Anda di halaman 1dari 25

Skor Nilai:

CRITICAL JOURNAL REVIEW

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI
PUSKESMAS TOMPASO KABUPATEN MINAHASA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Asuhan Kebidanan pada Ibu


Hamil

Oleh :
TIUR ESTELINA SIBARANI
NIM:

PEMBIMBING INSTITUSI
1. Dr. Samsider Sitorus M.Kes
2. Betty Mangkuji SST,M.Keb

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


BIDAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES
KEMENKES MEDAN
2020
HALAMAN PENGESAHAN

JOURNAL READING

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI
PUSKESMAS TOMPASO KABUPATEN MINAHASA

Oleh :
TIUR ESTELINA SIBARANI
NIM:

Menyetujui,

PembimbingInstitusi PembimbingInstitusi

Dr. Samsider Sitorus M.Kes Betty Mangkuji SST,M.Keb


NIP: NIP:

Mengetahui,
Ketua Program StudiPendidikanProfesiBidan

Ardiana Batubara, SST,M.Keb


NIP:196605231986012001

2
ABSTRACT

Latar Belakang :Komplikasi kehamilan salah satunya adalah mual dan muntah atau
dikenaldengan Hiperemesis Gravidarum. Dampak Hiperemesis Gravidarum yaitu dehidrasi
yang menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi liver dan terjadiIkterus, terjadi
perdarahan pada Parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum alat-alat vital
dan menimbulkan kematian. Tujuan :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas
Tompaso Kabupaten Minahasa. Metode :Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif
analitik dengan pendekatan Retrospektif study. Populasi dan sampel yang digunakan adalah
seluruh ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum yang tercatat dalam buku register tahun
2011 – 2013 di Puskesmas Tompaso. Hasil penelitian :Hasil penelitian menunjukkan uji
statistik bahwa umur, pendidikan, paritas dan jarak kehamilan berhubungan dengan dengan
kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil (nilai p value < 0,005). Kesimpulannya
adalah semua variabel bebas mempunyai hubungan dengan dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarum pada Ibu Hamil. Berdasarkan penelitian ini hubungan yang paling bermakna
adalah variabel pendidikan dengan p value 0,000. Kesimpulan :1) Ada hubungan yang
bermakna (p = 0,001) antara Umur dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum, 2) Ada
hubungan yang bermakna (p = 0,000) antara Pendidikan dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarum, 3) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Paritas dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum, 4) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Jarak
Kehamilan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil di Puskesmas
Tompaso, Kabupaten Minahasa Induk.

Kata kunci : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian, Hiperemesis Gravidarum.

3
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Critical Journal
Review yang berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hiperemesis
Gravidarum di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa”. Dalam kesempatan ini penulis
menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen
pengampu Ibu Dr. Samsider, M.Kes dan Ibu Betty Mangkuji, SST,M.Keb yang telah
membimbing selama ini.

Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini dikemudian hari.
Akhirnya penulis berharap, makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan
Praktik Klinik Kebidanan. Amin.

Tim Penyusun

4
DAFTAR ISI
Halaman
HalamanJudul ………………………………….. I
HalamanPengesahan ………………………………… Ii
Kata Pengantar ………………………………… Iii
Daftar Isi …………………………………. Iv

BAB I: PENDAHULUAN ……………………………….. 1


A. Judul (Jurnal yang dilaporkan) ……………………………………
B. Abstrak ……………………………….
C. LatarBelakang ……………………………………
D. Metodologi ……………………………………
E. HasildanPembahasanPenelitian ……………………………………
F. Kesimpulandan Saran ……………………………………
……………………………………
BAB II: TELAAH JURNAL ……………………………………
A. JudulJurnal ……………………………………
B. Abstrak ……………………………………
C. Pendahuluan ……………………………………
D. Metodologi ……………………………………
E. HasildanPembahasan/ Diskusi ……………………………………
F. Kesimpulandan Saran ……………………………………
……………………………………
BAB III: TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………
A. Defenisi ……………………………………
B. Penyebab ……………………………………
C. TandaGejala ……………………………………
D. …

BAB IV: PENUTUP ……………………………………


A. Kesimpulan ……………………………………
B. Saran ……………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………


LAMPIRAN

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Judul atau Jurnal yang Dilaporkan


Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di
Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa

B. Abstrak
Latar Belakang :Komplikasi kehamilan salah satunya adalah mual dan muntah atau
dikenaldengan Hiperemesis Gravidarum. Dampak Hiperemesis Gravidarum yaitu dehidrasi
yang menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi liver dan terjadiIkterus, terjadi
perdarahan pada Parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum alat-alat
vital dan menimbulkan kematian. Tujuan :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum di
Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa. Metode :Jenis penelitian merupakan penelitian
deskriptif analitik dengan pendekatan Retrospektif study. Populasi dan sampel yang
digunakan adalah seluruh ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum yang tercatat dalam
buku register tahun 2011 – 2013 di Puskesmas Tompaso. Hasil penelitian :Hasil penelitian
menunjukkan uji statistik bahwa umur, pendidikan, paritas dan jarak kehamilan
berhubungan dengan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil (nilai p
value < 0,005). Kesimpulannya adalah semua variabel bebas mempunyai hubungan dengan
dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil. Berdasarkan penelitian ini
hubungan yang paling bermakna adalah variabel pendidikan dengan p value 0,000.
Kesimpulan :1) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Umur dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum, 2) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,000) antara Pendidikan
dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum, 3) Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001)
antara Paritas dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum, 4) Ada hubungan yang bermakna
(p = 0,001) antara Jarak Kehamilan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu
Hamil di Puskesmas Tompaso, Kabupaten Minahasa Induk.

Kata kunci : Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian, Hiperemesis Gravidarum.

6
C. Latar Belakang
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus agar
dapat berlangsung dengan baik demi tercapainya persalinan yang aman dan melahirkan bayi
yang sehat. Komplikasi kehamilan salah satunya adalah mual dan muntah atau dikenal
dengan Hiperemesis Gravidarum. Dampak Hiperemesis Gravidarum yaitu dehidrasi yang
menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi liver dan terjadi Ikterus, terjadi
perdarahan pada Parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan fungsi umum alat-alat
vital dan menimbulkan kematian.
World Health Organization (WHO) memperkirakan angka kematian ibu sebesar
500.000 jiwa dan angka kematian bayi sebesar 10 juta jiwa setiap tahun. Kejadian kematian
ibu dan bayi sebagian besar terdapat di negara berkembang yaitu sebesar 98% - 99% dimana
kematian ibu dan bayi di negara berkembang 100% lebih tinggi dibandingkan dengan negara
maju.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi, bahkan jumlah perempuan
Indonesia yang meninggal saat melahirkan mencapai rekor tertinggi di Asia. Berdasarkan
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian maternal di
Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup, itu berarti setiap 100.000 kelahiranhidup
masih ada sekitar 359 ibu yang meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2013, menunjukkan jumlah ibu
hamil yaitu 48,669 orang dengan presentase KI 94,00 % dan K4 84,49 % sedangkan menurut
Kementrian Kesehatan 2010 untuk target nasional periode tahun 2010 – 2014 untuk capaian
KI dan K4 yaitu 95 %. Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat masih kurangnya capaian
kunjungan ibu hamil untuk memenuhi target nasional.Kurangnya kunjungan selama masa
kehamilan dapat menyebabkan ibu memiliki sedikit informasi mengenai deteksi dini
komplikasi atau gangguan yang terjadi selama masa kehamilan, termasuk didalamnya
informasi mengenai Hiperemesis Gravidarum.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara tahun 2009 menjelaskan
bahwa lebih dari 80% perempuan hamil mengalami rasa mual dan muntah sedangkan untuk
perempuan hamil yang mengalami kondisi Hiperemesis Gravidarum sekitar 5 dari 1000
perempuan hamil. Hal ini bisa menyebabkan perempuan menghindari makanan tertentu dan
biasanya membawa resiko baginya dan janin.
Berdasarkan data buku register di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa Induk,
angka kejadian ibu yang mengalami Hiperemesis Gravidarum pada tahun 2011- 2013

7
terdapat 67 orang ibu hamil.Sedangkan pada bulan Januari-Februari 2014 ada 13 ibu yang
mengalalami Hiperemesis Gravidarum.Ibu hamil yang mengalami Hiperemesis Gravidarum
tingkat I (ringan), dengan gejala mual muntah terus menerus.Ibu hamil yang mengalami
Hiperemesis Gravidarum tingkat II (sedang) dengan gejala penderita lebih lemah dan apatis
berjumlah 64 orang.Ibu hamil yang mengalami Hiperemesis Gravidarum tingkat III (berat)
dengan gejala keadaan umum lebih parah berjumlah 3 orang.Hiperemesis Gravidarum
tingkat I dan tingkat II perawatan dilakukan di Puskesmas. Sedangkan Hiperemesis
Gravidarum tingkat III perawatan dilakukan di Rumah Sakit.
Dari survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Tompaso, ibu hamil yang
mengalami Hiperemesis Gravidarum berjumlah 67 orang.Yang mengalami Hiperemesis
Gravidarum terbanyak pada primigravida berjumlah 34 orang.Sebagian besar ibu hamil yang
mengalami Hiperemesis Gravidarum berusia ≤ 20 tahun berjumlah 33 orang.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Tompaso Kabupaten
Minahasa.

D. Metodologi

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik dengan pendekatan


Retrospektif study. Populasi adalah seluruh ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum yang
tercatat dalam buku register tahun 2011 – 2013 di Puskesmas Tompaso sebanyak 67 orang
dijadikan subjek pemelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Agustus 2014
di wilayah kerja Puskesmas Tompaso Kecamatan Tompaso. Variabel bebas dan terikat pada
penelitian ini :umur, pendidikan, paritas dan jarak kehamilan sebagai variabel bebas.
Kejadian Hiperemesis Gravidarum sebagai variabel terikat.Instrument dalam penelitian ini
kuesioner dalam bentuk format pengumpulan data. Analisa data yang digunakan adalah uji
Chi Square.
E. Hasil dan Pembahasan
Hasil
1. Analisis Univariate
Hasil analisis Univariate untuk menghitung distribusi frekuensi variable responden
mencakup umur, pendidikan, paritas, jarak kehamilan dan kejadian Hiperemesis
Gravidarum.

8
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat kejadian Hiperemesis Gravidarum
menunjukkan bahwa yang paling banyak adalah Hiperemesis Gravidarum kategori
tinggi (tingkat II dan III) yaitu berjumlah 49 orang (61,3%).
2. Analisis Bivariate
Analisis Bivariate untuk menilai apakah ada hubungan antara variable bebas yaitu
umur, pendidikan, paritas dan jarak kehamilan dengan variabel terikat yaitu kejadian
Hiperemesis Gravidarum dapat dilihat pada uraian di bawah ini.
“Hubungan Umur, Pendidikan, Paritas dan Jarak Kehamilan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
Tahun 2014”
Analisis bivariate diatas menunjukkan pada umur 20 - 35 tahun ternyata lebih banyak
ditemukan responden dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum(46,2%) daripada responden
dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum rendah (15%). Sementara umur 35 tahun ternyata
lebih banyak ditemukan kejadian Hiperemesis Gravidarum rendah (23,8%) daripada
responden Hiperemesis Gravidarum tinggi (15%). Berdasarkan analisis statistik dengan uji
Chi Square didapatkan ρ value = 0,001 artinya, hasil ini memiliki makna ada hubungan yang
signifikan antara umur dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum. Pada pendidikan tinggi
lebih banyak ditemukan responden dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum (56,2%)
daripada responden dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum rendah (15%). Sedangkan
pada responden dengan pendidikan rendah ternyata lebih banyak ditemukan kejadian
Hiperemesis Gravidarum rendah (23,8%) daripada kejadian Hiperemesis Gravidarum tinggi
(0,5%). Berdasarkan analisis denagn uji Chi Square didapatkan ρ value =0,000 artinya, hasil
ini memiliki makna ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum.
Pada responden yang paritas > 2 anak lebih banyak ditemukan responden dengan
kejadian Hiperemesis Gravidarum(48,8%) daripada responden dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarum rendah (15%). Sedangkan pada paritas < 2 anak ternyata lebih banyak
ditemukan kejadian Hiperemesis Gravidarum rendah (23,8%) daripada responden
Hiperemesis Gravidarum tinggi (12,5%). Berdasarkan analisis denagn uji Chi Square
didapatkan ρ value =0,001 maka artinya hasil ini memiliki makna ada hubungan yang
signifikan antara paritas dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum.
Pada jarak kehamilan > 2 tahun lebih banyak ditemukan responden dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum (45 %) daripada responden dengan kejadian Hiperemesis

9
Gravidarum rendah (13,8 %). Sedangkan pada responden dengan jarak kehamilan < 2 tahun
ternyata lebih banyak ditemukan kejadian Hiperemesis Gravidarum rendah (25 %) daripada
kejadian Hiperemesis Gravidarum tinggi (16,2 %). Berdasarkan analisis dengan uji Chi
Square didapatkan ρ value =0,001 artinya, hasil ini memiliki makna ada hubungan yang
signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum.
Pembahasan
1. Gambaran Umur, Pendidikan, Paritas, Jarak Kehamilan pada Ibu Hamil di Puskesmas
Tompaso, Kabupaten Minahasa
Pada pengumpulan data didapatkan bahwa umur responden paling banyak 20 – 30
tahun 49 orang (61,3%) sedangkan umur < 20 tahun dan > 35 tahun berjumlah 31 orang
(38,8%). Pada pengumpulan data mengenai pendidikan responden didapatkan bahwa paling
banyak adalah pendidikan tinggi yaitu 57 orang (71,3%) sedangkan pendidikan rendah 23
orang (28,8%). Pengumpulan data mengenai paritas didapatkan yang paling banyak
responden yang sudah multipara yaitu 51 orang (63,8%) sedangkan primipara 29 orang
(36,3%). Pada pengumpulan data mengenai jarak kehamilan didapatkan data bahwa paling
banyak jarak kehamilan responden > 2 tahun yaitu berjumlah 47 orang (58,8%) sedangkan<
2 tahun berjumlah 33 orang (41,3%).
2. Hubungan Umur dengan kejadian Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di
Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
Berdasarkan analisis hubungan yang dilakukan menggunakan uji Chi Square
didapatkan ρ value 0,001 maka H0 ditolak dan Ha diterima, hasil ini memiliki makna ada
hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum.
Hasil ini sesuai teori Manuaba (2003) bahwa kehamilan dikatakan beresiko tinggi
adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan masa yang
baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum sempurna, hal ini tentu menyulitkan
proses kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan diatas usai 35 tahun mempunyai
resiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan,
gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama.(4) Umur reproduksi
yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas
35 tahun dapat menyebabkan Hiperemesis karena pada kehamilan diusia kurang 20 secara
biologis belum optimal emosinya, cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga
mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap
pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait

1
0
dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering
menimpa di usia ini.
Menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hiperemesis
Gravidarum di bawah umur 20 tahun lebih di sebabkan oleh karena belum cukupnya
kematangan fisik, mental dan fungsi sosial dari calon ibu tentu menimbulkan keraguan
jasmani cinta kasih serta perawatan dan asuhan bagi anak yang akan di lahirkannya. Hal ini
mempengaruhi emosi ibu sehingga terjadi konflik mental yang membuat ibu kurang nafsu
makan. Bila ini terjadi maka bisa mengakibatkan iritasi lambung yang dapat memberi reaksi
pada impuls motorik untuk memberi rangsangan pada pusat muntah melalui saraf otak
kesaluran cerna bagian atas dan melalui saraf spinal ke diafragma dan otot abdomen
sehingga terjadi muntah. Permasalahan dari segi psikiatri dan psikologis sosial banyak di
ulas akan menekankan pentingnya usah usaha untuk melindungi anak- anak yang di lahirkan
kemudian. Sedangkan Hiperemesis Gravidarum yang terjadi diatas umur 35 tahun juga tidak
lepas dari faktor psikologis yang di sebabkan oleh karena ibu belum siap hamil atau malah
tidak menginginkan kehamilannya lagi sehingga akan merasa sedemikian tertekan dan
menimbulkan stres pada ibu. Stres mempengaruhi hipotalamus dan memberi rangsangan
pada pusat muntah otak sehingga terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang
disertai dengan penurunan diafragma menyebabkan tingginya tekanan dalam lambung,
tekanan yang tinggi dalam lambung memaksa ibu untuk menarik nafas dalam-dalam
sehingga membuat sfingter esophagus bagian atas terbuka dan sfingter bagian bawah
berelaksasi inilah yang memicu mual dan muntah.
Hamil pada usia muda merupakan salah satu faktor penyebab terjadinyaHiperemesis
Gravidarum. Dalam kurun waktu reproduksi sehat bahwa usia aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada
usia di bawah 20 tahun ternyata 2-3 kali lebih tinggi daripada kematian yang terjadi pada
usia 20- 29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun. Hal ini
disebabkan menurunnya fungsi organ reproduksi wanita.(5)
3. Hubungan Pendidikan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di
Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
Hasil penelitian pendidikan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
menunjukkan paling banyak yaitu 56,2% atau 45 responden yang berpendidikan tinggi dan
hiperemesis gravidarum pada kategori tinggi. Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, dengan nilai (p) = 0,000 (<0,05)

1
1
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku terhadap pola hidup
dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam perubahan kesehatan. Rendahnya
pendidikan seseorang makin sedikit keinginan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan,
dan sebaliknya makin tingginya pendidikan seseorang, makin mudah untuk menerima
informasi dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Pendidikan merupakan faktor predisposisi adalah faktor yang ada dalam individu
seperti pengetahuan, sikap terhadap kesehatan serta tingkat pendidikan.Dimana untuk
berprilaku kesehatan misalnya (pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil) diperlukan
pengetahuan tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri maupun bagi
janinnya
4. Hubungan paritas dengan kejadian Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di
Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
Hasil penelitian paritas dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil
menunjukkan paling banyak yaitu 48,8 % atau 39 responden yang paritas pada kategori
multipara dan Hiperemesis Gravidarum pada kategori tinggi. Hasil uji statistik Chi Square
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, dengan nilai (p) =
0,000 (0,05) dengan demikian Ha diiterima.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida.Jumlah
kehamilan 2-3 (multi) merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian
maternal.
Penyebab hyperemesis belum diketahui secara pasti. Telah diketahui beberapa faktor
prodisposisi terjadinya Hiperemesis Gravidarum yaitu wanita hamil dengan anemia,
primigravida, kehamilan ganda dan molahidatidosa. Hasil penelitian ini didukung
denganpenelitian yang dilakukan oleh Minerva (2010) yang berjudul studi deskriptif
umur,paritas dan pekerjaan sebagai factor predisposisi kejadian emesis gravidarumpada ibu
hamil trimester I di RB “YKWP”Mranggen menunjukkan bahwa paritas padawanita
primigravida lebih banyakdibandingkan wanita multigravida.Makadapat dilihat dari hasil
penelitian bahwaparitas wanita primigravida lebih berpeluangbanyak mengalami
Hiperemesis Gravidarum.
Beberapa hasil penelitian ini dimungkinkankarena sebagian besar responden
mengalamiparitas primigravida sehingga keluhan mualdan muntah seringkali ditemukan.
Padawanita primigravida, sebagian kecil belummampu beradaptasi dengan hormon danpada
usia lebih tua juga cenderung lebihmenderita karena jumlah hormon yangdikeluarkan

1
2
semakin tinggi, dan riwayatkehamilan sebelumnya juga dapatmempengaruhi kehamilannya
sekarang.
Jarak yang dekat antara kehamilan sekarangdan dahulu serta umur ibu yang sudah
lebihdari 35 tahun juga dapat berpengaruh,karena kedaan yang belum normal sebagaimana
mestinya harus sudah bereproduksilagi untuk kehamilan selanjutnya maka darihal itulah
dapat menyebabkan Hiperemesis Gravidarum dan komplikasi kehamilanlainnya
(Proverawati, 2009).
5. Hubungan Jarak kehamilan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di
Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
Hasil penelitian jarak kehamilan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada Ibu
Hamil menunjukkan paling banyak yaitu 45% atau 36 responden yang jarak kehamilan > 2
tahun dan hiperemsis gravidarum pada kategori tinggi. Hasil uji statistik Chi Square
menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut, dengan nilai (p) =
0,001 (<0,05 ) dengan demikian Ha diterima
Sesuai teori bahwa jarak ideal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun. Menurut
Rofiq (2008) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan prioritas 1-3 anak dan jika
dilihat dari jarak kehamilannya ternyata jarak kurang dari 2 tahun menunjukan proporsi
kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu
mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi
sebelumnya.
F. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Umur dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarumpada Ibu Hamil di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa Induk
Ada hubungan yang bermakna (p = 0,000) antara Pendidikan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa
Induk.
Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Paritas dengan kejadian Hiperemesis
Gravidarumpada Ibu Hamil di Puskesmas Tompaso Kabupaten Minahasa Induk.
Ada hubungan yang bermakna (p = 0,001) antara Jarak Kehamilan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarumpada Ibu Hamil di Puskesmas Tompaso, Kabupaten Minahasa
Induk.

1
3
Saran
1. Bagi institusi pendidikan hendaknya hasil penelitian ini dapat makin menguatkan
teoriteori yang ada sehingga pada pembelajaran ke peserta didik, teori bahwa faktor
umur, pendidikan, paritas dan jarak kehamilan berhubungan dengan kejadian
Hiperemesis Gravidarum telah mendapat pembuktian lewat hasil penelitian ini.
Institusi pendidikan juga dapat makin mendorong penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan Hiperemesis Gravidarum agar mempertimbangkan faktor lainnya
selain yang sudah diangkat lewat penelitian ini. Peneliti juga sebagai bidan telah
mendapat masukan yang berharga dalam pelayanan kepada ibu hamil yang sedang
mengalami Hiperemesis Gravidarum bahwa dalam pelayanan sangat perlu untuk
memperhatikan faktor-faktor yang ada pada ibu hamil sehingga kualitas pelayanan
sebagai bidan akan makin baik.
2. Bagi Puskesmas Tompaso Kabupaten Mihahasa sebagai lokasi penelitian hendaknya
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengevaluasi pelayanan kepada
Ibu hamil yang mengalami Hiperemesis Gravidarum. Peningkatan pelayanan bisa
dalam bentuk pemberian informasi diantaranya melalui penyuluhan demi
meningkatkan pemahaman ibu hamil bahwa ada berbagai faktor yang berkorelasi
dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum.
Kepada Ibu hamil sebagai reponden yang mengalami Hiperemesis Gravidarum,
hendaknya penelitian ini memberi masukan agar lebih meningkatkan dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada agar dari berbagai faktor pada penelitian
ini (umur, pendidikan, paritas dan jarak kehamilan) ada hal yang mungkin bisa
dipelajari agar dapat terhindar dari kemungkinan mengalami Hiperemesis Gravidarum
di kemudian hari. Paling tidak ibu yang merencanakan kehamilan berikutnya sudah
dapat mengantisipasi adanya kemungkinan untuk mengalami kejadian Hiperemesis
Gravidarumjika memang sudah terdapat faktor sesuai hasil penelitian ini.

1
4
BAB II
TELAAH JURNAL

A. Permasalahan / Isu yang


dikaji
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah
wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa
sebelum kehamilan. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu
tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma
matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS atau wanita pranikah
selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan menentukan kondisi bayi
yang dilahirkan. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci
kelahiran bayi normal dan sehat (Susilowati dkk.2016).

Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah sebelum kehamilan
disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal alat-alat reproduksi
seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi sel telur dengan kualitas baik,
dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat berperan penting
dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin. Bagi calon ibu, gizi yang
cukup dan seimbang akan memengaruhi kondisi kesehatan secara menyeluruh pada masa
konsepsi dan kehamilan serta akan dapat memutuskan mata rantai masalah kekurangan
gizi pada masa kehamilan (Susilowati dkk.2016).

Kurang energi kronik (KEK) masih merupakan masalah gizi utama yang sering
menimpa WUS. Seseorang dapat dikatakan KEK apabila hasil dari pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) dibawah
23,5 cm. Prevalensi KEK pada WUS di Indonesia menurut Indeks Pembangunan
Kesehatan
Masyarakat (IPKM) tahun 2013 menunjukkan angka sebesar 20,97% sementara untuk
provinsi Sumatera Utara sendiri sebesar 17,61% (IPKM, 2013). Dampak dari wanita
pranikah yang menderita KEK antara lain dapat mengakibatkan terjadinya anemia,
kematian pada ibu pada saat melahirkan, kematian janin, bayi berat lahir rendah (BBLR),
kelahiran prematur, lahir cacat hingga kematian pada bayi (Stephanie dkk. 2016).

Pengetahuan mengenai gizi berperan penting dalam pemenuhan kecukupan gizi


seseorang. Tingkat pengetahuan akan mendorong seseorang memiliki kemampuan yang

1
5
optimal berupa pengetahuan dan sikap. Kurangnya pengetahuan terhadap gizi akan
mempengaruhi seseorang dalam memahami konsep dan perinsip serta informasi yang
berhubungan dengan gizi.

1
6
Berdasarkan survei pendahuluan rata-rata umur pernikahan serta status gizi
melalui pengukuran lingkar lengan atas (LILA) pada wanita pranikah yang mendaftar di
KUA Kecamatan Batang Kuis yang dilakukan peneliti pada tanggal 23 Oktober 25
Oktober 2017, didapatkan bahwa rata-rata umur pernikahan wanita pranikah adalah 21
tahun, kemudian peneliti melakukan pengukuran LILA dan mendapatkan data bahwa dari
10 sampel terdapat 5 (50%) wanita pranikah yang memiliki ukuran LILA dibawah 23,5
cm. Berdasarkan hasil uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti “pengaruh
konseling gizi prakonsepsi terhadap pengetahuan dan sikap wanita pranikah di KUA
Kecamatan Batang Kuis”.

B. Metode
Penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan disain One Group Pre – Post
Test (Notoatmodjo, 2010). Penentuan sampel dilakukan dengan melakukan screening
sesuai dengan kriteria inklusi (Fauziyah, 2012) :

a Kriteria Inklusi untuk wanita/sampel:


1 Sudah terdaftar resmi di KUA Kecamatan Batang Kuis
2 Bersedia menjadi sampel penelitian
3 Dapat berkomunikasi dengan baik
b Kriteria eksklusi sampel dalam penelitian ini adalah tidak mengikuti atau
menghadiri konseling secara rutin.

Seluruh populasi pada penelitian ini dijadikan sampel (total sampling). Waktu
penelitian dilaksanakan bulan November 2017 sampai Maret 2018.

C. Hasil penelitian/ringkasan dari pembahasan


Hasil penelitian menunjukkan, peran konseling gizi prakonsepsi selama satu
minggu dengan tiga kali pengulangan materi mampu meningkatkan pengetahuan sampel
secara signifikan. Berdasarkan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan hasil bahwa ada
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa konseling. Hasil
analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata pengetahuan sampel sebelum
dan sesudah diberikan konseling. Dengan nilai signifikan diperoleh p = 0,001<0,05 yang
artinya ada pengaruh konseling gizi prakonsepsi terhadap pengetahuan sampel.

1
7
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah (2012) bahwa
pemberian intervensi berupa pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan
wanita pranikah mengenai gizi prakonsepsi, dengan hasil yang signifikan p=0,001.
Penelitian ini juga menghasilkan kesimpulan yang sama dengan Azzahra (2015) bahwa
metode konseling dapat meningkatkan pengetahuan ibu terhadap pemberian MP-ASI.

Seseorang yang berpengetahuan baik tidak menjamin akan mempunyai sikap yang
positif. Sampel harus mampu menyerap, mengolah dan memahami informasi yang
diperoleh. Sikap positif yang dimaksud adalah adanya keselarasan antara pengetahuan
dengan sikap sampel itu sendiri. Sampel yang masih memiliki sikap negatif terhadap
pernyataan tertentu pada akhir penelitian dapat disebabkan karena interpretasi yang salah
atau kurang tepat terhadap pernyataan sikap tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan, peran konseling gizi prakonsepsi dalam penelitian ini
signifikan meningkatkan sikap sampel. Berdasarkan uji T- Dependent didapatkan hasil
bahwa ada perbedaan sebelum dan sesudah pemberian intervensi. Hasil analisis
menunjukkan, terjadi peningkatan rata- rata nilai sikap sampel sebelum dan sesudah
diberikan konseling. Dengan nilai signifikan diperoleh p
= 0,001<0,05 yang artinya ada pengaruh konseling gizi prakonsepsi terhadap sikap sampel

D. Kesimpulan
1 Hasil penelitian berdasarkan karakteristik sampel didapatkan
bahwa masih ditemukan wanita yang menikah diusia ≤20 (10%) tahun dan
diatas >35 tahun (6,7%). Rata-rata tingkat pendidikan wanita pranikah di
Kecamatan Batang Kuis adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Terdapat 11
wanita pranikah yang mengalami KEK dari total 30 sampel wanita pranikah.
2 Selisih peningkatan pengetahuan sampel sebesar 3,37 sehingga rata- rata
skor pengetahuan sampel sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa
konseling gizi prakonsepsi meningkat dari 12,60 menjadi 15,97.
3 Selisih peningkatan sikap sampel sebesar 3,30 sehingga rata-rata skor sikap
sampel sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa konseling gizi
prakonsepsi meningkat dari 23,70 menjadi 27,00.

1
8
4 Konseling yang dilakukan dengan tiga kali pengulangan dalam waktu satu
minggu memberikan pengaruh yang signifikan (p=0,001) terhadap peningkatan
pengetahuan dan sikap wanita pranikah tentang gizi prakonsepsi di Kecamatan
Batang Kuis.

1
9
E. Saran/Rekomendasi
1 Diharapkan Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Departemen Agama agar setiap
wanita pranikah yang mendaftarkan diri agar mendapatkan konseling tentang gizi prakonsepsi.
2 Agar pihak KUA membuat unit konseling mengenai gizi prakonsepsi di setiap
konseling pranikah

2
0
BAB III
PEMBAHAS
AN

A. Pembahasan isi Journal


1. Permasalahan pada jurnal yang direview pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi
wanita pranikah sebelum kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan
menunjang fungsi optimal alat-alat reproduksi seperti lancarnya proses
pematangan telur, produksi sel telur dengan kualitas baik, dan proses
pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat berperan penting
dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin. Pada Jurnal
Lusiana L Shinta (2016) “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Metode Peer
Education Mengenai Skrining Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Wanita Usia Subur Di Wilayah Kabupaten Agam Tahun 2016” mengatakan
bahwa kesehatan prakonsepsi dapat berubah dan meningkat maka
membutuhkan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku individu, tenaga
kesehatan dan pembuat kebijakan (Johnson, 2008). Salah satu metode
yang efektif yang dapat digunakan untuk menyebarluaskan materi mengenai
kesehatan reproduksi adalah dengan menggunakan metode peer education. Dalam
jurnal Nur Handayani “Efektifitas Pelaksanaan Bimbingan Konseling Pranikah
Dan Pasca Nikah Dalam Membantu Mengatasi Perceraian” Pada prinsipnya,
bimbingan konseling pernikahan sangat bermanfaat bagi kehidupan pasangan
sebelum pernikahan, saat berumahtangga dan pada masa awal memiliki anak-
anak. Menurut Ali Murtadho, bimbingan dan konseling perkawinan
merupakan salah satu layanan konseling yang semakin memiliki pengaruh
penting seiring dengan kompleksitas masalah manusia di masa kini. Pentingnya
bimbingan konseling pernikahan karena beberapa aspek, antara lain: masalah
perbedaan individu, masalah kebutuhan, masalah perkembangan individu dan
masalah latar belakang sosio kultural.
2. Solusi secara Teoretik
Pada artikel review pentingnya melakukan konseling kecukupan gizi kepada
wanita pra nikah disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal
alat-alat reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi sel telur

10
10
dengan kualitas baik, dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi yang baik
juga dapat berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-
kembang janin. Pada Jurnal Lusiana L Shinta (2016) “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Metode Peer Education Mengenai Skrining Prakonsepsi Terhadap
Pe ngetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Di Wilayah

11
11
Kabupaten Agam Tahun 2016” Skrining prakonsepsi dilakukan sebagai langkah
pertama untuk memastikan kesehatan calon ibu serta calon anak sedini
mungkin, bahkan sebelum proses pembuahan terjadi.

3. Hasil Penellitian/Pembahasan Artikel


Hasil penelitian menunjukkan, peran konseling gizi prakonsepsi selama satu
minggu dengan tiga kali pengulangan materi mampu meningkatkan pengetahuan
sampel secara signifikan. Berdasarkan uji Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan
hasil bahwa ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian
intervensi berupa konseling. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan rata-rata pengetahuan sampel sebelum dan sesudah diberikan
konseling. Dengan nilai signifikan diperoleh p = 0,001<0,05 yang artinya ada
pengaruh konseling gizi prakonsepsi terhadap pengetahuan sampel.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah
(2012) bahwa pemberian intervensi berupa pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan wanita pranikah mengenai gizi prakonsepsi, dengan
hasil yang signifikan p=0,001. Penelitian ini juga menghasilkan kesimpulan yang
sama dengan Azzahra (2015) bahwa metode konseling dapat meningkatkan
pengetahuan ibu terhadap pemberian MP-ASI.

4. Kesimpulan
Pada jurnal yang di review dan jurnal 2 pembanding berisi kesimpulan
peneliti berupa tujuan penelitian. Kesimpulan ringkas, jelas, dan padat..

5. Saran/Rekomendasi
Pada jurnal yang di review peneliti memberi saran yaitu diharapkan Dinas
Kesehatan bekerjasama dengan Departemen Agama agar setiap wanita pranikah
yang mendaftarkan diri agar mendapatkan konseling tentang gizi prakonsepsi,
Agar pihak KUA membuat unit konseling mengenai gizi prakonsepsi di
setiap konseling pranikah. Pada 2 jurnal pembanding tidak terdapat
saran/rekomendasi dari penulis.

12
12
B. Kelebihan dan Kekurangan Isi Artikel Journal
1. Isi
Laporan penelitian telah mengikuti langkah-langkah yang seharusnya yaitu
dimulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak (konteks, tujuan penelitian,
desain, analisis statistik, hasil, kesimpulan, dan kata kunci, pendahuluan, metode,
hasil, pembahasan dan kesimpulan. Penulisan jurnal menggunakan analisis kritis

berdasarkan literatur yang ada dengan membanding an temuan-temuan pada


penelitian sebelumnya dengan yang didapatkan oleh penulis.
Kekurangan pada jurnal review yaitu tidak terdapat abstrak bahasa Indonesia
pada jurnal.
2. Tata Bahasa
Jurnal ini cukup mudah dipahami sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti
bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan dan apa hasil yang diperoleh
3. Kemudahan untuk dipahami
Tata bahasa yang dipergunakan dalam penulisan jurnal ini cukup mudah dipahami
sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti bagaimana penelitian tersebut
dilaksanakan dan apa hasil yang diperoleh.

BAB
IV
PENUT
A.
Kesimpulan UP

Penelitian yang di review oleh penulis ini sudah cukup bagus dan jelas untuk
menyempurnakan penelitian yang dilakukan oleh Lusiana L Shinta (2016) “Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Metode Peer Education Mengenai Skrining Prakonsepsi
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Di Wilayah Kabupaten
Agam Tahun 2016” dan penelitian yang dilakukan oleh Nur Handayani “Efektifitas
Pelaksanaan Bimbingan Konseling Pranikah Dan Pasca Nikah Dalam Membantu
Mengatasi Perceraian”
B. Rekomendasi
Bagi penelitiselanjutnya untuk lebih menyempurnkan dalam pembuatan jurnal dan
juga sebagai masukan dalam membuat jurnal yang baik dan benar.

13
13
LAMPIR
AN

14

Anda mungkin juga menyukai