit dan infeksi kelejanr
bartholini. Infeksi kulit terjadi perubahan warna, membengkak, terasa nyeri, kadangkadang tampak bernanah dan menimbulkan kesukaran bergerak. Infeksi kelenajar
bartholini terletak di bagian bawah vulva, warna kulit berubah, membengkak, terjadi
penimbunan nanah didalam kelejar, penderita sukar untuk berjalan dan duduk karena
sakit.
b)

Vaginitis

Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh bakteri parasit
atau jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan seksual.
Tipe vaginitis yang sering kita jumpai adalah vaginitis candidiasis dan trikomonas
vaginalis. Vaginitis candidiasis merupakan keputihan kental mengumpal, terasa gatal
dan menggangu, pada dinding vagina sering dijumpai membrane putih yang bila
dihapuskan dapat menimbulkan perdarahan. Sedangkan vaginits trikomonas
vaginalis merupakan keputihan encer sampai kental, kekuningan, gatal dan terasa
membakar dan berbau.
c)

Servikalis

Merupakan infeksi dari servik uteri. Infeksi serviks sering terjadi karena luka
bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena hubungan seksaul. keluahan
yang dirasakan terdapat keputihan, mungkin terjadi kontak bleeding saat
berhubungan seksual.
d)

Penyakit radang panggul (Pelvic Inflammantory Disease)

Merupakan infeksi alat genital bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan
seksual. penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya akan
menimbulkan berbagai penyakit yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga
dapat menyebakan kemandulan.Tanda-tandanya yaitu nyeri yang menusuk-nusuk
bagian bawah prut, mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh
meningkat, nadi meningkat dan pernafasan bertambah serta tekanan darah dalam
batas normal. Penetuan infeksi genitalia ini lebih akurat bila dilakukan pemeriksaan
pap semar untuk memungkinkan keganasan (Manuaba, 2007).

2.1.4

Tinjauan umum tentang Manejemen Asuhan Kebidanan

2.1.4.1 Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan


Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuanpenemuan, keterampilan, dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien (Helen Varney, 1997).

Menurut Essawibawa (2011), manajemen asuhan kebidanan adalah pendekatan dan kerangka
pola pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapakan metode pemecahan masalah secara
sistematis mulai dari pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan dan evaluasi.
Dalam bukunya,Varney (1997) menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah dapat
digunakan dalam manajemen kebidanan, Dalam buku kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1987,
proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui lima langkah. Namun, setelah menggunakannya,
Varney (1997) melihat ada beberapa hal penting yang harus disempurnakan. Ia menambahkan dua
langkah untuk menyempurkan teori lima langkah yang telah dijelaskan sebelumnya.
Menurut varney, proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yaitu: manajemen
kebidanan dimulai dari pengumpulan data dasar yang diakhiri dengan evaluasi asuhan kebidanan.
Ke tujuh langkah tersebut terdiri dari keseluruhan dari kerangka kerja yang dapat dipakai
dalam segala situasi.

2.1.4.2
a.

Tahap manajemen asuhan kebidanan

Langkah I. Pengumpulan dan pengkaijan data

Dalam langkah pertama ini bidan harus mencari dan menggali data maupun fakta baik yang
berasal dari pasien, keluarga, maupun anggota keluarga lainnya, ditambah dengan hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh bidan sendiri.
Proses pengumpulan data dasar ini mencakup data subjektif dan data objektif.
1)

Data subjektif

Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas,keluhan, yang


diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien/klien (anamneses) atau dari keluarga
dan tenaga kesehatan (alloanamneses). Pada data subjektif meliputi :
a) Biodata pasien
Nama
: untuk mengenal dan mengetahui pasien.
Umur
: untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alatalat reproduksi belum matang, mental dan psikis belum siap. Ditulis dalam tahun,
pada kasus gangguan sistem reproduksi ibu dengan Flour Albus ini biasanya
dialami oleh wanita menarche hinnga masa menopause.
Agama
: untuk memberikan motivasi dan dorongan moril sesuai apa yang
dialami.
Suku/bangsa : untuk mengetahui faktor bawaan atau ras.
Pendidikan : untuk mengetahui latar belakang, tingkat pendidikan dan
pengetahuan. Pada kasus gangguan sistem reproduksi Flour Albus biasanya
ditemukan pada ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah.
Alamat
: untuk mengetahui lingkungan tempat tinggal dan karakteristik
masyarakat.
Pekerjaan : untuk mengetahui status social ekonomi.
b)

Keluhan utama

Alasan wanita tersebut mengunjungi tenaga kesehatan di klinik, kantor, kamar gawat
darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit, atau rumahnya, seperti yang diungkapkan
dengan kata-katanya sendiri (dapat berhubungan dengan sistem tubuh). Pada kasus Flour
Albus keluhan utama ibu merasa tidak nyaman sehubungan pakaian dalamnya selalu basah
dan keluarnya cairan berupa lender yang kental, berwarna kuning hingga keabu-abuan, gatal

dan berbau dari kelaminnya dalam jumlah yang banyak, ruam pada kulit dan merasa sakit
panas saat berkemih.
c)

Riwayat menstruasi

Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi menstruasi, lama menstruasi,


banyaknya darah yang keluar, gangguan sewaktu menstruasi.
d)

Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Disajikan dalam bentuk tabel yang berisi tentang berapa kali ibu hamil, umur
kehamilan selama hamil, tanggal atau tahun lahir bayi, jenis persalinan, tempat persalinan,
penolong persalinan dan penyulit. Keadaan anak dan nifas yang lalu berisi mengenai jenis
kelamin putra-putri ibu, berat badan waktu lahir, panjang badan waktu lahir, keadaan anak
sekrang, riwayat laktasi, perdarahan dan lamanya ibu nifas.
e)

Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui apakah alat kontrasepsi yang pernah digunakan ibu yang mungkin
berpengaruh terhadap penyakitnya. Pada kasus Flour Albus ini biasanya terjadi pada ibu yang
menggunakan alat kontrasepsi Pil atau IUD.
f)

Riwayat kesehatan menurut Essawibawa (2011), yang meliputi:

Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui adakah penyakit lain yang
bisa memperberat keaadan klien seperti batuk, pilek dan demam.

Riwayat penyakit sistemik

Untuk mengetahui apakah ibu menderita penyakit jantung, ginjal, asma/TBC,


hepatitis, DM, hipertensi, dan epilepsi serta penyakit sistemik lainnya, seperti: penyakit kelain
diantaranya,bacterial vaginosis, trikomonas, candidiasis.

Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui apakah ada keluarga yang menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, HIV/AIDS, kandiloma akuminata, dan penyakit keturunan seperti jantung,
hipertensi dan diabetes mellitus.

Riwayat keturunan kembar


Untuk mengetahui apakah ada riwayat keturunan kembar dalam keluarga.

Riwayat operasi

Untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat operasi yang berhubungan dengan
kandungan atau tidak.

g)

Pola kebiasaan sehari-hari

Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya dan pola
makan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak.

h)

Pola nutrisi
: mengetahui seberapa banyak nya asupan nutrisi pada
pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada
pasein.
Pola eliminasi : dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BAK dan BAB.
Pada kasusu Flour Albus terkadang ibu merasa panas pada saat kencing.
Pola istrirahat : untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa
lama ibu tidur malam.
Aktivitas
: untuk mengetahui aktifitas ibu sehari-hari.
Personal hygiene
: untuk mengetahui kebersihan tubuh ibu yang
meliputi frekuensi mandi, gosok gigi, ganti baju atau pakaian dalam, keramas
dan cara membersihkan alat genetlianya. Pada kasus gangguan sistem
reproduksi dengan Flour Albus biasanya sering ditemui pada ibu yang
memiliki kebiasaan personal hygiene yang jelek.
Pola hubungan seksual : untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan
hubungan seksual dalam seminggu dan adfa atau tidaknya keluhan. Pada
kasus gangguan sistem reproduksi Flour Albus biasanya ibu merasa
tidak nyaman dengan keadaanya karena cairan yang keluar dari vaginanya
berlebihan dan terasa gatal .
Data psikologis

Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu menghadapi gangguan sistem


reproduksi dengan Flour Albus sekarang ini. Pada kasus gangguan sistem
reproduksi Flour Albus ini biasanya didapatkan data psikologisnya adalah ibu merasa
cemas dengan keadaannya.
2)

Data Objektif

Data Objektif adalah pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan dan data penunjang.

a) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
: untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang, buruk,
kemudian tingkat kesadaran dan keadaan emosional. Pada kasus gangguan sistem
reproduksi dengan Flour Albus didapatkan keadaan umum ibu sedang.
Kesadaran
: untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu yang terdiri dari kesadaran
composmentis (yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya ,dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya), kesadaran apatis (yaitu keadaan keasadarn
yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), kesadaran
delirium (yaitu gelisah, disorientasi orang tempat, waktu memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal), kesadaran somnolen (yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal). Pada kasusu gangguan sistem
reproduksi Flour Albus didapatkan kesadaran ibu Composmentis.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
:untuk
mengetahui
factor
risiko hipertensi/hipotensi dengan
satuan mmHg. Tekanan darah normal 110/80 sampai 140/90 mmHg.
Suhu
: untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak. Suhu
tubuh normal 35,6o C sampai 37,6o C.
Nadi : untuk mengetahui denyut nadi pasien dengan menghitung dalam 1 menit adalah
60-100 x/menit .


b)

Respirasi : untuk mengetahui pernafasan pasien dalam waktu 1 menit.Sedangkan


normalnya pernafasan dalam 1 menit adalah 20-24 x/menit.
Pemeriksaan Sistematis

Kepala

Rambut : untuk mengetahui rambut bersih tidak rontok atau tidak, berketombe tidak.

Muka
: untuk mengetahui ada oedema apa tidak, anemis atau tidak, pucat atau
tidak.

Mata
: untuk mengetahui apakah ada konjungtiva warna merah muda atau anemis
dan sclera warna putih atau ikterik.

Hidung : untuk mengetahui ada polip atau tidak, ada lender atau tidak.

Telinga : untuk mengetahui adanya serumen atau tidak.

Mulut dan gigi : untuk mengetahui lidah bersih atau kotor, ada stomatitis atau tidak,
apakah gigi bersih atau caries.

Leher
: untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid dan
pembesaran kelenjar getah bening.

Dada
: untuk mengetahui apakah ada retraksi dada kanan, kiri saat bernafas sama
dan apakah payudara kanan dan kiri simetris atau tidak.
Mammae menurut Varney (2004),

Pembesaran : ada pembesaran atau tidak.

Tumor
: ada benjolan tumor atau tidak.

Simetris
: simetris atau tidak.

Areola
: hyperpigmentasi.

Putting susu : menonjol/tidak.

Kolostrum : sudah keluar atau belum.


Abdomen : apakah ada jaringan parut atau bekas operasi, dan adanya nyeri tekan.
Anogenital

Vulva dan vagina : bentuk genetalia, pengeluaran (warna, bau, jumlah dan karakter)
ada tidaknya varices, ada atau tidaknya kemerahan, nyeri tekan dan pembesaran
kelenjar bartholini. Pada kasus Flour Albus didapatkan hasil pemeriksaan terlihat secret
vagina berwarna putih menggumpal, berwarna kuning hingga putih keabu-abuan.

Inspeculo : pemeriksaan dalam yang dilakukan untuk mengetahui keadaan portio


dan servik serta pengeluaran pervaginam.
Pemeriksaan dalam : pemeriksaan dalam (Vagina toucher dan inspekulo) dikaji
untuk mengetahui kondisi vagina urethra, dinding vagina, portio, Orifisium urethra, korpus
uteri, pengeluaran dan discharge.
Anus : untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak.
Ekstremitas

Varices : apakah ada varices atau tidak.

Oedema : apakah ada oedema atau tidak.

Reflek patella : pemeriksaan dengan pengetukan pada tendom patella menggunakan


palu reflex.
c)

Pemeriksaan penunjang :

Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan misalnya


pemeriksaan laboratorium dan hasil pap smear.

b. Langkah II. Mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual


Mengintepretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah. Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang
spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
diidentifikasikan, seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan.
a)

Diagnosa kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan|. Diagnosa kebidanan
sendiri didapat dari data dasr yang terdiri dari data subjektif dan data objektif. Diagnosa yang
ditegakkan adalah Ny.S dengan gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albus.
Data dasar :
1.

2.

b)

Data subjektif menurut Manuaba (2009), contoh :


a.

Ibu mengatakan sudah melahirkan sebanyak 3 kali dan tidak pernah keguguran.

b.

Ibu mengatakan umurnya sudah 40 tahun.

c.

Ibu mengatakan adanya cairan yang kental, berwarna putih keruh dan berbau
yang disertai rasa gatal selama 1 minggu yang lalu.

Data objektif :
a.

Keadaan umum : baik

b.

Kesadaran : composmentis.

c.

Tanda-tanda vital : biasanya terjadi peningkatan.

d.

Pengeluaran pervaginam berupa cairan kental berwarna putih keruh dan berbau.

Masalah

Masalah yang timbul berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkaijan yang menyertai diagnosa. Masalah yang sering timbul pada ibu dengan
gangguan Flour Albus adalah merasa cemas dan gelisah dengan keadaaanya.
c)

Kebutuhan

Kebutuhan yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa maslaah
yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Kebutuhan yang diperlukan untuk
penderita Flour Albusadalah dorongan moral dan informasi mengenai Flour Albus.
c.

Langkah III. Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penangannya. Pada


langkah ini kita mengidentifikasi diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi dan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali
dalam melakukan asuhan yang aman. Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu dengan Flour
Albus apabila tidak segera mendapat penanganan yang tepat dan berlangsung akan menjadi
infeksi vagina, vulvitis, vaginitis dan bahkan dapat menjadi vulvavaginitis.
d. Langkah IV. Tindakan Emergency/Kolaborasi

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan tindakan, konsultasi,


kolaborasi dengan tenaga keseahatan lain ini berdasarkan kondisi klien. Langkah ini mnecerminkan
kesinambungan dalam proses penatalaksanaan kebidanan. Pada kasus gangguan reproduksi Flour
Albus dilakukan tindakan segera yaitu memberikan terapi obat sesuai kebutuhan seperti
golongan doxycycline untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metrodinazol untuk mengatasi
infeksi bakteri dan parasit.
e.

Langkah V. Rencana tindakan asuhan kebidanan

Mengembangkan suatu rencana tindakan komprehensif didukung oleh penjelasan serta


rasional yang benar. Rencana tindakan yang komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien,
hubungannya dengan masalah yang dialami akan tetapi meliputi antisipasi dengan bimbingan
terhadap klien dan konseling. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
antisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Menurut Abidin
(2009), rencana asuhan yang diberikan pada gangguan sistem reproduksi dengan Flour
Albus diantaranya :
1.

Jelaskan pada ibu tentang penyakit yang dideritanya.

2.

Diskusikan dengan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

3.

Observasi keadaan umum dan TTV.

4.

Jelaskan
bagaiman
cara
membersihkan
genitalianya agar tetap bersih dan kering.

daerah

pribadi

dan

5.

Anjurkan kepada klien untuk meningkatkan personal hygiene.

6.

Jelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina.

7.

Beri dukungan moral dan spiritual.

8.

Rencana pemberian obat.

9.

Anjurkan ibu untuk memeriksakan dirinya ke dokter agar ibu dapat memperoleh penanganan
lebih
lanjut secepatnya.

f.

Langkah VI. Pelaksanaan tindakan asuhan kebidanan

Langkah ini adalah pelaksanaan rencana tindakan. Hal ini mungkin dikerjakan sendiri oleh
bidan atau sebagian dilakukan oleh klien sendiri atau tim anggota kesehatan lainnya. Menurut Varney
(2004), pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima,
dilaksanakan secara efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan kebidana gangguan sitem reproduksi
dengan Flour Albus sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat :
1.

Jelaskan pada ibu tentang penyakit yang dideritanya.

2.

Diskusikan dengan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

3.

Observasi keadaan umum dan TTV.

4.

Jelaskan
bagaiman
cara
membersihkan
genitalianya agar tetap bersih dan kering.

5.

Anjurkan kepada klien untuk meningkatkan personal hygiene.

6.

Jelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina.

7.

Beri dukungan moral dan spiritual.

daerah

pribadi

dan

8.

Rencana pemberian obat.

9.

Anjurkan ibu untuk memeriksakan dirinya ke dokter agar ibu dapat memperoleh penanganan
lebih lanjut secepatnya.

g.

Langkah VII. Evaluasi asuhan kebidanan

Evaluasi pada kenyataannya adalah cara untuk mengelolah apakah rencana yang telah
dilaksanakan benar memenuhi kebutuhan klien yaitu kebutuhan yang diidentifikasi pada tahap
penentuan diagnosa/masalah.
Pada evaluasi gangguan sistem reproduksi dengan Flour Albusdiharapkan dalam waktu 2
minggu Flour Albus sudah berkurang, tidak ada infeksi lanjut, ibu merasa tidak cemas dan meras
nyaman.
Menurut Abidin (2009), evaluasi asuhan yang diberikan pada gangguan reproduksi
dengan Flour Albus, diantaranya:
1.

Keputihan dapat sembuh dan telah diatasi dengan baik.

2.

Klien sudah mengerti bagiman cara membersihkan daerah pribadi dan genitalianya agar tetap
bersih dan kering.

3.

Klien sudah mengerti tetnang kebersihan saat berhubungan seksual.

4.

Ibu bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan oleh bidan.

5.

Ibu bersedia kembali jika ada keluhan.

DAFTAR PUSTAKA
Caprnito, Lynda Juall. 2006. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Kartono, (2006). Perilaku Manusia. PT Refika Aditama. Bandung
Kusumawati, (2008). Kehamilan dan persalinan. TUGU PUBLISER.Yogyakarta.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta. Media Aesculapius.
Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
Notoatmodjo,Soekidjo Dr Prof. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. PT
Rineka Cipta.
Prawirohardjo,Sarwono. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai