Anda di halaman 1dari 41

Laporan Pendahuluan

Gangguan Nyaman Nyeri

I. Konsep Kebutuhan
1.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang
dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan jaringan tubuh (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI PPNI, 2016).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan nyeri merupakan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, presepsi nyeri seseorang sangat
ditentukan oleh pengalaman dan status emosionalnya. Presepsi nyeri bersifat sangat
pribadi dan subjektif. Oleh karena itu, suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda
oleh dua orang yang berbeda bahkan suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda
oleh satu orang karena keadaan emosionalnya yang berbeda.

1.2 Fisiologi Nyeri


Terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, presepsi, dan relaksi.
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya
sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat
berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak
mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri
(Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).

1.3 Patofisiologi Nyeri


Rangsangan nyeri diterima oleh nociceptors pada kulit bisa intesitas tinggi maupun
rendah seperti perenggangan dan suhu serta oleh lesi jaringan. Sel yang mengalami
nekrotik akan merilis K + dan protein intraseluler . Peningkatan kadar K + ekstraseluler
akan menyebabkan depolarisasi nociceptor, sedangkan protein pada beberapa keadaan
akan menginfiltrasi mikroorganisme sehingga menyebabkan peradangan / inflamasi.
Akibatnya, mediator nyeri dilepaskan seperti leukotrien, prostaglandin E2, dan histamin
yang akan merangsang nosiseptor sehingga rangsangan berbahaya dan tidak berbahaya
dapat menyebabkan nyeri (hiperalgesia atau allodynia). Selain itu lesi juga mengaktifkan
faktor pembekuan darah sehingga bradikinin dan serotonin akan terstimulasi dan
merangsang nosiseptor. Jika terjadi oklusi pembuluh darah maka akan terjadi iskemia
yang akan menyebabkan akumulasi K + ekstraseluler dan H + yang selanjutnya
mengaktifkan nosiseptor. Histamin, bradikinin, dan prostaglandin E2 memiliki efek
vasodilator dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan edema
lokal, tekanan jaringan meningkat dan juga terjadi Perangsangan nosisepto. Bila
nosiseptor terangsang maka mereka melepaskan substansi peptida P (SP) dan kalsitonin
gen terkait peptida (CGRP), yang akan merangsang proses inflamasi dan juga
menghasilkan vasodilatasi dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
Vasokonstriksi (oleh serotonin), diikuti oleh vasodilatasi, mungkin juga bertanggung
jawab untuk serangan migrain . Peransangan nosiseptor inilah yang menyebabkan nyeri.
(Silbernagl & Lang, 2000)

1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nyeri


1. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-
anak dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang
dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Anak-anak juga mengalami kesulitan
secara verbal dalam mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri. Sedangkan pasien
yang berusia lanjut, memiliki risiko tinggi mengalami situasi yang membuat mereka
merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan degeneratif.
2. Jenis kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap
bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan
wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri.
3. Kebudayaan
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang alamiah.
Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup (introvert).
Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian hal
ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah
presepsi nyeri.
4. Perhatian
Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi
presepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang
menurun.
5. Makna nyeri Individu akan mempresepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut
memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makna nyeri
mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
6. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri tetapi nyeri juga dapat menimbulkan
suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat perhatian dapat
menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius.
7. Gaya koping
Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan diri mereka sebagai
individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa
seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal
mempresepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti perawat sebagai
individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa.
8. Keletihan
Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping sehingga meningkatkan prespsi nyeri.
9. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak selalu berarti
bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah di masa datang.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien dapat
memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan
perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang yang dicintai
akan meminimalkan kesepian dan ketakutan (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016).

1.5 Macam-macam Nyeri


1. Nyeri akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari kurang 3 bulan.
Penyebab nyeri akut antara lain:
- Agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia, meoplasma)
- Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan)
- Agen pencedera fisik (mis: abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat,
prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
2. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan.
Penyebab nyeri kronis antara lain:
- Kondisi muskuloskeletal kronis
- Kerusakan sistem saraf
- Penekanan saraf
- Infiltrasi tumor
- Ketidakseimbangan neuromedulator, dan reseptor
- Gangguan imunitas (mis: neuropati terkait HIV, virus vericella-zoster)
- Gangguan fungsi metabolic
- Riwayat posisi kerja statis
- Peningkatan indeks massa tubuh
- Kondisi pasca trauma
- Tekanan emosional
- Riwayat penganiayaan (mis: fisik, psikologis, seksual)
- Riwayat penyalahgunaan obat/zat.
Sumber: (SDKI PPNI, 2016).

II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Istrahat Tidur


2.1 Pengkajian
2.1.1 Pemeriksaan Fisik: Head To Toe
- Kepala : Bentuk, rambut: warna, kebersihan, rontok, ketombe, dll
- Mata : Kemampuan penglihatan, ukuran pupil, reaksi terhadap cahaya,
konjungtiva anemis/tidak, sklera ikterik/tidak, alat bantu, adanya sekret.
- Hidung : Bagaimana kebersihannya, adakah secret, epistaksis, adakah polip,
adakah nafas cuping hidung, pemakaian oksigen.
- Telinga : Bentuk, hilang pendengaran, alat bantu dengar, serumen, infeksi,
tinnitus
- Mulut dan tenggorokan : Kesulitan/ gangguan bicara, pemeriksaan gigi, warna,
bau, nyeri, Kesulitan mengunyah/ menelan, posisi trakea, benjolan di leher,
pembesaran tonsil, bagaimana keadaan vena jugularis.
- Dada
Jantung : Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
Paru- paru : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
- Abdomen : inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi
- Genetalia : kebersihan daerah genital, adanya luka, tanda infeksi, bila
terpasang kateter kaji kebersihan kateter dan adanya tanda infeksi pada area
pemasangan kateter, adanya hemoroid
- Ekstremitas atas dan bawah
a. Inspeksi kuku, kulit (warna, kebersihan, turgor, adanya edema, keutuhan dll)
b. Capilarry refill
c. Kemampuan berfungsi (mobilitas dan keamanan) untuk semua ekstrimitas
yaitu kekuatan otot, koordinasi gerak dan keseimbangan, penggunaan alat
bantu.
d. Bila terpasang infus : kaji daerah tusukan infus, kaji tanda-tanda infeksi pada
daerah tusukan infus, adanya nyeri tekan yang berlebihan pada daerah
tusukan infus.
- Kulit : Kaji kebersihan, warna, kelembaban, turgor, adanya edema
Bila terdapat luka maka kaji keadaan luka (kebersihan luka, adanya jahitan,
ukuran luka, adanya tanda infeksi pada luka, keadaan balutan luka).

2.1.2 Pemeriksaan Penunjang


a. Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
b. Pemeriksaan serum vitamain B12, bertujuan untuk mengetahui adanya
defisiensi B12.
c. Analisa feses, bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses
d. Analisa gaster, bertujuan untuk mengetahui kandungan HCl lambung.
Acholohidria menunjukkan adanya gastritis atropi.
e. Tes antibody serum, bertujuan mengetahui adanya antibodi sel parietal dan
faktor intrinsik lambung terhadap Helicobacter pylori.
f. Endoscopy, biopsy, dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bila ada
kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
g. Sitologi, bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung .

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2.2.1 Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2.2.2 Batasan Karakteristik
Kriteria mayor
Subjektif: Mengeluh nyeri
Objektif: Tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
Kriteria minor
Subjektif: tidak tersedia
Objektif: tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah,
proses berpikir terganggu, menarik diri sendiri, diaphoresis.
2.2.3 Faktor yang Berhubungan
a. Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
2.2.4 Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
2.2.5 Batasan Karakteristik
a. Kriteria mayor
Subjektif : mengeluh lelah
Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istrahat
b. Kriteria minor
Subjektif : dyspnea saat/setelah aktivitas, merasa tidak nyaman setelah
beraktifitas, merasa lemah.
Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istrahat, gambaran EKG
menunjukan aritma saat/setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukan iskemia,
sianosis.
2.2.6 Faktor yang Berhubungan
a. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
e. Gaya hidup monoton
2.3 Perencanaan
Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2.3.1 Tujuan
1. Pain Level
2. Pain control
3. Comfort level
Kriteria hasil
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam rentang normal

2.3.2 Intervensi keperawatan


1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
Rasional
1. Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung,
2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan setelah puasa terlalu
cepat,
3. Posisi yang tepat dan dirasa nyaman oleh klien dapat mengurangi resiko klien
terhadap nyeri.
4. Dapat membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri.
5. Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


2.2.3 Tujuan
1. Energy conservation
2. Self Care : ADLs

Kriteria hasil
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
2.2.4 Intervensi
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda
6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
Rasional
1. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan klien.
2. Menigkatkan istirahat klien.
3. Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila klien melakukan sesuatu
sendiri.
4. Klien tahu pentingnya beraktivitas.
5. Tirah baring dapat meningkatkan stamina tubuh pasien sehinggga pasien dapat
beraktivitas kembali.

III. Pembahasan
1. Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan keluhan utama Ny. E adalah nyeri. Secara
umum, Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, diffus, atau lokal. Keluhan utama pada saat pengkajian tanggal 15
Desember 2020 yaitu Ny. E merasa nyeri. P (provoking atau pemicu) peningkatan asam
lambung, Q (quality) nyeri seperti tertusuk-tusuk, R (region) uluh hati dan abdomen, S
(severity) skala nyeri 5, T (time) terus menerus.
Menurut Hidayat A. (2012, p. 218) pengkajian yang terbaik dari nyeri adalah hasil
evaluasi dari pasien, data yang perlu dikumpulkan dari sifat-sifat nyeri adalah lokasi,
intensitas, kualitas, waktu (serangan, kekerapan, sebab) dan faktor-faktor yang meringankan.
Salah satu cara pendekatanya adalah menggunakan P (pemacu), Q (kualitas), R (daerah), S
(keganasan atau intensitas), T (waktu). Dan menurut (Hayward. 1973, p.212) untuk
mengetahui skala nyeri pasien yaitu dengan cara menunjukan skala deskriptif untuk mengukur
skala nyeri kepada pasien dan pasien disuruh memilih skala nyeri berapa yang pasien rasakan.

2. Analisa dan Diagnosa


Pada kasus, penulisan diagnosanya nyeri berhubugan dengan agen pecedera fisiologi yang
ditandai dengan data subyektif, pasien mengatakan nyeri pada ulu hati (perutnya), P
(provoking atau pemicu) : peningkatkan asam lambung, Q (quality) : nyeri seperti tertusuk-
tusuk, R (region) : uluh hati dan abdomen, S (severity) : skala nyeri 5, T (time) : hilang timbul.
Pada data obyektif, dapat dilihat bahwa pasien tampak menahan nyeri dan pasien tampak
gelisah. Sedangkan tanda-tanda vitalnya, Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi : 87 x/menit,
RR : 20 x/menit, Suhu : 37,5 oC.
Penulisan diagnosa yang benar menurut SDKI adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fiologis ditandai dengan pasien mengeluh nyeri, dan pasien tampak meringis.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Batasan Karakteristik : Kriteria mayor:
Subjektif: Mengeluh nyeri, Objektif: Tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada,
posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur. Kriteria minor:
Subjektif: tidak tersedia, Objektif: tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berpikir terganggu, menarik diri sendiri, diaphoresis.
Pada kasus, masalah nyeri akut terjadi karena peningkatan asam lambung. Etiologi
tersebut sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dimana salah satu
faktor yang menyebabkan nyeri akut adalah agen pencedera fisiologi (inflamasi) di mana
salah satu contoh pada agen pencedera fisiologi yaitu peradangan dinding lambung yang
disebabkan karena peningkatan asam lambung karena pasien terlambat makan. Nyeri
merupakan suatu diagnosa yang menonjol pada pasien Gastritis dan memerlukan
penatalaksanaan yang baik. Penatalaksanaan nyeri yang baik yaitu bersifat selektif
berdasarkan indikasi yang ada dan mempertimbangkan berbagai kondisi.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan meliputi penentuan prioritas masalah, tujuan kriteria hasil dan
intervensi pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi).
Dimana intervensi itu sendiri adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk
membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009).
Perencanaan keperawatan yang akan dilakukan pada kasus ini yaitu evaluasi derajat nyeri,
catat lokasi nyeri, karakteristik dan intensitasnya, memberikan posisi yang nyaman, ajarkan
klien teknik nafas dalam , kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini muncul jika
perencaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Tidakan yang dilakukan mungkin sama,
mungkin juga berbeda dengan urutan yang dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan
pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat ini dan kebutuhan yang oaling
dirasakan oleh klien. Pembahsan implementasi meliputi tindakan yang dapat dilaksanakan dan
tindakan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi pada diagnosa tersebut
(Debora, 2011).
Mengkaji PQRST, P: mengacu pada penyebab nyeri, Q : menjelaskan lokasi nyeri, R :
mengacu pada daerah nyeri, S : menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat
intensitas sakal nyeri, skla nyeri 0 = tidak ada nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-
9 = nyeri berat, 10 = nyeri paling hebat, T : menjelasakn waktu terjadinya nyeri, dengan
observasi dan kaji PQRST untuk mengetahui keadaan nyeri pasien dan dapat dilakukan
tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri tersebut (Mubarok, 2007).
Memberikan posisi yang nyaman, dengan posisi nyaman dapat meningkatkan kenyaman
dan mengurangi rasa nyeri.
Memberikan latihan relaksasi nafas dalam, teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam
membantu menurunkan skala nyeri pada penderita gastritis. Dengan melakukan relaksasi
nafas dalam dapat membuat pasien menjadi rileks, tenang, nyaman serta mengurangi rasa
nyeri. Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri (Noviliya Hawati 2019).
Memberikan obat, karena klien memiliki riwayat alergi obat antasida dan setiap sakit
gastritis klien hanya mengkonsumsi obat Alumy dengan harapan obat Alumy dapat
meringankan nyeri.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini pemeriksa
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah
ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah diteratasi seluruhnya, hanya
sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya (Debora, 2011). Evaluasi ini menggunakan
metode sesuai teori yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning).
Berdasarkan hasil evaluasi dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
tanggal 16 Desember 2020 pasien masih mengatakan nyeri pada uluh hati, nyeri seperti
tertusuk-tusuk, skala nyeri 2, pasien tidak tampak meringis, masalah teratasi sebagian,
intervensi tetap dilanjutkan dengan kriteria observasi kaji nyeri P, Q, R, S, T, beri posisi
nyaman, ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi dalam pemberian obat.
Berdasarkan hasil evaluasi yang didapat pada tanggal 17 Desember 2020, didapatkan hasil
data yaitu pasien mengatakan sudah tidak merasa nyeri lagi dengan skala nyeri 0, pasien
tampak rileks dan sehat. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Deswani. (2009). Proses Keperawatan Dan Berpikir Kritis.Salemba Medika, Jakarta

Debora Oda. (2011). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Salemba Medika, Jakarta

Hidayat, A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta Selatan: Salemba Medik

Mubarak Wahid I. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi Dalam
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Noviliya Hawati (2019) Pengalaman Penderita Gastritis Kronis Dalam Melakukan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Untuk Membantu Menurunkan Skala Nyeri pada Penderita Gastritis
Kronis di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang tahun 2019.

Silbernagl S, Lang F. 2000 Colour Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.) Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.inna-
ppni.or.id

Wahyudi, Andri Setiya dan Abd. Wahid. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media
Lampiran 1

Noviliya Hawati 70

PENGALAMAN PENDERITA GASTRITIS KRONIS DALAM


MELAKUKAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MEMBANTUMENURUNKAN
SKALA NYERI PADA PENDERITA GASTRITIS KRONIS DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI
KHADIJAH PALEMBANG TAHUN 2019

Noviliya Hawati
Prodi S1Keperawatan STIKES Mitra Adiguna Palembang
Komplek Kenten Permai Blok J No.9-12 Bukit Sangkal Palembang 30114

Abstrak
Menurut data WHO angka persentase kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22% , China
31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29,5%. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar
583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.Penderita gastritis sering mengalami nyeri, untuk
mengatasinya dapat dilakukan terapi non farmakologi berupa relaksasi nafas dalam yaitu teknik yang
dilakukan untuk menekan nyeri pada thalamus yang dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks
cerebri sebagai pusat nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat mengurangi nyeri selama nyeri
timbul.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman penderita gastritis dalam melakukan
teknik relaksasi nafas dalam untuk membantu menurunkan skala nyeri pada penderita gastritis kronis di
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019.Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif.Situasi sosial dalam penetian ini adalah 2 orang pasien gastritis kronis sebagai
partisipan dan seorang informan kunci yaitu perawat yang bertugas di Rumah Sakit Islam Siti Khodijah
Palembang.Hasil penelitian didapatkan bahwa pengalaman responden selama melakukan terapi
relaksasi nafas dalam Tn.M dan Tn.K mengaku nyeri lambung yang dirasakan berangasur-angsur
berkurang.Tn.M dan Tn.K melakukan terapi relaksasi nafas dalam setiap kali nyeri lambungnya
kambuh.Saran diharapkan kepada petugas kesehatan di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang,
dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien gastritis khususnya dalam membantu pasien mengatasi
rasa nyeri.
Kata kunci : Pengalaman, gastritis, relaksasi nafas dalam

Abstract
According to WHO data the percentage incidence of gastritis in the world, including the UK 22%,
China 31%, Japan 14.5%, Canada 35%, and France 29.5%. The incidence of gastritis in Southeast Asia
is around 583,635 of the total population each year. Gastritis sufferers often experience pain, to
overcome this non-pharmacological therapy in the form of deep breathing relaxation is a technique used
to suppress pain in the thalamus delivered to the cerebral cortex where the cerebral cortex is the center of
pain , which aims so that patients can reduce pain during the pain arising. The purpose of this study is to
determine the experience of gastritis sufferers in performing deep breathing relaxation techniques to help
reduce pain scale in patients with chronic gastritis at Siti Khadijah Islamic Hospital Palembang in 2019.
The research method used is descriptive qualitative. Social situations in this determination are 2 patients
with chronic gastritis as participants and a key informant namely nurses on duty at the Siti Khodijah
Islamic Hospital in Palembang. The results of the study found that the respondents' experience during i
do breath relaxation therapy in Mr. M and Mr. K claiming stomach pain that is felt gradually decreases.
Mr. M. and Mr. K do breathing relaxation therapy every time the stomach pain recurs. Suggestions are
expected to health workers at Siti Islamic Hospital Khadijah Palembang, can improve services to gastritis
patients, especially in helping patients deal with pain. Keywords: Experience, gastritis, deep breath
relaxation

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 71

PENDAHULUAN 40,8% dan angka kejadian gastritis di beberapa


Salah satu organ terpenting dalam tubuh daerah di Indonesia cukup tinggi dengan angka
manusia yang digunakan bagi makhluk hidup kejadian 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa
sebagai penyimpan makanan yaitu lambung. penduduk. Berdasarkan profil kesehatan
Yang mana fungi lambung bagi tubuh yang Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan salah
paling utama adalah sebagai menerimamakanan satu penyakit dari 10 penyakit terbanyak pada
dan bekerja sebagai penampung untuk jangka pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia
waktu pendek, semua makanan dicairkan dan dengan jumlah 30.154 kasus (4,9 %).
dicampurkan dengan asam hirokiorida dan Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi
dengan cara ini disiapkan untuk dicerna Sumatera Barat, gastritis menempati urutan ke-3
olehusus. Selama kadar asam lambung dalam dari 10 penyakit terbanyak di Sumatera Barat
tubuh sesuai kadar normal tidak akan tahun 2014 yaitu sebesar 86.874 kasus (10,94%)
menyebabkan suatu gangguan atau (Tussakinah, 2017).
penyakit,tetapi jika kadar asam lambung dalam Dari data dinas kesehatan Provinsi
tubuh berlebih akan menyebabkan nyeri perut/ Sumatera Selatan diketahui bahwa jumlah
gastritis (Putri, 2017). penyakit gastritis pada tahun pada tahun 2013
Gastritis merupakan gangguan didapat angka kejadian gastritis sebanyak 63.408
kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, kasus, sedangkan pada tahun 2014 sebanyak
karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan 52.936 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak
gejala klinis bukan pemeriksaan 49.115 kasus (Sunarmi, 2018).
histopatologi.Pada sebagian besar kasus Dari data dinas kesehatan kota
inflamasi mukosa gaster tidak berkorelasi Palembang diketahui bahwa penderita penyakit
dengan keluhan dan gejala klinis gastritis pada tahun 2016 sebanyak 48.162
pasien.Sebaliknya keluhan dan gejala klinis orang, tahun 2017 sebanyak 49.115 orang dan
pasien berkorelasi positif dengan komplikasi tahun 2018 sebanyak 54.159 orang (Dinas
gastritis. Gastritis merupakan suatu Kesehatan Kota Palembang, 2019).
peradangan mukosa lambung yang disebabkan Faktor risiko gastritis adalah
oleh kuman helicobakteri pylori yang dapat menggunakan obat aspirin atau anti-radang non
bersifat akut, kronik difus atau lokal (Hirlan steroid, infeksi kuman helicobacter pylori,
dalam Angkow, 2016) memiliki kebiasaan mengkonsumsi minuman
Badan penelitian kesehatan dunia World beralkohol, memiliki kebiasaan merokok, sering
Health Organization (WHO) mengadakan mengalami stres, pola makan yang tidak teratur
tinjauan terhadap beberapa negara dunia dan serta terlalu banyak mengkonsumsi makanan
mendapatkan hasil dari angka persentase yang pedas dan asam. Selain itu Orang yang
kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris memiliki pola makan tidak teratur, mudah
22% , China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, terserang penyakit ini. Pada saat perut harus
dan Prancis 29,5%. Insiden gastritis di Asia diisi, tapi
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk dibiarkan kosong, atau ditundanya pengisian,
setiap tahunnya. Angka kejadian gastritis yang asam lambung akan mencerna lapisan mukosa
dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di lambung, karena ketika kondisi lambung
Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial kosong, akan terjadi gerakan peristaltik lambung
lebih tinggi daripada populasi di barat yang bertambah intensif yang akan merangsang
berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik peningkatan produksi asam lambung sehingga
(Tussakinah, 2017). dapat timbul rasa nyeri diulu hati (Angkow,
Persentase dari angka kejadian gastritis 2016).
di Indonesia menurut WHO adalah

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 72

Rasa nyeri merupakan stresor yang kornu dorsalis kemudian ke thalamus, serebri,
dapat menimbulkan stress dan ketegangan dan akhirnya berdampak pada menurunnya
dimana individu dapat berespon secara biologis persepsi nyeri (Brunner & Suddart dalam
dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan Ayudianingsih, 2015).
psikis. Respon fisik meliputi perubahan keadaan Pengalaman merupakan peristiwa yang
umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu tertangkap oleh panca indera dan tersimpan
badan, sikap badan, dan apabila nafas makin dalam memori. Pengalaman dapat diperoleh
berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler ataupun dirasakan saat peristiwa baru saja terjadi
dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri maupun sudah lama berlangsung. Pengalaman
dapat merangsang respon stress yang dapat yang terjadi dapat diberikan kepada siapa saja
mengurangi sistem imun dalam peradangan, untuk digunakan dan menjadi pedoman serta
serta menghambat penyembuhan respon yang pembelajaran manusia. (Notoatmojo dalam
lebih parah akan mengarah pada ancaman Saparwati, 2012).
merusak diri sendiri (Corwin dalam Berdasarkan hasil penelitian Rampengan
Ayudianingsih, 2015). (2014) yang berjudul pengaruh teknik relaksasi
Manajemen nyeri merupakan salah satu dan teknik distraksi terhadap perubahan
carayang digunakan dibidang kesehatan untuk intensitas nyeri pada pasien post operasi di
mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr.R.D Kandou
Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk Manado. Hasil penelitian terhadap 15 responden
mengurangi nyeri. Teknik relaksasi merupakan sebelum dilakukan teknik relaksasi didapatkan
alternatif non obat-obatan dalam strategi hasil sebagian besar responden mengalami
penanggulangan nyeri, disamping metode TENS intensitas nyeri lebih nyeri yaitu sebanyak 6
(Transcutaneons Electric Nerve Stimulation), orang (40%), intensitas nyeri sedikit lebih nyeri
biofeedack, plasebo dan distraksi. Relaksasi sebanyak 4 orang (26,7%), intensitas nyeri
merupakan kebebasan mental dan fisik dari sangat nyeri 3 orang (20%) dan intensitas nyeri
ketegangan dan stress, karena dapat mengubah sedikit nyeri sebanyak 2 orang (13,3%). Setelah
persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. dilakukan teknik relaksasi, sebanyak 2
Teknik relaksasi membuat pasien dapat responden menyatakan tidak mengalami nyeri
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman dan tidak ada responden yang mengalami
atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri intensitas nyeri sangat nyeri dan intensitas nyeri
(Potter & Perry dalam Ayudianingsih, 2015). lebih nyeri.
Teknik relaksasi nafas dalam adalah Berdasarkan yang didapat dari Rumah
teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri Sakit Islam Siti Khadijah Palembang, jumlah
pada thalamus yang dihantarkan ke korteks penderita gastritis tahun 2016 sebanyak 147
cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat orang, tahun 2017
nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat sebanyak 130 orang dan tahun 2018 sebanyak
mengurangi nyeri selama nyeri timbul. Adapun 151 orang (Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi Palembang, 2019).
adalah pasien harus dalam keadaan nyaman, Berdasarkan latar belakang diatas
pikiran pasien harus tenang dan lingkungan yang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tenang. Suasana yang dengan judul “Pengalaman Penderita
rileks dapat meningkatkan hormon endorphin Gastritis Dalam Melakukan Teknik
yang berfungsi menghambat transmisi impuls Relaksasi Nafas Dalam Untuk Membantu
nyeri sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor Menurunkan Skala Nyeri Pada Penderita
saraf perifer ke Gastritis Kronis Di Rumah Sakit Islam
Siti Khadijah Palembang Tahun 2019”.

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 73

METODE PENELITIAN mempergunakan data sekunder yang diperoleh


dari catatan-catatan rumah sakit (medrec), buku-
Fokus Penelitian buku bacaan, jurnal-jurnal dan studi kepustakaan
Penelitian ini difokuskan pada lainnya.
pengalaman penderita gastritis kronis dalam Teknik Pengumpulan Data
melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk Dalam proses penelitian penulis
membantu menurunkan skala nyeri pada menggunakan metode pendekatan yang
penderita gastritis. berkaitan dengan judul yaitu wawancara, yaitu
Teknik relaksasi nafas dalam adalah penulis melakukan serangkaian tanya jawab
teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri secara langsung dengan penderita gastritis kronis
pada thalamus yang dihantarkan ke korteks mengenai pengalaman penderita gastritis kronis
cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat dalam melakukan teknik relaksasi nafas dalam
nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat untuk membantu menurunkan skala nyeri pada
mengurangi nyeri selama nyeri penderita gastritis.
timbul.Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan
saat relaksasi adalah pasien harus dalam keadaan Situasi Sosial dan Sampel Penelitian
nyaman, pikiran pasien harus tenang dan Situasi Sosial
lingkungan yang Situasi sosial dalam penetian ini adalah 2
tenang.Suasana yang rileks dapat meningkatkan orang pasien gastritis kronis sebagai partisipan
hormon endorphin yang berfungsi menghambat dan seorang informan kunci yaitu perawat yang
transmisi impuls nyeri sepanjang saraf sensoris bertugas di Rumah Sakit Islam Siti Khodijah
dari nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis Palembang.
kemudian ke thalamus, serebri, dan akhirnya
berdampak pada menurunnya persepsi nyeri Sampel
(Brunner & Suddart dalam Ayudianingsih, Sampel penelitian ini
2015). mempergunakan 3 orang sampel yaitu : 2
orang sebagai partisipan , dan 1 sebagai
Data dan Teknik Pengumpulan Data informan kunci.
Data Kriteria partisipan
Penelitian ini menggunakan data primer a. Pasien gastritis kronis yang ada di Rumah
yang diperoleh melalui partisipan Sakit Islam Siti Khodijah Palembang
yaitu penderita gastritis kronis dalam melakukan b. Kooperatif dan bisa diajak berkomunikasi
teknik relaksasi nafas dalam untuk membantu dengan baik
menurunkan skala nyeri, dengan cara c. Bersedia menjadi partisipan dalam penelitian
mewawancari pasien gastritis secara mendalam Kriteria informan kunci
untuk mendapatkan informasi maupun a. Perawat
keterangan-keterangan yang berkaitan dengan b. Lama bekerja lebih dari 5 tahun
pengalaman penderita gastritis kronis dalam c. Bersedia ikut partisipasi dalam penelitian
melakukan teknik relaksasi nafas dalam untuk d. Kooperatif
membantu menurunkan skala nyeri pada
penderita gastritis. Teknik Analisa Data
Data primer lain juga didapatkan dari Analisa data dalam penelitian kualitatif
informan kunci, mengenai prosedur yang tepat dilakukan saat pengumpulan data
dan benar maupun keterangan lain yang dapat berlangsung dan setelah selesai
menjelaskan masalah tersebut diatas. Selain itu
penelitian ini juga

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 74

pengumpulan data dalam periode tertentu. Data


atau informasi yang telah diperoleh dicatat atau Dari tabel 4.2 diatas diketahui Ny.T
direkam dengan menggunakan radio kaset dan berusia 35 tahun, pendidikan terakhirS1
buat transkip, kemudian dipindahkan kedalam Keperawatan bekerja sebagai perawat di Rumah
matrik dan didalam matrik data dikelompokkan Sakit Islam Siti Khadijah Palembang dan sudah
sesuai dengan tujuan penelitian. bekerja selama + 12 tahun.
Teknik pengumpulan data dilakukan
secara manual. Dengan mencatat jawaban yang Pembahasan
diperlukan informan sebagai sumber data Berdasarkan hasil wawancara mendalam
primer. dengan kedua responden diketahui bahwa kedua
responden yaitu Tn.M dan Tn.K sudah sejak
HASIL PENELITIAN DAN lama menderita penyakit gastritis, namun kedua
PEMBAHASAN informan tidak menghiraukan penyakitnya
karena menganggapnya suatu hal yang
Hasil Penelitian biasa.Kedua informan juga tidak memiliki
Gambaran Umum Informan riwayat keluarga menderita penyakit gastritis.
Pada penelitian ini sampel (partisipan) Menurut Rendy (2012), penyakit
berjumlah 3 orang yaitu Tn. M dan Tn. K gastritis adalah suatu peradangan permukaan
sebagai informan (pasien gastritis) dan Ny. T mukosa lambung yang akut dengan kerusakan
sebagai informan kunci (perawat) di Rumah erosi. Gastritis adalah suatu peradangan pada
Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. Untuk mukosa lambung yang dapat bersifat akut,
lebih jelasnya, karakteristik informan dan kronik atau lokal.
informan kunci dalam penelitian ini dapat dilihat Hal yang sama dinyatakan Sukarmin
pada tabel 1. berikut ini : (2012), yang menjelaskan bahwa gastritis
merupakan peradangan yang mengenai mukosa
Tabel 1. Karakterstik Informan Wawancara lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan
Mendalam Berdasarkan Umur, Pendidikan Dan pembengkakan mukosa lambung sampai
Pekerjaan terlepasnya epitel mukosa
superficial yang menjadi penyebab
Inisial Umur Pendidikan Pekerjaan terpenting dalam gangguan saluran
Tn. M 73 tahun SMP Pedagang
Tn.K 62 tahun SD Buruh pencernaan. Pelepasan epitel
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian akanmerangsang timbulnya proses inflamasi
lapangan tahun 2019 pada lambung.
Sedangkan menurut Etika (2018),
Tn.M berusia 73 tahun, pendidikan menyatakan bahwa penyakit gastritis atau asam
terakhir yang pernah di tempuh adalah SMP dan lambung naik juga bisa disebabkan oleh genetik
bekerja sebagai pedagang.Sedangkan Tn.K turunan orangtua seperti yang dinyatakan oleh
berusia 62 tahun, pendidikan terakhir yang beberapa penelitian. Contohnya pada penelitian
pernah ditempuh adalah SD dan bekerja sebagai yang diterbitkan
buruh. dalam jurnal Gastroenterology yang
menjadikan anak kembar sebagai
Karaktersti
Informa pesertanya. Dari hasil penelitian diketahui kalau
Tabel2. k n Kunci sebanyak 43% penyakit asam lambung yang
Berdasarka dialami peserta dipengaruhi oleh adanya kode
Wawancara Mendalam n Umur, genetik bawaan dari orangtua mereka, yang juga
Pendidikan Dan memiliki penyakit tersebut.
Pekerjaan
Pekerjaa Lama
Inisial Umur Pendidikan n Bekerja
S1 + 12
Ny.T 35 tahun Keperawatan Perawat tahun
Sumber: Hasil pengolahan data penelitian
lapangan tahun 2019

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 75

Berdasarkan hasil wawancara mendalam Berdasarkan hasil wawancara mendalam


dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K
menjelaskan bahwa kedua informan sering menjelaskan bahwa selama menderita penyakit
mengalami kekambuhan penyakit gastritis, hal gastritis kedua informan telah melakukan
tersebut dialami kedua informan ketika telat pengobatan baik kedokter maupun ke puskesmas
makan dan ketika perut kosong. dan telah mengkonsumsi obat-obatan. Selain itu
Hal ini sesuai dengan pernyataan kedua informan juga diajarkan untuk melakukan
informan kunci yang menyatakan bahwa terapi non farmakologi seperti relaksasi nafas
“Gejalanya itu ya...nyeri lambung yang dalam dan kompres air hangat untuk mengurangi
disebabkan dari telat makan itu tadi”. rasa nyeri ketika penyakitnya kambuh.
Menurut Samiadi (2018), menjelaskan Hal ini sesuai dengan pernyataan
bahwa ketika lambung dibiarkan kosong dalam informan kunci yang menyatakan bahwa
waktu lama, cairan asam yang menggenang akan “Untuk mengatasinya itu bisa makan dengan
menyebabkan dinding lambung teriritasi dan porsi sedikit tapi sering kemudian dapat juga
meradang. Ini dilakukan dengan kompres panas, dan
yang menjadi pemicu atau yang memperburuk relaksasi nafas dalam”.
gejala maag Anda. Dengan menerapkan pola Kami juga pernah, kalau dia lagi
makan yang teratur, pencernaan akan bekerja kambuh kan kita ajarkan teknik relaksasi
lebih baik dan efisien. nafas dalam misalkan dia sedang merasakan
Sedangkan menurut Widyatama (2017), nyeri sekali. Iya dek sering di sini kalau
menjelaskan bahwa pola makan yang tidak pasiennya lagi nyeri-nyeri kita ajarkan teknik
teratur, termasuk telat makan, juga dapat relaksasi nafas dalam dan kompres panas.
memicu terjadinya produksi enzim-enzim Menurut Kurnia (2009), beberapa cara
pencernaan yang tidak untuk mengobati gastritis yaitu: 1) Untuk
memadai. Kondisi tersebut dapat menghambat menurunkan asam lambung bisa menggunakan
proses pencernaan. Ketika proses pencernaan obat-obat maag yang dijual bebas. Tapi
tidak berjalan dengan lancar, gejala mag juga pengobatan tersebut hanya berlansung sementara
dapat muncul. karena proses penyembuhan luka lambung
Berdasarkan hasil wawancara mendalam berlansung lama. Walaupun luka tersebut sudah
dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K pulih, namun akan meninggalkan jaringan parut
menjelaskan bahwa saat penyakitnya kambuh yang mudah sobek apabila terjadi iritasi karena
kedua informan merasakan rasa nyeri dan sakit produksi asam lambung yang berlebihan hingga
pada daerah lambung hingga ke pinggang. mengakibatkan sekresi kelenjar-kelenjar
Menurut Rendy (2012), tanda dan gejala lambung tidak seimbang.
gastritis antara lain mual, sebagian penderita 2) Istirahat yang cukup sampai gejala gastritis
bisa muntah darah, nyeri epigastrium, nausea, mereda. 3) Sebisa mungkin mengolah tekanan
muntah dan cegukan serta sakit kepala. emosional dan selama
Sedangkan gejala gastritis akut adalah nyeri proses pemulihan kurangi kerja berat.
epigastrium, mual, kembung muntah, dapat 4) Mengkonsumsi makanan yang lunak. 5)
ditemukan hematemesis dan melena. Dan gejala Ramuan tradisional berupa kunyit bisa juga
gastritis kronis adalah kebanyakan tidak menyembuhkan luka dinding lambung. 6)
mempunyai keluhan, hanya sebagai mengeluh Periksakan ke dokter jika penyakit maag terus
nyeri ulu hati, anoreksia, nausea. menerus kambuh karena siapa tahu penyakit
tersebut disebabkan oleh bakteri.

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 76

Menurut Lusiana (2015), Intervensi Non sering di sini kalo pasiennyo lagi nyeri-nyeri
Farmakologiyang dapat digunakan untuk kito ajarke teknik relaksasi nafas dalam,
mengatasi nyeri adalah Stimulasi dan kompres panas”
massase kutaneus, stimulasi kulit, Smeltzer dan Bare (2002), menyatakan
transcutaneous elecrical nerve stimulation bahwa tujuan relaksasi pernafasan adalah untuk
(TENS), distraksi, teknik relaksasi, imajinasi meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
terbimbing, hipnosis, metoda bedah-neuro. pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
Berdasarkan hasil wawancara mendalam merilekskan tegangan otot, meningkatkan
dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress
menjelaskan bahwa setelah melakukan teknik fisik maupun emosional yaitu menurunkan
relaksasi nafas dalam kedua informan merasa intensitas nyeri (mengontrol atau mengurangi
lega, dan nyeri yang dirasakan sedikit nyeri) dan menurunkan kecemasan.
berkurang. Berdasarkan hasil wawancara mendalam
Hal ini sesuai dengan pernyataan dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K
informan kunci yang menyatakan bahwa menjelaskan bahwa dalam melakukan teknik
“Biasanya dia merasakan lebih tenang, lebih relaksasi nafas dalam kedua informan selalu
nyaman....kemudian nyerinya juga mengulang-ulang teknik relaksasi nafas dalam
berkurang” tersebut sampai nyeri lambung yang
Menurut Smelzer dalam Hermanto dirasakannya berkurang dan kedua informan
(2013), menjelaskan tujuan teknik relaksasi merasa lega.
napas dalam adalah untuk meningkatkan Hal ini sesuai dengan pernyataan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, informan kuci yang menyatakan bahwa
mencegah atelektasi paru, meningkatkan “Tujuannya itu untuk mengurangi rasa nyeri
efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress pada pasien yang menderita gastritis”.
fisik maupun emosional yaitu Menurut Aningsih (2018), menjelaskan
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam adalah
kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat bernafas dengan perlahan dan
dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik menggunakan diafragma, sehingga
relaksasi nafas dalam memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan
adalah dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman dada mengembang penuh. Dalam teknik ini
hati, dan berkurangnya rasa cemas. merupakan suatu bentuk asuhan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam keperawatan, bagaimana perawat mengajarkan
dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam,
menjelaskan bahwa perawat telah mengajarkan nafas lambat (menahan inspirasi secara
kepada kedua informan dalam melakukan teknik maksimal) dan bagaimana menghembuskan
relaksasi nafas dalam, dan kedua informan telah nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam tersebut intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam
sejak lama. Menurut kedua informan setelah juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam tersebut meningkatkan oksigenasi darah. Selain itu
perasaan menjadi lega dan rasa nyeri yang manfaat yang didapat setelah melakukan teknik
dirasakan semakin berkurang. relaksasi nafas dalam adalah mengurangi atau
Hal ini sesuai dengan pernyataan bahkan menghilangkan rasa nyeri yang terjadi
informa kunci yang menyatakan bahwa pada individu
“Pernah, kalo dio lagi kambuh kan kito tersebut, ketentraman hati, dan
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam misalke
dio lagi nyeri nian”.“Iyo dek

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 77

berkurangnya rasa cemas, juga praktis dalam menjelaskan bahwa kedua informan melakukan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam tersebut teknik relaksasi nafas dalam sekitar 5 sampai 10
tanpa harus mengeluarkan biaya. menit atau hingga nyeri yang dirasakan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam berkurang.
dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K Prosedur teknik relaksasi nafas dalam
menjelaskan bahwa pada saat melakukan teknik menurut Priharjo (2003), yakni dengan bentuk
relaksasi nafas dalam posisi badan kedua pernapasan yang digunakan pada prosedur ini
informan Tn.M sambil duduk sedangkan posisi adalah pernapasan diafragma yang mengacu
Tn.K dilakukan sambil duduk dan berbaring. pada pendataran kubah diagfragma selama
Ada beberapa posisi relaksasi nafas inspirasi yang mengakibatkan pembesaran
dalam yang dapat dilakukan menurut (Smeltzer abdomen bagian atas sejalan dengan desakan
& Bare, 2002) : a) Posisi relaksasi dengan udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah-
terlentang Berbaring terlentang, kedua tungkai langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah
kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua tangan sebagai berikut : 1) Ciptakan lingkungan yang
rileks disamping bawah lutut dan kepala diberi tenang 2) Usahakan tetap rileks dan tenang
bantal. b) Posisi relaksasi dengan berbaring 3) Menarik nafas dalam dari hidung dan
miring Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, mengisi paru-paru dengan udara melalui
dibawah kepala diberi bantal dan dibawah perut hitungan 1,2,3. 4) Perlahan-lahan udara
sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
menggantung. ekstrimitas atas dan bawah rileks
c) Posisi relaksasi dalam keadaan berbaring 5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3
terlentang Kedua lutut ditekuk, berbaring kali 6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan
terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan menghembuskan melalui mulut 7) Anjurkan
disamping telinga. d) Posisi relaksasi dengan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
duduk Duduk membungkuk, kedua lengan diatas berkurang 8) Ulangi sampai 15 kali, dengan
sandaran kursi atau diatas tempat tidur, kedua selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
kaki tidak boleh menggantung. Berdasarkan hasil wawancara mendalam
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K
dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa selama menggunakan teknik
menjelaskan bahwa pada saat melakukan teknik relaksasi nafas dalam kedua informan merasakan
relaksasi nafas dalam kedua informan manfaat yaitu nyeri perut berangsur-angsur
melakukannya di lokasi yang sepi dan sunyi berkurang. Kedua responden jugamenjelaskan
dengan tujuan agar lebih mudah berkonsentrasi. bahwa tujan kedua informan melakukan teknik
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan relaksasi nafas dalam adalah untuk mengurangi
kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K rasa nyeri.
menjelaskan bahwa Tn.M biasa melakukan Menurut Kusyati (2015), manfaat teknik
teknik relaksasi nafas dalam dengan menarik relaksasi nafas dalam diantaranya adalah :
nafas dari hidung dan menahannya selama 2-3 Ketentraman hati, berkurangnya rasa cemas,
detik kemudian dihembuskan dari mulut secara khawatir dan gelisah, tekanan dan ketegangan
perlahan-lahan. Sedangkan Tn.K menarik nafas jiwa menjadi rendah, detak jantung lebih rendah,
dalam tanpa ada hitungan dan kemudian mengurangi tekanan darah, ketahanan yang lebih
menghembuskannya melalui mulut secara besar terhadap penyakit, tidur lelap, kesehatan
perlahan-lahan. Berdasarkan hasil wawancara mental menjadi lebih baik, daya ingat lebih baik,
mendalam dengan kedua responden yaitu Tn.M meningkatkandayaberpikirlogis,
dan Tn.K

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 78

meningkatkan kreativitas, meningkatkan darah, ketahanan yang lebih besar terhadap


keyakinan, meningkatkan daya kemauan, intuisi. penyakit, tidur lelap, kesehatan mental menjadi
Berdasarkan hasil wawancara lebih baik, daya ingat lebih baik,
mendalam dengan kedua responden yaitu Tn.M meningkatkan daya berpikir logis, meningkatkan
dan Tn.K menjelaskan bahwa selain melakukan kreativitas, meningkatkan keyakinan,
teknik relaksasi napas dalam Tn.M juga meningkatkan daya kemauan, intuisi.
melakukan terapi kompres air hangat dengan Hasil penelitian ini sejalan dengan
menggunakan botol. Sedangkan Tn.K hanya penelitian Rampengan (2014) yang berjudul
melakukan terapi relaksasi nafas dalam dan pengaruh teknik relaksasi dan teknik distraksi
tiduran atau istirahat. terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien
Menurut Pahlevi (2017), saat ini marak post operasi di Ruang Irina A Atas RSUP Prof.
dikembangkan terapi tambahan untuk mengatasi Dr.R.D Kandou Manado. Hasil penelitian
nyeri, seperti: kompres hangat / dingin, latihan terhadap 15 responden
nafas dalam, musik, aromatherapi, imajinasi sebelum dilakukan teknik relaksasi didapatkan
terbimbing dan hipnosis. hasil sebagian besar responden mengalami
Menurut Potter & Perry dalam intensitas nyeri lebih nyeri yaitu sebanyak 6
Ayudianingsih (2015), manajemen nyeri orang (40%), intensitas nyeri sedikit lebih nyeri
merupakan salah satu carayang digunakan sebanyak 4 orang (26,7%), intensitas nyeri
dibidang kesehatan untuk mengatasi nyeri yang sangat nyeri 3 orang (20%) dan intensitas nyeri
dialami oleh pasien. Pemberian analgesik sedikit nyeri sebanyak 2 orang (13,3%). Setelah
biasanya dilakukan untuk mengurangi nyeri. dilakukan teknik relaksasi, sebanyak 2
Teknik relaksasi merupakan alternatif non obat- responden menyatakan tidak mengalami nyeri
obatan dalam strategi penanggulangan nyeri, dan tidak ada responden yang mengalami
disamping metode TENS (Transcutaneons intensitas nyeri sangat nyeri dan intensitas nyeri
Electric Nerve Stimulation), biofeedack, plasebo lebih nyeri.
dan distraksi. Relaksasi merupakan kebebasan Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
mental dan fisik dari ketegangan dan stress, penelitian Putri (2017) yang berjudul relaksasi
karena dapat mengubah persepsi kognitif dan nafas dalam untuk mengurangi nyeri pada pasien
motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi dengan gastritis. Berdasarkan hasil pengkajian
membuat pasien dapat mengontrol diri ketika yang telah dilakukan pada keluara Tn. J
terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik Khususnya pada Ny.S Tanda gejala yang
dan emosi pada nyeri. muncul adalah Ny. S Mengatakan nyeri perut,
Berdasarkan hasil wawancara mendalam mual, muntah.Ny. S mulai merasakan gejala-
dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K gejala kalau sakit sejak 1 tahun yang lalu.
menjelaskan bahwa setiap kedua informan setelah dibawa periksa ke dokter Ny. S
melakukan teknik relaksasi nafas dalam nyeri dianjurkan untuk mengurangi makan makanan
yang ia rasakan berangsur berkurang. yang pedas, pada bulan Februari 2016 nyeri
Menurut Kusyati (2015), manfaat teknik perut itu kambuh Ny.S Mengalami perlukaan
relaksasi nafas dalam diantaranya adalah : lambung karena memakan makanan yang pedas
Ketentraman hati, berkurangnya rasa cemas, kemudian terjai nyeri perut, mual, muntah yang
khawatir dan gelisah, tekanan dan ketegangan menyebabkan asam lambung nya meningkat.
jiwa menjadi rendah, detak jantung lebih rendah, Intervensi yang dilakukan adalah mengajarkan
mengurangi tekanan relaksasi nafas dalam untuk mengatasi nyeri
perut selain itu Ny. S juga diajarkan tentang
guide imagery untuk

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 79

mengatai nyeri perut dan juga cemas yang bahan yang menunjang penulisan Karya
dirasakan. Implementasi dilakukan selama 3 hari Tulis Ilmiah ini guna meningkatkan mutu
mulai tanggal 19 februari sampai tanggal 21 pendidikan, menyarankan agar mahasiswa
februari 2017. pada tanggal 19 februari 2017 sebelum menentukan judul sebaiknya
dilakukan relaksasi nafas dalam untuk menatasi menentukan masalah yang layak dan relevan
nyeri perut Ny. sebelum menajarkan relaksasi untuk diteliti.
nafas dalam didapatkan hasil bahwa keluara 2. Bagi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
hanya menyuruh Ny. S untuk berbaring Palembang
kemudian setelah itu diajarkan tentang relaksasi Diharapkan kepada petugas kesehatan di
nafas dalam yang membutuhkan suasana rumah Rumah Sakit Islam Siti
yang nyaman dan tenang. Khadijah Palembang, dapat meningkatkan
Berdasarkan hasil penelitian dan pelayanan kepada pasien gastritis khususnya
pembahasan diatas peneliti berasumsi bahwa dalam membantu pasien mengatasi rasa
teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam nyeri. Dalam menurunkan skala nyeri pada
membantu menurunkan skala nyeri pada pasien gastritis selain menggunakan
penderita gastritis. Dengan melakukan relaksasi pengobatan farmakologi yang telah
nafas dalam dapat membuat pasien menjadi diterapkan
rileks, tenang, nyaman serta mengurangi rasa selama ini diharapkan dapat menggunakan
nyeri. Suasana yang rileks dapat meningkatkan alternatif pengobatan non
hormon endorphin yang berfungsi untuk farmakologi seperti memberikan kompres
mengurangi rasa nyeri. air hangat kepada pasien gastritis.

KESIMPULAN 3. Bagi Peneliti Selanjutnya


Berdasarkan hasil penelitian yang telah Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
dilakukan di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah mencari alternatif lain dalam menurunkan
Palembang, dapat disimpulkan bahwa : skala nyeri pasien gastritis
Pengalaman responden selama seperti memberikan massase atau kompres
melakukan terapi relaksasi nafas dalam Tn.M hangat pada pasien gastritis serta dengan
dan Tn.K mengaku nyeri lambung menggunakan metode penelitian kualitatif
yang dirasakan berangasur-angsur sehingga penelitian tentang penurunan skala
berkurang.Tn.M dan Tn.K melakukan terapi nyeri pada pasien gastritis dapat terus di
relaksasi nafas dalam setiap kali nyeri kembangkan.
lambungnya kambuh. Dari penjelasan kedua
informan diketahui bahwa teknik relaksasi
dilakukan pada posisi duduk dan berbaring DAFTAR PUSTAKA
dalam suasana yang tenang.Kedua informan
menarik nafas dalam dan menghembuskannya Angkow, Julia. 2016. Faktor-faktor yang
secara perlahan melalui mulut. berhubungan dengan kejadian
gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas
SARAN Bahu Kota Manado.
1. Bagi STIKES Mitra Adiguna Jurnal Keperawatan Fakultas
Palembang Kedokteran Universitas Sam
Diharapkan dapat lebih melengkapi referensi Ratulangi Manado.
seperti buku-buku sumber, majalah
kesehatan, jurnal, serta bahan- Ayudianingsih. 2015. Pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
penurunan tingkat nyeri pada pasien pasca
operasi fraktur femur di Rumah Sakit Noviliya Hawati 80
Karima Utama Surakarta. Jurnal FIK UMS
Kartasura
Rampengan. 2014. Pengaruh teknik relaksasi dan
Bare & Smeltzer. 2002. Buku Ajar teknik distraksi terhadap perubahan
Keperawatan Medikal Bedah intensitas nyeri pada pasien post operasi di
Brunner &. Suddart (Alih bahasa Agung Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr. R. D.
Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta : EGC Kandou Manado. Jurnal Universitas Sam
Ratulangi
Bruner & Sudart. 2007. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2,
Edisi 9, EGC, Jakarta Rendy, Clevo dan Margareth. 2012. Asuhan
keperawatan medikal bedah penyakit
Endang. 2008. Gangguan Saluran dalam. Yogyakarta : Nuhamedika
Pencernaan. Jakarta : EGC Rumah Sakit Islam Siti Khadijah. 2019.
Jumlah penderita gastritis.
Fahrur. 2009. Disiplin Waktu Tuntaskan Palembang.
Maag.
http://www.ngobrolaja.com/showthre Saparwati, Mona. 2012. Studi Fenomenologi
ad.php, diakses 15 Januari 2019 dari : Pengalaman Kepala Ruang dalam
Mengelola Ruang Rawat di RSUD
Hidayat, A Aziz Alimun. 2009. Metode Penelitian Ambarawa. Tesis Magister Ilmu
Keperawatandan Teknik Analisis Data. Keperawatan Universitas Indonesia,
Jakarta: Salemba medika. Depok.

Kurnia,H. 2009. Kiat Jitu Tangkal Penyakit Saydam, Gouzali. (2011). Memahami Berbagai
Orang Kantoran. Yagyakarta : Best Penyaki t: Penyakit
Publisher Pernafasan dan Gangguan
Pencernaan. Bandung: Alfabeta
Lusiana. 2015. Prosedur Keperawatan.
Yogyakarta : TIM Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Sukarmin, S.Kep. Ns. 2012. Keperawatan
Rineka Cipta. Pada System Pencernaan. Celemba
Timur : Pustaka Pelajar.
Putri, Rona Sari Mahaji. 2017. Hubungan
pola makan dengan timbulnya Tussakinah. 2017. Hubungan pola makan dan
gastritis pada pasien di Universitas stres terhadap kekambuhan
Muhammadiyah Malang Medical gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok
Centre (UMC). Jurnal Keperawatan Kota Payakumbuh. Jurnal kesehatan
Universitas Tibhuwana Tunggadewi Andalas.
Malang.

Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Lampiran 2

http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/J-SiKep

Research Article Jurnal Studi Keperawatan Open Access

Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap


Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Pasien Gastritis

Nuryanti Erni1, Abidin M Zainal2, Normawati Ajeng Titah 3


1,2,3 Prodi
D-III Keperawatan Blora, Poltekkes Kemenkes Semarang, Indonesia

*Corresponding author : Erni Nuryanti


Email: erninuryanti@gmail.com

Received: March 9, 2020; Accepted: March 20, 2020, Published : March 31, 2020

ABSTRACT
Background: Today the frequency of psychosomatic illnesses experienced by a person is increasing. One
such psychosomatic disease is gastritis. Pharmacotherapy for gastritis often results in less satisfactory
results. Meanwhile the other alternatives to overcome these problems can be done with relaxation exercises.
Relaxation can increase the sensitivity of baro-reflect and decrease sympathetic nerve activity and activate
the correction so that there will be a decrease of pain level.
Objective: To know the effect of relaxation technique on the reduction of epigastria pain in gastritis patients.
Research Method: The design of the research used is one group pre test and post test design, where the
patient came to check the level of pain with the scale of pain then done relaxation. After the relaxation was
done and then re-check in the same way. Bivariate analysis used Wilcoxon Test.
Results: The statistical results obtained p = 0,000 (P <0.05) which means that there is a very significant
difference in the average value of the pain scale before relaxation with the average of pain scale after
relaxation.
Conclusion: There is a relaxation effect on the reduction of epigastria pain in gastritis patients

Keyword: Relaxation, Pain, Epigastria

Pendahuluan dan irreguler, nausea, vomitus, kelelahan dan


keletihan (Potter & Perry, 2009).
Gastritis merupakan penyakit yang sering dialami Menurut data yang diperoleh dari Dinas
oleh seseorang.Gastritis atau yang lebih dikenal Kesehatan Kabupaten Blora penyakit gastritis
sebagai maag yang berasal dari bahasaYunani yaitu merupakan urutan daftar 3 penyakit yang paling
gastro yang berarti perut /lambung dan itis yang sering dikeluhkan pasien, tahun 2015 tercatat data
berarti peradangan atau inflamasi. Pasien yang terakhir bulan Agustus sebanyak 125 pasien dan
mengalami gastritis menyebabkan tidak dapat bulan September meningkat menjadi 155 pasien
melakukan kegiatan sehari-hari secara normal (DKK Blora, 2015). Berdasarkan studi pendahuluan
(Hawari,2013). yang dilakukan peneliti di RSUD dr R Soetijono Blora
Gejala yang umum terjadi pada penderita data tentang jumlah pasien gastritis yang didapatkan
gastritis adalah rasa tak nyaman (nyeri) pada peneliti di rekam medis mengalami peningkatan
epigastrium, perut kembung, sakit kepala dan mual yaitu tahun 2012 sebanyak 155 orang, tahun 2013
yang dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. sebanyak 172 orang, tahun 2014 sebanyak 198
Dampak fisiologis pada nyeri epigastrium orang,data tiga bulan terakhir tahun 2016 di Ruang
menyebabkan munculnya stimulasi simpatik berupa Dahlia menunjukkan pada bulan September jumlah
dilatasi saluran bronchial, peningkatan respirasi pasien gastritis sebanyak 28 orang, pada bulan
rate, peningkatan heart rate, vasokontriksi perifer, Oktober sebanyak 30 orang sedangkan pada bulan
peningkatan tekanan darah, peningkatan nilai gula November sebanyak 33 orang.
darah, diaphoresis, peningkatan kekuatan otot, Hasil wawancara awal dengan perawat di
dilatasi pupil. Sedangkan pada nyeri berat banyak ruangan ternyata untuk penatalaksanaan gastritis
ditemukan stimulasi para simpatik (nyeri berat dan dengan keluhan mual- muntah, anoreksia, nyeri
dalam) seperti muka pucat, otot mengeras, epigastrium lebih sering dengan penggunaan secara
penurunan heart rate dan tekanan darah, nafas cepat farmakologi.Penggunaan obat farmakologi dalam

J-SiKep Team *Corresponding author email : erninuryanti@gmail.com


Title : Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Copyright:
Pasien Gastritis @ 2020 Nuryanti Erni, et.al

buku DOI (Daftar Obat Indonesia) dan ISO serta hasil Metode Penelitian
wawancara sebagai studi pendahuluan dengan
perawat jaga Ruang Dahlia RSUD dr SoetijonoBlora, Desain penelitian yang digunakan adalah
menyebutkan obat – obatan yang sering dipakai dengan metode one group pre test and post test
untuk mengobati penderita gastritis adalah design, dimana pasien datang dilakukan pengecekan
Ranitidin,Cimetidin, dan Ulsikur. tingkat nyeri dengan skala nyeri lalu dilakukan
Sutrisno (2012) mengatakan bahwa relaksasi. Setelah dilakukan relaksasi dilakukan
farmakoterapi terhadap gastritis sering pengecekan ulang dengan cara yang sama. Penelitian
menimbulkan hasil kurang memuaskan.Sedangkan ini melakukan intervensi terhadap responden
alternatif lain untuk mengatasi masalah tersebut dari berupa relaksasi untuk menurunkan nyeri
sisi keperawatan dapat dilakukan dengan latihan epigastrium pada pasien gastritis, sampel yang
relaksasi progresif. Namun berdasarkan pengalaman dipilih secara total sampling terhadap pasien
peneliti setelah dilakukan pendekatan di rumah sakit gastritis yang dirawat di RSUD dr R Soetijono Blora.
terbukti teknik relaksasi belum banyak Data diolah dan dianalisa dengan analisis univariat
dilakukan,bahkan sangat jarang dilakukan dan bivariat. Analisis bivariat ini dilakukan untuk
khususnya untuk mengurangikeluhan nyeri menguji hipotesis pengaruh antara variable
epigastrium pada penderita gastritis.Menurut (Evi independen dengan variable dependen. Uji statistik
Lina Sutrisno, 1998) teknik relaksasi progresif ini yang digunakan dengan menggunakan uji Paired
telah diketahui efektif menurunkan gejala fisik pada Sample T–Test.
pasien gastritis dan ulkus peptikum. Penelitian
Chappel, Stefano dan Rogerson (1992) menggunakan Hasil dan Pembahasan
pelatihan relaksasi terhadap pasien gastritis dan
ulkus peptikum dengan menurunkan intensitas Hasil
kekambuhan. Tabel 1 Distribusi pasien gastritis berdasarkan
Teknik relaksasi sangat berperan dalam usia di RSUD dr R Soetijono Blora tahun
mengurangi keluhan fisik dan meminimalkan efek – 2017(n=30)
efek dari stres, sehingga memungkinkan pasien Jenis kelamin Frekuensi Persentase
dapat mengontrol tubuh merespon ketegangan dan (n) (%)
kecemasan sehingga dapat menurunkan produksi <20 2 6.7
asam lambung (KazierdanErb,2008). Menurut 20-40 11 36.7
Gunawan (2001) mengatakan bahwa relaksasi 41-60 14 46.7
berguna mengurangi stres atau ketegangan jiwa >60 3 10.0
yang merupakan salah satu cara untuk mencegah Total 30 100.0
dan menurunkan rasa nyeri. Relaksasi dapat
meningkatkan sensitifitas baroreflek dan Pada tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah
menurunkan aktifitas syaraf simpatis dan tertinggi dari responden dengan gastritis adalah
mengaktifasi kemoreflek sehingga menawarkan efek berusia 41-60 yaitu sejumlah 14 (46.7%) sedangkan
pada penurunan tingkat nyeri. Dengan tindakan jumlah terendah dari respondendengan gastritis
relaksasi diharapkan nyeri pada epigastrium akan adalah berusia <20 yaitu sejumlah 2 (6.7%).
menurun. Tindakan relaksasi yang mudah dilakukan
untuk mengatasi rasa nyeri tersebut adalah dengan Tabel 2. Distribusi pasien gastritis berdasarkan jenis
relaksasi. progresif memberikan pengaruh yang kelamin di RSUD dr R Soetijono Blora
paling baik untuk jangka waktu yang relatif singkat tahun 2017 (n=30)
dalam mengatasi nyeri pada pasien gastritis. Jenis Frekuensi Persentase
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 7 kelamin (n) (%)
penderita gastritis, 5 orang mengatakan bahwa Laki-laki 21 70
setelah diberikan tindakan relaksasi progresif nyeri Perempuan 9 30
epigastriumnyanya berkurang tanpa mereka diberi Jumlah 32 100
obat. Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah
Dari fenomena ini peneliti tertarik ingin tertinggi dari responden dengan gastritisa dalah
melakukan penelitian ”Pengaruh tehnik relaksasi berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 21(70%)
terhadap penurunan nyeri epigastrium pada pasien sedangkan selebihnya berjenis kelamin sejumlah 9
gastritis di RSUD dr Soetijono Blora”. (30%).

Citation: Nuryanti Erni, Abidin M Zainal & Normawati Ajeng Titah (2020) Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Page 2 of 5
Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Pasien Gastritis. Jurnal Studi Keperawatan Vol. 1 No. 1
Title : Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Copyright:
Pasien Gastritis @ 2020 Nuryanti Erni, et.al

Tabel 3. Distribusi pasien gastritis berdasarkan Mean : 3.07


status pernikahan di RSUD dr R Soetijono SD : 1.143
Blora tahun 2017 (n=30) Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa
Status Frekuensi Persentase distribusi skala nyeri setelah dilakukan relaksasi
pernikahan (n) (%) progresif yang tertinggi adalah skala nyeri 3 (nyeri
Menikah 26 86.7 ringan) dan skala nyeri 4 (nyeri sedang) sejumlah 9
Belum 4 13.3 responden (28.1%), kemudian skala nyeri 2 (nyeri
menikah ringan) sejumlah 7 responden (21.9%), selanjutnya
Jumlah 32 100 skala nyeri 1 (nyeri ringan) sejumlah 4 responden
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah (12.5%) dan yang terendah skala nyeri 5 (nyeri
tertinggi dari responden dengan gastritisadalah sedang) sejumlah 3responden (9.4%). Dengan rata-
berstatus menikah yaitu sebanyak 26 (86.7%) rata skala nyeri 3.07.
sedangkan selebihnya berstatus belum menikah
sejumlah 4 (13.3%). Analisis Bivariat

Sebelum dilakukan uji beda rata-rata


Tabel 4. Distribusi pasien gastritis berdasarkan
antara skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
suku bangsa di RSUD dr R Soetijono Blora
relaksasi perlu dilakukan uji normalitas skala
tahun 2017 (n=30)
intensitas nyeri sebelum relaksasi dan sesudah
Suku Frekuensi Persentase relaksasi dalam dengan uji Shapiro-Wilk, karena
bangsa (n) (%) jumlah responden kurang dari 50.
Suku jawa 30 100
Luar jawa 0 0 Tabel 7. Tabel uji normalitas data
Jumlah 32 100 Shapiro- Statistik df p-value
Pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa seluruh Wilk
responden dengan gastritismempunyai suku jawa Pre-test 0.720 30 0.000
yaitu sebanyak 30 (100%). Post-test 0.921 30 0.029
Dari hasi uji Shapiro-Wilk pada skala nyeri
Tabel 5 : Hasil pengukuran skala nyeri sebelum
sebelum relaksasi progresif didapatkan nilai p-value
relaksasi pasien gastritis di RSUD dr R
sebesar 0,000 (>0,05) yang berarti data berdistribusi
Soetijono Blora tahun 2017 (n=30)
tidak normal pada responden. Sedangkan pada
Skala nyeri Frekuensi (f) Prosentase (%) responden sesudah dilakukan relaksasi didapatkan
4 (nyeri sedang) 8 26.7 p-value sebesar 0,029 (>0,05) yang berarti data
5 (nyeri sedang) 10 33.3 berdistribusi tidak normal.
Setelah mengetahui data tidak berdistribusi
6 (nyeri sedang) 12 40.0
normal maka uji alternatif yang digunakan adalah uji
Total 30 100.0 Wilcoxon dengan cara mengubah data menjadi
Mean: 5.13 Ordinal. Dari hasil uji Wilcoxon dengan
SD : 0.819 menggunakan SPSS versi 16.0 terhadap skala
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui intensitas nyeri sebelum dan sesudah mendapat
bahwa distribusi skala nyeri sebelum dilakukan perlakuan relaksasi menunjukkan hasil sebagai
relaksasi yang tertinggi adalah skala nyeri 6 (nyeri berikut :
sedang) sejumlah 12 responden (40%), kemudian
skala nyeri 5(nyeri sedang) sejumlah 10 responden Table 8. Tabel out put rank perlakuan sebelum dan
(33.3%) dan yang terendah skala nyeri 4 (nyeri sesudah relaksasi pada pasien gastritisdi
sedang) sejumlah 8 responden (26.7%). Dengan RSUD dr R Soetijono Blora tahun 2017.
rata-rata skala nyeri 5.13. Mean Sum of
N Rank Ranks
Tabel 6. Hasil pengukuran skala nyeri setelah
Nyeri Skala nyeri
relaksasi pasien gastritisdi RSUD dr R
27a 14.00 378.00
Soetijono Blora tahun 2017 (n=30) setelah turun
Skala nyeri Frekuensi (f) Prosentase (%) relaksasi Skala nyeri
progresif - naik 0b .00 .00
1 (nyeri ringan) 3 10.0
Nyeri
2 (nyeri ringan) 6 20.0 sebelum Skala nyeri 3c
3 (nyeri ringan) 10 33.3 relaksasi tetap
4 (nyeri sedang) 8 26.7 nafas
Total 30
5 (nyeri sedang) 3 10.0 dalam
Total 30 100.0 Berdasarkan tabel 8 hasil Output ranks
menunjukkan perbandingan skala nyeri sebelum dan
Citation: Nuryanti Erni, Abidin M Zainal & Normawati Ajeng Titah (2020) Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Page 3 of 5
Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Pasien Gastritis. Jurnal Studi Keperawatan Vol. 1 No. 1
Title : Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Copyright:
Pasien Gastritis @ 2020 Nuryanti Erni, et.al

sesudah relaksasi, terdapat 27 responden dengan (Guyton&Hall, 1997). Menurut sebuah penelitian di
hasil skala nyeri setelah relaksasi progresif lebih Atlanta for Behavioral Medicine, dikutip dari
rendah dari pada sebelum relaksasi, sedangkan 3 Sciencedily, temuan ini telah dipresentasikan dalam
responden mempunyai skala nyeri yang sama American Psychological Association di San Diego,
sebelum dan sesudah relaksasi. peneliti menduga faktor hormonal turut
Table 9. Tabel statistik perlakuan sebelum dan mempengaruhi perbedaan nyeri yang dirasakan laki-
sesudah relaksasi pada pasien gastritisdi laki dan perempuan. Beberapa jenis hormon
RSUD dr R SoetijonoBlora tahun 2017. memang berhubungan sensasi nyeri. Menurut Dr.
Jenifer Kelly perbedaan hormonal antara laki-laki
Nyeri setelah relaksasi dan perempuan menduga turut mempengaruhi
progresif - Nyeri sebelum respons terhadap nyeri.
relaksasi nafas dalam
Z -4.589a Hasil pengukuran skala nyeri setelah relaksasi
pada pasien gastritis
Asymp. Sig. (2-
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa
.000 distribusi skala nyeri setelah dilakukan relaksasi
tailed)
Berdasarkan tabel 9. Hasil analisis statistik yang tertinggi adalah skala nyeri 3 (nyeri ringan)
diperoleh hasil p = 0,000(P<0,05) yang berarti ada dan skala nyeri 4 (nyeri sedang) sejumlah 9
perbedaan yang sangat signifikan nilai rata-rata responden (28.1%), kemudian skala nyeri 2 (nyeri
skala nyeri sebelum relaksasi dengan rata-rata skala ringan) sejumlah 7 responden (21.9%), selanjutnya
nyeri setelah relaksasi, sehingga dapat ditarik skala nyeri 1 (nyeri ringan) sejumlah 4 responden
kesimpulan bahwa dengan nilai p= 0,000 maka Ho (12.5%) dan yang terendah skala nyeri 5 (nyeri
ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh sedang) sejumlah 3responden (9.4%). Dengan rata-
penggunaan relaksasi terhadap penurunan tingkat rata skala nyeri 3.07.
nyeri pada pasien gastritis di RSUD dr R Soetijono Dengan dilakukannya relaksasi menunjukkan
Blora. adanya kecenderungan penurunan jumlah
responden yang mengalami nyeri. Hal ini
Pembahasan dikarenakan pemberian tehnik distraksi relaksasi
dapat memberikan perubahan signifikan pada
Hasil pengukuran skala nyeri pre relaksasi pada penurunan rasa nyeri, penggunaan relaksasi juga
pasien gastritis dirasakan lebih efektif, sederhana dan pilihan yang
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa tepat disamping terapi medis.
distribusi skala nyeri sebelum dilakukan relaksasi Sedangkan dari hasil Output ranks menunjukkan
yang tertinggi adalah skala nyeri 6 (nyeri sedang) perbandingan skala nyeri sebelum dan sesudah
sejumlah 12 responden (40%), kemudian skala nyeri bimbigan imajinasi, terdapat 27 responden dengan
5 (nyeri sedang) sejumlah 10 responden (33.3%) hasil skala nyeri setelah relaksasi progresif lebih
dan yang terendah skala nyeri 4 (nyeri sedang) rendah daripada sebelum relaksasi, sedangkan 3
sejumlah 8 responden (26.7%). Dengan rata-rata responden mempunyai skala nyeri yang sama
skala nyeri 5.13 sebelum dan sesudah relaksasi.
Terjadinya peradangan akan menimbulkan Ketidak berhasilan pemberian tehnik relaksasi
gejala rubor, kalor dan dolor. Kalor (nyeri) dipengaruhi oleh beberapa faktor : dimana saat
disebabkan akibat terjadinya jaringan yang rusak pelaksanaa tehnik relaksasi lingkungan dalam
sehingga suplai oksigen kejaringan menurun. keadaan tidak tenang. Hal ini sesuai dengan teori
Mekanisme koping terhadap nyeri bagi setiap orang yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
akan berbeda dipengaruhi oleh beberapa faktor relaksasi dipengaruhi berbagai faktor. Berbagai
diantaranya jenis kelamin, usia dan pengalaman macam faktor yang mempengaruhi diantaranya
nyeri sebelumnya. adalah keadaan lingkungan, ketrampilan dalam
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan pemberian relaksasi, serta faktor dari dalam
bahwa rasa nyeri timbul bila jaringan yang rusak, peneriman tindakan relaksasi (Suryanto, 2009).
yang menyebabkan aliran darah kejaringan dan kulit Hasil pengukuran skala nyeri pre dan post guide
berkurang (iskemia) sehingga suplai oksigen juga imagery pada pasien gastritis
berkurang. Hal ini akan mengakibatkan Dari hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
terkumpulnya sebagian besar asam laktat dalam perbedaan yang signifikan terhadap nilai skala nyeri
jaringan, yang terbentuk akibat metabolisme sebelum dan sesudah perlakuan dengan p value
anaerob (metabolisme tanpa oksigen) dan mungkin sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini sesuai teori bahwa
juga ada bahan-bahan kimiawi lainnya seperti penggunaan relaksasi pada pasien gastritisakan
bradikinin dan enzim proteolitik yang terbentuk membantu penurunan nilai skala nyeri (Tamsuri,
dalam jaringan akibat kerusakan sel, dan apabila 2006).
bahan-bahan ini dibandingkan asam laktat akan
merangsang ujung serabut syaraf nyeri
Citation: Nuryanti Erni, Abidin M Zainal & Normawati Ajeng Titah (2020) Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Page 4 of 5
Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Pasien Gastritis. Jurnal Studi Keperawatan Vol. 1 No. 1
Title : Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Copyright:
Pasien Gastritis @ 2020 Nuryanti Erni, et.al

Kurangnya oksigen dalam darah memperbesar 8. Hegner, Barbara R, ( 2013), Asisten


kemungkinan terjadinya kecemasan, depresi, lelah Keperawatan: Suatu Pendakatan Proses
karena proses perfusi ke jaringan tubuh terhambat Keperawatan, Edisi 6, EGC, Jakarta.
sehingga terjadi metabolisme anaerob. Dengan 9. Jatman, D, ( 2010 ), Psikologi Perkembangan,
latihan relaksasi tepat dan teratur akan Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
memperbaiki oksigenasi ke seluruh jaringan tubuh Semarang.
termasuk otak, sehingga fungsi otak sebagai 10. Kaplan dan Sadock, ( 2010 ), Sinopsis Psikiatri,
pengendali kecemasan menjadi lebih baik dan Bina Rupa Aksara, Jakarta.
tingkat kecemasan dapat diturunkan sehingga 11. Kozier B and Oliveri, ( 1991 ), Fundamental Of
keluhan fisik dapat diminimalkan (Davis, 2008). Nursing Concept Process Practice, 4thed,
Secara fisiologis latihan relaksasi akan Wesley, California.
mengurangi aktivitas saraf simpatis yang 12. Long, B.C., (2013), Perawatan Medikal Bedah
mangembalikan tubuh pada keadaan seimbang, pupil, (Suatu Pendekatan Proses
pendengaran, tekanan darah, denyut jantung, Keperawatan),Edisikedua, Yayasan Ikatan
pernafasan dan sirkulasi kembali normal dan otot- Alumni Pendidikan Keperawatan Universitas
otot menjadi relaks. Respon relaksasi merupakan efek Padjajaran, Bandung.
penyembuhan yang memberikan kesempatan untuk 13. Nursalam, (2013), Konsep dan Penerapan
beristirahat dari stres lingkungan eksternal dan stres Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
lingkungan internal (Davis, 2008). Penurunan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen
rangsang simpatis juga dapat menurunkan motilitas Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba
sekretoris dan mendekati normal, selanjutnya asam Medika
lambung akan tertahan di sel pariental pada pH 14. Potter, Patricia A, , (2005), Buku Ajar
mendekati normal sehingga sekresi asam lambung Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
akan mengalami penurunan dan terjadi Dan Praktik,Edisi 4, EGC, Jakarta.
penyembuhan luka (Gulton, 1997). 15. Stuart, Gail W, (2011), Buku Saku
Keperawatan Jiwa,Edisi 5, EGC, Jakarta.
Kesimpulan 16. Smeltzer, Suzanne C, (2012), Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah-Brunner
Skala intensitas nyeri pada pasien gastritis &Suddart, Edisi 8, EGC, Jakarta.
sebelum relaksasi terbanyak adalah skala intensitas
nyeri 6. Skala intensitas nyeri pada pasien gastritis
sesudah relaksasi terbanyak adalah skala intensitas
nyeri 3. Ada pengaruh relaksasi terhadap
penurunan intensitas nyeri pada pasien gastritis,
dimana didapatkan nilai p 0,000 (<0,05).

Pustaka
e. Alimul H, Aziz, (2012), Riset Keperawatan Dan
Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi I, Jakarta:
Salemba Medika.
3) Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi V. Rineka Cipto. Jakarta.
4) Carpenito, L.J., (1999), Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan: Diagnosa
Keperawatan dan masalah Kolaboratif, Edisi
kedua, EGC, Jakarta.
5) Carpenito, L.J., (2013), Diagnosa Keperawatan:
Aplikasi Pada praktek Klinik, Edisi 6, EGC,
Jakarta.
6) Dalami, Ernawati dkk, (2012), Asuhan
Keperawatan Jiwa Dengan masalah Psikososial,
Jakarta: Trans Info Medika.
7) Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal bedah, Volume 3, EGC,
Jakarta.
8) Hawari, D, ( 2002 ), ManajemenStres, Cemas
dan Depresi,Edisi 1, FKUI, Jakarta.
Citation: Nuryanti Erni, Abidin M Zainal & Normawati Ajeng Titah (2020) Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri
Epigastrium Pada Pasien Gastritis. Jurnal Studi Keperawatan Vol. 1 No. 1
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Efipania Dirangga
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Kuliah
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Bahu, Lingkungan 2
Diagnosa medis : Gastritis
Tanggal sakit : 14 Desember 2020
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Agnes Ruung
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Bahu, Lingkungan 2
Hubungan dengan klien : Sepupu

2. Status Kesehatan Saat ini


Klien mengatakan nyeri uluh hati 1 hari yang lalu karena terlambat makan dan hanya
minum kopi, timbulnya keluhan mendadak, upaya yang dilakukan untuk mengatasi
nyeri adalah dengan minum air gula dan mengkonsumsi obat Alumy.

3. Riwayat Kesehatan Lalu


a. Penyakit yang pernah di alami : Pneumonia
b. Kecelakaan : Pernah (jatuh dari motor)
c. Pernah dirawat : Pernah ( penyakit : pneumonia)
d. Alergi (obat atau lainnya) : Obat (antalgin, paraco, asam mefenamat)
e. Imunisasi : Pernah
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Susunan kesehatan keluarga :

Ket.
: laki-laki

: perempuan

x : meninggal

: klien
: tinggal serumah

b. Penyakit yang pernah diderita anggota keluarga :


Ayah : DM dan Prostat
Ibu : DM, Hipertensi dan Gastritis
c. Penyakit yang sedang diderita anggota keluarga
Ayah : DM dan Prostat
Ibu : DM, Hipertensi dan Gastritis
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
a. Kebersihan rumah dan lingkungan : Bersih
b. Kemungkinan terjadinya bahaya : Tidak ada

II KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


 TULIS DATA SEBELUM SAKIT DAN SETELAH DIRAWAT
1. Kebutuhan Nutrisi
a. Pola makan
Sebelum sakit : 2 kali sehari, I piring, nasi sayur ikan
Saat sakit : 2 kali sehari, 1 piring, bubur
b. Apakah keadaan sakit saat ini mempengaruhi pola makan/minum : Ya
c. Makanan yang di sukai pasien : Bakso
Makanan pantangan : Tidak ada
Makanan yang dibatasi : Tidak ada
d. Adakah keyakinan atau kebudayaan yang di anut yang memperkuat diet : Tidak ada
e. Kebiasaan mengkonsumsi Vitamin/obat penambah nafsu makan : Tidak ada
f. Keluhan dalam makan
1. Adakah keluhan anoreksia nervosa, bulimia nervosa : tidak ada
2. Adakah keluhan mual muntah : ada (2 x sehari)
3. Bagaimana kemampuan mengunyah dan menelan : baik
g. Adakah penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir : Tidak ada penurunan BB
h. Pengkajian IMT – BB ideal
Bb : 64 kg Tb : 156 cm
IMT = berat badan (kg) / tinggi badan (m)2
IMT = 64 / (156/100)2 = 64/2,5 = 25,6 kg/m2 = Gemuk
i. Kebutuhan kalori berdasarkan usia : 1,976 / hari
j. Kesimpulan : ada gangguan nutrisi
2. Kebutuhan rasa nyaman nyeri
a. Kesulitan yang dialami : pusing, lemah
b. Persepsi terhadap nyeri dengan menggunakan pendekatan P,Q,R,S,T
P = Peningkatan asam lambung
Q = tertusuk-tusuk
R = Uluh hati dan abdomen
S = Skala 5
T = Hilang timbul
c. Pengkajian possining : klien tampak meringis
d. Kesimpulan : ada gangguan rasa nyaman nyeri

III PEMERIKSAAN FISIK (Head to Toe)


1. Kesadaran : Compos Mentis
2. Penampilan : Lemah, Pucat
3. Vital Sign
a. Suhu Tubuh : 37,5ᴼC
b. Tekanan Darah : 110/80 mmHg
c. Respirasi : 20 x/menit
d. Nadi : 87 x/menit
4. Kepala : Normal, berbentuk bulat
Rambut : Hitam, bersih, tidak rontok dan tidak berketombe
5. Mata : penglihatan baik, pupil simetris, bereaksi terhadap cahaya, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik, tidak memakai alat bantu penglihatan, dan tidak ada secret
6. Hidung : bersih, tidak ada sekret, tidak ada perdarahan di hidung, tidak ada polip hidung,
nafas normal, tidak memakai oksigen
7. Telinga : simetris, pendengaran normal, tidak memakai alat bantu dengar, tidak ada
kotoran, tidak ada infeksi, dan telinga tidak berdenging
8. Mulut dan tenggorokan : Normal
9. Dada
Jantung : tidak di lakukan pemeriksaan
Paru-paru : tidak di lakukan pemeriksaan
10. Abdomen : tidak dilakukan pemeriksaan
11. Genetalia : Tidak terpasang kateter
12. Ekstremitas atas dan bawah
a. Infeksi kuku (-), kulit : kuning langsat, bersih, turgor normal, tidak ada edema.
b. Capillary refill
c. Kemampuan berfungsi : normal, tidak memerlukan alat bantu
d. Tidak terpasang infus
13. Kulit : bersih, kuning langsat, kulit lembab, turgor normal, tidak ada edema

IV DATA PENUNJANG
a. Hasil pemeriksaan penunjang : -
b. Diit yang diperoleh : -
c. Therapy : -
A. Analisa Data

Tgl/jam Data Fokus Problem Etiologi Ttd

Data Subjektif Nyeri Akut Agen Pencedera


 Klien mengeluh nyeri Fisiologis
di uluh hati
 Klien mengatakan
nyerinya hilang timbul
 Klien mengatakan
nyeri saat di tekan

Data Objektif
15/12/2020  Klien tampak
meringis, sambil
memegang perutnya
 Klien tampak lemas
 Skala nyeri 5 (sedang)
TD : 110/80 mmHg
N : 87 x/menit

SB : 37,5ᴼC
RR : 20 x/menit

Data Subjektif Intoleransi Kelemahan


 Pasien mengeluh aktivitas
lemas, lelah

Data Objektif
15/12/2020  Klien tampak lemas
dan lelah

B. Diagnosa Keperawatan & Prioritas Diagnosa :


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
C. Planning/intervensi

Diagnosa Ttd
Tgl/jam Tujuan dan Kriteria Hasil Planning
Keperawatan
16/12/2020 Nyeri akut Setelah dilakukan  Evaluasi derajat
berhubungan tindakan asuhan nyeri, catat lokasi
dengan agen keperawatan selama 3 x nyeri, karakteristik
pencedera 24 jam diharapkan tingkat dan intensitasnya.
 Memberikan posisi
fisologi nyeri menurun dengan
yang nyaman
kriteria hasil :
 Ajarkan klien
- Nyeri hilang / teknik nafas dalam
terkontrol  Kolaborasi dalam
- Nyeri 0/hilang pemberian obat
- Klien tampak rileks sesuai indikasi
- Intensitas nyeri
berkurang

16/12/2020 Intoleransi Setelah diberikan  Tingkatkan tirah


aktivitas tindakan 3 x 24 jam, baring
berhubungan pasien menunjukkan  Berikan
dengan toleransi terhadap lingkungan yang
tenang dan nyaman
kelemahan aktivitas yang biasa
 Ajarkan
dilakukan dengan kriteria pengaturan waktu
hasil : aktivitas dan
- Mampu melakukan istrahat
aktivitas sehari-hari
secara mandiri
- Melaporkan penurunan
gejala-gejala intoleransi
aktivitas
D. Implementasi

Tgl/jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon Ttd

16/12/2020 Nyeri akut  Mengkaji skala Klien patuh


berhubungan dengan nyeri
agen pencedera  Menganjurkan
fisologis teknik relaksasi
nafas dalam
 Memberikan
obat sesuai
indikasi
16/12/2020 Intoleransi aktivitas  Menganjurkan Klien patuh
berhubungan dengan klien cukup
kelemahan hanya berbaring
saja atau duduk
 Menciptakan
lingkungan
yang tenang dan
nyaman

E. Evaluasi

Tgl/jam Diagnosa Kep Catatan Perkembangan Ttd

16/12/2020 Nyeri akut S: klien mengatakan nyeri didaerah


berhubungan dengan abdomen (uluh hati)
agen pencedera O : klien tidak tampak meringis
fisologis
Skala nyeri 2
A: masalah teratasi sebagian
P : intervensi di lanjutkan

Intoleransi aktivitas S : klien mengatakan sudah mulai bisa


berhubungan dengan beraktivitas
kelemahan O : klien sudah bisa beraktivitas
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
17/12/2020 Nyeri akut S : klien mengatakan nyeri sudah hilang
berhubungan dengan O : skala nyeri 0
agen pencedera A : masalah teratasi
fisologi P : intervensi dihentikan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : GASTRITIS


Sasaran : Ny. Efipani Dirangga
Hari/Tanggal : Rabu 16 Desember 2020
Jam : 11.30 – 12.00 Wib
Waktu : 30 menit
I. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang gastritis, diharapkan Ny. E dapat menjelaskan kembali
tentang penyebab Gastritis.
II. Tujuan Instruksional Khusus
1. Menjelaskan tentang pengertian Gastritis
2. Menyebutkan tanda dan gejala Gastritis
3. Menyebutkan penyebab Gastritis
4. Menyebutkan jenis - jenis Gastritis
III. Latar Belakang
Gastritis adalah proses inflamsi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.
Secara histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah
tersebut. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan
penyakit dalam pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 – 6 tahun ini
dan menyerang laki-laki lebih banyak dari pada wanita. Laki-laki lebih banyak mengalami
gastritis karena kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan merokok.

IV. Materi
Terlampir

VII. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VIII. Media
1. Liflet
X. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Penyuluh Peserta Waktu
- Memberi salam - Menjawab salam
1 Pendahuluan - Memperkenalkan diri - Mendengarkan 2 menit
- Menjelaskan TIK dan TIU - Mendengarkan
- Menjelaskan tentang - Mendengarkan
pengertian Gastritis
- Menyebutkan tanda dan - Mendengarkan
gejala Gastritis
2 Kegiatan inti 9 menit
- Menyebutkan penyebab - Mendengarkan

Gastritis
- Mendengarkan
- Menyebutkan jenis
Gastritis
- Memberi kesempatan - Bertanya
kepada peserta untuk
bertanya tentang materi
yang di sampaikan - Menjawab
- Memberi pertanyaan pertanyaan
3 Evaluasi kepada peserta tentang 4 menit
materi yang di sampaikan
- Memberi kesempatan - Menjelaskan ulang
untuk menjelaskan ulang
- Memberi kesimpulan - Mendengarkan
- Memberi salam penutup - Menjawab salam
XI. Evaluasi
Setelah mengikuti penyuluhan peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian Gastritis
2. Menyebutkan tanda dan gejala Gastritis
3. Menyebutkan penyebab Gastritis
4. Menyebutkan kembali tentang Gastritis
Lampiran
Gastritis

1. Definisi
Gastritis adalah peradangan yang terjadi pada lapisan lambung. Gastritis merupakan
peradangan yang mengenai mukosa lambung Peradangan ini dapat mengakibatkan
pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi
penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan
2. Tanda dan gejala
1. Nyeri ulu hati
2. Mual, muntah
3. Tekanan darah menurun, pusing
4. Keringat dingin
5. Nadi cepat
6. Kadang berat badan menurun
7. Nafsu makan menurun
8. Perut terasa kembung
3. Penyebab
1. Pola makan tidak teratur
2. Sering makan makanan yang asam (nanas, kedondong, rujak, dll)
3. Suka makan makanan yang pedas (sambal, cabai, saos, dll)
4. Suka makan makanan yang banyak mengandung gas (kubis/kol, sawi, nangka, dll)
5. Suka minum kopi
6. Stress
7. Suka minuman beralkohol
8. Kebiasaan merokok
4. Jenis-jenis Gastritis
1. Akut : terjadi mendadak/baru (kurang dari 6 bulan)
2. Kronik : terjadi menahun/lama (lebih dari 6 bulan)
5. Bahaya jika gastritis tidak di tangani
1. Perdarahan saluran cerna
2. luka pada dinding lambung
3. Kebocoran pada dinding lambung
4. Gangguan penyerapan makanan
5. Kanker lambung

6. Cara mencegah gastritis


1. Makan teratur setiap 2-4 jam
2. Mengurangi makan makanan yang merangsang lambung seperti makanan pedas, asam,
dan bergas.
3. Menyediakan makanan ringan
4. Mengurangi stress
GASTRITIS
Tanda dan gejala
PENGERTIAN
9. Nyeri ulu hati
10. Mual, muntah
11. Tekanan darah menurun, pusing
12. Keringat dingin
Gastritis adalah peradangan yang
Oleh 13. Nadi cepat
terjadi pada lapisan lambung.
14. Kadang berat badan menurun
Gastritis merupakan peradangan
15. Nafsu makan menurun
yang mengenai mukosa lambung
16. Perut terasa kembung
Peradangan ini dapat
mengakibatkan pembengkakan
mukosa lambung sampai
Novi H Toikene
terlepasnya epitel mukosa
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA superficial yang menjadi penyebab
SEMARANG
terpenting dalam gangguan saluran
2020
pencernaan
Penyebab Jenis-jenis Gastritis Cara mencegah gastritis
9. Pola makan tidak teratur 3. Akut : terjadi mendadak/baru 5. Makan teratur setiap 2-4 jam
10. Sering makan makanan yang (kurang dari 6 bulan) 6. Mengurangi makan makanan
asam (nanas, kedondong, rujak, 4. Kronik : terjadi menahun/lama yang merangsang lambung
dll) (lebih dari 6 bulan) seperti makanan pedas, asam,
11. Suka makan makanan yang dan bergas.
pedas (sambal, cabai, saos, dll) Bahaya jika gastritis tidak di 7. Menyediakan makanan ringan
12. Suka makan makanan yang tangani 8. Mengurangi stress
banyak mengandung gas 6. Perdarahan saluran cerna
(kubis/kol, sawi, nangka, dll) 7. luka pada dinding lambung
13. Suka minum kopi 8. Kebocoran pada dinding
14. Stress lambung
15. Suka minuman beralkohol 9. Gangguan penyerapan makanan
16. Kebiasaan merokok 10. Kanker lambung

Anda mungkin juga menyukai