Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Di Susun Oleh :

Nama : Marniati Ndekano

NIM : 1514201342

DPL : Rahayu Winarti S.Kep.,M.Kep

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

PROFESI NERS

2020/2021

SATUAN ACARA PENYULUHAN


Pokok Bahasan : Pencegahan Resiko Jatuh

Sasaran : Klien dan keluarga Ny. M

Hari/Tanggal : Kamis, 17 Desember 2020

Waktu : 16.30 WITA

Tempat : Rumah Keluarga Ny. M

I. Latar Belakang

Setelah dilakukan pengkaijan di keluarga Ny. M didapatkan data bahwa Ny. M

memiliki tingkat resiko jatuh tinggi dengan nilai MFS 55 (resiko tinggi) dan pengetahuan

tantang pencegahan resiko jatuh masih kurang. Keadaan lingkungan yang aman seperti

lantai licin, kemudian penerangan yang kurang, sehingga perlu dilakukan penyuluhan

tentang pencegahan resiko jatuh, guna untuk meminimalkan bahkan meniadakan resiko

jatuh pada pasien.

II. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga dapat mengerti

dan memahami tentang risiko jatuh pada lansia.

III. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, pasien dan keluarga

diharapkan mampu:

1. Menjelaskan tentang pengertian resiko jatuh.

2. Menyebutkan penyebab resiko jatuh pada lansia


3. Menjelaskan pencegahan risiko jatuh pada lansia

IV. Metode

Ceramah, diskusi dan tanya jawab.

V. Media

1. Leaflet

VI. Proses Pelaksanaan

No Kegiatan penyuluhan Waktu Kegiatan peserta Media


1 Pembukaan 5 menit

a. Salam Menjawab salam

b. Perkenalan Mendengarkan

c. Menjelaskan tujuan Mendengarkan

dari pertemuan

d. Kontrak waktu Mendengarkan


2 Pelaksanaan 20 menit Leaflet

a. Menyampaian materi Memperhatikan

- Pengertian Resiko

Jatuh

- Penyebab jatuh

- Pencegahan risiko

jatuh
Menerima leaflet

b. Membagikan leaflet
c. Memberikan Menanyakan hal-hal

kesempatan kepada yang belum jelas

pasien dan keluarga

untuk bertanya hal-hal

yang belum jelas


3 Penutupan 5 menit

a. Memberikan Menjawab

pertanyaan lisan pertanyaan

kepada pasien dan

keluarga Memperhatikan

b. Menyimpulkan

kegiatan yang telah

disampaikan. Menjawab salam

c. Memberikan salam

penutup

VII.Materi (Terlampir)

1. Pengertian Resiko Jatuh

2. Penyebab jatuh pada lansia

3. Pencegahan risiko jatuh pada lansia

VIII. Setting Tempat

Duduk saling berhadapan dengan penyaji berada didepan.


Penyaji + Leaflet

Pasien dan
Keluarga

IX. Evaluasi

1. Kriteria Struktur

a. Penyuluh mempersiapkan satuan acara penyuluhan

b. Penyuluh mempersiapkan dan membawa media untuk penyuluhan (leaflet)

c. Kontrak dengan keluarga sudah dilakukan

2. Kriteria Proses

a. Pada awal kunjungan, petugas sudah menjelaskan tujuan dilakukan kunjungan

b. Selama kegiatan penyuluhan, klien aktif mendengarkan dan memperhatikan.

c. Klien aktif saat mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

d. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

e. Kontrak telah diingatkan oleh petugas

3. Kriteria hasil

a. Klien kooperatif selama diskusi berlangsung

b. Klien kooperatif bertanya dan menjawab pertanyaan petugas

c. Klien dapat menjelaskan pengertian, penyebab, dan pencegahan resiko jatuh pada

lansia
LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan bertambahnya

usiakondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya faktor intrinsik dimana terjadinya gangguan gaya berjalan, kelemahan

otot ekstremitas bawah, langkah yang pendek-pendek, kekakuan sendi, kaki tidak dapat

menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak, sedangkan faktor ekstrinsik

diantaranya lantai yang licin dan tidak merata, tersandung oleh benda-benda, kursi roda yang

tidak terkunci, penglihatan kurang, dan penerangan cahaya yang kurang terang cenderung

gampang terpeleset atau tersandung sehingga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia

(Nugroho, 2012).

Jatuh dan kecelakaan pada lansia merupakan penyebab kecacatan yang utama. Jatuh

adalah kejadian secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang

mendadak terbaring atau terduduk dilantai. Penyebab jatuh pada lansia adalah penyakit yang

sedang diderita, seperti hipertensi, stroke, sakit kepala/pusing, nyeri sendi, reumatik dan

diabetes. Perubahan-perubahan akibat proses penuaan seperti penurunan pendengaran,

penglihatan, status mental, lambatnya pergerakan, hidup sendiri, kelemahan otot kaki

bawah, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan. Faktor lingkungan terdiri dari
penerangan yang kurang, benda-benda dilantai (tersandung karpet), tangga tanpa pagar,

tempat tidur atau tempat buang air yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin serta alat

bantu jalan yang tidak tepat. Jatuh (falls) merupakan suatu masalah yang sering terjadi pada

lansia (Maryam, 2010). Faktor risiko jatuh meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor

intrinsik antara lain sistem saraf pusat, demensia, gangguan sistem sensorik, gangguan

sistem kardiovaskuler, gangguan metabolisme, dan gangguan gaya berjalan. Faktor

ekstrinsik meliputi lingkungan, aktifitas, dan obat-obatan, selama proses menua, lansia

mempunyai konsekuensi untuk jatuh salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada

lansia adalah instabilitas yaitu berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh. Jatuh

dianggap sebagai konsekuensi alami tetapi jatuh bukan merupakan bagian normal dari

proses penuaan (Stanley, 2006)


RISIKO JATUH PADA LANSIA

1. Pengertian Resiko Jatuh

Resiko jatuh adalah peningkatan kemungkinan untuk jatuh yang dapat menyebabkan

cedera fisik. Resiko jatu adalah pasien yang beresiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan

oleh factor lingkungan dan fisisologis yang dapat berakibat cedera (JCL, 2011)

Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan

bertambahnya usiakondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya faktor intrinsik dimana terjadinya gangguan gaya berjalan,

kelemahan otot ekstremitas bawah, langkah yang pendek-pendek, kekakuan sendi, kaki tidak

dapat menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak, sedangkan faktor ekstrinsik

diantaranya lantai yang licin dan tidak merata, tersandung oleh benda-benda, kursi roda yang

tidak terkunci, penglihatan kurang, dan penerangan cahaya yang kurang terang cenderung

gampang terpeleset atau tersandung sehingga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia

(Nugroho, 2012).
2. Penyebab Risiko Jatuh

a. Faktor Intrinsik (factor dari dalam)

1) Proses penuaan ( Usia lebih dari 65 tahun)

Seiring dengan terjadinya proses penuaan, terjadi penurunan kekuatan dan daya

tahan otot dan tulang mulai rapuh. Pada lansia bila terjadi jatuh, akan sangat cepat

timbul cedera pada organ yang mengalami benturan.

2) Riwayat jatuh sebelumnya

Seseorang yang pernah mengalami riwayat jatuh akan cenderung memiliki resiko

jatuh yang lebih besar.

3) Kekuatan otot menurun

Penurunan fungsional dan kekuatan otot akan mengakibatkan terjadinya

penurunan kemampuan mempertahankankan keseimbangan postural dan

keseimbanngan lansia.

4) Gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan merupakan bagian dari penyesuaian berkesinambungan

yang dating dalam kehidupan usia lanjut. Perubahan dan funsi mata yang dianggap

normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan untuk melakukan

akomodasi, kontriksi pupil akibat penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lensa

mata (katarak). Hal ini dapat menyebabkan ketidakleluasaan kien lansia dalam

beraktivitas (Stanley & Beare, 2012).


Pada lansia umumnya mengalami penurunan daya penglihatan terkait dengan

katarak dan penurunan tonus otot mata. Lansia tidak mampu melihat dengan baik

lingkungan sekitarnya sehingga dapat berisiko mengalami jatuh.

2) Faktor Ekstrinsik (dari luar)

Lingkungan rumah yang aman untuk lanjut usia adalah lingkungan didalam rumah dan

diluar rumah meliputi kamar mandi yaitu terdapat pegangan didaerah kamar mandi dan mudah

dicapai bila diperlukan, permukaan lantai tidak licin, belakang kesed berlapis karet yang tidak

bisa licin, pembuangan air yang baik sehingga mencegah lantai licin setelah dipakai.Kesed

kamar tidur, dapur dan ruang tamu tidak di letakan di atas karpet, perabotan diletakkan

sedemikian rupa sehingga jalan selalu lebar, tinggi kursi dan sofa cukup sehingga mudah bagi

lanjut usia untuk duduk dan bangkit dari kursi. Pencahayaan harus terang untuk menghindari

resiko jatuh.Tangga yaitu terdapat real pegangan yang kuat kedua sisi anak tangga, lantai anak

tangga tidak licin, barang – barang tidak diletakan dilantai anak tangga, anak tangga terbawah

dan teratas di warnai dengan warna terang sehingga untuk menandai awal dan akhir tangga

( Darmojo & Martono, 2009)

Berikut faktor ekstrinsik, merupakan faktor penyebab yang timbul bukan dari

dalam diri lansia, dapat berupa orang, barang maupun kondisi lingkungan sekitar lansia,

seperti :

1) Pencahayaan yang kurang

2) Alat atau perlengkapan rumah yang sudah rapuh atau tergeletak di bawah tidak pada

tempatnya.

3) Tempat tidur yang tidak stabil


4) Lantai yang licin, basah, menurun serta karpet yang tidak dilem atau dalam posisi

terlipat tidak rapi di bawah.

5) Keset yang tebal atau menekuk/terlipat di pinggirnya

6) Benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser

7) Tidak adanya tempat pegangan, tempat pegangan yang tidak kuat atau tidak mudah

dipegang

8) Alat bantu jalan yang rapuh, tidak tepat ukuran, berat maupun cara penggunaannya

9) Ketinggian meja dan kursi harus ergonomis sesuai dengan kondisi pasien

10) Alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, berjalan hanya dengan menggunakan kaus

kaki tanpa alas kaki lainnya.

3) Berbagai penyakit degenerative seperti :

a) Stroke

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya

suplai darah ke otak. Jaringan otak yang tidak mendapatkan suplai darah dapat

mengalami kematian sehingga dapat mengganggu sistem kerja tubuh. Tubuh dapat

mengalami kelemahan dan kehilangan keseimbangan. Tidak jarang stroke juga

disertai dengan lumpuhnya satu sisi tubuh, sehingga pada lansia yang mengalami

stroke sangat berisiko mengalami jatuh.

b) Parkinson

Parkinson adalah penyakit neurodegenerative progresif yang berkaitan erat

dengan usia. Penyakit ini ditandai dengan penurunan kemampuan melihat, tremor
(gemetar) dan kerusakan koordinasi motorik kasar sehingga lansia akan mengalami

kesulitan saat beraktivitas.

c) Gangguan kardiovaskuler

Gangguan kardiovaskuler seperti hipertensi dan penyakit jantung lainnya

dapat mengganggu sirkulasi darah ke jaringan. Darah berperan dalam metabolisme

karena didalamnya terdapat oksigen dan nutrisi yang diperlukan oleh sel. Jaringan

yang tidak mendapat suplai oksigen dan darah akan mengalami gangguan dan

kehilangan fungsi. Tubuh umumnya akan focus untuk mensuplai darah ke organ vital

seperti otak, jantung dan paru. Organ – organ ekstremitas umumnya akan mengalami

kekurangan suplai darah sehingga dapat menyebabkan kelemahan.

2) Depresi

Depresi yang terjadi pada lansia dapat mengalihkan perhatian lansia saat

melakukan aktivitas, sehingga pada lansia yang mengalami depresi akan berkurang

perhatiannya saat berjalan sehingga tidak menyadari akan hal-hal yang dapat

mencederai dirinya.

3) Dehidrasi

Dehidrasi dapat disebabkan oleh diare, demam serta asupan cairan yang kurang

sehingga dapat timbul ketidakseimbangan pada tubuh. Kondisi yang tidak seimbang

pada lansia dapat menimbulkan jatuh saat lansia melakukan aktivitas.


3. Pencegahan Risiko Jatuh pada Lansia

Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh

seperti faktor neuromuskular, muskuloskeletal, penyakit yang sedang diderita, pengobatan

yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun

faktor lingkungan. Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada

orang tua:

a. Latihan fisik

Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai

dan tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi terhadap

bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif.

Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan

semampunya, salah satunya adalah berjalan kaki.

b. Managemen obat-obatan

Gunakan dosis terkecil yang efektif dan spesifik di antara:

1) Perhatikan terhadap efek samping dan interaksi obat

2) Gunakan alat bantu berjalan jika memang di perlukan selama pengobatan

3) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan

tranquilisers

4) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis

kuat
5) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan

c. Modifikasi lingkungan

1) Taruhlah barang – barang yang dibutuhkan didekat anggota keluarga yang memili

resiko jatuh.

2) Mencegah lantai agar tidak basah

3) Gunakan karpet dan keset yang tidak licin didekat kamar mandi supaya tidak terpeleset.

4) Jalan masuk dan keluar rumah serta kamar dibuat bebas hambatan

5) Pegangan tangan pada tangga

6) Penyesuaian peralatan

7) Penyesuaian di ruang duduk, termasuk bentuk dan ukuran kursi setinggi kursi makan

dan berlengan

8) Penyesuaian di kamar mandi di lengkapi beberapa pegangan.

d. Memperbaiki kebiasaan pasien lansia misalnya :

1) Bangun dari tidur jangan langsung berdiri. Anjurkan lansia untuk miring terlebih

dahulu, kemudian duduk perlahan lalu berdiri. Bila lansia merasa pusing anjurkan untuk

tetap dalam posisi duduk.

2) Jangan berikan lansia mengangkat barang yang berat. Bila ingin memindahkan barang,

anjurkan untuk memindahkan sedikit demi sedikit.

3) Anjurkan lansia bila ingin mengambil barang dibawah jangan langsung duduk, mulai

dengan jongkok terlebih dahulu, bila perlu disesuaikan dengan pegangan.

a. Alas kaki

Perhatikan pada saat orang tua memakai alas kaki:

1) Gunakan sepatu yang tidak berhak/berhak lebar dengan bahan antislip pada haknya
2) Jangan berjalan hanya dengan menggunakan kaos kaki karena sulit untuk menjaga

keseimbangan

3) Berikan alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, tidak hanya menggunakan kaos kaki

bila berjalan

f. Alat Bantu jalan

Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk

mengatasi atau mengeliminasi penyebabnya atau faktor yang mendasarinya. Penggunaan

alat bantu jalan memang membantu meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain

menyebabkan langkah yang terputus dan kecenderungan tubuh untuk membungkuk,

terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda, karena itu penggunaan alat bantu ini

haruslah direkomendasikan secara individual.

Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan

obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat

bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1

ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa

yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-

2 ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan tidak perlu

menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua

ekstremitas atas diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan menunjang berat

badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang

berat badan.

g. Memelihara esehatan lansia


1) Jaga asupan nutrisi lansia, sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lansia.

2) Berikan suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin untuk meningkatkan kekuatan

tulang dan mengurangi risiko patah tulang akibat terjatuh pada orang tua

3) Anjurkan pasien untuk berjemur di pagi hari

4) Berhenti merokok

5) Hindari konsumsi alkohol


DAFTAR PUSTAKA

JCL, 2011. Joint Commission International Acreditation Standars for Hospital. 4th Edition.

Nugroho , W. (2012). Keperawatan Gerontik Ddan Geriatrik. Edisi Ketiga. Jakarta :EGC.
Stanley, M., Beare, P.G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Darmojo, R.B. & Martono, H.H (2009). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Setiadi Siti, 2000. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai