I. Konsep Kebutuhan
1.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang
dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan jaringan tubuh (Wahyudi &
Abd.Wahid, 2016).
Nyeri adalah pengalaman sensori atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (SDKI PPNI, 2016).
Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan nyeri merupakan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, presepsi nyeri seseorang sangat
ditentukan oleh pengalaman dan status emosionalnya. Presepsi nyeri bersifat sangat
pribadi dan subjektif. Oleh karena itu, suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda
oleh dua orang yang berbeda bahkan suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda
oleh satu orang karena keadaan emosionalnya yang berbeda.
Kriteria hasil
1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
2.2.4 Intervensi
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2. Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3. Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan
progran terapi yang tepat
2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda
6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
Rasional
1. Mengetahui aktivitas yang dapat dilakukan klien.
2. Menigkatkan istirahat klien.
3. Membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila klien melakukan sesuatu
sendiri.
4. Klien tahu pentingnya beraktivitas.
5. Tirah baring dapat meningkatkan stamina tubuh pasien sehinggga pasien dapat
beraktivitas kembali.
III. Pembahasan
1. Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian didapatkan keluhan utama Ny. E adalah nyeri. Secara
umum, Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, diffus, atau lokal. Keluhan utama pada saat pengkajian tanggal 15
Desember 2020 yaitu Ny. E merasa nyeri. P (provoking atau pemicu) peningkatan asam
lambung, Q (quality) nyeri seperti tertusuk-tusuk, R (region) uluh hati dan abdomen, S
(severity) skala nyeri 5, T (time) terus menerus.
Menurut Hidayat A. (2012, p. 218) pengkajian yang terbaik dari nyeri adalah hasil
evaluasi dari pasien, data yang perlu dikumpulkan dari sifat-sifat nyeri adalah lokasi,
intensitas, kualitas, waktu (serangan, kekerapan, sebab) dan faktor-faktor yang meringankan.
Salah satu cara pendekatanya adalah menggunakan P (pemacu), Q (kualitas), R (daerah), S
(keganasan atau intensitas), T (waktu). Dan menurut (Hayward. 1973, p.212) untuk
mengetahui skala nyeri pasien yaitu dengan cara menunjukan skala deskriptif untuk mengukur
skala nyeri kepada pasien dan pasien disuruh memilih skala nyeri berapa yang pasien rasakan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan meliputi penentuan prioritas masalah, tujuan kriteria hasil dan
intervensi pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (inflamasi).
Dimana intervensi itu sendiri adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
klien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi dilakukan untuk
membantu klien mencapai hasil yang diharapkan (Deswani, 2009).
Perencanaan keperawatan yang akan dilakukan pada kasus ini yaitu evaluasi derajat nyeri,
catat lokasi nyeri, karakteristik dan intensitasnya, memberikan posisi yang nyaman, ajarkan
klien teknik nafas dalam , kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan. Tahap ini muncul jika
perencaan yang dibuat diaplikasikan pada klien. Tidakan yang dilakukan mungkin sama,
mungkin juga berbeda dengan urutan yang dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan
pada klien akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat ini dan kebutuhan yang oaling
dirasakan oleh klien. Pembahsan implementasi meliputi tindakan yang dapat dilaksanakan dan
tindakan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi pada diagnosa tersebut
(Debora, 2011).
Mengkaji PQRST, P: mengacu pada penyebab nyeri, Q : menjelaskan lokasi nyeri, R :
mengacu pada daerah nyeri, S : menjelaskan tingkat keparahan nyeri yaitu dengan melihat
intensitas sakal nyeri, skla nyeri 0 = tidak ada nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-
9 = nyeri berat, 10 = nyeri paling hebat, T : menjelasakn waktu terjadinya nyeri, dengan
observasi dan kaji PQRST untuk mengetahui keadaan nyeri pasien dan dapat dilakukan
tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri tersebut (Mubarok, 2007).
Memberikan posisi yang nyaman, dengan posisi nyaman dapat meningkatkan kenyaman
dan mengurangi rasa nyeri.
Memberikan latihan relaksasi nafas dalam, teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam
membantu menurunkan skala nyeri pada penderita gastritis. Dengan melakukan relaksasi
nafas dalam dapat membuat pasien menjadi rileks, tenang, nyaman serta mengurangi rasa
nyeri. Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang berfungsi untuk
mengurangi rasa nyeri (Noviliya Hawati 2019).
Memberikan obat, karena klien memiliki riwayat alergi obat antasida dan setiap sakit
gastritis klien hanya mengkonsumsi obat Alumy dengan harapan obat Alumy dapat
meringankan nyeri.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan. Pada tahap ini pemeriksa
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah
ditetapkan serta menilai apakah masalah yang terjadi sudah diteratasi seluruhnya, hanya
sebagian, atau bahkan belum teratasi semuanya (Debora, 2011). Evaluasi ini menggunakan
metode sesuai teori yaitu SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning).
Berdasarkan hasil evaluasi dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
tanggal 16 Desember 2020 pasien masih mengatakan nyeri pada uluh hati, nyeri seperti
tertusuk-tusuk, skala nyeri 2, pasien tidak tampak meringis, masalah teratasi sebagian,
intervensi tetap dilanjutkan dengan kriteria observasi kaji nyeri P, Q, R, S, T, beri posisi
nyaman, ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi dalam pemberian obat.
Berdasarkan hasil evaluasi yang didapat pada tanggal 17 Desember 2020, didapatkan hasil
data yaitu pasien mengatakan sudah tidak merasa nyeri lagi dengan skala nyeri 0, pasien
tampak rileks dan sehat. Masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA
Debora Oda. (2011). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Salemba Medika, Jakarta
Hidayat, A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta Selatan: Salemba Medik
Mubarak Wahid I. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi Dalam
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Noviliya Hawati (2019) Pengalaman Penderita Gastritis Kronis Dalam Melakukan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Untuk Membantu Menurunkan Skala Nyeri pada Penderita Gastritis
Kronis di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang tahun 2019.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st ed.) Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Retrieved from http://www.inna-
ppni.or.id
Wahyudi, Andri Setiya dan Abd. Wahid. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta:
Mitra Wacana Media
Lampiran 1
Noviliya Hawati 70
Noviliya Hawati
Prodi S1Keperawatan STIKES Mitra Adiguna Palembang
Komplek Kenten Permai Blok J No.9-12 Bukit Sangkal Palembang 30114
Abstrak
Menurut data WHO angka persentase kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22% , China
31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29,5%. Insiden gastritis di Asia Tenggara sekitar
583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya.Penderita gastritis sering mengalami nyeri, untuk
mengatasinya dapat dilakukan terapi non farmakologi berupa relaksasi nafas dalam yaitu teknik yang
dilakukan untuk menekan nyeri pada thalamus yang dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks
cerebri sebagai pusat nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat mengurangi nyeri selama nyeri
timbul.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman penderita gastritis dalam melakukan
teknik relaksasi nafas dalam untuk membantu menurunkan skala nyeri pada penderita gastritis kronis di
Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang Tahun 2019.Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif.Situasi sosial dalam penetian ini adalah 2 orang pasien gastritis kronis sebagai
partisipan dan seorang informan kunci yaitu perawat yang bertugas di Rumah Sakit Islam Siti Khodijah
Palembang.Hasil penelitian didapatkan bahwa pengalaman responden selama melakukan terapi
relaksasi nafas dalam Tn.M dan Tn.K mengaku nyeri lambung yang dirasakan berangasur-angsur
berkurang.Tn.M dan Tn.K melakukan terapi relaksasi nafas dalam setiap kali nyeri lambungnya
kambuh.Saran diharapkan kepada petugas kesehatan di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang,
dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien gastritis khususnya dalam membantu pasien mengatasi
rasa nyeri.
Kata kunci : Pengalaman, gastritis, relaksasi nafas dalam
Abstract
According to WHO data the percentage incidence of gastritis in the world, including the UK 22%,
China 31%, Japan 14.5%, Canada 35%, and France 29.5%. The incidence of gastritis in Southeast Asia
is around 583,635 of the total population each year. Gastritis sufferers often experience pain, to
overcome this non-pharmacological therapy in the form of deep breathing relaxation is a technique used
to suppress pain in the thalamus delivered to the cerebral cortex where the cerebral cortex is the center of
pain , which aims so that patients can reduce pain during the pain arising. The purpose of this study is to
determine the experience of gastritis sufferers in performing deep breathing relaxation techniques to help
reduce pain scale in patients with chronic gastritis at Siti Khadijah Islamic Hospital Palembang in 2019.
The research method used is descriptive qualitative. Social situations in this determination are 2 patients
with chronic gastritis as participants and a key informant namely nurses on duty at the Siti Khodijah
Islamic Hospital in Palembang. The results of the study found that the respondents' experience during i
do breath relaxation therapy in Mr. M and Mr. K claiming stomach pain that is felt gradually decreases.
Mr. M. and Mr. K do breathing relaxation therapy every time the stomach pain recurs. Suggestions are
expected to health workers at Siti Islamic Hospital Khadijah Palembang, can improve services to gastritis
patients, especially in helping patients deal with pain. Keywords: Experience, gastritis, deep breath
relaxation
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 71
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 72
Rasa nyeri merupakan stresor yang kornu dorsalis kemudian ke thalamus, serebri,
dapat menimbulkan stress dan ketegangan dan akhirnya berdampak pada menurunnya
dimana individu dapat berespon secara biologis persepsi nyeri (Brunner & Suddart dalam
dan perilaku yang menimbulkan respon fisik dan Ayudianingsih, 2015).
psikis. Respon fisik meliputi perubahan keadaan Pengalaman merupakan peristiwa yang
umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu tertangkap oleh panca indera dan tersimpan
badan, sikap badan, dan apabila nafas makin dalam memori. Pengalaman dapat diperoleh
berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler ataupun dirasakan saat peristiwa baru saja terjadi
dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri maupun sudah lama berlangsung. Pengalaman
dapat merangsang respon stress yang dapat yang terjadi dapat diberikan kepada siapa saja
mengurangi sistem imun dalam peradangan, untuk digunakan dan menjadi pedoman serta
serta menghambat penyembuhan respon yang pembelajaran manusia. (Notoatmojo dalam
lebih parah akan mengarah pada ancaman Saparwati, 2012).
merusak diri sendiri (Corwin dalam Berdasarkan hasil penelitian Rampengan
Ayudianingsih, 2015). (2014) yang berjudul pengaruh teknik relaksasi
Manajemen nyeri merupakan salah satu dan teknik distraksi terhadap perubahan
carayang digunakan dibidang kesehatan untuk intensitas nyeri pada pasien post operasi di
mengatasi nyeri yang dialami oleh pasien. Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr.R.D Kandou
Pemberian analgesik biasanya dilakukan untuk Manado. Hasil penelitian terhadap 15 responden
mengurangi nyeri. Teknik relaksasi merupakan sebelum dilakukan teknik relaksasi didapatkan
alternatif non obat-obatan dalam strategi hasil sebagian besar responden mengalami
penanggulangan nyeri, disamping metode TENS intensitas nyeri lebih nyeri yaitu sebanyak 6
(Transcutaneons Electric Nerve Stimulation), orang (40%), intensitas nyeri sedikit lebih nyeri
biofeedack, plasebo dan distraksi. Relaksasi sebanyak 4 orang (26,7%), intensitas nyeri
merupakan kebebasan mental dan fisik dari sangat nyeri 3 orang (20%) dan intensitas nyeri
ketegangan dan stress, karena dapat mengubah sedikit nyeri sebanyak 2 orang (13,3%). Setelah
persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. dilakukan teknik relaksasi, sebanyak 2
Teknik relaksasi membuat pasien dapat responden menyatakan tidak mengalami nyeri
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman dan tidak ada responden yang mengalami
atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri intensitas nyeri sangat nyeri dan intensitas nyeri
(Potter & Perry dalam Ayudianingsih, 2015). lebih nyeri.
Teknik relaksasi nafas dalam adalah Berdasarkan yang didapat dari Rumah
teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri Sakit Islam Siti Khadijah Palembang, jumlah
pada thalamus yang dihantarkan ke korteks penderita gastritis tahun 2016 sebanyak 147
cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat orang, tahun 2017
nyeri, yang bertujuan agar pasien dapat sebanyak 130 orang dan tahun 2018 sebanyak
mengurangi nyeri selama nyeri timbul. Adapun 151 orang (Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi Palembang, 2019).
adalah pasien harus dalam keadaan nyaman, Berdasarkan latar belakang diatas
pikiran pasien harus tenang dan lingkungan yang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tenang. Suasana yang dengan judul “Pengalaman Penderita
rileks dapat meningkatkan hormon endorphin Gastritis Dalam Melakukan Teknik
yang berfungsi menghambat transmisi impuls Relaksasi Nafas Dalam Untuk Membantu
nyeri sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor Menurunkan Skala Nyeri Pada Penderita
saraf perifer ke Gastritis Kronis Di Rumah Sakit Islam
Siti Khadijah Palembang Tahun 2019”.
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 73
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 74
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 75
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 76
Menurut Lusiana (2015), Intervensi Non sering di sini kalo pasiennyo lagi nyeri-nyeri
Farmakologiyang dapat digunakan untuk kito ajarke teknik relaksasi nafas dalam,
mengatasi nyeri adalah Stimulasi dan kompres panas”
massase kutaneus, stimulasi kulit, Smeltzer dan Bare (2002), menyatakan
transcutaneous elecrical nerve stimulation bahwa tujuan relaksasi pernafasan adalah untuk
(TENS), distraksi, teknik relaksasi, imajinasi meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara
terbimbing, hipnosis, metoda bedah-neuro. pertukaran gas, mencegah atelektasi paru,
Berdasarkan hasil wawancara mendalam merilekskan tegangan otot, meningkatkan
dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress
menjelaskan bahwa setelah melakukan teknik fisik maupun emosional yaitu menurunkan
relaksasi nafas dalam kedua informan merasa intensitas nyeri (mengontrol atau mengurangi
lega, dan nyeri yang dirasakan sedikit nyeri) dan menurunkan kecemasan.
berkurang. Berdasarkan hasil wawancara mendalam
Hal ini sesuai dengan pernyataan dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K
informan kunci yang menyatakan bahwa menjelaskan bahwa dalam melakukan teknik
“Biasanya dia merasakan lebih tenang, lebih relaksasi nafas dalam kedua informan selalu
nyaman....kemudian nyerinya juga mengulang-ulang teknik relaksasi nafas dalam
berkurang” tersebut sampai nyeri lambung yang
Menurut Smelzer dalam Hermanto dirasakannya berkurang dan kedua informan
(2013), menjelaskan tujuan teknik relaksasi merasa lega.
napas dalam adalah untuk meningkatkan Hal ini sesuai dengan pernyataan
ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, informan kuci yang menyatakan bahwa
mencegah atelektasi paru, meningkatkan “Tujuannya itu untuk mengurangi rasa nyeri
efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress pada pasien yang menderita gastritis”.
fisik maupun emosional yaitu Menurut Aningsih (2018), menjelaskan
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan bahwa teknik relaksasi nafas dalam adalah
kecemasan. Sedangkan manfaat yang dapat bernafas dengan perlahan dan
dirasakan oleh klien setelah melakukan teknik menggunakan diafragma, sehingga
relaksasi nafas dalam memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan
adalah dapat menghilangkan nyeri, ketenteraman dada mengembang penuh. Dalam teknik ini
hati, dan berkurangnya rasa cemas. merupakan suatu bentuk asuhan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam keperawatan, bagaimana perawat mengajarkan
dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam,
menjelaskan bahwa perawat telah mengajarkan nafas lambat (menahan inspirasi secara
kepada kedua informan dalam melakukan teknik maksimal) dan bagaimana menghembuskan
relaksasi nafas dalam, dan kedua informan telah nafas secara perlahan, selain dapat menurunkan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam tersebut intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam
sejak lama. Menurut kedua informan setelah juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam tersebut meningkatkan oksigenasi darah. Selain itu
perasaan menjadi lega dan rasa nyeri yang manfaat yang didapat setelah melakukan teknik
dirasakan semakin berkurang. relaksasi nafas dalam adalah mengurangi atau
Hal ini sesuai dengan pernyataan bahkan menghilangkan rasa nyeri yang terjadi
informa kunci yang menyatakan bahwa pada individu
“Pernah, kalo dio lagi kambuh kan kito tersebut, ketentraman hati, dan
ajarkan teknik relaksasi nafas dalam misalke
dio lagi nyeri nian”.“Iyo dek
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 77
berkurangnya rasa cemas, juga praktis dalam menjelaskan bahwa kedua informan melakukan
melakukan teknik relaksasi nafas dalam tersebut teknik relaksasi nafas dalam sekitar 5 sampai 10
tanpa harus mengeluarkan biaya. menit atau hingga nyeri yang dirasakan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam berkurang.
dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K Prosedur teknik relaksasi nafas dalam
menjelaskan bahwa pada saat melakukan teknik menurut Priharjo (2003), yakni dengan bentuk
relaksasi nafas dalam posisi badan kedua pernapasan yang digunakan pada prosedur ini
informan Tn.M sambil duduk sedangkan posisi adalah pernapasan diafragma yang mengacu
Tn.K dilakukan sambil duduk dan berbaring. pada pendataran kubah diagfragma selama
Ada beberapa posisi relaksasi nafas inspirasi yang mengakibatkan pembesaran
dalam yang dapat dilakukan menurut (Smeltzer abdomen bagian atas sejalan dengan desakan
& Bare, 2002) : a) Posisi relaksasi dengan udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah-
terlentang Berbaring terlentang, kedua tungkai langkah teknik relaksasi nafas dalam adalah
kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua tangan sebagai berikut : 1) Ciptakan lingkungan yang
rileks disamping bawah lutut dan kepala diberi tenang 2) Usahakan tetap rileks dan tenang
bantal. b) Posisi relaksasi dengan berbaring 3) Menarik nafas dalam dari hidung dan
miring Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, mengisi paru-paru dengan udara melalui
dibawah kepala diberi bantal dan dibawah perut hitungan 1,2,3. 4) Perlahan-lahan udara
sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
menggantung. ekstrimitas atas dan bawah rileks
c) Posisi relaksasi dalam keadaan berbaring 5) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3
terlentang Kedua lutut ditekuk, berbaring kali 6) Menarik nafas lagi melalui hidung dan
terlentang, kedua lutut ditekuk, kedua lengan menghembuskan melalui mulut 7) Anjurkan
disamping telinga. d) Posisi relaksasi dengan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa
duduk Duduk membungkuk, kedua lengan diatas berkurang 8) Ulangi sampai 15 kali, dengan
sandaran kursi atau diatas tempat tidur, kedua selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
kaki tidak boleh menggantung. Berdasarkan hasil wawancara mendalam
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K
dengan kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K menjelaskan bahwa selama menggunakan teknik
menjelaskan bahwa pada saat melakukan teknik relaksasi nafas dalam kedua informan merasakan
relaksasi nafas dalam kedua informan manfaat yaitu nyeri perut berangsur-angsur
melakukannya di lokasi yang sepi dan sunyi berkurang. Kedua responden jugamenjelaskan
dengan tujuan agar lebih mudah berkonsentrasi. bahwa tujan kedua informan melakukan teknik
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan relaksasi nafas dalam adalah untuk mengurangi
kedua responden yaitu Tn.M dan Tn.K rasa nyeri.
menjelaskan bahwa Tn.M biasa melakukan Menurut Kusyati (2015), manfaat teknik
teknik relaksasi nafas dalam dengan menarik relaksasi nafas dalam diantaranya adalah :
nafas dari hidung dan menahannya selama 2-3 Ketentraman hati, berkurangnya rasa cemas,
detik kemudian dihembuskan dari mulut secara khawatir dan gelisah, tekanan dan ketegangan
perlahan-lahan. Sedangkan Tn.K menarik nafas jiwa menjadi rendah, detak jantung lebih rendah,
dalam tanpa ada hitungan dan kemudian mengurangi tekanan darah, ketahanan yang lebih
menghembuskannya melalui mulut secara besar terhadap penyakit, tidur lelap, kesehatan
perlahan-lahan. Berdasarkan hasil wawancara mental menjadi lebih baik, daya ingat lebih baik,
mendalam dengan kedua responden yaitu Tn.M meningkatkandayaberpikirlogis,
dan Tn.K
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 78
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Noviliya Hawati 79
mengatai nyeri perut dan juga cemas yang bahan yang menunjang penulisan Karya
dirasakan. Implementasi dilakukan selama 3 hari Tulis Ilmiah ini guna meningkatkan mutu
mulai tanggal 19 februari sampai tanggal 21 pendidikan, menyarankan agar mahasiswa
februari 2017. pada tanggal 19 februari 2017 sebelum menentukan judul sebaiknya
dilakukan relaksasi nafas dalam untuk menatasi menentukan masalah yang layak dan relevan
nyeri perut Ny. sebelum menajarkan relaksasi untuk diteliti.
nafas dalam didapatkan hasil bahwa keluara 2. Bagi Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
hanya menyuruh Ny. S untuk berbaring Palembang
kemudian setelah itu diajarkan tentang relaksasi Diharapkan kepada petugas kesehatan di
nafas dalam yang membutuhkan suasana rumah Rumah Sakit Islam Siti
yang nyaman dan tenang. Khadijah Palembang, dapat meningkatkan
Berdasarkan hasil penelitian dan pelayanan kepada pasien gastritis khususnya
pembahasan diatas peneliti berasumsi bahwa dalam membantu pasien mengatasi rasa
teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam nyeri. Dalam menurunkan skala nyeri pada
membantu menurunkan skala nyeri pada pasien gastritis selain menggunakan
penderita gastritis. Dengan melakukan relaksasi pengobatan farmakologi yang telah
nafas dalam dapat membuat pasien menjadi diterapkan
rileks, tenang, nyaman serta mengurangi rasa selama ini diharapkan dapat menggunakan
nyeri. Suasana yang rileks dapat meningkatkan alternatif pengobatan non
hormon endorphin yang berfungsi untuk farmakologi seperti memberikan kompres
mengurangi rasa nyeri. air hangat kepada pasien gastritis.
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
penurunan tingkat nyeri pada pasien pasca
operasi fraktur femur di Rumah Sakit Noviliya Hawati 80
Karima Utama Surakarta. Jurnal FIK UMS
Kartasura
Rampengan. 2014. Pengaruh teknik relaksasi dan
Bare & Smeltzer. 2002. Buku Ajar teknik distraksi terhadap perubahan
Keperawatan Medikal Bedah intensitas nyeri pada pasien post operasi di
Brunner &. Suddart (Alih bahasa Agung Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr. R. D.
Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta : EGC Kandou Manado. Jurnal Universitas Sam
Ratulangi
Bruner & Sudart. 2007. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2,
Edisi 9, EGC, Jakarta Rendy, Clevo dan Margareth. 2012. Asuhan
keperawatan medikal bedah penyakit
Endang. 2008. Gangguan Saluran dalam. Yogyakarta : Nuhamedika
Pencernaan. Jakarta : EGC Rumah Sakit Islam Siti Khadijah. 2019.
Jumlah penderita gastritis.
Fahrur. 2009. Disiplin Waktu Tuntaskan Palembang.
Maag.
http://www.ngobrolaja.com/showthre Saparwati, Mona. 2012. Studi Fenomenologi
ad.php, diakses 15 Januari 2019 dari : Pengalaman Kepala Ruang dalam
Mengelola Ruang Rawat di RSUD
Hidayat, A Aziz Alimun. 2009. Metode Penelitian Ambarawa. Tesis Magister Ilmu
Keperawatandan Teknik Analisis Data. Keperawatan Universitas Indonesia,
Jakarta: Salemba medika. Depok.
Kurnia,H. 2009. Kiat Jitu Tangkal Penyakit Saydam, Gouzali. (2011). Memahami Berbagai
Orang Kantoran. Yagyakarta : Best Penyaki t: Penyakit
Publisher Pernafasan dan Gangguan
Pencernaan. Bandung: Alfabeta
Lusiana. 2015. Prosedur Keperawatan.
Yogyakarta : TIM Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Sukarmin, S.Kep. Ns. 2012. Keperawatan
Rineka Cipta. Pada System Pencernaan. Celemba
Timur : Pustaka Pelajar.
Putri, Rona Sari Mahaji. 2017. Hubungan
pola makan dengan timbulnya Tussakinah. 2017. Hubungan pola makan dan
gastritis pada pasien di Universitas stres terhadap kekambuhan
Muhammadiyah Malang Medical gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok
Centre (UMC). Jurnal Keperawatan Kota Payakumbuh. Jurnal kesehatan
Universitas Tibhuwana Tunggadewi Andalas.
Malang.
Jurnal Kesehatan dan Pembangunan, Vol. 10, No. 19, Januari 2020
Lampiran 2
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/J-SiKep
Received: March 9, 2020; Accepted: March 20, 2020, Published : March 31, 2020
ABSTRACT
Background: Today the frequency of psychosomatic illnesses experienced by a person is increasing. One
such psychosomatic disease is gastritis. Pharmacotherapy for gastritis often results in less satisfactory
results. Meanwhile the other alternatives to overcome these problems can be done with relaxation exercises.
Relaxation can increase the sensitivity of baro-reflect and decrease sympathetic nerve activity and activate
the correction so that there will be a decrease of pain level.
Objective: To know the effect of relaxation technique on the reduction of epigastria pain in gastritis patients.
Research Method: The design of the research used is one group pre test and post test design, where the
patient came to check the level of pain with the scale of pain then done relaxation. After the relaxation was
done and then re-check in the same way. Bivariate analysis used Wilcoxon Test.
Results: The statistical results obtained p = 0,000 (P <0.05) which means that there is a very significant
difference in the average value of the pain scale before relaxation with the average of pain scale after
relaxation.
Conclusion: There is a relaxation effect on the reduction of epigastria pain in gastritis patients
buku DOI (Daftar Obat Indonesia) dan ISO serta hasil Metode Penelitian
wawancara sebagai studi pendahuluan dengan
perawat jaga Ruang Dahlia RSUD dr SoetijonoBlora, Desain penelitian yang digunakan adalah
menyebutkan obat – obatan yang sering dipakai dengan metode one group pre test and post test
untuk mengobati penderita gastritis adalah design, dimana pasien datang dilakukan pengecekan
Ranitidin,Cimetidin, dan Ulsikur. tingkat nyeri dengan skala nyeri lalu dilakukan
Sutrisno (2012) mengatakan bahwa relaksasi. Setelah dilakukan relaksasi dilakukan
farmakoterapi terhadap gastritis sering pengecekan ulang dengan cara yang sama. Penelitian
menimbulkan hasil kurang memuaskan.Sedangkan ini melakukan intervensi terhadap responden
alternatif lain untuk mengatasi masalah tersebut dari berupa relaksasi untuk menurunkan nyeri
sisi keperawatan dapat dilakukan dengan latihan epigastrium pada pasien gastritis, sampel yang
relaksasi progresif. Namun berdasarkan pengalaman dipilih secara total sampling terhadap pasien
peneliti setelah dilakukan pendekatan di rumah sakit gastritis yang dirawat di RSUD dr R Soetijono Blora.
terbukti teknik relaksasi belum banyak Data diolah dan dianalisa dengan analisis univariat
dilakukan,bahkan sangat jarang dilakukan dan bivariat. Analisis bivariat ini dilakukan untuk
khususnya untuk mengurangikeluhan nyeri menguji hipotesis pengaruh antara variable
epigastrium pada penderita gastritis.Menurut (Evi independen dengan variable dependen. Uji statistik
Lina Sutrisno, 1998) teknik relaksasi progresif ini yang digunakan dengan menggunakan uji Paired
telah diketahui efektif menurunkan gejala fisik pada Sample T–Test.
pasien gastritis dan ulkus peptikum. Penelitian
Chappel, Stefano dan Rogerson (1992) menggunakan Hasil dan Pembahasan
pelatihan relaksasi terhadap pasien gastritis dan
ulkus peptikum dengan menurunkan intensitas Hasil
kekambuhan. Tabel 1 Distribusi pasien gastritis berdasarkan
Teknik relaksasi sangat berperan dalam usia di RSUD dr R Soetijono Blora tahun
mengurangi keluhan fisik dan meminimalkan efek – 2017(n=30)
efek dari stres, sehingga memungkinkan pasien Jenis kelamin Frekuensi Persentase
dapat mengontrol tubuh merespon ketegangan dan (n) (%)
kecemasan sehingga dapat menurunkan produksi <20 2 6.7
asam lambung (KazierdanErb,2008). Menurut 20-40 11 36.7
Gunawan (2001) mengatakan bahwa relaksasi 41-60 14 46.7
berguna mengurangi stres atau ketegangan jiwa >60 3 10.0
yang merupakan salah satu cara untuk mencegah Total 30 100.0
dan menurunkan rasa nyeri. Relaksasi dapat
meningkatkan sensitifitas baroreflek dan Pada tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah
menurunkan aktifitas syaraf simpatis dan tertinggi dari responden dengan gastritis adalah
mengaktifasi kemoreflek sehingga menawarkan efek berusia 41-60 yaitu sejumlah 14 (46.7%) sedangkan
pada penurunan tingkat nyeri. Dengan tindakan jumlah terendah dari respondendengan gastritis
relaksasi diharapkan nyeri pada epigastrium akan adalah berusia <20 yaitu sejumlah 2 (6.7%).
menurun. Tindakan relaksasi yang mudah dilakukan
untuk mengatasi rasa nyeri tersebut adalah dengan Tabel 2. Distribusi pasien gastritis berdasarkan jenis
relaksasi. progresif memberikan pengaruh yang kelamin di RSUD dr R Soetijono Blora
paling baik untuk jangka waktu yang relatif singkat tahun 2017 (n=30)
dalam mengatasi nyeri pada pasien gastritis. Jenis Frekuensi Persentase
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 7 kelamin (n) (%)
penderita gastritis, 5 orang mengatakan bahwa Laki-laki 21 70
setelah diberikan tindakan relaksasi progresif nyeri Perempuan 9 30
epigastriumnyanya berkurang tanpa mereka diberi Jumlah 32 100
obat. Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah
Dari fenomena ini peneliti tertarik ingin tertinggi dari responden dengan gastritisa dalah
melakukan penelitian ”Pengaruh tehnik relaksasi berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 21(70%)
terhadap penurunan nyeri epigastrium pada pasien sedangkan selebihnya berjenis kelamin sejumlah 9
gastritis di RSUD dr Soetijono Blora”. (30%).
Citation: Nuryanti Erni, Abidin M Zainal & Normawati Ajeng Titah (2020) Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Page 2 of 5
Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Pasien Gastritis. Jurnal Studi Keperawatan Vol. 1 No. 1
Title : Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Copyright:
Pasien Gastritis @ 2020 Nuryanti Erni, et.al
sesudah relaksasi, terdapat 27 responden dengan (Guyton&Hall, 1997). Menurut sebuah penelitian di
hasil skala nyeri setelah relaksasi progresif lebih Atlanta for Behavioral Medicine, dikutip dari
rendah dari pada sebelum relaksasi, sedangkan 3 Sciencedily, temuan ini telah dipresentasikan dalam
responden mempunyai skala nyeri yang sama American Psychological Association di San Diego,
sebelum dan sesudah relaksasi. peneliti menduga faktor hormonal turut
Table 9. Tabel statistik perlakuan sebelum dan mempengaruhi perbedaan nyeri yang dirasakan laki-
sesudah relaksasi pada pasien gastritisdi laki dan perempuan. Beberapa jenis hormon
RSUD dr R SoetijonoBlora tahun 2017. memang berhubungan sensasi nyeri. Menurut Dr.
Jenifer Kelly perbedaan hormonal antara laki-laki
Nyeri setelah relaksasi dan perempuan menduga turut mempengaruhi
progresif - Nyeri sebelum respons terhadap nyeri.
relaksasi nafas dalam
Z -4.589a Hasil pengukuran skala nyeri setelah relaksasi
pada pasien gastritis
Asymp. Sig. (2-
Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa
.000 distribusi skala nyeri setelah dilakukan relaksasi
tailed)
Berdasarkan tabel 9. Hasil analisis statistik yang tertinggi adalah skala nyeri 3 (nyeri ringan)
diperoleh hasil p = 0,000(P<0,05) yang berarti ada dan skala nyeri 4 (nyeri sedang) sejumlah 9
perbedaan yang sangat signifikan nilai rata-rata responden (28.1%), kemudian skala nyeri 2 (nyeri
skala nyeri sebelum relaksasi dengan rata-rata skala ringan) sejumlah 7 responden (21.9%), selanjutnya
nyeri setelah relaksasi, sehingga dapat ditarik skala nyeri 1 (nyeri ringan) sejumlah 4 responden
kesimpulan bahwa dengan nilai p= 0,000 maka Ho (12.5%) dan yang terendah skala nyeri 5 (nyeri
ditolak dan Ha diterima, yang artinya ada pengaruh sedang) sejumlah 3responden (9.4%). Dengan rata-
penggunaan relaksasi terhadap penurunan tingkat rata skala nyeri 3.07.
nyeri pada pasien gastritis di RSUD dr R Soetijono Dengan dilakukannya relaksasi menunjukkan
Blora. adanya kecenderungan penurunan jumlah
responden yang mengalami nyeri. Hal ini
Pembahasan dikarenakan pemberian tehnik distraksi relaksasi
dapat memberikan perubahan signifikan pada
Hasil pengukuran skala nyeri pre relaksasi pada penurunan rasa nyeri, penggunaan relaksasi juga
pasien gastritis dirasakan lebih efektif, sederhana dan pilihan yang
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa tepat disamping terapi medis.
distribusi skala nyeri sebelum dilakukan relaksasi Sedangkan dari hasil Output ranks menunjukkan
yang tertinggi adalah skala nyeri 6 (nyeri sedang) perbandingan skala nyeri sebelum dan sesudah
sejumlah 12 responden (40%), kemudian skala nyeri bimbigan imajinasi, terdapat 27 responden dengan
5 (nyeri sedang) sejumlah 10 responden (33.3%) hasil skala nyeri setelah relaksasi progresif lebih
dan yang terendah skala nyeri 4 (nyeri sedang) rendah daripada sebelum relaksasi, sedangkan 3
sejumlah 8 responden (26.7%). Dengan rata-rata responden mempunyai skala nyeri yang sama
skala nyeri 5.13 sebelum dan sesudah relaksasi.
Terjadinya peradangan akan menimbulkan Ketidak berhasilan pemberian tehnik relaksasi
gejala rubor, kalor dan dolor. Kalor (nyeri) dipengaruhi oleh beberapa faktor : dimana saat
disebabkan akibat terjadinya jaringan yang rusak pelaksanaa tehnik relaksasi lingkungan dalam
sehingga suplai oksigen kejaringan menurun. keadaan tidak tenang. Hal ini sesuai dengan teori
Mekanisme koping terhadap nyeri bagi setiap orang yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan
akan berbeda dipengaruhi oleh beberapa faktor relaksasi dipengaruhi berbagai faktor. Berbagai
diantaranya jenis kelamin, usia dan pengalaman macam faktor yang mempengaruhi diantaranya
nyeri sebelumnya. adalah keadaan lingkungan, ketrampilan dalam
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan pemberian relaksasi, serta faktor dari dalam
bahwa rasa nyeri timbul bila jaringan yang rusak, peneriman tindakan relaksasi (Suryanto, 2009).
yang menyebabkan aliran darah kejaringan dan kulit Hasil pengukuran skala nyeri pre dan post guide
berkurang (iskemia) sehingga suplai oksigen juga imagery pada pasien gastritis
berkurang. Hal ini akan mengakibatkan Dari hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat
terkumpulnya sebagian besar asam laktat dalam perbedaan yang signifikan terhadap nilai skala nyeri
jaringan, yang terbentuk akibat metabolisme sebelum dan sesudah perlakuan dengan p value
anaerob (metabolisme tanpa oksigen) dan mungkin sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini sesuai teori bahwa
juga ada bahan-bahan kimiawi lainnya seperti penggunaan relaksasi pada pasien gastritisakan
bradikinin dan enzim proteolitik yang terbentuk membantu penurunan nilai skala nyeri (Tamsuri,
dalam jaringan akibat kerusakan sel, dan apabila 2006).
bahan-bahan ini dibandingkan asam laktat akan
merangsang ujung serabut syaraf nyeri
Citation: Nuryanti Erni, Abidin M Zainal & Normawati Ajeng Titah (2020) Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Page 4 of 5
Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Pasien Gastritis. Jurnal Studi Keperawatan Vol. 1 No. 1
Title : Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri Epigastrium Pada Copyright:
Pasien Gastritis @ 2020 Nuryanti Erni, et.al
Pustaka
e. Alimul H, Aziz, (2012), Riset Keperawatan Dan
Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi I, Jakarta:
Salemba Medika.
3) Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi V. Rineka Cipto. Jakarta.
4) Carpenito, L.J., (1999), Rencana Asuhan dan
Dokumentasi Keperawatan: Diagnosa
Keperawatan dan masalah Kolaboratif, Edisi
kedua, EGC, Jakarta.
5) Carpenito, L.J., (2013), Diagnosa Keperawatan:
Aplikasi Pada praktek Klinik, Edisi 6, EGC,
Jakarta.
6) Dalami, Ernawati dkk, (2012), Asuhan
Keperawatan Jiwa Dengan masalah Psikososial,
Jakarta: Trans Info Medika.
7) Engram, Barbara, (1999), Rencana Asuhan
Keperawatan Medikal bedah, Volume 3, EGC,
Jakarta.
8) Hawari, D, ( 2002 ), ManajemenStres, Cemas
dan Depresi,Edisi 1, FKUI, Jakarta.
Citation: Nuryanti Erni, Abidin M Zainal & Normawati Ajeng Titah (2020) Pengaruh Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Nyeri
Epigastrium Pada Pasien Gastritis. Jurnal Studi Keperawatan Vol. 1 No. 1
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. DATA UMUM
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : Efipania Dirangga
Umur : 21 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : Kuliah
Pekerjaan : Mahasiswa
Suku/bangsa : Indonesia
Alamat : Bahu, Lingkungan 2
Diagnosa medis : Gastritis
Tanggal sakit : 14 Desember 2020
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Agnes Ruung
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Suku/bangsa : Indonesia
Pendidikan terakhir : S1
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Bahu, Lingkungan 2
Hubungan dengan klien : Sepupu
Ket.
: laki-laki
: perempuan
x : meninggal
: klien
: tinggal serumah
IV DATA PENUNJANG
a. Hasil pemeriksaan penunjang : -
b. Diit yang diperoleh : -
c. Therapy : -
A. Analisa Data
Data Objektif
15/12/2020 Klien tampak
meringis, sambil
memegang perutnya
Klien tampak lemas
Skala nyeri 5 (sedang)
TD : 110/80 mmHg
N : 87 x/menit
SB : 37,5ᴼC
RR : 20 x/menit
Data Objektif
15/12/2020 Klien tampak lemas
dan lelah
Diagnosa Ttd
Tgl/jam Tujuan dan Kriteria Hasil Planning
Keperawatan
16/12/2020 Nyeri akut Setelah dilakukan Evaluasi derajat
berhubungan tindakan asuhan nyeri, catat lokasi
dengan agen keperawatan selama 3 x nyeri, karakteristik
pencedera 24 jam diharapkan tingkat dan intensitasnya.
Memberikan posisi
fisologi nyeri menurun dengan
yang nyaman
kriteria hasil :
Ajarkan klien
- Nyeri hilang / teknik nafas dalam
terkontrol Kolaborasi dalam
- Nyeri 0/hilang pemberian obat
- Klien tampak rileks sesuai indikasi
- Intensitas nyeri
berkurang
E. Evaluasi
IV. Materi
Terlampir
VII. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VIII. Media
1. Liflet
X. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Penyuluh Peserta Waktu
- Memberi salam - Menjawab salam
1 Pendahuluan - Memperkenalkan diri - Mendengarkan 2 menit
- Menjelaskan TIK dan TIU - Mendengarkan
- Menjelaskan tentang - Mendengarkan
pengertian Gastritis
- Menyebutkan tanda dan - Mendengarkan
gejala Gastritis
2 Kegiatan inti 9 menit
- Menyebutkan penyebab - Mendengarkan
Gastritis
- Mendengarkan
- Menyebutkan jenis
Gastritis
- Memberi kesempatan - Bertanya
kepada peserta untuk
bertanya tentang materi
yang di sampaikan - Menjawab
- Memberi pertanyaan pertanyaan
3 Evaluasi kepada peserta tentang 4 menit
materi yang di sampaikan
- Memberi kesempatan - Menjelaskan ulang
untuk menjelaskan ulang
- Memberi kesimpulan - Mendengarkan
- Memberi salam penutup - Menjawab salam
XI. Evaluasi
Setelah mengikuti penyuluhan peserta mampu :
1. Menjelaskan tentang pengertian Gastritis
2. Menyebutkan tanda dan gejala Gastritis
3. Menyebutkan penyebab Gastritis
4. Menyebutkan kembali tentang Gastritis
Lampiran
Gastritis
1. Definisi
Gastritis adalah peradangan yang terjadi pada lapisan lambung. Gastritis merupakan
peradangan yang mengenai mukosa lambung Peradangan ini dapat mengakibatkan
pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi
penyebab terpenting dalam gangguan saluran pencernaan
2. Tanda dan gejala
1. Nyeri ulu hati
2. Mual, muntah
3. Tekanan darah menurun, pusing
4. Keringat dingin
5. Nadi cepat
6. Kadang berat badan menurun
7. Nafsu makan menurun
8. Perut terasa kembung
3. Penyebab
1. Pola makan tidak teratur
2. Sering makan makanan yang asam (nanas, kedondong, rujak, dll)
3. Suka makan makanan yang pedas (sambal, cabai, saos, dll)
4. Suka makan makanan yang banyak mengandung gas (kubis/kol, sawi, nangka, dll)
5. Suka minum kopi
6. Stress
7. Suka minuman beralkohol
8. Kebiasaan merokok
4. Jenis-jenis Gastritis
1. Akut : terjadi mendadak/baru (kurang dari 6 bulan)
2. Kronik : terjadi menahun/lama (lebih dari 6 bulan)
5. Bahaya jika gastritis tidak di tangani
1. Perdarahan saluran cerna
2. luka pada dinding lambung
3. Kebocoran pada dinding lambung
4. Gangguan penyerapan makanan
5. Kanker lambung