Anda di halaman 1dari 108

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.

I DENGAN FLOUR ALBUS DI

SUGRIWO BARU RT 07 / RW 03 KELURAHAN KRAPYAK

Di Susun Oleh:

Nama : Marniati Ndekano

NIM : 2008047

Kelompok : V

FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEMARANG
2021

FLOUR ALBUS
A. KONSEP DASAR TEORI

1. Definisi

Flour albus/keputihan adalah merupakan tanda dan gejala yang

ditandai dengan keluarnya cairan dari alat kelamin wanita yang tidak

berupa darah di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai

rasa gatal setempat. Penyebab keputihan dapat secara normal (fisiologis)

maupun (patologis) yang dipengaruhi oleh hormone tertentu. Cairanyya

berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan

laboratorium tidak menunjukkan ada kelainan. Hal ini dapat tampak pada

perempuan yang terangsang pada waktu senggama atau saat masa subur

(ovulasi) (Kusmiran,E,2011 dalam Megawati, 2017).

Sedangkan Keputihan/Flour albus yang tidak normal (patologis) biasa

disebabkan oleh infeksi/peradangan yang terjadi karena mencuci vagina

dengan air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian

pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan

adanya benda asing dalam vagina.Selain karena infeksi, keputihan dapat

juga disebabkan oleh masalah hormonal, celana yang tidak menyerap

keringat, dan penyakit menular seksual. Cairanyya berwarna

putih/hijau/kuning, berbau, sangat gatal dan disertai nyeri perut bagian

bawah. Jika seseorang mengalami hal seperti itu, maka orang tersebut
harus segera berobat ke dokter. Pengobatan akan disesuaikan dengan

penyebabnya (Kusmiran,E,2011 dalam Megawati, 2017).

Flour Albus adalah keluarnya cairan dari vagina yang menimbulkan

perasaan kurang nyaman (Jamaan, 2013).

Flour Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita.

Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa

gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula

disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau

bersenggama (Shadine, 2012).

2. Etiologi

a. Infeksi pada vagina

Infeksi dapat disebkan oleh jamur (Candida Albicans), parasit

(Tricomonas vaginalis), bakteri (Gonorrhea/Chlamydia), dan virus

(Human papilloma virus). Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni,

bacterial vaginosis, trikomonas, dan kandidiasis.Bakterial vaginosis

merupakan gangguan vaginayang sering terjadi ditandai dengan

keputihan dan bau tak sedap.Hal ini disebabkan oleh lactobacillus

menurun, bakteri pathogen (penyebab infeksi) meningkat, dan pH

vagina meningkat.

b. Faktor hygiene yang jelek

Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat menyebabkan

timbulnya keputihan.Hal ini terjadi karena kelembaban vagina yang


meningkat sehingga bakteri pathogen penyebab infeksi mudah

menyebar.

c. Pemakaian obat-obatan (antibiotic, kortikostiroid, dan pil KB)

Dalam waktu lama. Karena pemakaian obat-obatan khususnya

antibiotic yang terlalu lama dapat menimbulkan system imunitas dalam

tubuh.Sedangkan penggunaan KB mempengaruhi keseimbangan

hormonal wanita.Biasanya pada wanita yang mengkomsumsi antibiotic

timbul keputihan.

d. Stress

Otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi jika reseptor

otak mengalami stress maka hormonal didalam tubuh mengalami

perubahan keseimbangan dan dapat menyebabkan timbulnya keputihan.

e. Alergi

Penyebab lain keputihan adalah alergi akibat benda-benda yang

dimasukkan secara sengaja atau tidak sengaja ke dalam vagina, seperti

tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut kemaluan, benang yang

berasal dari selimut, celana,dan lainnya. Biasanya karna luka seperti

tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang berlangsung lama. Karena

keputihan, seorang ibu bahkan bias kehilangan bayinya.akibat

keputihan pada kehamilan.

f. Infeksi
1) Keputihan akibat infeksi yang terjadi pada masa kehamilan akan

meningkatkan risiko persalinan premature dan janinyya juga

beresiko mengalami infeksi.

2) Namun jika keputihan disertai gatal-gatal dan berbau segera periksa

ke dokter anda. Karena dengan kondisi ini kemungkinan terjadi

adanya infeksi,jika tidak segera mendapatkan pengobatan dapat

menyebabkan perlunakan dalam leher rahim dan akan timbul

kontraksi sebelum waktunya.

3) Dari beberapa penelitian, menyatakan bahwa persalina premature

banyak disebabkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang

diakibatkan oleh infeksi keputihan yang tidak diobati.

4) Misalnya, pada infeksi clamidia dapat terjadi keguguran hingga

persalinan sebelum waktunya (persalian premature). Infeksi virus

herpes simpleks dapat menyebabkan radang pada otak bayi

(ensefalitis). Infeksi jamur candida sp dapat meningkatkan resiko

terjadinya ayan (epilepsy). Inveksi Virus HPV dapat menyebabkan

terjadinya papiloma laring pada bayi yang menyebabkan gangguan

pernafasan dan gannguan pencernaan bayi hingga kematian.

Infeksi bakteri neisserea gonorrhoeae dapat menyebabkan infeksi

pada mata bayi hingga terjadi kebutaan.( Setiawati,D, 2013: 247-

248)

Menurut Kuncoro (2012), mengatakan bahwa penyebab keputihan

secara umum adalah :


1) Sering memakai tissue saat membasuh bagian kewanitaan, setelah

buang air kecil atau besar

2) Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis

3) Memakai pantyliner (pembalut mini) dan jarang menggantinya

4) Membilas vagina dari arah yang salah, yaitu dari anus ke arah

depan vagina

5) Sering bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain

6) Kebersihan vagina yang kurang terjaga

7) Kelelahan yang amat sangat

8) Mengalami stres

9) Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi

10) Memakai sembarangan sabun untuk membasuh vagina

11)Tidak menjalani pola hidup sehat (makan tidak teratur, tidak pernah

olahraga, kurang tidur)

12) Lingkungan sanitasi yang kotor

13) Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas, jamur yang

menyebabkan keputihan lebih mungkin tumbuh dikondisi hangat

14) Sering berganti pasangan dalam berhubungan seksual

15) Hormon yang tidak seimbang

3. Manifestasi Klinis

Menurut Sibagariang dkk (2010) dalam Alexandria (2017), ada

beberapa gejala Flour Albus, anatara lain :


1) Sekret yang berlebihan seperti susu dan dapat menyebabkan labia

menjadi terasa gatal, umumnya disebabkan oleh infeksi jamur kandida

dan biasa terjadi pada kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil

KB.

2) Sekret yang berlebihan berwarna putih kehijauan atau kekuningan dan

berbau tak sedap, kemungkinan disebabkan oleh infeksi trikomonas

atau ada benda asing di vagina.

3) Keputihan / Flour Albus yang disertai nyeri perut di bagian bawah atau

nyeri panggul belakang, kemungkinan terinfeksi sampai pada organ

dalam rongga panggul.

4) Sekret sedikit atau banyak berupa nanah, rasa sakit dan panas saat

berkemih atau terjadi saat hubungan seksual, kemungkinan disebabkan

oleh infeksi gonorhoe.

5) Sekret kecoklatan (darah) terjadi saat senggama, kemungkinan

disebabkan oleh erosi pada mulut rahim.

6) Sekret bercampur darah dan disertai bau khas akibat sel -sel mati,

kemungkinan adanya sel - sel kanker pada serviks.

4. Patofisiologi

Sebenarnya didalam alat genital wanita terdapat mekanisme

pertahanan tubuh berupa bakteri yang menjaga kadar keasaman pH vagina.

Normalnya angka keasaman pada vagina berkisar antara 3,8 – 4,2.

Sebagian besar, hingga 95% adalah bakteri laktobasilus dan selebihnya

adalah bakteri pathogen (yang menimbulkan penyakit). Biasanya ketika


ekosistem didalam keadaan seimbang bakteri patogen tidak akan

mengganggu. Masalah baru ketika kondisi asam ini turun alias lebih besar

dari 4,2. Bakteri - bakteri laktobasilus gagal menandingi bakteri patogen.

Ujungnya, jamur akan berjaya dan terjadilah keputihan. Data penelitian

tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan 75% wanita di dunia

pasti menderita keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45%

diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih (Shadine,

2012).

5. Pathways

6. Pemeriksaan Penunjang

Sebelum melakukan tindakan pengobatan, perlu dilakukan langkah-

langkah pemeriksaan guna mengetahui penyebab keputihan. Berbagai

langkah pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan usia, keluhan yang


dirasakan, sifat-sifat cairan yang keluar, kaitannya dengan menstruasi,

ovulasi, serta kehamilan. Selain itu, tindakan ini juga harus ditunjang oleh

pemeriksaan laboratorium yang memadai (Bahari, 2012).

1. Pemeriksaan langsung

Pada pemeriksaan langsung di sekitar alat kelamin luar, bisa terlihat

bibir kemaluan, muara kandung kencing, anus, dan lipatan paha.

Perhatikan apakah tampak bercak kemerahan yang terasa gatal,

perhatikan juga ada luka lecet, kutil berbentuk jengger ayam,

gelembung-gelembung kecil berisi cairan yang dasarnya kemerahan,

dan cairan keputihan yang bisa ditentukan jumlahnya (sedik atau

banyak), konsistensi (encer, agak kental, kental), warna (putih, putih

kekuningan, kuning kehijauan), sifat (bergumpal, berbuih), dan baunya

(tidak berbau, bau amis, asam, apak, busuk) (Dalimartha, 2002).

2. Pemeriksaan laboratorium

Berbeda dengan pemeriksaan langsung, pemeriksaan yang

dilakukan di laboratorium dilakukan dengan cara mengambil sampel

cairan keputihan. Cairan keputihan tersebut bisa langsung diperiksa

dengan mikroskop atau diberi warna terlebih dahulu, kemudian

diperiksa dengan mikroskop (Bahari, 2012).

3. Pemeriksaan darah

Dari pemeriksaan darah juga bisa diketahui apakah penderita

terinfeksi oleh penyakit kelamin seperti melalui pemeriksaan Venereal


Desease Research of Laboratory (VDRL) dan Trephonema Pallidum

Hemaglutination Test (TPHA) (Dalimartha, 2002).

4. Pemeriksaan spekulum

Pemeriksaan dalam dilakukan pada perempuan yang telah menikah

dengan menggunakan alat untuk melebarkan saluran vagina yang

disebut spekulum. Dengan alat ini bisa dilihat saluran vagina dan leher

rahim (serviks), apakah ada peradangan (kemerahan), erosi, atau bercak

putih. Juga bisa terlihat bila ada benda asing yang tinggal di saluran

vagina, tumor, papiloma atau kecurigaan adanya kanker serviks

(Dalimartha, 2002).

3. Pemeriksaan biopsi

Untuk melakukan pemeriksaan lanjutan, bisa dilakukan tindakan

biopsi, yaitu dengan cara mengambil sel-sel lepas. Proses pengambilan

ini dilakukan dengan cara mengeroknya dari selaput lendir rahim

kemudian hasil biopsi tersebut diperiksa oleh ahli patologi anatomi.

Tujuannya adalah mengetahui adanya kemungkinan kanker atau infeksi

yang terjadi hanya merupakan infeksi biasa (Bahari, 2012).

7. Komplikasi

Keputihan normal dan abnormal mempunyai dampak pada wanita.

Keputihan normal menyebabkan rasa tidak nyaman pada wanita sehingga

dapat mempengaruhi rasa percaya dirinya. Keputihan patologis yang

berlangsung terus menerus akan mengganggu fungsi organ reproduksi

wanita khususnya pada bagian saluran indung telur yang dapat


menyebabkan infertilitas. Pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran,

Kematian Janin dalam Kandungan (KJDK), kelainan kongenital, lahir

prematur (Kasdu, 2008). Selain itu infeksi oleh kuman atau bakteri yang

masuk ke vagina sehingga terjadi keputihan yang berlanjut ke tahap yang

lebih parah dan berisiko untuk terjadinya kasus Infeksi Menular 12

Seksual (IMS), hal ini begitu buruk bagi remaja putri yang kelak akan

menikah dan sebagai penular kepada suaminya sebagai pasangan seksual

(BKKBN, 2012)

8. Pencegahan

Tindakan pencegahan keputihan dapat dilakukan seperti berikut:

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat

cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan.

2) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom

untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.

3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap

kering dan tidak lengkap misalnya dengan menggunakan celana dengan

bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana yang terlalu

ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya

untuk mencegah bakteri berkembang biak.

4) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu

dari arah depan ke belakang.


5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena

dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu konsultasi medis

dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

6) Hindari penggunaan bedak talcum, tisu atau sabun dengan pewangi pada

daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti

meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya. Sebisa mungkin tidak

duduk di atas kloset di WC umum atau membiasakan untuk mengelap

dudukan kloset sebelum menggunakannya.

9. Penatalaksanaan

Menurut Sibagariang dkk (2010) dalam Alexandria D. M (2017)

untuk menghindari komplikasi yang serius dari Flour Albus, sebaiknya

penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan

kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga

memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda,

coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk. Penatalaksanaan

Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau

parasit. Umumnya diberikan obat - obatan untuk mengatasi keluhan dan

menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat - obatan

yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari

golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan

metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat

dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang
dioleskan dan vulva yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina.

Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga

diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak

berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,

dianjurkan untuk menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan

pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga ringan, istirahat cukup,

hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

2) Setia kepada pasangan untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.

3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering

dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang

menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasanya untuk

mengganti pembalut, panty liner pada waktunya untuk mencegah bakteri

berkembang biak.

4) Biasanya membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah

depan ke belakang.

5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat

mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu

sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

6) Hindari penggunaan bedak talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada daearah

vagina karena dapat menyebabkan iritasi.


7) Hindari pemakaian barang - barang yang memudahkan penularan seperti

meminjam perlengkapan mandi. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di

WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

10. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian Fokus

a. Identitas

Pengkajian indentitas terdiri dari nama pasien,umur jenis kelamin,

suku/ bangsa agama, status perkawinan pendidikan, pekerjaan

alamat tanggal masuk, nomor rekam medik dan diagnosa medis.

Selanjutnya identitas penanggung jawab yang terdiri dari nama, umur,

hubungan dengan pasin, suku/bangsa, agam, pendidika dan pekerjaan.

b. Riwayat Keperawatan

Pengakjian riwayat keperwatan terdiri dari :

a. Keluhan utama

b. Riwayat kesehatan sekarang

c. Riwayat kesehatan yang lalu

d. Riwayat kesehatan keluarga

e. Riwayat reproduksi riwayat haid (menarche, durasi haid, siklus haid,

keluhan haid)

f. Riwayat Obsetri

Anak Ke Kehamilan Persalinan Anak


No Tahun Umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit Jenis BB PJ

Kehamilan Klmn
6. Riwayat Keluarga Berencana
7. Pengkajian Pola Fungsional Gordon

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

b. Pola nutrisi

c. Pola eliminasi

d. Pola aktivitas dan latihan

e. Pola persepsi dan kognitif

f. Pola tidur dan istirahat

g. Pola persepsi diri dan kognitif

h. Pola hubungan sosial

i. Pola seksualitas dan reproduksi

j. Persepsi diri dan konsep diri

k. Pola Mekanisme Koping

l. Pola nilai dan kepercayaan/ agama

8. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran

b. Tekanan Darah

c. Nadi

d. Pernafasan

e. Suhu tubuh

f. Berat badan

g. Tinggi Badan

h. LILA

i. Kepala
j. Mata

k. Hidung

l. Telinga

m. Mulut

n. Leher

o. Dada

p. Paru, Jantung

q. Perut

r. Genitalia

s. Ekstrimitas

t. Kulit

9. Data Penunjang

10. Pemeriksaan Diagnostik

11. Program Therapi

12. Diit

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Berikut ini diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI

tahun 2018 :

1). Nyeri akut (D.0077)

 Definisi

Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual dan fungsional, dengan onset mendadak


atau lambat dan berirentesitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan

 Batasan karakteristik

DS :

- Mengeluh nyeri

DO :

- Tampak meringis

- Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri)

- Gelisah

- Frekuensi nadi meningkat

- Sulit tidur

- Tekanan darah meningkat

- Pola nafas berubah

- Nafsu makan berubah

- Proses berpikir terganggu

- Menarik diri

- Berfokus pada diri sendiri

- Diaforesis

 Faktor penyebab

- Agen pencedera fisiologis (misalnya, inflamasi, iskemia,

neoplasma)

- Agen pencedera kimiawi (misalnya, terbakar, bahan kimia iritan)


- Agen pencedera fisik (misalnya, abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat beban berat, prosedur operasi, trauma,

latihan fisik berlebihan)

2). Ansietas (D.0080)

 Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek

yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

 Batasan karakteristik

DS :

- Merasa bingung

- Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

- Sulit berkosentrasi

- Mengeluh pusing

- Anoreksia

- Palpitasi (jantung berdebar)

- Merasa tidak berdaya

DO :

- Tampak gelisah

- Tampak tegang

- Sulit tidur

- Frekuensi nafas meningkat

- Frekuensi nadi meningkat


- Tekanan darah meningkat

- Diaforesis (berkeringat dingin)

- Tremor

- Muka tampak pucat

- Suara bergetar

- Kontak mata buruk

- Sering berkemih

- Berorientasi pada masa lalu

 Faktor penyebab

- Krisis situasional

- Kebutuhan tidak terpenuhi

- Krisis maturasional

- Ancaman terhadap konsep diri

- Ancaman terhadap kematian

- Kekhawatiran mengalami kegagalan

- Disfungsi sistem keluarga

- Hubungan orang tua anak tidak memuaskan

- Faktor keturunan (temperamen mudah teragetasi sejak lahir)

- Penyalahgunaan zat

- Terpapar bahaya lingkungan

- Kurang terpapar informasi

3). Hipertermia (D.0130)

 Definisi
Suhu tubuh meningkat diatas normal.

 Batasan karakteristik

DS : -

DO :

- Suhu tubuh diatas nilai normal

- Kulit merah

- Kejang

- Takikardi (nadi cepat)

- Takipnea (nafas cepat)

- Kulit terasa hangat

 Faktor penyebab

- Dehidrasi

- Terpapar lingkungan panas

- Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)

- Ketidaksesuain pakaian dan suhu lingkungan

- Peningkatan laju metabolisme

- Respon trauma

- Penggunaan inkubator

4). Resiko gangguan integritas kulit/jaringan (D.0139)

 Definisi

Beresiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau

epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia,

otot, tendon, tulang, kartilago,kapsul sendi danatau ligamen).


 Faktor resiko penyebab

- Perubahan sirkulasi

- Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)

- Kekurangan atau kelebihan volume cairan

- Penurunan mobilitas

- Bahan kimia iritatif

- Suhu lingkungan yang ekstrim

- Faktor mekanis (misalnya penekanan, gesekan) atau faktor

elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangan tinggi)

- Terapi radiasi

- Kelembaban

- Proses penuaan

- Neuropati perifer

- Perubahan pigmentasi

- Perubahan hormonal

- Penekanan pada tonjolan tulang

- Kurang terpapar informasi tentang upaya

mempertahankan/melindungi integritas jaringan


3. Intervensi

Berikut ini adalah tujuan dan kriteria hasil serta intervensi keperawatan

menurut SLKI 2019 dan SIKI 2018 :

Tujuan &

No Diagnosa Kode Kriteria Hasil Intervensi

Keperawatan
1 Nyeri akut D.0077 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri

tindakan Observasi

keperawatan - Identifikasi lokasi,

selama 3 X 24 karakteristik, durasi,

jam maka frekuensi, kualitas,

diharapkan intensitas nyeri

tingkat nyeri - Identifikasi skala

menurun dengan nyeri

kriteria hasil : - Identifikasi respons

- Kemampuan nyeri non verbal

menuntaskan - Identifikasi faktor

aktivitas yang memperberat

meningkat dan memperingan

- Keluhan nyeri nyeri

menurun - Identifikasi

- Meringis pengetahuan dan

menurun keyakinan tentang


- Sikap protektif nyeri

menurun - Identifikasi

- Gelisah pengaruh budaya

menurun terhadap respon

- Kesulitan tidur nyeri

menurun - Identifikasi

- Menarik diri pengaruh nyeri pada

menurun kualitas hidup

- Berfokus pada - Monitor

diri sendiri keberhasilan terapi

menurun komplementer yang

- Diaforesis sudah diberikan

menurun - Monitor efek

- Perasaan samping penggunaan

depresi analgetik

(tertekan) Terapeutik

menurun - Berikan teknik

- Perasaan takut nonfarmakologis

mengalami untuk mengurangi

cedera rasa nyeri (mis.

berulang TENS, hipnosis,

menurun akupresur, terapi

- Anoreksia musik, biofeedback,


menurun terapi pijat,

- Perineum aromaterapi, teknik

terasa tertekan imajinasi

menurun terbimbing,

- Uterus teraba kompres

membulat hangat/dingin, terapi

menurun bermain)

- Ketegangan - Kontrol lingkungan

otot menurun yang memperberat

- Pupil dilatasi rasa nyeri (mis.

menurun suhu ruangan,

- Muntah pencahayaan,

menurun kebisingan)

- Mual menurun - Fasilitasi istirahat

- Frekuensi nadi dan tidur

membaik - Pertimbangkan jenis

- Pola nafas dan sumber nyeri

membaik dalam pemilihan

- Tekanan darah strategi meredakan

membaik nyeri

- Proses berpikir Edukasi

membaik - Jelaskan penyebab,

- Fokus periode, dan pemicu


membaik nyeri

- Fungsi - Jelaskan strategi

berkemih meredakan nyeri

membaik - Anjurkan

- Perilaku memonitor nyeri

membaik secara mandiri

- Nafsu makan - Anjurkan

membaik menggunakan

- Pola tidur analgetik secara tepat

membaik - Ajarkan teknik

(L.08066) nonfarmakologis

untuk mengurangi

rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu

(I.08238)
2 Ansietas D.0080 Setelah dilakukan Reduksi Ansietas

tindakan Observasi

keperawatan - Identifikasi saat

selama 3 X 24 tingkat ansietas

jam maka berubah (misalnya

diharapkan kondisi, waktu dan

tingkat ansietas stressor)


menurun dengan - Identifikasi

kriteria hasil : kemampuan

- Verbalisasi mengambil

kebingungan keputusan

menurun - Monitor tanda -

- Verbalisasi tanda ansietas

khawatir (verbal dan

akibat kondisi nonverbal)

yang dihadapi Teraputik

menurun - Ciptakan suasana

- Perilaku terapeutik untuk

gelisah menumbuhkan

menurun kepercayaan

- Perilaku - Temani pasien

tegang untuk mengurangi

menurun kecemasan, jika

- Keluhan memungkinkan

pusing - Pahami situasi yang

menurun membuat ansietas

- Anoreksia - Dengarkan dengan

menurun penuh perhatian

- Palpitasi - Gunakan

menurun pendekatan yang


- Frekuensi tenang dan

pernapasan meyakinkan

menurun - Tempatkan barang

- Frekuensi nadi pribadi yang

menurun memberikan

- Tekanan darah kenyamanan

menurun - Motivasi

- Diaforesis mengidentifikasi

menurun situasi yang

- Tremor memicu kecemasan

menurun - Diskusikan

- Pucat menurun perencanaan

- Kosentrasi realistis tentang

membaik peristiwa yang akan

- Pola tidur datang.

membaik Edukasi

- Perasaan - Jelaskan prosedur

keberdayaan termasuk sensasi

membaik yang mungkin

- Kontak mata dialami

membaik - Informasikan secara

- Pola berkemih faktual mengenai

membaik diagnosi,
- Orientasi pengobatan dan

membaik prognosis

(L.09093) - Anjurkan keluarga

untuk tetap bersama

pasien, jika perlu

- Anjurkan

melakukan kegiatan

yang tidak

kompetitif, sesuai

kebutuhan

- Anjurkan

mengungkapkan

perasaan dan

persepsi

- Latih kegiatan

pengalihan untuk

mengurangi

ketegangan

- Latih penggunaan

mekanisme

pertahanan diri

yang tepat

- Latih teknik
relaksasi

Kolaborasi

- Kolaborasi

pemberian obat

ansietas, jika perlu

(I.09314)

Terapi relaksasi

Observasi

- Identifikasi

penurunan tingkat

energi,

ketidakmampuan

berkonsentrasi,

atau gejala lain

yang mengganggu

kemampuan

kognitif

- Identifikasi teknik

relaksasi yang

pernah efektif

digunakan

- Identifikasi

kesediaan,
kemampuan, dan

penggunaan teknik

sebelumnya

- Periksa ketegangan

otot, frekuensi

nadi, tekanan darah

dan suhu sebelum

dan sesudah latihan

- Monitor respon

terhadap terapi

relaksasi

Terapeutik

- Ciptakan

lingkungan yang

tenang dan tanpa

gangguan dengan

pencahayaan dan

suhu ruang

nyaman, jika

memungkinkan

- Berikan infirmasi

tertulis tentang

persiapan dan
prosedur teknik

relaksasi

- Gunakan pakaian

longgar

- Gunakan nada

suara lembut

dengan irama

lambat dan

berirama

- Gunakan relaksasi

sebagai strategi

penunjang dengan

anageltik atau

tindakan medis

lain, jika sesuai

Edukasi

- Jelaskan tujuan,

manfaat, batasan,

dan jenis relaksasi

yang tersedia

(misalnya musik,

meditasi, nafas

dalam, relaksasi
otot progresif)

- Jelaskan secara

rinci intervensi

relaksasi yang

dipilih

- Anjurkan

mengambil posisi

nyaman

- Anjurkan rileks

dan merasakan

sensasi relaksasi

- Anjurkan sering

mengulangi atau

melatih teknik

yang dipilih

- Demonstrasikan

dan latih teknik

relaksasi (misalnya

nafas dalam,

peregangan atau

imajinasi

terbimbing)

(I.09326)
3 Hipertermia D.0130 Setelah dilakukan Manajemen
tindakan Hipertermia

keperawatan Observasi

selama 3 X 24 - Identifikasi

jam maka penyebab

diharapkan hipertermia

termoregulasi (misalnya dehidrasi,

membaik terpapar lingkungan

menurun dengan panas, penggunaan

kriteria hasil : inkubator)

- Mengigil - Monitor suhu tubuh

menurun - Monitor kadar

- Kulit merah elektrolit

menurun - Monitor haluaran

- Kejang urine

menurun - Monitor komplikasi

- Akrosianosis akibat hipertermia

menurun Terapeutik

- Konsumsi - Sediakan

oksigen lingkungan yang

menurun dingin

- Piloereksi - Longgarkan atau

menurun lepaskan pakaian

- Vasokontriksi - Bahasahi dan kipasi


perifer menurun permukaan tubuh

- Kutis memorata - Berikan cairan oral

menurun - Ganti linen setiap

- Pucat menurun hari atau lebih

- Takikardi sering jika

menurun mengalami

- Takipnea hiperhidrosis

menurun (keringat berlebih)

- Bardikardi - Lakukan

menurun pendinginana

- Dasar kuku eksternal (misalnya

sianotik selimut hipotermia,

menurun atau kompres dingin

- Hipoksia pada dahi, leher,

menurun dada, abdomen,

- Suhu tubuh aksila)

membaik - Hindari pemberian

- Suhu kulit antipiretik atau

membaik aspirin

- Kadar glukosa - Berikan oksigen,

darah membaik jika perlu

- Pengisian Edukasi

kapiler - Anjurkan tirah


membaik baring

- Ventilasi Kolaborasi

membaik - Kolaborasi

- Tekanan darah pemberian cairan

membaik dan elektrolit

(L.14134) intravena, jika perlu

(I.15506)

Regulasi

Temperatur

Observasi

- Monitor suhu bayi

sampai stabil (36,5


O
C - 37,5 OC)

- Monitor suhu tubuh

anak tiap dua jam,

jika perlu

- Monitor tekanan

darah, frekuensi

pernapasan dan nadi

- Monitor warna dan

suhu kulit

- Monitor tanda dan

gejala hipotermia
atau hipertermia

- Terapeutik

- Pasang alat

pemantau suhu

kontinu, jika perlu

- Tingkatkan asupan

cairan dan nutrisi

yang adekuat

- Bedong bayi segera

setelah lahir untuk

mencegah

kehilangan panas

- Masukkan bayi

BBLR segera

setelah lahir

(misalnya bahan

polyethinlene,

polyurethane)

- Gunakan topi bayi

untuk mecegah

kehilangan panas

pada bayi baru lahir

- Tempatkan bayi
baru lahir di bawah

radiant warmer

- Pertahankan

kelembaban

inkubator 50% atau

lebih untuk

mengurangi

kehilangan panas

karena proses

evaporasi

- Atur suhu inkubator

sesuai kebutuhan

- Hangatkan terlebih

dahulu bahan -

bahan yang kontak

dengan bayi

(misalnya selimut,

kain bendongan,

stetoskop)

- Hindari meletakkan

bayi di dekat

jendela terbuka atau

di area aliran
pendingin ruangan

atau kipas angin

- Gunakan matras

penghangat, selimut

hangat dan

penghangat ruangan

untuk menaikkan

suhu tubuh, jika

perlu

- Gunakan kasur

pendingin, water

circulating

blankets, ice pack

atau gel pad dan

intravascular

cooling

catheterization

untuk menurunkan

suhu tubuh

- Sesuaikan suhu

lingkungan dengan

kebutuhan pasien

- Edukasi
- Jelaskan cara

pencegahan heat

exhaustion dan heat

stroke

- Jelaskan cara

pencegahan

hipotermi karena

terpapar udara

dingin

- Demonstrasikan

teknik perawatan

metode kanguru

(PMK) untuk bayi

BBLR

Kolaborasi

- Kolaborasi

pemberian

antipiretik, jika

perlu

(I.14578)
4. Resiko D.0139 Setelah dilakukan Perawatan

kerusakan tindakan Integritas Kulit

gangguan keperawatan Observasi

integritas selama 3 X 24 - Identifikasi


kulit/jaringan jam maka penyebab

diharapkan gangguan integritas

integritas kulit kulit (misalnya

dan jaringan perubahan

meningkat sirkulasi,

dengan kriteria perubahan status

hasil : nutrisi, penurunan

- Elastisitas kelembaban, suhu

meningkat lingkungan

- Hidrasi ekstrim, penurunan

meningkat mobilitas)

- Perfusi Terapeutik

jaringan - Ubah posisi tiap 2

meningkat jam jika tirah

- Kerusakan baring

jaringan - Lakukan pemijatan

menurun pada area

- Kerusakan penonjolan tulang,

lapisan kulit jika perlu

menurun - Bersihkan perineal

- Nyeri menurun dengan air hangat,

- Perdarahan teruta selama

menurun periode diare


- Kemerahan - Gunakan produk

menurun berbahan petrolium

- Hematoma atau minyak pada

menurun kulit kering

- Pigmentasi - Gunakan produk

abnormal berbahan ringan

menurun atau alami dan

- Jaringan parut hipoalergik pada

menurun kulit sensitif

- Nekrosis - Hindari produk

menurun berbahan dasar

- Abrasi kornea alkohol pada kulit

menurun kering

- Suhu kulit Edukasi

membaik - Anjurkan

- Sensasi menggunakan

membaik pelembab

- Tekstur (misalnya lotion,

membaik serum)

- Pertumbuhan - Anjurkan minum

rambut air yang cukup

membaik - Anjurkan

(L.14125) meningkatkan
asupan nutrisi

- Anjurkan

meningkatkan

asupan buah dan

sayur

- Anjurkan

menghindari

paparan suhu

ekstrim

- Anjurkan

menggunakan tabir

surya SPF minimal

30 saat berada

diluar rumah

- Anjurkan mandi

dan menggunakan

sabun secukupnya

(I.11353)
A. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian: Senin, 16 Maret 2021 Jam: 15.00

I. Identitas

Nama pasien : Nn. I

Umur : 22 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum kawin

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan

Alamat : Sugriwo Baru Kel. Krapyak

Diagnosa Medis : Flour Albus

Penanggung jawab :

Nama : Tn. A

Umur : 26 tahun

Hubungan dg pasien : Kakak

Suku/ bangsa : Jawa/Indonsia


Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan

II. Riwayat Keperawatan

1. Keluhan Utama

Klien mengeluh gatal di daerah kewanitaan dan keluar cairan berwarna

kuning berbau busuk.

2. Riwayat kesehatan Sekarang

Klien mengatakan keluar cairan warna kuning berbau busuk dan

disertai gatal - gatal sejak dua hari yang lalu. Upaya dilakukan klien

untuk mengatasi keluhannya yaitu dengan membasuh area kewanitaanya

menggunakan air.

3. Riwayat kesehatan yang lalu

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit. Klien juga

tidak pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya saat ini.

4. Riwayat kesehatan keluarga

Klien mengatakan bapaknya mempunyai penyakit hipertensi sejak

dua tahun lalu.

5. Riwayat Reproduksi

a. Riwayat haid

Menarche: usia 14 tahun

Siklus haid : 28 hari


Durasi haid : 4 hari

Keluhan haid: Sedikit nyeri

b. Riwayat Obsetri

Tidak dikaji (klien belum penah hamil).

6. Riwayat Keluarga Berencana

Tidak dikaji (klien belum menikah).

8. Pengkajian Pola Fungsional Gordon

m. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Klien mengatakan kesehatan itu penting dengan bada sehat klien

dapat melakukan aktivitas sehari - hari dengan baik.

Klien mandi 2 kali sehari namun kadang jika sibuk klien hanya

mandi 1 kali dalam sehari.

n. Pola nutrisi

Sebelum sakit:

Klien makan 3 kali kadang 2 kali sehari. Klien makan nasi ikan

dan lauk pauk. Kadang klien makan cemilan seperti roti, gorengan

dan snek.

Saat sakit;

Klien makan 3 kali kadang 2 kali sehari. Klien makan nasi ikan

dan lauk pauk. Kadang klien makan cemilan seperti roti, gorengan

dan snek.

o. Pola eliminasi

 Pola BAB
Sebelum sakit :

Klien BAB 1 kali sehari kadang 2 kali sehari warna feses

kuning dengan konsistensi setengah padat .

Saat sakit:

Klien BAB 1 kali sehari warna feses kuning dengan

konsistensi setengah padat.

 Pola BAK

Sebelum sakit:

Klien BAK 3 - 4 kali sehari, warna urin kuning.

Saat sakit:

Klien BAK 3 – 4 kali sehari warna urin kuning.

p. Pola aktivitas dan Latihan

Klien sehari - harinya bekerja sebagai karyawan pabrik. Klien

tidak biasa melakukan kegiatan olahraga. Keadaan klien saat ini tidak

mempengaruhi aktivitas kerjanya, namun klien merasa sedikit tidak

nyaman dengan keputihan yang dialaminya, klien merasa cemas

dengan keputihan yang dialaminya.

q. Pola persepsi dan kognitif

Klien mengatakan kurang paham tentang keputihan. Klien tidak

tahu penyebab dan penanganan dari keputihan. Klien juga

mengatakan sebelumnya belum pernah mendapatkan pendidikan

kesehatan tentang keputihan

r. Pola tidur dan istirahat


Sebelum sakit :

Klien tidur 5 jam sehari. Tidur jam 12 malam bangun jam 5

pagi.

Saat sakit:

Klien tidur 6 jam sehari. Klien tidur jam 11 malam bangun jam 5

pagi.

Tidak ada gangguan dalam pola tidur.

s. Pola persepsi diri dan kognitif

Klien berharap setelah menjalani perawatan keputihan yang

dialaminya bisa sembuh.

Perasaan klien saat ini baik. Perilaku nonverbal klien sesuai

dengan perilaku verbalnya. Klien dapat menjawab pertanyaan yang

diajukan perawat.

t. Pola hubungan social

Klien dapat berkomunikasi dengan keluarga dan orang lain

dengan baik. Klien mampu mengekspresikan perasaannya dan

mampu memahami orang lain baik.

u. Pola seksualitas dan reproduksi

Klien mengatakan masih menstruasi. Menstruasi teratur setiap

akhir bulan. Lama haid empat hari. Klien merasakan sedikit nyeri

saat haid. Klien belum menikah.

v. Persepsi diri dan konsep diri

a. Persepsi diri
Klien berharap setelah menjalani perawatan klien dapat

sembuh dari sakitnya, sehingga dia boleh bekerja lagi.

b. Konsep diri

1) Citra diri/body image

Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya.

Klien tetap bersyukur apapun keadaan tubuhnya saat ini.

2) Identitas

Klien merupakan karyawan di pabrik Farly. Klien puas

terhadap status dan posisinya di pabrik tersebut. Klien juga

puas dengan identitasnya sebagai perempuan.

3) Harga diri

Keluarga mengatakan klien merupakan anak yang baik

dan suka bergaul dengan orang lain. Keluarga tampak

menyayangi klien. Klien tetap menerima dan bersyukur

apapun keadaannya saat ini.

w. Pola Mekanisme Koping

Klien mengatakan saat ada masalah klien selalu menceritakan

kepada keluarganya dan mencari solusi bersama - sama atas

permasalahan yang dihadapinya.

x. Pola nilai dan kepercayaan/ agama

Klien beragama islam yang setiap hari melakukan sholat. Klien

mengatakan kadang jika kelelahan klien tidak sempat melakukan


sholat. Keadaannya saat ini tidak mempengaruhi aktivitas sholat

klien.

13. Pemeriksaan fisik

 Kesadaran : GCS : E4V5M6 : 15, Tingkat kesadaran :

Composmentis

 Vital Sign

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 85 X/menit

Pernafasan : 17 X/menit

Suhu tubuh : 37 OC

 BB : 40 Kg

 TB : 145 cm

 LILA :

 Kepala : Warna rambut hitam, tidak berketombe, tidak rontok, bersih,

tidak ada pembengkakan pada kepala.

 Mata : Penglihatan klien normal, ukuran pupil normal dan mengecil

saat di beri cahaya. Konjugtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak

ada sekret dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

 Hidung : Keadaaan hidung klien bersih, tidak ada sekret, tidak ada

nafas cupyng hidung dan tidak terpasang oksigen.

 Telinga : Bentuk telinga simetris, pendengaran baik, tidak

menggunakan alat bantu dengar, tidak ada serumen, tidak ada infeksi,

tidak ada tinitus (bunyi berdengung pada telinga).


 Mulut : Keadaan mulut klien bersih, gigi klien putih dan masih utuh,

tidak ada nyeri, tidak ada kesulitan menelan

 Leher :Posisi trakea normal, tidak ada benjolan dan tidak ada

pembesaran tonsil.

 Dada

Jantung

Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada benjolan, iktus kordis

tidak tampak.

Palpasi : Iktus cordis teraba di intercosta 5 kiri.

Perkusi : Bunyi pekak, tidak ada pembesaran jantung.

Auskultasi : Terdengar bunyi reguler (normal)

Paru- paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan simetris, tidak ada

penggunaan otot bantu nafas.

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Bunyi sonor

Auskultasi : Terdengar bunyi vesikuler

 Perut

Inspeksi : Perut datar,tidak ada benjolan, tidak ada oedema.

Auskultasi : terdengar bunyi bising usus 12 kali permenit

Perkusi : Bunyi timpani

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan


 Genitalia : Tidak ada kelainan pada daerah genetalia dan rektum.

Tidak terpasang kateter.

 Ekstrimitas

a. Inspeksi kuku

Warna kuku putih bersih, tidak ada oedema, tidak ada luka,

utuh, tidak sianosis.

b. Capilarry refill

Capilarry refill dapat kembali < 2 detik.

c. Kemampuan berfungsi (mobilitas dan keamanan) untuk semua

ekstrimitas yaitu kekuatan otot, koordinasi gerak dan

keseimbangan, penggunaan alat bantu.

Kekuatan otot ekstremitas kiri atas dan bawah klien

mengalami baik yaitu :

5 5

5 5

Presentasi kekuatan : 100 %

Keseimbangan dan koordinasi baik

 Kulit : Keadaan kulit klien bersih dan lembab, warna kulit putih,

tidak terdapat edema dan juga tidak ada luka.

14. Data Penunjang : -

15. Pemeriksaan Diagnostik : -

16. Program Therapi : -


17. Diit :-

B. ANALISA DATA

Kode

Tgl / Data Fokus Diagnosa Problem Etiologi TTD

jam
Selasa, DS: D.0074 Gangguan Candida Marniati

16 Maret - Klien rasa Albicans

2021 mengeluh nyaman

Jam : tidak

08.00 nyaman

- Merasa

gatal

- Klien

mengeluh

keluar

cairan

berwarna

kuning

dari vagina

dan berbau

busuk

DO:

- Klien
tampak

gelisah
Selasa, DS: D.0080 Ansietas Kurang Marniati

16 Maret - Merasa terpapar

2021 bingung informasi

Jam : dengan

08.15 penyebab

dan

penanganan

keputihan

- Merasa

khawatir

dengan

akibat dari

kondisi

yang

dihadapi

DO:

- Tampak

gelisah

TTV

- TD:

110/80

mmHg
- SB: 37 OC

- N :

73X/menit

- R :

17X/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan candida albicans dibuktikan

dengan mengeluh tidak nyaman, merasa gatal, keluar cairan banyak dari

vagina berwarna kuning dan berbau busuk.

b. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi dibuktikan

dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang

dihadapi, tampak gelisah.

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl / Diagnosa Tujuan &

jam keperawatan Kriteria Hasil Planning TTD


Selasa, Gangguan Setelah Observasi Marniati

16 rasa nyaman dilakukan - Identifikasi

Maret berhubungan tindakan gejala yang

2021 dengan keperawatan tidak

Jam : candida selama 3 X 3 menyenangkan

08. 30 albicans jam maka Terapeutik

dibuktikan diharapkan - Berikan klien


dengan status ramuan herbal

mengeluh kenyamanan daun sirih

tidak nyaman, meningkat Edukasi

merasa gatal, dengan kriteria - Anjurkan klien

keluar cairan hasil : menjaga area

banyak dari - Keluhan kewanitaan

vagina tidak nyaman agar tetap

berwarna menurun kering

kuning dan - Gatal - Anjurkan klien

berbau busuk menurun untuk

- Perawatan menggunakan

sesuai air hangat saat

kebutuhan membersihkan

meningkat area

kewanitaan

- Anjurkan klien

untuk tidak

menggunakan

sabun dengan

pewangi

- Anjurkan klien

untuk

mengganti
celana dalam

jika basah
Selasa, Ansietas Setelah Observasi Marniati

16 berhubungan dilakukan - Observasi TTV

Maret dengan kurang tindakan - Identifikasi

2021 terpaparnya keperawatan teknik relaksasi

Jam : informasi selama 3 X 3 yang pernah

09.00 dibuktikan jam maka efektif

dengan diharapkan digunakan

merasa tingkat ansietas Terapeutik

bingung, menurun - Ciptakan

merasa dengan kriteria lingkungan

khawatir hasil : yang tenang

dengan akibat - Verbalisasi - Ajarkan teknik

dari kondisi kebingungan relaksasi nafas

yang dihadapi, menurun dalam untuk

tampak - Verbalisasi mengurangi

gelisah khawatir kecemasan

akibat - Identifikasi

kondisi yang respons

dihadapi terhadap terapi

menurun relaksasi

- Perilaku - Anjurkan

gelisah mengulangi
menurun atau melatih

teknik relaksasi

yang diajarkan

Edukasi

- Edukasi

tentang Flour

albus

(keputihan)

E. IMPLEMENTASI

Diagnosa

Tgl/Ja Keperawata Implementasi Respon TTD

m n
Hari ke Gangguan - Mengidentifika DS: Marniat

1, rasa nyaman si gejala yang - Klien i

Rabu, berhubungan tidak mengatakan

17 dengan menyenangkan merasa gatal

Maret candida pada daerah

2021 albicans vagina


Jam : dibuktikan - Klien

08.00 dengan mengatakan

mengeluh keluar cairan

tidak kuning

nyaman, banyak dari

merasa gatal, vagina dan

keluar cairan berbau busuk

banyak dari DO:

vagina - Klien tampak

berwarna sesekali

kuning dan menggaruk

berbau busuk daerah

kewanitaan

- Klien tampak

gelisah

DS:

- Memberikan - Klien

klien ramuan mengatakan

herbal dan daun mau minum

sirih ramuan

herbal

DO:
- Klien

menghabiska

n ramuan

herbal yang

diberikan

perawat

- Menganjurkan DS:

klien menjaga - Klien

area kewanitaan mengiyakan

agar tetap kering DO: -

DS:

- Menganjurkan Klien

klien untuk mengatakan

menggunakan akan membasuh

air hangat saat area kewanitaan

membersihkan dengan air

area kewanitaan hangat

DO:

Klien tampak

memasak air

hangat
- Menganjurkan DS:

klien untuk Klien

tidak mengiyakan

menggunakan DO:

sabun dengan -

pewangi

- Menganjurkan

klien untuk DS:

mengganti Klien

celana dalam mengiyakan

jika basah DO: -


Hari ke Ansietas - Mengobservasi DS: Marniat

1, berhubungan TTV - Klien i

Rabu, dengan mengatakan

17 kurang cemas dengan

Maret terpaparnya keadaannya

2021 informasi saat ini

Jam : dibuktikan DO:

09.30 dengan - Klien tampak

merasa cemas

bingung, - TD: 110/80

merasa mmHg
khawatir - SB: 37 OC

dengan - N :

akibat dari 85X/menit

kondisi yang R : 17X/menit

dihadapi,

tampak

gelisah. - Mengidentifikas DS :

i teknik Klien

relaksasi yang mengatakan

pernah efektif untuk

digunakan merilekskan

diri klien pergi

jalan - jalan

DO: -

DS:

- Menciptakan -Klien

lingkungan yang mengatakan

tenang lingkungan

nyaman

DO:

Lingkungan

tampak nyaman
DS:

- Mengajarkan Klien

teknik relaksasi mengatakan

nafas dalam mau belajar

untuk teknik relaksasi

mengurangi nafas dalam

kecemasan DO:

Klien

melakukan

teknik relaksasi

nafas dalam

dengan dipandu

oleh perawat

- Mengidentifikas DS:

i respons Klien

terhadap terapi mengatakan

relaksasi sedikit lebih

rileks

DO:

Klien tampak

cemas
DS:

- Menganjurkan Klien

mengulangi atau mengiyakan

melatih teknik DO: -

relaksasi yang

diajarkan saat

cemas DS:

- Klien

- Mengedukasi mengatakan

tentang Flour senang

albus (keputihan) mendapat

(pengertian, penjelasan

penyebab dan tentang

penanganan) keputihan

- Klien

mengatakan

sedikit lebih

lega karena

sudah tahu

penyebab dan

penanganan

dari keputihan
- Klien

mengatakan

sudah mulai

paham dengan

keputihan

DO:

- Klien

tampak lebih

rileks

- Klien

tampak

paham

- Klien dapat

menyebutkan

pengertian

dari

keputihan

- Klien dapat

menyebutkan

penyebab

dari

keputihan

dengan
diingatkan

kembali oleh

perawat

- Klien dapat

menyebutkan

empat dari

delapan

penanganan

keputihan
Hari ke Gangguan - Mengidentifika DS: Marniat

2, rasa nyaman si gejala yang - Klien i

Kamis, berhubungan tidak mengatakan

18 dengan menyenangkan masih merasa

Maret candida gatal pada

2021 albicans daerah

Jam : dibuktikan vagina

08.00 dengan namun

mengeluh sedikit

tidak berkurang

nyaman, - Klien

merasa gatal, mengatakan

keluar cairan keluar cairan

banyak dari kuning

vagina banyak dari


berwarna vagina dan

kuning dan berbau busuk

berbau busuk DO:

- Klien tampak

sesekali

menggaruk

daerah

kewanitaan

- Klien tampak

lebih tenang

- Memberikan

klien ramuan DS:

herbal kunyit - Klien

dan daun sirih mengatakan

mau minum

ramuan

herbal

DO:

- Klien

menghabiska

n ramuan

herbal yang

diberikan
- Menganjurkan perawat

klien menjaga

area kewanitaan DS:

agar tetap kering - Klien

mengiyakan

- Menganjurkan DO: -

klien untuk

menggunakan DS:

air hangat saat Klien

membersihkan mengatakan tadi

area kewanitaan dia sudah

membasuh

vagina dengan

air hangat

- Menganjurkan DO: -

klien untuk

mengganti DS:

celana dalam Klien

jika basah mengatakan

sudah

mengganti

celana dalam

dengan yang
kering

DO: -
Hari ke Ansietas - Mengobservasi DS: Marniat

2, berhubungan TTV - Klien i

Kamis, dengan mengatakan

17 kurang sudah tidak

Maret terpaparnya cemas

2021 informasi DO:

Jam : dibuktikan - Klien tampak

09.30 dengan rileks

merasa - TD: 110/80

bingung, mmHg

merasa - SB: 37 OC

khawatir - N :

dengan 73X/menit

akibat dari R : 17X/menit

kondisi yang

dihadapi,

tampak

gelisah - Mengajarkan DS:

teknik relaksasi Klien

nafas dalam mengatakan

untuk sudah bisa

mengurangi melakukan
kecemasan teknik relasasi

nafas dalam

sendiri

DO:

Klien

melakukan

teknik relaksasi

nafas dalam

secara mandiri

- Mengidentifikas

i respons DS:

terhadap terapi Klien

relaksasi mengatakan

lebih rileks

DO:

Klien tampak

rileks

- Menganjurkan DS:

mengulangi atau Klien

melatih teknik mengiyakan

relaksasi yang DO: -

diajarkan saat
cemas

- Mengedukasi DS:

tentang Flour - Klien

albus mengatakan

(keputihan) senang

(pengertian, mendapat

penyebab dan penjelasan

penanganan) tentang

keputihan

- Klien

mengatakan

sudah paham

dengan

keputihan

DO:

- Klien

tampak

rileks

- Klien

tampak

paham.

- Klien dapat
menyebutkan

penyebab

dari

keputihan

- Klien dapat

menyebutka

n semua

penanganan

keputihan

yang

dijelaskan
Hari ke Gangguan - Mengidentifika DS: Marniat

3, rasa nyaman si gejala yang - Klien i

Jjumat, berhubungan tidak mengatakan

19 dengan menyenangkan gatal sudah

Maret candida berkurang

2021 albicans - Klien

Jam : dibuktikan mengatakan

08.00 dengan ciran kuning

mengeluh sudah

tidak berkurang

nyaman, tapi masih

merasa gatal, berbau busuk

keluar cairan DO:


banyak dari - Klien tidak

vagina tampak

berwarna menggaruk

kuning dan daerah

berbau busuk kewanitaan

- Klien tampak

tenang

DS:

- Memberikan - Klien

klien ramuan mengatakan

herbal kunyit mau minum

dan daun sirih ramuan

herbal

DO:

- Klien

menghabiska

n ramuan

herbal yang

diberikan

perawat

- Menganjurkan DS:
klien menjaga - Klien

area kewanitaan mengiyakan

agar tetap kering DO: -

- Menganjurkan DS:

klien untuk Klien

menggunakan mengatakan tadi

air hangat saat dia sudah

membersihkan membasuh

area kewanitaan vagina dengan

air hangat

DO: -

- Menganjurkan DS:

klien untuk Klien

mengganti mengatakan

celana dalam sudah

jika basah mengganti

celana dalam

dengan yang

kering

DO: -

F. EVALUASI

Diagnosa
Tgl / jam Keperawatan Catatan Perkembangan TTD
Hari ke 1, Gangguan rasa S: Marniati

Rabu, 17 nyaman - Klien mengatakan tidak

Maret berhubungan nyaman dengan keputihan

2021 dengan candida yang dialaminya

Jam 13.00 albicans - Klien mengatakan merasa

dibuktikan gatal pada daerah

dengan kewanitaan

mengeluh tidak - Klien mengatakan keluar

nyaman, merasa cairan berwarna kuning

gatal, keluar banyak dan berbau busuk

cairan banyak pada vagina

dari vagina O:

berwarna kuning - Klien tampak tidak tenang

dan berbau - Klien tampak sesekali

busuk menggaruk daerah

kewanitaan

- Tampak cairan berwarna

kuning pada celana dalam

klien

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi
Hari ke 1, Ansietas S: Marniati

Rabu, 17 berhubungan - Klien mengatakan sudah


Maret dengan kurang tidak bingung dengan cara

2021 terpaparnya penanganan dan penyebab

Jam : informasi dari keputihan

13.15 dibuktikan - Klien mengatakan masih

dengan merasa sedikit khawatir dengan

bingung, merasa kondisinya saat ini

khawatir dengan - Klien mengatakan sudah

akibat dari mulai paham dengan

kondisi yang keputihan

dihadapi, O:

tampak gelisah - Klien tampak lebih rileks

- Klien tampak paham

- Klien dapat menyebutkan

pengertian dari keputihan

- Klien dapat menyebutkan

penyebab dari keputihan

dengan diingatkan Kembali

oleh perawat

- Klien dapat menyebutkan

empat dari delapan

penanganan keputihan

TTV

TD: 110/80 mmHg


SB: 37 OC

N: 85 X/menit

R: 17X/menit

A: Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan
Hari ke 2, Gangguan rasa S: Marniati

Kamis, 18 nyaman - Klien mengatakan masih

Maret berhubungan merasa tidak nyaman

2021 dengan candida - Klien mengatakan masih

Jam 13.00 albicans merasa gatal pada daerah

dibuktikan kewanitaan namun sedikit

dengan berkurang

mengeluh tidak - Klien mengatakan masih

nyaman, merasa keluar cairan berwarna

gatal, keluar kuning banyak dan berbau

cairan banyak busuk pada vagina

dari vagina O:

berwarna kuning - Klien sedikit lebih tenang

dan berbau - Klien tampak sesekali

busuk menggaruk daerah

kewanitaan

- Tampak cairan berwarna

kuning pada celana dalam


klien

A : Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi
Hari ke 2, Ansietas S: Marniati

Kamis, 18 berhubungan - Klien mengatakan sudah

Maret dengan kurang tidak bingung dengan cara

2021 terpaparnya penanganan dan

Jam 13.15 informasi pencegahan keputihan

dibuktikan - Klien mengatakan sudah

dengan merasa tidak khawatir dengan

bingung, merasa kondisinya saat ini

khawatir dengan - Klien mengatakan sudah

akibat dari paham dengan keputihan

kondisi yang O:

dihadapi, - Klien tampak lebih rileks

tampak gelisah - Klien tampak paham

- Klien dapat menyebutkan

semua penyebab dari

keputihan yang dijelaskan

oleh perawat

- Klien dapat menyebutkan

semua penanganan

keputihan dari yang

jelaskan oleh perawat


TTV

TD: 110/80 mmHg

SB: 37 OC

N: 85 X/menit

R: 17X/menit

A: Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan
Hari ke 3, Gangguan rasa S: Marniati

Jumat, 19 nyaman - Klien mengatakan merasa

Maret berhubungan lebih nyaman

2021 dengan candida - Klien mengatakan gatal

Jam 13.00 albicans sudah berkurang

dibuktikan - Klien mengatakan masih

dengan keluar cairan berwarna

mengeluh tidak kuning dan berbau busuk

nyaman, merasa pada vagina namun sudah

gatal, keluar berkurang

cairan banyak O:

dari vagina - Klien tampak tenang

berwarna kuning - Klien tampak tidak

dan berbau menggaruk daerah

busuk kewanitaan

- Tampak cairan berwarna


kuning pada celana dalam

klien

A : Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi oleh

klien

- Anjurkan klien

menerapkan apa yang

telah disampaikan

perawat

- Anjurkan periksa ke

dokter

G. PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada Nn. I dengan gangguan flour albus pada

tanggal 15 Maret - 19 Maret 2021. Pengkajian yang dilakukan meliputi

identintas klien dan identitas penanggungjawab, keluhan utama, status

kesehatan saat ini, riwayat kesehatan lalu , riwayat kesehatan keluarga,

riwayat reproduksi (riwayat haid), riwayat obserti, riwayat pengakajian

keluarga berencana, pengkajian fungsional pola Gordon (pola persepsi

dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi, pola elminasi, pola aktivitas

dan latihan, pola persepsi dan kognitif, pola istirahat dan tidur, pola

persepsi diri dan kognitif, pola hubungan social, pola seksualitas dan
reproduksi, persepsi diri dan konsep diri, pola mekanisme koping, pola

nilai dan kepercayaan/agama), pemeriksaan fisik (kesadaran, tekanan

darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh, berat badan, tinggi badan, LILA,

kepala, mata, hidung, telinga, mulut, leher, dada, paru, jantung, perut,

genetalia, ekstremitas, kulit), data penunjang, pemeriksaan diagnostik,

program terapi, dan diit. Sumber data ini diperoleh dari pasien dan

keluarga. Metode yang digunakan yaitu wawancara, observasi dan

pemeriksaan fisik. Kemudian dilakukan analisa antara sumber dengan

data yang diperoleh oleh penulis.

Beberapa masalah yang muncul saat di kaji yaitu :

1.Keluhan utama saat kaji

Tanda : Gangguan rasa nyaman

Flour Albus adalah keluarnya cairan dari vagina yang

menimbulkan perasaan kurang nyaman (Jamaan, 2013). Keluhan utama

pada saat pengkajian tanggal 16 Maret 2021 yaitu Nn. I mengeluh gatal

pada daerah kemaluan dan keluar cairan berwarna kuning dan berbau

busuk.

2. Ansietas

Tanda dan gejala: klien merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat

dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah.

2. Diagnosa Keperawatan

Pengumpulan diagnosa dengan penyataan yang menggambarkan

respons manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau
potensial) dari individu atau kelompok tempat perawat secara legal

mengidentifikasi dan perawat dapat memberikan intervensi secara pasti

untuk menjaga status kesehatan atau untuk mengurangi, menyingkirkan

dan mencegah perubahan (Rohman & Walid, 2012). Diagnosa yang

muncul pada teori sebagai berikut :

a. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

dibuktikan dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat

dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah.

Diagnosa yang tidak ada pada teori namun muncul pada saat

pengkajian :

a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan candida albicans

dibuktikan dengan mengeluh tidak nyaman, merasa gatal, keluar cairan

banyak dari vagina berwarna kuning dan berbau busuk.

3. Intervensi

Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan merupakan

tahap ketiga dari proses keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan

dan kriteria hasil yang diharapkan bagi pasien dan rencana tindakan yang

akan dilakukan.Penentuan tujuan pada perencanaan dari proses

keperawatan adalah sebagai arah dalam membuat rencana tindaan dari

masing-masing diagnosa keperawatan. Kriteria hasil dilakukan untuk

memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam

membuat pertimbangan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kriteria hasil adalah

berfokus pada pasien, singkat, jelas untuk memudahkan perawat dalam

mengidentifikasi tujuan dan rencana tindakan dapat diobservasi dan

diukur, realistik, ditentukan oleh perawat dan pasien. Pada perencanaan

tindakan, penulis mengacu pada referensi SIKI (Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia) dan SLKI.(Standar Luaran Keperawatan

Indonesia). Pada teori dan kenyataan tahap intervensi menggunakan

referensi yang sama.

Perencanaan pada pasien Nn.I penulis mengambil dari referensi dan

menyesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga dapat mengoptimalkan

keberhasilannya. Selain itu, dipilihnya perencanaan bertujuan untuk

menyesuaikan kondisi dan kemampuan pasien serta fasilitas yang ada.

Penentuan tujuan, penulis menggunakan konsep SMART. Konsep

SMARTyaitu S : Spesific, yang dimaksudkan adalah tujuan keperawatan

harus jelas; M : Measurable, yang dimaksudkan adalah dalam penentuan

tujuan keperawatan harus dapat diukur sesuai dengan keadaan klien; A :

Achievable, yang dimaksudkan adalah tujuan keperawatan harus dapat

dicapai sesuai dengan kondisi pasien; R : Reasonable, yang dimaksudkan

adalah dalam menentukan tujuan keperawatan harus nyata dan dapat

dipertanggngjawabkan; T : Time, yang dimaksudkan adalah tujuan

keperawatan harus dapat dicapai dengan waktu yang sudah ditetapkan

sesuai kondisi pasien. Saat melakukan penentuan intervensi, penulis

berfokus pada empat pokok penting dalam perencanaan yaitu ONEC


yaitu observasi (observation), tindakan keperawatan (nursing treatment),

pendidikan kesehatan (education) dan tindakan kolaborasi (collaboration).

Intervensi yang di lakukan berdasarkan masing - masing diagnosa

keperawatan yang ditemukan penulis selama mengasuh kasus kelolaan

pada pasien Nn. I adalah sebagai berikut:

a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan candida albicans

dibuktikan dengan mengeluh tidak nyaman, merasa gatal, keluar cairan

banyak dari vagina berwarna kuning dan berbau busuk

 Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 3 jam

maka diharapkan status kenyamanan meningkat dengan kriteria

hasil :

 Kriteria hasil

- Keluhan tidak nyaman menurun

- Gatal menurun

- Perawatan sesuai kebutuhan meningkat

 Intervensi

Observasi

- Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan

Terapeutik

- Berikan klien ramuan herbal kunyit dan daun sirih

Edukasi

- Anjurkan klien menjaga area kewanitaan agar tetap kering


- Anjurkan klien untuk menggunakan air hangat saat

membersihkan area kewanitaan

- Anjurkan klien untuk tidak menggunakan sabun dengan

pewangi

- Anjurkan klien untuk mengganti celana dalam jika basah

b. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi

dibuktikan dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat

dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah.

 Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 3 jam

maka diharapkan tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil :

 Kriteria hasil

- Verbalisasi kebingungan menurun

- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

- Perilaku gelisah menurun

 Intervensi

Observasi

- Observasi TTV

- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan

Terapeutik

- Ciptakan lingkungan yang tenang

- Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi

kecemasan
- Identifikasi respons terhadap terapi relaksasi

- Anjurkan mengulangi atau melatih teknik relaksasi yang

diajarkan

Edukasi

- Edukasi tentang Flour albus (keputihan)

4. Implementasi

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai

tujuan yang ditetapkan yang mencangkup peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan. Adapun pelaksanaan dari

diagnosa keperawatan sebagai berikut:

a.Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan candida albicans

dibuktikan dengan mengeluh tidak nyaman, merasa gatal, keluar cairan

banyak dari vagina berwarna kuning dan berbau busuk.

Dalam pelaksanaan ini penulis melakukan tindakan keperawatan

sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun yaitu

mengidentifikasi gejala yang tidak menyenangkan, memberikan klien

ramuan herbal daun sirih, menganjurkan klien menjaga area

kewanitaan agar tetap kering, menganjurkan klien untuk menggunakan

air hangat saat membersihkan area kewanitaan menganjurkan klien

untuk tidak menggunakan sabun dengan pewangi, menganjurkan klien

untuk mengganti celana dalam jika basah.

Perawatan daerah kewanitaan menjadi amat penting karena

berkaitan erat dengan sirkulasi menstruasi, keputihan, hubungan seks,


kehamilan dan dapat mengganggu keseimbangan asam dan basa (pH)

didaerah kewanitaan. Perubahan dari keseimbangan pH ini disebabkan

oleh penularan infeksi kuman, penggunaan sabun,faktor fisik dan

masalah kebersihan diri. Banyak yang dapat dilakukan untuk mengobati

keputihan diantaranya secara farmakologi seperti perubahan tingkah

laku, personal hygiene, psikologis, serta mengkonsumsi daun sirih.

Daun sirih adalah suatu ramuan untuk merawat organ intim, daun

sirih sering dipakai untuk membunuh kuman pada luka, mematikan

jamur candida albicans yang ada pada organ dalam manusia dan

mengandung zat tannin yang dapat mengurangi pengeluaran cairan

alami vagina yang berlebihan atau keputihan.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Tuti. O tahun 2018

tentang pemberian rebusan daun sirih terhadap pengurangan keputihan

pada remaja putri diperoleh hasil uji statistik diperoleh hasil nilai sig (2

tailed) = 0,0001 (<0,05) artinya ada perbedaan yang bermakna antara

keputihan patologis sebelum dan sesudah diberikan intervensi

pemberian rebusan daun sirih.

b. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi dibuktikan

dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi

yang dihadapi, tampak gelisah.

Dalam pelaksanaan ini penulis melakukan tindakan keperawatan

sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun yaitu mengobservasi

TTV, mengidentifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan,


menciptakan lingkungan yang tenang ,mengajarkan teknik relaksasi

nafas dalam untuk mengurangi kecemasan, mengidentifikasi respons

terhadap terapi relaksasi, menganjurkan mengulangi atau melatih teknik

relaksasi yang diajarkan, mengedukasi tentang Flour albus (keputihan).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang

menentukan apakah tujuan tercapai atau sampai manakah tujuan tersebut

telah dicapai. Pada tahap ini pemeriksa membandingkan hasil tindakan

yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta

menilai apakah masalah yang terjadi sudah diteratasi seluruhnya, hanya

sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya (Debora, 2011). Evaluasi

ini menggunakan metode sesuai teori yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif,

Assesment, Planning). Evaluasi dari diagnosa keperawatan yang muncul

adalah :

a. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan candida albicans

dibuktikan dengan mengeluh tidak nyaman, merasa gatal, keluar cairan

banyak dari vagina berwarna kuning dan berbau busuk.

Evaluasi dalam tindakan keperawatan dilakukan selama tiga kali.

Evaluasi hasil setelah dilakukannya tindakan keperawatan selam 3 x 3

jam pada tanggal 17 - 19 Maret 2021 diperoleh hasil intervensi

dilanjutkan dengan hasil data klien mengatakan merasa lebih nyaman

gatal sudah berkurang, masih keluar cairan berwarna kuning dan

berbau busuk pada vagina namun sudah berkurang.


b. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi dibuktikan

dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi

yang dihadapi, tampak gelisah.

Evaluasi dalam tindakan keperawatan dilakukan selama dua kali.

Evaluasi hasil setelah dilakukannya tindakan keperawatan selam 2 x 3

jam pada tanggal 17 - 18 Maret 2021 diperoleh hasil intervensi berhasil

dengan hasil data klien mengatakan sudah tidak bingung dengan cara

penanganan dan pencegahan keputihan, sudah tidak khawatir dengan

kondisinya saat ini dan sudah paham dengan keputihan.


KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Nn. I dengan

gangguan flour albus selama 3 x 24 jam dari tanggal 17 sampai dengan 19

2021 penulis memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada Nn. I. dengan menerapkan proses keperawatan yang

meliputi dengan menerapkan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan

dan evaluasi keperawatan serta mendokumentasikannya. Adapun

keseimpulannya sebagai berikut :

1. Pengkajian

Metode yang digunakan dalam pengkajian adalah wawancara,

observasi, pemeriksaaan fisik dan studi dokumentasi. Pada saat

pengkajian penulis memperoleh beberapa data antara lain gangguan rasa

nyaman berhubungan dengan candida albicans dibuktikan dengan

mengeluh tidak nyaman, merasa gatal, keluar cairan banyak dari vagina

berwarna kuning dan berbau busuk, dan ansietas berhubungan dengan

kurang terpaparnya informasi dibuktikan dengan merasa bingung, merasa

khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah.

2. Diagnosa keperawatan

Pada asuhan keperawatan ini klien dengan gangguan flour albus

diperoleh diagnose keperawatan yaitu gangguan rasa nyaman

berhubungan dengan candida albicans dibuktikan dengan mengeluh tidak


nyaman, merasa gatal, keluar cairan banyak dari vagina berwarna kuning

dan berbau busuk dan ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya

informasi dibuktikan dengan merasa bingung, merasa khawatir dengan

akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah.

3. Intervensi

Perencanaan sesuai teori dengan memperhatikan situasi dan kondisi

pasien serta dengan keadaan kondisi lingkungan keluarga. Penentuan

tujuan meliputi sasaran, kriteria waktu dan hasil dan rencana tindakan

keperawatan kasus ini berpedoman pada SDKI, SLKI, dan SIKI dengan

menyesuaikan pada kondisi pasien. Dalam penyusunan perencanaan

keperawatan melibatkan pasien dan keluarga yang mencakup 3 elemen

yaitu observasi, tindakan keperawatan mandiri, pendidikan kesehatan.

4. Implementasi

Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan untuk semua

diagnose keperawatan penulis melakukan sesuai dengan intervensi yang

telah di tuliskan.

5. Evaluasi

Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksankan selama 3

x 24 jam, dari kedua diagnosa keperawatan adalah inervensi dilanjutkan

untuk diagnose gangguan rasa nyaman berhubungan dengan candida

albicans dibuktikan dengan mengeluh tidak nyaman, merasa gatal, keluar

cairan banyak dari vagina berwarna kuning dan berbau busuk dan

intervensi berhasil untuk diagnosa ansietas berhubungan dengan kurang


terpaparnya informasi dibuktikan dengan merasa bingung, merasa

khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, tampak gelisah.

B. Saran

Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Nn. I

dengan gangguan flour albus maka penulis ingin memberikan saran antara

lain :

1.Bagi profesi keperawatan

Meningkatkan riset dalam bidang keperawatan kebutuhan dasar agar

pada saat menentukan perencananaan serta pelaksanaan dalam pemberian

asuhan keperawatan lebih tepat dan lebih spesifik dengan melihat respon

pasien dan keluarga pasien.

b.Institusi Pendidikan

1) Meningkatkan proses bimbingan belajar, seperti bimbingan kepada

mahasiswa yang akan melakukan penyusunan karya tulis ilmiah.

Dengan adanya bimbingan diharapkan target untuk mencapai tujuan

dalam penyelesaian tugas dapat tercapai.

2) Menambah inventaris laboratorium untuk meningkatkan proses belajar.

3) Menambah literatur-literatur baru, untuk mempermudah dalam proses

belajar mengajar maupaun penyelesaian tugas.

c.Bagi penulis
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan lebih cermat dalam

mencari literaturdalam pembuatan karya tulis ilmiah.


DAFTAR PUSTAKA

Alexandria Daniyanti Maharani 2017. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi


Pada Nn. Umur 18 Tahun Dengan Flour Albus Di UPTD Puskesmas Nusukan
Surakarta Karya Tulis Ilmiah. Di akses online pada : 15 Maret 2021 dari
http://digilib.ukh.ac.id/dowload.php?id=2310

Megawati, 2017. Karya Tulis ilmiah Manajemen Asuhan Kebidanan Antenatal


Care Pada Ibu Hamil Trimester II Dengan Flour Albus Patologis Di RSUD
Haji Makassar.
Di akses online pada : 15 Maret 2021 dari http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/13298/1/MEGAWATI%2070400114009.pdf

Kuncoro, (2012). Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan Dan


Keperawatan. Jakarta : Salemba.

Setiawati,D (2013) Kehamilandan Pemeriksaan Kehamilan. Alauddin.

Shadine, M. 2012. Penyakit Wanita. Yogyakarta : Citra Pustaka.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1, Cetakan 3. PPNI. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesa.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1, Cetakan II. PPNI. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesa.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Edisi 1, Cetakan II. PPNI. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesa.
Pemberian Rebusan Daun Sirih Terhadap Pengurangan Keputihan patologis Pada
Remaja Putri

Betel Leaf Ransing Admission on Decreasing Pathological Flour


Albous In Girl Adolescent

Tuti Oktriani *), Safni Wulandari*)


*) STIKes
Prima
Nusantara
Bukittinggi
Email :
tuti_oktriani@
gmail.com

ABSTRAK
Di Indonesia 7 dari 10 wanita mengalami keputihan. Salah satu masalah
kesehatan reeproduksi remaja khusunya wanita yang sering mengalami adalah
keputihan patologis. Salah satu terapi non farmakologis adalah rebusan daun
sirih. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian daun sirih
terhadap pengurangan keputihan patologis pada remaja putri di Pondok
Pesantren Sumatra Thawalib Bukittinggi. Metode dari penelitian adalah quasy
eksperimen dengan one group pre-test-post-test design. Populasi adalah remaja
putri yang mengalami keputihan patologis di Pondok Pesantren Sumatra
Thawalib Parabek Bukittinggi. Teknik pengambilan sampel menggunakan
consecutive sampling dan jumlah sampel sebanyak 14 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Hasil uji
statistik menggunakan uji paried T-test. rebusan daun sirih berpengaruh
terhadap pengurangan keputihan patologis pada kelompok eksperimen. agar
dapat menggunakan rebusan daun sirih dalam mengurangi keputihan patologis
sebagai penatalaksanaan non famakologis di karenakan banyaknya kandungann
yang dimiliki oleh daun sirih senyawa eugenol pada daun sirih, terbukti
mematikan jamur, serta senyawa tanninmerupakan astringenyang mengurangi
sekresi cairan.
Kata kunci : Keputihan patologis, remaja putri, daun sirih

Abstract
In Indonesia, 7 from 10 women experienced flour albous in 2004 One of
the problems of reproductive health of teenagers especially girl who often
experience was pathological vaginal discharge. One of the non
pharmacological therapy was betel leaf stew. The purpose of this study wasto
know the effect of Giving Betel Leaves to Reducing White Pathology In Young
girl In Boarding School Sumatra Thawalib Bukittinggi. This was quasy
experiment. The research with One Group Pre-Test-Post-Test Design. The
population is female teenagers who experience pathological vaginal discharge
at boarding School Sumatra Thawalib Parabek Bukittinggi. The sampling
technique used consecutive sampling and the number of samples counted 14
people. Data collection was done by using observation sheet and kuesioner. The
result of statistical test using paried T-test in experimental group showed the
comparison of pathological variance reduction before giving intervention in
4.71 and after giving betel leafgot an average of 2.71, with p value 0,0001.
Based on the above results can be concluded that the decoction of betel leaf
affect the reduction of pathological vaginal discharge in the experimental
group. Suggestion to the respondent to be able to use the betel leaf stew in
reducing pathological whiteness as non famakologis management because of
the amount of content possessed by betel leaf Eugenol compound on betel leaf,
proven to kill the fungus, tannin, is astringent, which reduces the secretion of
fluid.
Key word : Flour abous, Betel Leave, Girl Adolenscent
PENDHULUAN
Salah satu masalah kesehatan reeproduksi remaja khusunya wanita yang sering
mengalami adalah keputihan. Sering kali keputihan dapat menganggu hingga
menyebabkan ketidak nyamanan dalam aktifitas sehari-hari. Keputihan dapat berupa
fisiologis (Normal) dan patologis (tidak normal). Dalam keadaan normal, vagina
akan menghasilkan cairan yang tidak bewarna (bening), tidak berbau, dan dalam
jumlahnya yang tidak terlalu banyak, tanpa rasa panas dan nyeri. Sedangkan
keputihan tidak normal akan sebalinya, biasanya bewarna kuning, hijau atau keabu-
abuan, berbau amis atau busuk, jumlah banyakdan disertai gatal dan rasa panas atau
nyeri pada vagina (Agustini ; Nanlessy 2013).
Data WHO (2007) menyebutkan, angka prevalensi tahun 2006, 25% - 50%
candidas,
20%-40% bacterial vaginosis dan 5%-15% trichomoniasis. Penyebab utama
keputihan patologis ialah infeksi (jamur, kuman, parasit dan virus). Keputihan
patologis dapat juga disebabkan karena kurangnya perawatan remaja putri terhadap
genetalia seperti mencuci vagina dengan air yang tergenang diember, menggunakan
pembilas secara berlebihan, memakai celana dengan bahan tidak menyerap keringat,
jarang mengganti celana dalam,dan tak sering mengganti pembalut saat menstruasi
(Aulia, 2012).
Perawatan daerah kewanitaan menjadi amat penting karena berkaitan erat
dengan sirkulasi menstruasi, keputihan, hubungan seks, kehamilan dan dapat
menggangu keseimbangan asam dan basa (pH) di area luka, mematikan jamur
Candida albicans yang ada pada organ dalam manusia dan mengandung zat tannin
yang dapat mengurangi pengeluaran cairan alami vagina yang berlebihan atau
keputihan. Amir Syarif, pakar farmakologi dari Universitas Indonesia memaparkan
bahwa daun sirih adalah minyak atsiri yang terdiri dari hidroksi kavikol,
kavibetol,estargiol,eugenol,metileugenol,karva krol, terpen, seskuiterpen,
fenilpropan dan tanin (Anonim, 1980).
METODE
Penelitian eksperimen semu ini dilaksanakan dengan rancangan One
Group Pretest – Posttest Design di Pesantren Sumatra Thawalib Parabek
Bukittinggi. Sebanyak 14 orang remaja putri yang mengalami keputihan
patologis yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi
menjadi sampel dalam penelitian ini dan diambil secara purposive sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi
sebelum dan sesudah diberikan intervensi rebusan daun sirih. Analisis data
dilakukan menggunakan uji paired sample t- test untuk melihat perbedaan antar
nilai pre- test dan nilai post- test. Seluruh proses analisis menggunakan metode
statistik uji dengan perangkat komputer.
HASIL
a. Rata-rata keputihan patologis sebelum intervensi
Tabel 1. Rata-rata keputihan patologis sebelum intervensi kewanitaan.
Perubahan dari keseimbangan pH bisa disebabkan oleh penularan infeksi
Variabel N Mean Min-Maks

Pretest 14 4,71 2-7

dan non farmakologi seperti perubahan tingkah laku personal hygiene, psikologis,
serta mengkonsumsi daun sirih.
Daun sirih adalah salah satu ramuan untuk merawat organ intim, daun sirih
sering dipakai untuk membunuh kuman pada
b. Rata-rata keputihan patologis sesudah intervensi
Tabel 2. Rata-rata keputihan patologis sesudah intervensi

Variabel N Mean Min-Maks

Posttest 14 2,71 1-6

Rata-rata keputihan patologis sesudah diberikan intervensirebusan daun


sirihadalah 2,71 dengan standar deviasi 2,22 (lihat tabel 2)

c. Perbedaan keputihan patologis sebelum dan sesudah intervensi

Tabel 3. Perbedaan Rata-rata keputihan patologis sebelum dan sesudah


intervensi
maksimal. Ditunjang dengan faktor-faktor diatas yang dapat berpengaruh pada
proses penyembuhan. Selain itu kecendrungaan penyebab dari keeputihan
patologis adalah jamur ,sehingga dosis yang rendah yang digunakan kuranglah
efektif dalam proses penyembuhan keputihan patologis. Sementara hasil
perhitungan data penelitian di peroleh hasil p=0,311 yang artinya p> berarti
ada pengaruh perbedaan percepatan kesembuhan keputihan patologis
dengan intervensi rebusan daun sirih pada remaja putri dengan H0 diterima.
Khasia
t daun sirih sebagai salah satu obat untuk mengobati keputihan, teruji secara
klinis diberbagai bidang kesehatan. Selain dapat mengobati keputihan daun sirih
juga berkhasiat untuk berbagai macam penyembuhan lainnya seperti: obat bisul,
hidung berdarah (mimisan), radang
selaput lendir mata,
Daun trachoma,SD
mulut Std.
berbau, 95 P
sirih Mean Error % Value
gusi bengkak, radang
Meantenggorokan,
CI encok, jantung berdebar-debar, terlalu banyak
4,71 air1,490
Pretest- keluar 0,398 5,57 0,0001
susu, batuk kering, demam nifas dan sariawan (Tjitrosoepomo.
posttest 2,71 1,490 0.398 3,57
2005.hlm.69).
Menurut asumsi
peneliti, dengan judul
Rata-rata skala nyeri responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi
adalah 2,00 dengan standar deviasi 1,49. Hasil uji statistik didapatkan nilai sig. (2
tailed)= 0,0001 (< 0,05) artinya ada perbedaan yang bermakna antara keputihan
patologis sebelum dan sesudah diberikan intervensi pemberian rebusan daun sirih
(Lihat tabel 3)

PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan supratiknyo 2015 dengan judul kecepatan
kesembuhan keeputihan patologis dengan inteervensi rebusan daun sirih. Saat
peeemberian 8 lembar daun sirih didapatkan sebagian besar (72%) responden
mengalami keputihan patologis sembuh lambat. Sedangkam rebusan daun sirih
hanya efektif untuk mematikan sel tunas (muda) jamur candida albicans
sehingga menghambat kesembuhan keputihan patologis . dosis yang digunakan
adalah dosis rendah sehingga kandungan didalam rebusan daun sirih tidak
pengaruh pemberian rebusan daun sirih pada remaja putri di Pondok Pesantren
Sumatra Thawalib Parabek Bukittinggi yang ditunjukkan dengan menunjukkan
nilai t test didapatkan nilai p = 0,0001 atau > 0,05. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat keputihan pada kelompol intervensi sebelum
pemberian rebusan daun sirih adalah terdapat 4,71. Hasil pebelitian
menunjukkan bahwa tingkat keputihan pada kelompok intervensi setelah
pemberian rebusan daun sirih adalah 2,71 penurunan tingkat keputihan rata-rata
setelah 7 hari diberikan rebusan daun sirih.
Remaja yang sedang mengalami keputihan patologis, Senyawa eugenol pada
daun sirih, terbukti mematikan jamur, candida albicans penyebab keputihan,
sementara tannin, merupakan astringen yang mengurangi sekresi cairan pada
liang vagina efektif mengatasi
keputihan fisiologis. Daun sirih terdiri dari dua jenis yaitu daun sirih merah dan
daun sirih hijau. Sebenarnya tidak banyak perbedaan kedua jenis ini, selain dari
warnanya kemudian
bila daunya diseobek akan keluar
lendir, aroma daun sirih merah
lebih wangi dibandingkan sirih
hijau, secara umu keduanya
memilki khasiat yang sama
(Evika dan Safitri. 2008.hlm 50).

KESIMPULAN
Daun sirih adalah
salah satu ramuan untuk
merawat organ intim, daun
sirih sering dipakai untuk
membunuh kuman pada
luka, mematikan jamur
Candida albicans yang ada
pada organ dalam manusia
dan mengandung zat tannin
yang dapat mengurangi
pengeluaran cairan alami
vagina yang berlebihan atau
keputihan. Oleh karena itu
metode ini merupakan salah
satu terapi non farmakologi
untuk mengurangi
dysmenorrea.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ayuningsih, T. Dan
Krisnawati. (2009).
Cara Holistik dan
Praktis Atasi
Gangguan Khas pada
Wanita. Jakarta:
Bhuana Ilmu Populer
2. Depkes RI, Profil
Kesehatan Reproduksi,
Jakarta : Depkes. 2008
3. Hariana, A. (2008).
Tumbuh Obat dan
Khasiatnya 2. Depok :
Swadaya
4. Kusmiran, 2011. Buku
Kesehatan Reproduksi
Remaja Wanita: Jakarta
Selatan : Salemba
medika
5. Maharani. S (2010).
Herbal Sebagai Obat
Bagi Penderita Penyakit
Mematikan.
Yogyakarta : A+ plus
book
6. Sibagariang, E. (2010).
Kesehatan Reproduksi
Wanita. Jakarta : CV
Trans Info Media
7. Suci Ridhoati, 2011.
Pengaruh Pemberian
Rebusan Kunyit
terhadap kejadian
Keputihan pada Remaja
Putri di dusun
Lembangan Kidul
Tlogoadi. Mlati
Sleman. Yoyakarta
8. Tjitrosoepomo, G.
(2005). Taksonom
Tumbuhan Obat-
Obatan. Yoyakarta :
Gajah Mada
Universitas Press
9. Wijayanti, 2009. Fakta
Penting Kesehatan
Reproduksi Wanita.
Book. Marls : Jakarta
Dokumentasi Keperawatan

1. Relaksasi nafas dalam

2. Memberikan rebusan Daun sirih

Anda mungkin juga menyukai