Di Susun Oleh :
NIM : 1514201342
PROFESI NERS
2020/2021
I. Latar Belakang
memiliki tingkat resiko jatuh tinggi dengan nilai MFS 55 (resiko tinggi) dan pengetahuan
tantang pencegahan resiko jatuh masih kurang. Keadaan lingkungan yang aman seperti
lantai licin, kemudian penerangan yang kurang, sehingga perlu dilakukan penyuluhan
tentang pencegahan resiko jatuh, guna untuk meminimalkan bahkan meniadakan resiko
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 30 menit pasien dan keluarga dapat mengerti
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, pasien dan keluarga
diharapkan mampu:
IV. Metode
V. Media
1. Leaflet
b. Perkenalan Mendengarkan
dari pertemuan
- Pengertian Resiko
Jatuh
- Penyebab jatuh
- Pencegahan risiko
jatuh
Menerima leaflet
b. Membagikan leaflet
c. Memberikan Menanyakan hal-hal
a. Memberikan Menjawab
keluarga Memperhatikan
b. Menyimpulkan
c. Memberikan salam
penutup
VII.Materi (Terlampir)
Pasien dan
Keluarga
IX. Evaluasi
1. Kriteria Struktur
2. Kriteria Proses
3. Kriteria hasil
c. Klien dapat menjelaskan pengertian, penyebab, dan pencegahan resiko jatuh pada
lansia
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan bertambahnya
usiakondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor intrinsik dimana terjadinya gangguan gaya berjalan, kelemahan
otot ekstremitas bawah, langkah yang pendek-pendek, kekakuan sendi, kaki tidak dapat
menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak, sedangkan faktor ekstrinsik
diantaranya lantai yang licin dan tidak merata, tersandung oleh benda-benda, kursi roda yang
tidak terkunci, penglihatan kurang, dan penerangan cahaya yang kurang terang cenderung
gampang terpeleset atau tersandung sehingga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia
(Nugroho, 2012).
Jatuh dan kecelakaan pada lansia merupakan penyebab kecacatan yang utama. Jatuh
adalah kejadian secara tiba-tiba dan tidak disengaja yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring atau terduduk dilantai. Penyebab jatuh pada lansia adalah penyakit yang
sedang diderita, seperti hipertensi, stroke, sakit kepala/pusing, nyeri sendi, reumatik dan
penglihatan, status mental, lambatnya pergerakan, hidup sendiri, kelemahan otot kaki
bawah, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan. Faktor lingkungan terdiri dari
penerangan yang kurang, benda-benda dilantai (tersandung karpet), tangga tanpa pagar,
tempat tidur atau tempat buang air yang terlalu rendah, lantai yang tidak rata, licin serta alat
bantu jalan yang tidak tepat. Jatuh (falls) merupakan suatu masalah yang sering terjadi pada
lansia (Maryam, 2010). Faktor risiko jatuh meliputi faktor intrinsik dan ekstrinsik, faktor
intrinsik antara lain sistem saraf pusat, demensia, gangguan sistem sensorik, gangguan
ekstrinsik meliputi lingkungan, aktifitas, dan obat-obatan, selama proses menua, lansia
mempunyai konsekuensi untuk jatuh salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada
lansia adalah instabilitas yaitu berdiri dan berjalan tidak stabil atau mudah jatuh. Jatuh
dianggap sebagai konsekuensi alami tetapi jatuh bukan merupakan bagian normal dari
Resiko jatuh adalah peningkatan kemungkinan untuk jatuh yang dapat menyebabkan
cedera fisik. Resiko jatu adalah pasien yang beresiko untuk jatuh yang umumnya disebabkan
oleh factor lingkungan dan fisisologis yang dapat berakibat cedera (JCL, 2011)
Jatuh merupakan masalah fisik yang sering terjadi pada lansia, dengan
bertambahnya usiakondisi fisik, mental, dan fungsi tubuh pun menurun. Jatuh dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya faktor intrinsik dimana terjadinya gangguan gaya berjalan,
kelemahan otot ekstremitas bawah, langkah yang pendek-pendek, kekakuan sendi, kaki tidak
dapat menapak dengan kuat, dan kelambanan dalam bergerak, sedangkan faktor ekstrinsik
diantaranya lantai yang licin dan tidak merata, tersandung oleh benda-benda, kursi roda yang
tidak terkunci, penglihatan kurang, dan penerangan cahaya yang kurang terang cenderung
gampang terpeleset atau tersandung sehingga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia
(Nugroho, 2012).
2. Penyebab Risiko Jatuh
Seiring dengan terjadinya proses penuaan, terjadi penurunan kekuatan dan daya
tahan otot dan tulang mulai rapuh. Pada lansia bila terjadi jatuh, akan sangat cepat
Seseorang yang pernah mengalami riwayat jatuh akan cenderung memiliki resiko
keseimbanngan lansia.
4) Gangguan penglihatan
yang dating dalam kehidupan usia lanjut. Perubahan dan funsi mata yang dianggap
akomodasi, kontriksi pupil akibat penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lensa
mata (katarak). Hal ini dapat menyebabkan ketidakleluasaan kien lansia dalam
katarak dan penurunan tonus otot mata. Lansia tidak mampu melihat dengan baik
Lingkungan rumah yang aman untuk lanjut usia adalah lingkungan didalam rumah dan
diluar rumah meliputi kamar mandi yaitu terdapat pegangan didaerah kamar mandi dan mudah
dicapai bila diperlukan, permukaan lantai tidak licin, belakang kesed berlapis karet yang tidak
bisa licin, pembuangan air yang baik sehingga mencegah lantai licin setelah dipakai.Kesed
kamar tidur, dapur dan ruang tamu tidak di letakan di atas karpet, perabotan diletakkan
sedemikian rupa sehingga jalan selalu lebar, tinggi kursi dan sofa cukup sehingga mudah bagi
lanjut usia untuk duduk dan bangkit dari kursi. Pencahayaan harus terang untuk menghindari
resiko jatuh.Tangga yaitu terdapat real pegangan yang kuat kedua sisi anak tangga, lantai anak
tangga tidak licin, barang – barang tidak diletakan dilantai anak tangga, anak tangga terbawah
dan teratas di warnai dengan warna terang sehingga untuk menandai awal dan akhir tangga
Berikut faktor ekstrinsik, merupakan faktor penyebab yang timbul bukan dari
dalam diri lansia, dapat berupa orang, barang maupun kondisi lingkungan sekitar lansia,
seperti :
2) Alat atau perlengkapan rumah yang sudah rapuh atau tergeletak di bawah tidak pada
tempatnya.
7) Tidak adanya tempat pegangan, tempat pegangan yang tidak kuat atau tidak mudah
dipegang
8) Alat bantu jalan yang rapuh, tidak tepat ukuran, berat maupun cara penggunaannya
9) Ketinggian meja dan kursi harus ergonomis sesuai dengan kondisi pasien
10) Alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, berjalan hanya dengan menggunakan kaus
a) Stroke
suplai darah ke otak. Jaringan otak yang tidak mendapatkan suplai darah dapat
mengalami kematian sehingga dapat mengganggu sistem kerja tubuh. Tubuh dapat
disertai dengan lumpuhnya satu sisi tubuh, sehingga pada lansia yang mengalami
b) Parkinson
dengan usia. Penyakit ini ditandai dengan penurunan kemampuan melihat, tremor
(gemetar) dan kerusakan koordinasi motorik kasar sehingga lansia akan mengalami
c) Gangguan kardiovaskuler
karena didalamnya terdapat oksigen dan nutrisi yang diperlukan oleh sel. Jaringan
yang tidak mendapat suplai oksigen dan darah akan mengalami gangguan dan
kehilangan fungsi. Tubuh umumnya akan focus untuk mensuplai darah ke organ vital
seperti otak, jantung dan paru. Organ – organ ekstremitas umumnya akan mengalami
2) Depresi
Depresi yang terjadi pada lansia dapat mengalihkan perhatian lansia saat
melakukan aktivitas, sehingga pada lansia yang mengalami depresi akan berkurang
perhatiannya saat berjalan sehingga tidak menyadari akan hal-hal yang dapat
mencederai dirinya.
3) Dehidrasi
Dehidrasi dapat disebabkan oleh diare, demam serta asupan cairan yang kurang
sehingga dapat timbul ketidakseimbangan pada tubuh. Kondisi yang tidak seimbang
Pencegahan dilakukan berdasar atas faktor resiko apa yang dapat menyebabkan jatuh
yang sedang dijalani, gangguan keseimbangan dan gaya berjalan, gangguan visual, ataupun
faktor lingkungan. Dibawah ini akan di uraikan beberapa metode pencegahan jatuh pada
orang tua:
a. Latihan fisik
Latihan fisik diharapkan mengurangi resiko jatuh dengan meningkatkan kekuatan tungkai
bahaya lingkungan, latihan fisik juga bisa mengurangi kebutuhan obat-obatan sedatif.
Latihan fisik yang dianjurkan yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan
b. Managemen obat-obatan
3) Kurangi pemberian obat-obatan yang sifatnya untuk waktu lama terutama sedatif dan
tranquilisers
4) Hindari pemberian obat multiple (lebih dari empat macam) kecuali atas indikasi klinis
kuat
5) Menghentikan obat yang tidak terlalu diperlukan
c. Modifikasi lingkungan
1) Taruhlah barang – barang yang dibutuhkan didekat anggota keluarga yang memili
resiko jatuh.
3) Gunakan karpet dan keset yang tidak licin didekat kamar mandi supaya tidak terpeleset.
4) Jalan masuk dan keluar rumah serta kamar dibuat bebas hambatan
6) Penyesuaian peralatan
7) Penyesuaian di ruang duduk, termasuk bentuk dan ukuran kursi setinggi kursi makan
dan berlengan
1) Bangun dari tidur jangan langsung berdiri. Anjurkan lansia untuk miring terlebih
dahulu, kemudian duduk perlahan lalu berdiri. Bila lansia merasa pusing anjurkan untuk
2) Jangan berikan lansia mengangkat barang yang berat. Bila ingin memindahkan barang,
3) Anjurkan lansia bila ingin mengambil barang dibawah jangan langsung duduk, mulai
a. Alas kaki
1) Gunakan sepatu yang tidak berhak/berhak lebar dengan bahan antislip pada haknya
2) Jangan berjalan hanya dengan menggunakan kaos kaki karena sulit untuk menjaga
keseimbangan
3) Berikan alas kaki yang tepat sesuai dengan ukuran, tidak hanya menggunakan kaos kaki
bila berjalan
Terapi untuk pasien dengan gangguan berjalan dan keseimbangan difokuskan untuk
alat bantu jalan memang membantu meningkatkan keseimbangan, namun di sisi lain
terlebih jika alat bantu tidak menggunakan roda, karena itu penggunaan alat bantu ini
Apabila pada lansia yang kasus gangguan berjalannya tidak dapat ditangani dengan
obat-obatan maupun pembedahan. Oleh karena itu, penanganannya adalah dengan alat
bantu jalan seperti cane (tongkat), crutch (tongkat ketiak) dan walker. (Jika hanya 1
ekstremitas atas yang digunakan, pasien dianjurkan pakai cane. Pemilihan cane type apa
yang digunakan, ditentukan oleh kebutuhan dan frekuensi menunjang berat badan. Jika ke-
menunjang berat badan, alat yang paling cocok adalah four-wheeled walker. Jika kedua
badan, maka pemilihan alat ditentukan oleh frekuensi yang diperlukan dalam menunjang
berat badan.
2) Berikan suplemen nutrisi terutama kalsium dan vitamin untuk meningkatkan kekuatan
tulang dan mengurangi risiko patah tulang akibat terjatuh pada orang tua
4) Berhenti merokok
JCL, 2011. Joint Commission International Acreditation Standars for Hospital. 4th Edition.
Nugroho , W. (2012). Keperawatan Gerontik Ddan Geriatrik. Edisi Ketiga. Jakarta :EGC.
Stanley, M., Beare, P.G. (2012). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Darmojo, R.B. & Martono, H.H (2009). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Setiadi Siti, 2000. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.