Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA T UMUR 16 TAHUN


DENGAN KEPUTIHAN DI PUSKESMAS MEDAN
TUNTUNGAN TAHUN 2021

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan Remaja

Oleh:
FEBIOLA PRASTIKA
NIM : P07524720 014

PEMBIMBING INSTITUSI
Melva Simatupang, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
T.A 2020/2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA T UMUR 16 TAHUN DENGAN


KEPUTIHAN DI PUSKESMAS MEDAN TUNTUNGAN

Oleh:
FEBIOLA PRASTIKA
NIM: P07524720 014

Menyetujui,
Nama Pembimbing Tanda Tangan
Ferawati Br. Perangin Angin
NIP: 198605102010012025
(Pembimbing Lahan Praktik)
Melva Simatupang, SST, M.Kes
NIP: 196104231986032003
(Pembimbing Institusi)
Fitriani Pulungan, SST, M.Kes
NIP: 198008132002122003
(Penguji Institusi)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ardiana Batubara, SST,M.Keb


NIP:196605231986012001

KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Remaja T Umur 16 Tahun
Dengan Keputihan di Puskesmas Medan Tuntungan”. Dalam kesempatan ini
penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya
kepada dosen pengampu Ibu Melva Simatupang, SST, M.Kes.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan makalah ini, masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan
terbuka menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
proses perkuliahan Praktik Klinik Kebidanan. Aamiin.

Penyusun

Febiola Prastika

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................
Halaman Pengesahan ..................................................................................... i
Kata Pengantar................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii

BAB I TINJAUAN TEORI............................................................................1


A. Defenisi...............................................................................................1
B. Etiologi...............................................................................................1
C. Patofisiologi........................................................................................2
D. Tanda dan Gejala................................................................................2
E. Diagnosa.............................................................................................3
F. Pencegahan ........................................................................................3
G. Penatalaksanaan..................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN ...............................7


A. Anamnesis Lengkap............................................................................7
B. Pemeriksaan Fisik.............................................................................14
C. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................15
D. Diagnosa/Masalah Kebidanan..........................................................15
E. Intevensi............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................20
LAMPIRAN

BAB I
TINJAUAN TEORI
A. KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS)
1. Definisi
Keputihan adalah semacam Silim yang keluar terlalu banyak, warnanya
putih seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan. Jika Silim atau lendir ini
tidak terlalu banyak, tidak menjadi persoalan (Handayani, 2008).
Keputihan adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya cairan dari
organ reproduksi dan bukan berupa darah. Keputihan yang berbahaya adalah
keputihan yang tidak normal (Blankast, 2008).
Keputihan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu keputihan yang normal
dan keputihan yang abnormal. Keputihan normal dapat terjadi pada masa
menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16
menstruasi dan juga melalui rangsangan seksual. sedangkan keputihan abnormal
dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
senggama, mulut rahim, dan jaringan penyangga juga penyakit karena hubungan
kelamin), (Manuaba, 2009).

2. Etiologi
1. Jamur
Umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang menyebabkan
rasa gatal di sekitar vulva / vagina. Infeksi ini berupa warnanya putih susu,
kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal pada kemaluan. Akibatnya, mulut
vagina menjadi kemerahan dan meradang. Biasanya terjadi pada saat
kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya
tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan
akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan cairan ibunya
yang menderita penyakit tersebut.

2. Parasit
Parasit trichomonas vaginalis yang menular dari hubungan seks
ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, pinjam meninjam pakaian
dalam, atau bibir kloset. Cairan keputihan sangat kental, berbuih, berwarna
kuning atau kehijauan dengan bau anyir. Keputihan karena parasit tidak
menyebabkan gatal, tapi liang vagina nyeri bila ditekan.

3. Bakteri
Bakteri gardnerella dan pada keputihan disebut bacterial vaginosis.
Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan,
berair, berbuih, dan berbau amis. Beberapa jenis bakteri lain juga memicu
munculnya penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorrhoea. bakteri biasanya
muncul saat kehamilan, gonta-ganti pasangan, penggunaan alat kb spiral atau
iud.

4. Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit
kelamin, seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai
tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula
menjangkiti wanita hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan
badan. Bentuknya seperti luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina,
mengeluarkan cairan gatal, dan terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga
bisa menjadi faktor pemicu kanker rahim.

3. Patofisiologi
Banyak hal sebenarnya yang membuat wanita rawan terkena keputihan
patologis. Biasanya penyebab keputihan patologis ini karena kuman. Di dalam
vagina sebenarnya bukan tempat yang steril, berbagai macam kuman ada disitu.
Flora normal didalam vagina membantu menjaga keasaman PH vagina, pada
keadaan yang optimal. PH vagina seharusnya antara 3,5-5,5. flora normal ini bisa
terganggu. Misalnya karena pemakaian antiseptic untuk daerah vagina bagian
dalam. Ketidakseimbangan ini mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-
kuman yang lain. Padahal adanya flora normal dibutuhkan untuk menekan
tumbuhan yang lain itu untuk tidak tumbuh subur. Kalau keasaman dalam vagina
berubah, maka kuman-kuman lain dengan mudah akan tumbuh sehingga
akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya menyebabkan keputihan yang berbau,
gatal dan menimbulkan ketidaknyamanan

4. Tanda dan Gejala


1. Keluarnya cairan berwarna putih, kekuningan atau putih kelabu dari
saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental dan kadang-kadang
berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau
sesudah haid pada wanita tertentu.
2. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya. Biasanya
keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga
dalam dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan
tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim,
walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin
luar.
3. Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh
hari dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormone yang
dihasilkan oleh plasenta atau uri.
4. Gadis muda terkadang juga mengalami keputihan, sesaat sebelum masa
pubertas. Biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan :
1. Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan biokimia dan urinalisis.
2. Kultur urin untuk menyingkirkan infeksi bakteri pada traktus urinarius
3. Sitologi vagina
4. Kultur sekret vagina
5. Radiologi untuk memeriksa uterus dan pelvis
6. Ultrasonografi (USG) abdomen
7. Vaginoskopi
8. Sitologi dan biopsy jaringan abnormal
9. Tes serologis untuk Brucellosis dan herpes
10. Pemeriksaan PH vagina
11. Penilaian swab untuk pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan
KOH 10 % .
12. Pulasan dengan pewarnaan gram
13. Pap smear.
14. Biopsi.
15. Test biru metilen.

6. Komplikasi Keputihan Sesungguhnya,


Pemberian antibiotik maupun antijamur sangat efektif untuk mengatasi
keputihan akibat infeksi. Akan tetapi, bila infeksi tidak teratasi (misalnya karena
terlambat berobat, pengobatan yang tidak tuntas, maupun infeksi ulang akibat
pasangan seks tidak diobati bersama), akan timbul berbagai komplikasi keputihan
sebagai berikut :
1. Penyebaran infeksi ke daerah organ kewanitaan lain Sebut saja infeksi
mulanya berasal dari dinding vagina. Bila infeksi belum diatasi, maka
infeksi dapat menyebar ke mulut rahim dan menyebabkan radang mulut
rahim sehingga menimbulkan komplikasi keputihan.
2. Infertilitas Bila pengobatan keputihan tidak dilakukan, maka infeksi
berlanjut lagi ke rahim, saluran telur atau mencapai indung telur hingga
menimbulkan kemungkinan terjadinya infertilitas.
3. Gagal ginjal Pada kasus rembetan infeksi yang agak ekstreme, infeksi
dapat menyebar ke ginjal hingga kemungkinan terburuknya dapat terjadi
gagal ginjal.
4. Penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease [PID]) Pada
trikomoniasis dan klamidia, sering kali tejadi perluasan infeksi ke daerah
panggul. Perluasan infeksi ini dikenal dengan nama penyakit radang
panggul (PID). PID dapat menyebabkan kerusakan pada indung telur,
saluran telur, dan struktur organ reproduksi lainnya. Kerusakan ini dapat
mengakibatkan terjadinya nyeri panggul kronis, kehamilan ektopik, hingga
infertilitas.
5. Sepsis Infeksi yang semakin meluas juga dapat menyebabkan infeksi
seluruh tubuh apabila kuman berhasil masuk hingga sistem peredaran
darah atau kelenjar getah bening.
6. Bila perempuan dengan keputihan masih berhubungan seks dengan suami
atau pasangan seks yang tidak sakit, mungkin akan terjadi penularan
infeksi kepada pasangannya.
7. Depresi dan masalah seksual Karena keputihan akibat infeksi biasanya
menimbulkan rasa tidak nyaman pada daerah kewanitaan, beberapa
perempuan akan merasa malu, menyalahkan diri sendiri dan berujung pada
depresi. Masalah seksual juga dapat terjadi akibat depresi maupun
hilangnya minat pasangan akibat adanya keputihan maupun bau tidak
sedap yang biasa menyertai adanya keputihan ini. Oleh karena itu, setiap
keputihan patologis hendaknya diobati hingga tuntas sebagai bentuk
pencegahan keputihan dan dengan mengenali gejala keputihan, perluasan
infeksi dapat dihindari.

7. Penatalaksanaan
1. Untuk menghindari komplikasi yang serius dari keputihan (fluor albus),
sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher
rahim yang juga memberikan gejala keputihan berupa sekret encer,
berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau
busuk.
2. Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur,
bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi
keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya.
Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal
dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan
metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat
dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang
dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina.
Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga
diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak
berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu,
dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan
pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan :
a. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat
cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.
b. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom
untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
c. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar
tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana
dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana
terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada
waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
d. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
e. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan
karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan
konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih
vagina.
f. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi
pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
g. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan
seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak
duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan
kloset sebelum menggunakannya.
3. Tujuan pengobatan :
a. Menghilangkan gejala
b. Memberantas penyebabrnya
c. Mencegah terjadinya infeksi ulang
d. Pasangan diikutkan dalam pengobatan Fisiologis : tidak ada
pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk
menghilangkan kecemasannya.
Patologi : Tergantung penyebabnya Berikut ini adalah pengobatan
dari penyebab paling sering :
i. Candida albicans
a. Topikal :
1. Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
2. Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari
3. Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 – 14 hari

b. Sistemik :
1. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari
2. Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari
3. Nimorazol 2 gram dosis tunggal
4. Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal
5. Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan.

ii. Chlamidia trachomatis


a. Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari (Illustrated of
textbook gynecology)
b. Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila
d. Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari
selama 14 hari
e. Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari
f. Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2
tablet/hari selama 10 hari

iii. Gardnerella vaginalis


a. Metronidazole 2 x 500 mg
b. Metronidazole 2 gram dosis tunggal
c. Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari
d. Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan

iv. Neisseria gonorhoeae


a. Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau
b. Amoksisiklin 3 gr im
c. Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah :
a. Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau
b. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
c. Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari
d. Tiamfenikol 3,5 gram oral
e. Kanamisin 2 gram im
f. Ofloksasin 400 mg/oral Untuk Neisseria
gonorhoeae penghasil Penisilinase : a. Seftriaxon 250 mg
im atau b. Spektinomisin 2 mg im atau c. Ciprofloksasin
500 mg oral Ditambah a. Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7
hari atau b. Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari c.
Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari

v. Virus herpeks simpleks Belum ada obat yang dapat


memberikan kesembuhan secara tuntas
a. Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari
b. Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari
c. Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah
timbulnya infeksi sekunder
vi. Penyebab lain : Vulvovaginitis psikosomatik dengan
pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory
vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen.
BAB II
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN

A. Asuhan Kebidanan dengan gangguan


1. Pengkajian
a. Subjektif
 Identitas :
 Keluhan Utama :
 Riwayat Menstruasi :
 Riwayat kesehatan :
 Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari :
 Keadaan Psiko Sosial Spritual :

b. Objektif
 Pemeriksaan umum :
 Pemeriksaan fisik :
 Pemeriksaan dalam / Ginekologis :
 Pemeriksaan penunjang :

2. Diagnosa Yang Sering Muncul


 Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system reproduksi
 Definisi : Keadaan dimana individu mengalami sensasi yang tidak
menyenangkan dalam berespons terhadap suatu rangsangan yang
berbahaya.
 Batasan karakteristik
 Laporan secara verbal atau non verbal
 Fakta dari observasi
 Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
 Gerakan melindungi
 Tingkah laku berhati-hati
 Muka topeng
 Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
 Terfokus pada diri sendiri

3. Faktor yang berhubungan Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)


 Disfungsi seksual b/d perubahan kesehatan seksual
 Definisi : Kondisi ketika individu mengalami perubahan fungsi
seksual selama fase respons gairah seksual, rangsang seksual,
dan/atau orgasme, yang dipandang tidak memuaskan, tidak ada
penghargaan, atau tidak adekuat .
 Batasan karakteristik
Subjektif : a. Perubahan dalam penerimaan kepuasan seksual b.
Perubahan minat terhadap diri sendiri dan orang lain c.
Ketidakmampuan untuk mencapai kepuasan yang diharapkan d.
Persepsi perubahan rangsang seksual e. Persepsi defisiensi gairah
seksual f. Persepsi keterbatasan akibat penyakit atau terapi g.
Menyatakan masalah.
Objektif a. Pembatasan actual akibat penyakit atau terapi b.
Perubahan dalam pencapaian persepsi peran seks c. Mencari
penegasan tentang kemampuan respons gairah seksual.
 Faktor yang berhubungan
 Ketiadaan model peran atau model peran tidak berpengaruh
 Perubahan struktur atau fungsi tubuh (misalnya, kehamilan, baru
melahirkan, obat-obatan, pembedahan, anomaly, proses penyakit,
trauma, dan radiasi)
 Perubahan biopsikososial seksualitas
 Kurang privasi
 Kurangnya orang terdekat
 Salah informasi atau kurang pengetahuan
 Penganiayaan fisik.
 Penganiayaan psikososial (misalnya, hubungan yang menyakitkan)

4. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit,


prognosis dan kebutuhan pengobatan.
 Definisi : Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
sehubungan dengan topic spesifik.
 Batasan karakteristik
 Memverbalisasikan adanya masalah
 Ketidakakuratan mengikuti instruksi
 Perilaku tidak sesuai.
 Faktor yang berhubungan
 Keterbatasan kognitif
 Interpretasi terhadap informasi yang salah
 Kurangnya keinginan untuk mencari informasi
 Tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
5. Perencanaan Diagnosa
a. Perubahan kenyamanan b/d infeksi pada system reproduksi
b. Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
 Tujuan : Menghilangkan rasa tidak nyaman
c. Kriteria hasil : Memperhatikan bahwa nyeri ini ada
mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan dan menurunkan
nyeri dapat mengidentifikasi dan menurunan sumber-sumber nyeri
d. Intervensi Kebidanan dan rasional.
 Berikan pengurang rasa nyeri yang optimal
 Meluruskan kesalahan konsep pada keluarga
 Bicarakan mengenai ketakutan, marah dan rasa frustasi
klien
 Berikan privasi selama prosedur tindakan
DAFTAR PUSTAKA

Blankast, Ariev. (2008). Mengatasi Keputihan dengan Herbal,


http://gealgeol.com/2008/08/27/agar-keputihan-tak-berulang.html. di akses 14
Juni 2016

Handayani, Tri Asih. (2008). Memberantas dan mengobati keputihan,


http://sangwanita.blogspot.com. Di akses 14 Juni 2016

Manuaba, Ida bagus Gde, (2009). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.

Nanda NIC- NOC .2013 . Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis Edisi Revisi Jilid II. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai