Anda di halaman 1dari 37

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTIHAN PADA REMAJA TK VI

DI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN TAHUN 2020

NAMA: Atika Yuliani


KELAS: 6B
NPM: 17142011100096

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Keputihan

a. Definisi keputihan

Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan

biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tentu bersifat

patologis. Pengertian yang lain dari keputihan adalah:

1) Setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah. Dapat

berupa secret, transudasi atau eksudat dari organ lesi di saluran

genital.

2) Cairan normal vagina yang berlebih, jadi hanya meliputi sekresi

dan trasudasi yang berlebih dan tidak termasuk eksudat (Mansjoer,

et al.

2001, p.376).

Menurut Kasdu (2005, p.37) keputihan merupakan gejala keluarnya

cairan dari vagina selain darah haid.

Keputihan (flour albus) adalah gejala keluarnya getah atau cairan

vagina yang berlebihan sehingga sering menyebabkan celana

dalam basah (Pudiastuti, 2010, p.15).

b. Gejala keputihan

Gejala Keputihan menurut Wijayanti (2009, p.53) adalah :


1) Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari

saluran vagina. Cairan ini berupa encer atau kental dan kadang-

8
9

kadang berbusa. Gejala ini merupakan proses normal sebelum atau

sesudah haid pada wanita tertentu.

2) Pada penderita tertentu terdapat rasa gatal.

Biasanya keputihan yang normal tidak disertai rasa gatal, keputihan

juga dapat dialami oleh wanita yang lemah atau daya tahan

tubuhnya rendah. Sebagian besar cairan berasal dari leher rahim,

walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat

kelamin luar. Remaja putri biasanya mengalami keputihan sesaat

sebelum masa pubertas dan biasanya gejala ini akan hilang dengan

sendirinya.

c. Penyebab keputihan

Menurut Ayuningsih, et al. (2009, p.28) penyebab keputihan yaitu:

1) Perilaku tidak higienis: air cebok tidak bersih, celana dalam tidak

menyerap keringat, penggunaan pembalut yang kurang baik.

2) Stres sehingga daya tahan tubuh rendah.

3) Diabetes, menurut Clayton (1984, p.79) wanita penderita diabetes

sangat rentan terhadap keputihan karena kadar gula dalam darah

mereka tinggi atau tidak terkendali. Bila kadar glukose

menjadi terlalu tinggi, gula memilih ke dalam urin. Ginjal harus

menyediakan lebih banyak urin untuk membawa glukose ini. Tubuh

perlu menggantikan jumlah urin yang berlebihan yang dihasilkan

oleh penderita diabetes. Rasa haus dan keinginan untuk buang air

kecil yang meningkat merupakan gejala dini terjadinya keputihan.


10

4) Hamil.

Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama

persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal,

jaringan ikat longgar dan hipertropi otot polos. Deskuamasi

(eksfoliasi) sel- sel vagina yang kaya glikogen terjadi akibat

stimulasi estrogen. Sel- sel yang tanggal ini membentuk rabas

vagina yang kental dan berwarna keputihan yang disebut leukore

(Saryono dan Pantikawati,

2010, p.54).

5) Mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB.

6) Alergi pada benda-benda yang di masukkan secara sengaja atau

tidak ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi,

rambut kemaluan, serta benang dari selimut, celana dan lainnya.

7) Luka misalnya tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang

berlangsung lama pada vagina.

8) Infeksi: dipicu oleh bakteri, kuman atau parasit.

Menurut Kasdu (2008, p.38) infeksi pada saluran reproduksi

wanita di kelompokkan menjadi tiga golongan besar, yaitu:

a) Non-penyakit hubungan seksual (non-


PHS)

Bagian luar alat kelamin merupakan tempat yang

rawan. Jika di banding dengan bagian tubuh lainnya. Perawatan

bagian ini sering terabaikan. Selain lembab, di daerah ini

bermuara dua saluran pembuangan, yaitu dubur/anus dan lubang

kencing yang berfungsi membuang sisa-sisa pencernaan makanan

dalam bentuk
11

tinja dan air kencing. Jika tidak di bersihkan secara sempurna,

pada dubur/anus selalu di temukan berbagai bakteri, jamur dan

parasit, seperti cacing kremi dan telurnya yang bisa menjalar ke

sekitar organ kelamin. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya

infeksi gejala keputihan. Infeksi ini di golongkan sebagai non-

PHS. Ada beberapa infeksi PHS yang sering di alami wanita,

yaitu :

(1)
Vaginitis

Penyebabnya adalah pertumbuhan bakteri normal yang

berlebihan pada vagina. Dengan gejala, cairan vagina encer,

berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk, vulva

agak bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman,

serta nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing.

(2) Candidiasis

Penyebabnya berasal dari candida albican. Gejalanya

adalah keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti

susu basi, di sertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin

dan di sekitarnya. Pada keadaan normal jamur ini terdapat di

kulit maupun dalam liang kemaluan wanita. Namun, pada

keadaan tertentu, jamur ini meluas sehingga menimbulkan

keputihan.
12

(3) Trichomoniasis

Penyebabnya adalah parasit Trichomonas vaginalis.

Penularan melalui hubugan seksual. Keputihan jenis ini

bersifat khas yaitu jumlah banyak, warna kuning kehijauan,

bau tak sedap, sakit saat melakukan hubungan seksual dan

gatal (Pudiastuti, 2010, pp. 17-18).

b) Penyakit hubungan seksual

Fungsi vagina sebagai alat untuk melakukan senggama

terkadang mengalami perlecetan setiap kali melakukan senggama.

Vagina juga menampung air mani yang di keluarkan oleh

pasangannya. Adanya perlecetan dan kontak mukosa (selaput

lendir) vagina dengan air mani merupakan pintu masuk

(port d’entre) mikroorganisme penyebab penyakit PHS.

c) Infeksi iatrogenik

Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau

mikroorganisme) lain masuk melalui medis, seperti haid, abortus

yang di sengaja, insersi IUD, saat melahirkan, infeksi pada

saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke

serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas.

9) Penggunaan antibiotik yang berlebihan, ini menyebabkan populasi

bakteri di daerah vagina ikut mati. Bakteri doderlein lactobacillus di

daerah vagina bertugas menghasilkan asam laktat agar jamur tidak

bisa hidup. Bila bakteri mati, jamur akan tumbuh subur.

Kebiasaaan
13

menggunakan produk pencuci kewanitaan yang umumnya bersifat

alkalis juga dapat menurunkan keasaman daerah vagina. PH

keasaman normal antara 3,5 - 4,5.

d. Jenis keputihan

Menurut Ayuningsih, et al. (2009, p.27) keputihan terdiri dari 2

jenis, yaitu :

1) Keputihan normal (keputihan fisiologis)

Keputihan normal merupakan respon tubuh normal yang biasa

keluar sebelum, saat dan sesudah masa siklus haid. Ciri yang lain

yaitu, lendir bening, tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal dan

jumlahnya tidak berlebihan.

2) Keputihan abnormal (keputihan patologis)

Di dalam vagina juga hidup kuman pelindung, disebut Flora

Doderleins. Dalam keadaan normal flora ini menjaga keseimbangan

ekosistem vagina. Namun keseimbangan itu dapat terganggu,

sehingga cairan yang keluar berlebihan. Keputihan yang patologis

mempunyai ciri-ciri : jumlahnya banyak, timbul terus menerus,

warnanya berubah (misalnya kuning, hijau, abu-abu, menyerupai

susu/yoghurt) disertai adanya keluhan (gatal, panas, nyeri) serta

berbau (Wijayanti, 2009, p.51).

Efek yang timbul dapat berupa nyeri diperut, panggul,

pinggang atau alat kelamin luar merupakan gejala kelainan

ginekologik (Prawirohardjo, 2007, p.135).


14

e. Pengobatan keputihan

Menurut Ayuningsih, et al. (2009, pp.32-35) pengobatan keputihan

terdiri dari :

1) Jika keputihan masih ringan, bisa menggunakan sabun atau larutan

antiseptik khusus pembilas vagina seperlunya. Penggunaan

berlebihan akan mematikan flora normal dan mengganggu

keasaman vagina. Konsultasi ke dokter sehingga akan diperoleh

pengobatan paling tepat untuk mengatasi gangguan keputihan

patologis dan infeksi sesuai dengan penyebabnya. Jenis obat dapat

berupa sediaan oral berupa tablet atau kapsul, topical seperti krem

yang dioleskan dan uvula yang langsung dimasukkan ke liang

vagina.

2) Bagi yang sudah berkeluarga, lakukan pemeriksaan bersama

pasangan.

3) Jika masih belum sembuh, lakukan uji resistensi obat dan

mengganti dengan obat lain. Ada kemungkinan kuman

ternyata resisten terhadap obat yang di berikan.

4) Penderita yang sudah menikah dan melakukan hubungan seksual

secara rutin.

5) Jika positif terkena virus, bisa di lanjutkan dengan pemeriksaan

mulut rahim. Sebagai penunjang di lakukan pula tes urin dan tes

darah.

6) Melakukan pola hidup sehat agar daya tahan tubuh mendukung

proses pengobatan.
15

f. Cara mencegah keputihan

Banyak wanita mengeluhkan keputihan sangat tidak nyaman,

gatal, berbau bahkan terkadang perih. Salah satu penyebabnya yaitu

masalah kebersihan pada organ intim. Bila ingin terhindar dari

keputihan, wanita harus selalu menjaga kebersihan daerah genetalia.

Cara mencegah keputihan di antaranya adalah:

1) Membersihkan organ intim dengan pembersih yang tidak

mengganggu kestabilan Ph di sekitar vagina.

2) Menghindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan

tujuan agar vagina harum dan kering sepanjang hari.

3) Selalu mengeringkan bagian vagina sebelum memakai celana dalam.

4) Menggunakan celana dalam yang kering, jika celana dalam

basah segera ganti celana dalam dengan yang kering dan bersih.

5) Menggunakan celana dalam yang bahannya menyerap

keringat seperti bahan katun.

6) Saat haid sering mengganti pembalut.

7) Menggunakan panty liner saat di perlukan saja.

8) Memakai celana jeans dapat membuat pori-pori rapat, lebih

baik memakai rok atau celana dari bahan non jeans agar sirkulasi

udara di sekitar organ intim bergerak leluasa (Wijayanti, 2009, pp.54-

56). Menurut Tarwoto, et al. (2010, pp.51-53) cara untuk

mencegah

keputihan dengan vulva hygiene, sebagai berikut :


16

1) Penggunaan pakaian dalam

Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya terbuat dari bahan yang

menyerap keringat, misalnya dari bahan katun atau kaus. Kain yang

tidak menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab.

2) Memotong bulu pubis

Dengan mencukur bulu pubis, kebersihan bulu akan selalu terjaga

sehingga tidak menjadi kehidupan kutu dan jasad renik serta aroma

yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang dan lebat

(khususnya bagi remaja putri) akan selalu terpapar oleh urine saat

buang air kecil.

3) Penggunaan pembalut wanita

Pada saat haid remaja putri harus memakai pembalut wanita yang

bersih. Pilih pembalut yang tidak berwarna dan wangi. Setelah

buang air kecil atau air besar, ganti dengan pembalut yang bersih

(baru).

2. Vulva Hygiene

a. Definisi vulva hygiene

Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk

mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi (Ayu, 2010, p.17).

b. Cara vulva hygiene

Menurut Wijayanti (2009, pp.40-43), cara membersihkan daerah

kewanitaan yang terbaik ialah :


17

1) Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

2) Membasuh dengan air bersih. Satu hal yang harus diperhatikan

dalam membasuh daerah kewanitaan, terutama setelah buang

air besar (BAB), yaitu dengan cara membasuh dari arah depan

kebelakang (dari vagina kearah anus), bukan sebaliknya. Karena jika

terbalik arah membasuhnya, maka kuman dari daerah anus akan

terbawa kedepan dan dapat masuk kedalam vagina.

3) Apabila membersihkan daerah kewanitaan menggunakan sabun,

sebaiknya dibagian luarnya saja. Setelah memakai sabun, sebaiknya

dibasuh dengan air sampai bersih (sampai tidak ada lagi sisa sabun

yang tertinggal), sebab bila masih ada sisa sabun yang

tertinggal akan menimbulkan penyakit. Setelah dibasuh dikeringkan

dengan handuk atau tissue tetapi jangan digosok-gosok.

4) Jika ingin menggunakan bedak, cara yang terbaik ialah dengan

mengusapkan dulu ketelapak tangan, setelah itu usapkan kedaerah

lipatan paha yang biasanya lembab dan teriritasi. Hal ini untuk

menghindari supaya bedak tidak masuk dalam vagina.

5) Apabila menggunakan WC umum, sebaiknya sebelum duduk

disiram terlebih dahulu WC tersebut (di-flushing) baru

kemudian digunakan.

6) Pemakaian celana dalam ketat sebaiknya dihindari,

karena menyebabkan derah kewanitaan menjadi lembab dan iritasi.

Sebaiknya celana dalam yang digunakan dari bahan katun.


18

7) Apabila dipermukaan pembalut ada gumpalan darah sebaiknya

segera mengganti pembalut, karena gumpalan darah tersebut

merupakan tempat perkembangan bakteri dan jamur.

8) Tidak menggunakan handuk atau waslap orang lain untuk

mengeringkan vagina.

9) Mencukur rambut kemaluan untuk mencegah kelembaban yang

berlebihan di daerah vagina.

3. Remaja

a. Definisi remaja

Masa remaja merupakan berlangsung antara umur 12 tahun sampai

dengan 21 tahun bagi wanita dan umur 13 tahun sampai 22 tahun bagi

pria. Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti

tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Untuk

perkembangan lebih lanjut istilah adolescence sesungguhnya memiliki

arti luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Menurut piaget Hurlock (1991) dalam buku Asrori dan Ali (2010,

pp.9), remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi

ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa

bahwa dirinya di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa

sama atau sejajar.

Menurut Soetjiningsih (2004) dalam buku Tarwoto, et al. (2010,

p.1) masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak

ke
19

masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun

menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas juga digunakan istilah

adolesens (dalam bahasa inggris, adolescence). Para ahli merumuskan

bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan

biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat

dari masa anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan reproduksi.

Sedangkan istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan

psikososial atau kematangan yang menyertai masa pubertas.

a. Remaja putri

Menurut Tarwoto, et al. (2010, p.1), remaja adalah masa peralihan

dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sedangkan putri berarti anak

perempuan. Remaja putri adalah masa peralihan dari masa anak-anak

ke masa dewasa yang yang dialami oleh perempuan.

Menurut Tarwoto, et al. (2010, p.55) dikutip dari Stanley Hall

(1991) masa remaja merupakan dianggap sebagai masa topan badai dan

stres (Storm and Stress). Karena mereka mereka telah memiliki

keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan

baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa

tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi

seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Menurut Yulia S.

D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1991) dalam buku Tarwoto, et al.

(2010, p.55), istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan

masa remaja antara lain :


20

1) Puberty (bahasa Inggris) berasal dari istilah latin pubertas yang

berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan

tanda kelaki-lakian. Pubescence dari kata pubis (pubic hair) yang

berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan (genetal) maka

pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya

rambut pada daerah kemaluan.

2) Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia yang berarti masa

muda yang terjadi antara 17-30 tahun yang merupakan masa transisi

atau peralihan dari masa kanak-kanak menunju masa dewasa yang

ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan

psikososial. Proses perkembangan psikis remaja dimulai antara 12-

22 tahun.

3) Menurut Santrock (1998) dalam buku Tarwoto, et al. (2010, p.55),

mendefinisikan pubertas sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang

dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja.

4) Menurut Erikson dalam buku Tarwoto, et al. (2010, p.56), masa

remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana remaja

berusaha untuk mencari identitas diri (Search for self – Identity).

b. Fase masa remaja

Menurut Widyasih dan Suryani (2008, pp.91-98) dikutip dari Kartini

(1995) masa remaja di bagi menjadi 3 fase, yaitu:


21

1) Pra pubertas (10-12 tahun)

Banyak anak gadis yang kurang mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungannya, karena sering di hinggapi macam-macam

perasaan tidak berdaya dan konflik-konflik batin. Perasaan-perasaan

cemas akan hal-hal yang samar, rasa ketakutan, takhayul-

takhayul, rasa ketidakpastian di sebabkan oleh kesadaran akan

kebodohan dan kelemahan diri sendiri, serta kurangnya pengalaman.

Sering pula di sertai konflik-konflik batin, dan bentuk krisis berupa

kehilangan jasmaniah dan rokhaniah.

Di samping itu, terdapat pula gejala melemahnya ikatan-ikatan

afektif dengan orang tua. Anak-anak gadis cenderung untuk

membebaskan diri dari kehidupan fantasinya yang infatil. Fantasi-

fantasi ini di jadikan ke bentuk riil, misalnya: keras kepala atau

penolakan untuk melakukan sesuatu hal. Pengalaman ini di tambah

dengan perasaan positif kuat dan kesadaran akan AKU-nya, sehingga

muncul menentang dan memberontak. Periode ini di sebut dengan

Trotzalter Kedua yang bercirikan: pemogokan, tidak patuh, keras

kepala, suka memprotes, melancarkan banyak kritik, sombong rasa

sudah “dewasa” dan sudah “besar”, acuh tak acuh, sembrono. Selain

itu juga timbul dorongan kuat menuntut pengakuan dirinya yang di

sertai emosi yang meluap-luap, amarah atau agresi yang kuat,

sentimen-sentimen, kebingungan, duka hati, suka melanggar dan

menentang peraturan baik di rumah maupun di sekolah.


22

Jika upaya anak pra-pubertas untuk melepaskan diri dari ikatan-

ikatan dan kaitan identifikasi dengan ibunya itu mengalami

kegagalan, hal ini bisa menghambat pertumbuhan psikis dan

selanjutnya meninggalkan stempel neurotis serta infatil pada

kepribadiannya pada saat dewasa. Gejala neurotis tersebut antara lain:

a) Macam-macam gangguan fungsi pencernaan (dari nausea hingga

anorexia)

b) Gangguan pada saat menstruasi

c) Macam-macam phobia

d) Obsesi dan kompulsi

2) Masa pubertas (14-17 tahun)

Masa pubertas awal atau masa pubertas sebenarnya merupakan

suatu masa yang segera akan di lanjutkan oleh masa adolesensi yang

di sebut pula sebagai masa puber lanjut. Masa pubertas tidak dapat di

pastikan kapan mulainya dan kapan berakhir. Proses organis yang

paling penting pada masa ini adalah: kematangan seksual. Pada saat

pertumbuhan ini anak muda mengalami satu bentuk krisis yaitu

kehilangan keseimbangan jasmani dan rokhani. Kadang-kadang

harmoni dan fungsi motorik juga terganggu. Lalu terlihat gejala-

gejala sebagai berikut: canggung, kaku kikuk, tegar, muka tampak

kasar dan buruk.


23

Selanjutnya juga timbul minat dan emosi heteroseksual, yakni

ada hubungan antara:

a) Diri sendiri.

b) Obyek cinta kasih dengan wanita (ibu dan teman

gadis). c) Obyek cinta dengan seorang pemuda.

Gejala penting lainnya pada usia pubertas ini adalah proses

identifikasi yang bervariasi bentuknya. Identifikasi ini bisa

bermanfaat karena bisa memperkuat pertumbuhan AKU-nya. Akan

tetapi jika terlampau cepat, kaku dan melekat bisa mengakibatkan

pengingkaran terhadap kepribadian sendiri.

3) Adolesensi (17-19/21 tahun)

Pada masa adolesensi anak mulai menemukan nilai-nilai hidup

baru, sehingga semakin jelas pemahaman tentang diri sendiri. Ia

mulai bersikap kritis terhadap obyek-obyek di luar dirinya dan ia

mampu mengambil sintese antara dunia luar dan internal. Secara

obyektif dan aktif ia melibatkan diri dengan kegiatan dunia luar

dengan mencoba mendidik dirinya sendiri. Pada fase

perkembangan ini di bangun dasar-dasar yang definitive (esensial,

menentukan) bagi pembentukan kepribadiannya.

Pada usia ini yang sangat di butuhkan oleh anak ialah: adanya

pendidikan dari orang tua yang berkepribadian sederhana serta jujur,

yang tidak terlampau banyak menuntut kepada anak didiknya

dan membiarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan

irama
24

perkembangan dan kodratnya sendiri. Yang penting saat ini adalah

membiarkan anak gadis menghayati pengalaman-pengalaman senidiri

sehingga mampu menemukan arti dan nilai-nilai tertentu untuk

menentukan sikap dan tujuan hidup sendiri.

c. Tugas-tugas perkembangan remaja

Tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau pada

periode tertentu dalam kehidupan seorang individu. Apabila berhasil

akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan

dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tetapi apabila gagal akan

menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-

tugas beikutnya. Beberapa tugas perkembangan remaja adalah sebagai

berikut :

1) Menjalin hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya

baik pria maupun wanita.

2) Mempelajari peran sosial sesuai dengan jenis kelaminnya sebagai

pria atau wanita.

3) Menerima keadaan fisiknya dengan menjaga dan melindungi dirinya

sendiri serta mampu menggunakan secara efektif.

4) Belajar tidak bersifat kekanakan dan tidak menggantungkan diri pada

orang tua.

5) Mengembangkan keterampilan yang intelektual, seperti

mengembangkan konsep tentang hukum, politik, ekonomi dan

kemasyarakatan (Asrori dan Ali, 2010, p.171).


25

d. Karakteristik umum perkembangan remaja

Masa remaja sering dikenal dengan masa mencari jati diri, oleh

Ericson disebut dengan identitas ego (ego identity). Ini terjadi karena

masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak masa

kehidupan orang dewasa. ditinjau dari segi fisiknya, mereka sudah bukan

anak-anak lagi melainkan sudah seperti orang dewasa, tetapi jika mereka

diperlakukan seperti orang dewasa dan ternyata belum menunjukkan sikap

dewasa. oleh karena itu, ada sejumlah sikap yang ditunjukkan oleh remaja

yaitu sebagai berikut:

1) Kegelisahan

Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak

idealism, angan-angan atau keinginan yang hendak diwujudkan dimasa

depan. Namun sesungguhnya remaja belum banyak memiliki

kemampuan untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan

dan keinginannya lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya.

Selain itu, disatu pihak mereka ingin mendapatkan

pengalaman sebanyak-banyaknya untuk mendapat pengetahuan, tetapi

dipihak lain mereka merasa belum mampu melakukan berbagai hal

dengan baik sehingga tidak berani mengambil tindakan mencari

pengalaman langsung dari sumbernya. Tarik-menarik antara angan-

angan yang tinggi dengan kemampuannya yang masih belum

memadai mengakibatkan mereka diliputi perasaan gelisah (Asrori dan

Ali, 2010, p.16).


26

2) Pertentangan

Sebagai individu yang mencari jati diri, remaja berada pada situasi

psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan merasa

masih belum mampu untuk mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya

remaja sering mengalami kebingungan karena sering terjadi

pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Pertentangan

yang sering terjadi ini menimbulkan keinginan remaja untuk

melepaskan diri dari orang tua kemudian ditentangnya sendiri karena

dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman.

Remaja sebenarnya belum berani mengambil resiko dari tindakan

untuk meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi

dirinya. Tambahan pula keinginan melepaskan diri itu belum disertai

kesanggupan untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang tua dalam soal

keuangan (Asrori dan Ali, 2010, p.16).

3) Mengkhayal

Keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak semuanya

tersalurkan. Biasanya ada hambatan dari segi keuangan atau biaya.

Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan

biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya

memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya,

mereka lalu mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan

menyalurkan dunia khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan

remaja putra biasanya berkisar pada prestasi dan jenjang karir

sedangkan pada remaja putri


27

lebih mengkhayalkan romantika hidup. Khayalan ini tidak selamanya

bersifat negatif. Sebab khayalan ini kadang-kadang menghasilkan

sesuatu yang bersifat konstruktif, misalnya timbul ide-ide tertentu yang

dapat direalisasikan (Asrori dan Ali, 2010, p.17).

4) Aktivitas berkelompok

Berbagai keinginan para remaja seringkali tidak terpenuhi karena

bermacam-macam kendala, dan yang sering terjadi adalah tidak

tersedianya biaya. Adanya larangan dari orang tua sering melemahkan

atau bahkan mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja

menemukan kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan teman

sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu

kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi

bersama-bersama, dikutip dari Singgih DS (1989) oleh Asrori dan Ali

(2010, p.17).

5) Keinginan Mencoba segala sesuatu

Pada umumnya, remaja mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi

(High Curiosity). Karrena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi,

remaja cenderung ingin bertualang, menjelejah segala sesuatu yang

belum pernah dialaminya. Selain itu didorong oleh keinginan seperti

orang dewasa sehingga menyebabkan remaja ingin melakukan seperti

yang dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya dilakukan secara

sembunyi-sembunyi, misalnya remaja pria mencoba merokok karena

sering melihat orang dewasa melakukannya dan remaja putri

mencoba
28

memakai kosmetik meskipun sekolah melarang (Asrori dan Ali,

2010, p.16).

Karakteristik perkembangan yang normal terjadi pada remaja

dalam menjalankan tugas perkembangannya mencapai identitas

diri, antara lain: menilai diri secara objektif dan merencanakan untuk

mengaktualisasikan kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini

seorang remaja akan:

a) Menilai rasa identitas pribadi.

b) Meningkatkan minat pada lawan jenis.

c) Menggabungkan perubahan seks sekunder ke dalam citra

tubuh. d) Memulai perumusan tujuan okupasional.

e) Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga.

Menurut Tarwoto, et al. (2010, p.66) yang dikutip dari Hurlock

(1994) ciri-ciri remaja sebagai berikut :

1) Masa remaja sebagai masa peralihan

Peralihan dari satu tahap perkembangan ke perkembangan

berikutnya secara berkesinambungan. Pada masa ini remaja bukan

lagi seorang anak dan bukan lagi seorang dewasa. masa ini

merupakan masa yang sangat strategis, karena memberi waktu para

remaja untuk membentuk gaya hidup dan menentukan pola perilaku,

nilai-nilai dan sifat-sifat yang sesuai dengan yang diinginkan.


29

2) Masa remaja adalah masa terjadi perubahan

Sejak awal remaja, perubahan fisik terjadi dengan pasti,

perubahan perilaku dan sikap juga berkembang. Ada empat

perubahan besar yang terjadi pada remaja, yaitu perubahan emosi,

peran, minat, pola perilaku (perubahan sikap menjadi ambivalen).

3) Masa remaja dalah masa yang penuh masalah

Masalah remaja menjadi masalah yang sulit untuk diatasi.

Hal ini terjadi karena belum jelas terbiasa menyelesaikan

masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan orang lain. Akibatnya,

terkadang terjadi penyelesaian yang tidak sesuai dengan yang

diharapkan.

4) Masa remaja adalah masa mencari identitas

Identitas diri yang dicari remaja adalah berupa kejelasan siapa

dirinya di masyarakat. Remaja tidak puas dirinya sama dengan

kebanyakan orang, ia ingin memperlihatkan dirinya sebagai

individu, sementara pada saat yang sama ia ingin

mempertahankan dirinya pada kelompok sebaya.

5) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan kekuatan

Ada stigma dari masyarakat bahwa remaja adalah anak

yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung berperilaku

merusak, sehingga menyebabkan orang dewasa harus membimbing

dan mengawasi kehidupan remaja. Stigma ini akan membuat masa

peralihan remaja ke masa dewasa menjadi sulit, karena orang tua

yang mempunyai pandangan seperti ini akan selalu

mencurigai
30

remaja, sehingga menimbulkan pertentangan dan membuat

jarak antara orang tua dengan remaja.

6) Masa remaja sebagai masa yang tidak relistis

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca

matanya sendiri, baik dalam melihat dirinya maupun orang lain,

mereka belum melihat apa adanya, tetapi menginginkan

sebagaimanaa yang ia harapkan.

7) Masa remaja adalah ambang masa dewasa

Dengan berlalunya usia belasan, remaja yang semakin matang

berkembang dan memberi kesan sebagai seorang yang hampir

dewasa. ia akan memusatkan dirinya pada perilaku yang

dihubungkan dengan status orang dewasa, misalnya dalam

berpakaian dan bertindak.

e. Pengetahuan remaja

Pengetahuan (knowlodge) adalah hasil tahu dari manusia yang

menjawab pertanyaan saja. Sedangkan pengetahuan remaja merupakan

hasil dari proses belajar remaja baik dari pengalaman maupun pendidikan

formal yang dapat merubah perilaku remaja tersebut.

Semakin tinggi pengetahuan seseorang semakin tinggi pula keinginan

untuk mengetahui sesuatu. Dimana pengetahuan merupakan hasil tahu dan

ini terjadi setelah remaja belajar, baik dari pengalaman maupun dari

proses belajar. Selain itu pengetahuan sendiri dipengaruhi oleh faktor

pendidikan
31

formal dimana semakin tinggi pendidikan maka semakin

luas pengetahuannya (Asrori dan Ali, 2010, p.27).

4. Pengetahuan

a. Definisi pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003) dalam buku Dewi dan Wawan (2010,

p.11) pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia

yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan

sendiri. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan di pengaruhi oleh pendidikan formal,

pengetahuan berhubungan dengan pendidikan dan diharapkan bahwa

dengan pendidikan yang tinggi maka pengetahuan seseorang semakin

luas. Tetapi orang yang berpengetahuan rendah bukan berarti

mempunyai pengetahuan yang rendah pula. Hal ini karena peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal akan

tetapi dapat diperoleh dari formal. Pengetahuan seseorang

mengandung aspek positif dan negatif yang akan menentukan sikap

seseorang.

b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (open behavior). Dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari

oleh
32

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami
(Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana

dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dimana dapat mengintrepretasikan secara benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

yang
33

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk manyatakan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud adalah yang menunjukkan pada suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian- penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang sudah ada (Dewi

dan Wawan,

2010, pp.12-14).

c. Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) dalam buku Dewi dan Wawan (2010,

p.14) cara untuk memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut:


34

1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.

a) Cara coba salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini

dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak

berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah

tersebut dapat dipecahkan.

b) Cara kekuasaan atau otoritas

Cara ini dapat berupa pimpinan-pimpinan masyarakat baik

formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah,

dan berbagai prinsip orang lain yang menerima dan

dikemukakan orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji

terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik

berdasarkan fakta empiris atau penalarannya sendiri.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang pernah dihadapi di masa lalu.

2) Cara modern untuk memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut sebagai metode penelitian ilmiah

atau metodologi penelitian. Cara ini dikembangkan oleh Francis

Bacon
35

(1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven.

Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yaitu

penelitian ilmiah (Dewi dan Wawan, 2010, p.14).

d. Proses perilaku “tahu”

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmojo (2003)

dalam buku Dewi dan Wawan (2010, p.15). Perilaku adalah semua

kegiatan atau aktifitas manusia baik yang bisa diamati secara

langsung maupun tidak langsung dari pihak luar. Sedangkan

sebelum mengadopsi perilaku baru didalam orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yaitu:

1) Awareness (kesadaran), dimana seseorang mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Interest (tertarik), dimana individu mulai menaruh perhatian dan

tertarik pada stimulus

3) Evaluation (menimbang-nimbang), dimana individu akan

mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus

tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebik

baik lagi

4) Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru

5) Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus

Pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan

didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) namun sebaliknya


36

jika perilaku tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka

perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan dapat

berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek,

yaitu: aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan

refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan,

motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan

dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan

sosial budaya.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ada dua,


yaitu :

1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita

tertentu untuk menentukan manusia berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya

hal- hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup (Dewi dan Wawan, 2010, p.16).

Menurut Notoadmojo dan Nursalam (2003) dalam buku

Dewi dan Wawan (2010, p.17) pendidikan dapat mempengaruhi

perilaku seseorang dan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk sikap berperan dalam pembangunan dalam buku dan pada


37

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang semakin

mudah juga untuk menerima informasi.

b) Pekerjaan

Menurut Thomas (2003) dalam buku Dewi dan Wawan

(2010, p.17), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan

terutama untuk menunjang kehidupannya dan keluarganya.

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan

kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c) Umur

Menurut Elisabeth BH (2003) dalam buku Dewi dan Wawan

(2010, p.17), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja. Menurut Huclock (1998) dalam buku Dewi

dan Wawan (2010. p.17), dari segi kepercayaan masyarakat,

orang yang lebih dewasa dipercaya dari pada orang yang belum

tinggi kedewasaannya. Hal ini dari pengalaman dan kematangan

jiwa.
38

2) Faktor eksternal

a) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

f. Teori Lawrence Green

Kesehatan seseorang atau masyarakat di pengaruhi 2 faktor pokok

yaitu, faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku

(non- behavior causes). Perilaku sendiri ditentukan atau terbentuk dari

3 faktor, yaitu :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), meliputi :

Pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

2) Faktor pendukung (enabling factor), meliputi :

Lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-

fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-

obatan, alat- alat, kontrasepsi, jamban dan sebagainya.

3) Faktor pendorong (renforcing factor), meliputi :

Sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang

merupakan keompok referensi dari perilaku masyarakat.


39

Dari faktor-faktor di atas bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,

kepercayaan, tradisi dan dari orang tua atau masyarakat yang

bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku

petugas kesehatan juga mendukung dan memperkuat terbentuknya

perilaku.

g. Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Dewi dan Wawan (2010, p.18) yang di kutip dari

Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diintepretasikan dengan

skala yang bersifat kualitatif, yaitu:

1) Baik : hasil prosentase 76% - 100%.

2) Cukup : hasil prosentase 56% - 75%.

3) Kurang : hasil prosentase > 56%.


40

B. Kerangka teori

Faktor presdiposisi:

a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Tradisi

d. Kepercayaan

e. Sistem Nilai

f. Tingkat
Pendidikan

g. Tingkat Sosial
41

Faktor pendukung: Vulva Keputihan


Sarana dan Prasarana Hygiene

Faktor pendorong:

a. Sikap Petugas
kesehatan

b. Perilaku Petugas
kesehatan

Gambar 2. 1.Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)

------------ : Yang tidak diteliti

: Yang diteliti
C. Kerangka konsep
Variabel bebas Variabel terikat
(Independent) (Dependent)

Tingkat Pengetahuan Keputihan Pada Remaja


Vulva Hygiene Putri

Gambar 2.2.Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan

tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja

putri usia

14-17 tahun di Desa Pendosawalan Kecamtan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.

Anda mungkin juga menyukai