Anda di halaman 1dari 11

DISMENORHEA

OLEH :

Kelompok II

Intan Sardianti Basdi 14220200001

Arsy Ananta Baharoeddin 14220200057

Muh. Akbar HAshemi Rafsanjani14220200042

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATANMASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Dismenore ” tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
“Keperawatan Maternitas”.

Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa


makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dikarenakan pengalaman dan
keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Maka dari itu, saya menerima
kritikan dan saran yang membantu dalam penyempurnaan makalah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan rahmatnya
atas bantuan yang telah diberikan kepada kami dalam penyusunan makalah ini
akhirnya semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca

Makassar, 29 September 2022

Penulis, kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................................................

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................................................

A. Definisi Dismenore………………………………………………………………………..
B. Etiologi Dismenore………………………………………………………………………..
C. Patofisiologi Dismenore…………………………………………………………………..
D. Manifestasi klinis Dismenore…………………………………………………………….
E. Klarifikasi Dismenore…………………………………………………………………….
F. Komplikadsi Dismenore………………………………………………………………….
G. Penatalaksanaan Dismenore…………………………………………………………….

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................................................

A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dismenore merupakan rasa nyeri yang muncul saat haid, biasanya terjadi pada
hari pertama dan kedua (Wong 2008 dan Smith 2003, dalam Novitasari 2012).Setiap
wanita memiliki pengalaman yang berbeda-beda, sebagian wanitamendapatkan haid
tanpa keluhan, namun tidak sedikit wanita mendapatkan haiddisertai dengan keluhan
berupa dismenore yang mengakibatkan ketidaknyamananserta dampak terhadap
gangguan aktivitas (Widjanarko, 2006).Prosentase masalah dismenorea di dunia
sangat besar yaitu dengan rata-ratalebih dari 50% perempuan di setiap negara
mengalami dismenorea (Proverawati danMisaroh, 2009).

Angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri


dari54,89% dismenorea primer, dan 9,36% adalah dismenore sekunder
(Proverawati,2012). Selama ini pemerintah Indonesia memberikan perhatian yang
cukup besar padamasalah kewanitaan baik bagi pelajar (mahasiswi) maupun
masyarakatyangdiwujudkan melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), yaitu dengan
adanya programKKR (Kesehatan Reproduksi Remaja) yang bertujuan agar seluruh
remaja dankeluarganya memiliki pengetahuan, kesadaran sikap dan perilaku
kesehatanreproduksi sehingga menjadi remaja yang siap sebagai keluarga berkualitas
tahun2015 BKKBN (2001, dalam Amin 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Dismenore?
2. Bagaimana etiologi dari Dismenore?
3. Bagaimana patofiologi dari Dismenore?
4. Bagaimana manifestasi klinis Dismenore?
5. Bagaimana klarifikasi Dismenore?
6. Baagaimana Komplikasi Dismenore?
7. Bagaimana penatalaksanaan Dismenore?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Dismenore?
2. Mengetahui etiologi dari Dismenore?
3. Mengetahui patofisiologi dari Dismenore?
4. Mengetahui manifestasi klinis dari Dismenore?
5. Mengetahui klarifikasi dari Dismenore?
6. Mengetahui komplikasi dari Dismenore?
7. Mengetahui penatalaksanaan dari Dismenore?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dimenorea

Dismenore adalah perasaan nyeri pada waktu haid dapat berupa kram ringan
padabagian kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari. Gangguan
ini ada dua bentuk yaitu dismenorre primer dan dismenorre sekunder.
Dismenore (nyeri haid) merupakan gejala yang timbul menjelang dan selama
mentruasi ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah (Djuanda,
Adhi.dkk, 2008).
Dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebebkan karena adanya
kejang otot uterus. (Price, 2002)

B. Etiologi Dimenorea

Etiologi dapat diklasifikasikan menurut macam dari disminore itu sendiri.


a. Disminore Primer : Jumlah prostaglandin F2α yang berlebih pada darah
menstruasi, yang merangsang aktivitas uterus
b. Disminore sekunder : Timbul karena adanya masalah fisik, seperti
endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau penyakit radang
panggul.(Price, 2002)

C. Papatofisiologi Dimenorea

Selama siklus menstruasi di temukan peningkatan dari kadar prostaglandin


terutama PGF2 dan PGE2. Pada fase proliferasi konsentrasi kedua prostaglandin ini
rendah, namun pada fase sekresi konsentrasi PGF2 lebih tinggi dibandingkan dengan
konsentrasi PGE2. Selama siklus menstruasi konsentrasi PGF2 akan terus meningkat
kemudian menurun pada masa implantasi window. Pada beberapa kondisi patologis
konsentrasi PGF2 dan PGE2 pada remaja dengan keluhan menorrhagia secara
signifikan leih tinggi dibandingkan dengan kadar prostaglandin remaja tanpa adanya
gangguan haid. Oleh karena itu baik secara normal maupun pada kondisi patologis
prostaglandin mempunyai peranan selama siklus menstruasi (Reeder, 2013).

Di ketahui FP yaitu reseptor PGF2 banyak ditemukan di myometrium. Dengan


adanya PGF2 akan menimbulkan efek vasokontriksi dan meningkatkan kontraktilitas
otto uterus. Sehingga dengan semakin lamanya kontraksi otot uterus ditembah
adanya efek vasokontriksi akan menurunkan aliran darah keotot uterus selanjutnya
akan menyebabkan iskemik pada otot uterus dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Dibuktikan juga dengan pemberian penghambat prostaglandin akan dapat
mengurangi rasa nyeri pada saat menstruasi rasa nyeri pada saat menstruasi.
(Anurogo, 2011).
D. Manifestasi Klinis Dimenorea

Menurut Arif Mansjoer (2000 : 373) tanda dan gejala dari dismenore adalah
a. Dimenore primer
1) Usia lebih muda, maksimal usia 15-25 tahun
2) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
3) Sering terjadi pada nulipara
4) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
5) Nyeri timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama atau kedua
haid
6) Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
7) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
8) Sering memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa
9) Pemeriksaan pelvik normal
10) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, nyeri kepala

b. Dismenore sekunder
1) Usia lebih tua, jarang sebelum usia 25 tahun
2) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
3) Tidak berhubngan dengan siklus paritas
4) Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul
5) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
6) Berhubungan dengan kelainan pelvic
7) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
8) Seringkali memerlukan tindakan operatif
9) Terdapat kelainan pelvic

Nyeri pada disminore juga dapat dibagi menjadi beberapa bagian, berdasarkan
gradenya : 0 : Tidak disminore
1 : Nyeri ringan, aktivitas sedikit terganggu, jarang membutuhkan obat, namun
jika obat dikonsumsi dapat efektif mengurangi nyeri
2 : Nyeri sedang, aktivitas terganggu, membutuhkan obat, dan obat tersebut
efektif mengurangi nyeri
3 : Nyeri hebat, mengganggu sebagian besar aktivitas, membutuhkan obat, tapi
obat jarang efektif dalam mengurangi rasa nyeri
(Reece & Barberie, 2009)

E. Klarifikasi Dimenorea

a. Dismenorea Primer
Dismenorea primer adalah nyeri perut bagian bawah yang terjadi pada saat
menstruasi tanpa terdapat gangguan fisik atau penyakit lain.1,30 Nyeri tersebut
terjadi akibat adanya jumlah prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah
menstruasi, yang merangsang hiperaktivitas uterus.
b. Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder adalah nyeri perut yang terjadi akibat adanya
gangguan fisik atau kondisi yang mendasari dan umumnya terjadi di kalangan
wanita berusia 40 tahun sampai 50 tahun.1,31 Gangguan fisik yang terjadi seperti
endometriosis, polip uteri, leiomioma, stenosis serviks, atau penyakit radang
panggul. Dismenorea dapat timbul pada perempuan dengan Menometroragia yang
meningkat.

F. Komplikasi Dimenorea
Komplikasi dari dismenore primer adalah intensitas nyeri yang
mempengaruhi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari. Hal ini mencakup
hilangnya produktivitas akibat berkurangnya waktu kerja atau sekolah karena
harus beristirahat. Secara umum, pada dismenore primer tidak ada komplikasi
organik karena kondisi yang dialami tidak terkait dengan patologi atau penyakit
lain.
Pada dismenore sekunder, komplikasi tergantung pada etiologi yang
mendasari. Komplikasi yang mungkin terjadi pada dismenore sekunder antara lain
infertilitas, prolaps organ panggul, perdarahan berat, dan anemia.

G. Penatalaksanaan Dimenorea
Pada dismenorea primer, penyebab rasa nyaman dijelaskan dan pasien
ditenangkan bahwa menstruasi adalah fungsi normal dari sistem reproduktif. Jika
pasien muda dan ditemani ibunya, ibunya juga harus ditenangkan dan diberikan
pengetahuan mengenai hal ini. Banyak anak perempuan yang menduga bahwa
mereka akan mengalami periode haid yang sangat menyakitkan apabila ibu
mereka mengalaminya juga. Keram yang tidak nyaman dapat diatasi jika
kecemasan dan kekawatiran terhadap signifikansi gejala tersebut dijelaskan secara
adekuat. Gejala biasanya menghilang dengan medikasi yang sesuai. Pasien
dianjurkan untuk melakukan aktivitas normalnya dan untuk meningkatkan latihan
fisik karena latihan memberikan dasar neurofisiologis untuk peredaan. Terapi lain
yang bisa dilakukan misalnya :
1. Therapi kompres hangat :
Kompres hangat ditujukan agar memperlancar sirkulasi darah, mengurangi
rasa sakit, memperlancar pengeluaran cairan, merangsang peristaltik usus dan
memberikan rasa nyaman klien.
2. Therapy Relaksasi Progresif :
a. Tarik nafas, arahkan nafas ke ujung kaki dan relaksasikan bagian tersebut.
Arahkan nafas ke telapak kaki dan tumit dan relaksasikan bagian tersebut,
kemudian hembuskan
b. Tarik nafas, arahkan nafas ke otot kaki bagian bawah dari tumit ke lutut
dan relaksasikan. Pertama kaki kiri kemudian kaki kanan. Hembuskan
nafas, rasakan relaksasi dari ujung kaki ke atas.
c. Tarik nafas, arahkan nafas ke bokong dan panggul kemudian relaksasikan.
Hembuskan nafas.
d. Tarik nafas arahkan ke perut dan otot pinggang, relaksasikan dan
hembuskan.
e. Tarik nafas arahkan ke dada dan otot punggung, relaksasikan dan
hembuskan nafas.
f. Tarik nafas arahkan ke bahu, tangan dan ujung jari, relaksasikan dan
hembuskan nafas.
g. Tarik nafas arahkan ke otot dahi, pipi, alis dan rahang. Biarkan rahang
turun, rasakan kenyamanan saat otot tersebut relaksasi.
h. Biarkan perasaan relaksasi ini menyebar ke otot leher, tenggorokan dan
lidah, hembuskan nafas.
i. Bernafaslah secara perlahan dan teratur dalam latihan.
3. Imagery Guided
Merupakan kegiatan yang menggunakan imajinasi untuk menciptakan
gambaran mental yang serealistik mungkin dari keadaan atau perilaku baru
yang ingin kita bentuk. Secara berkala kegiatan difokuskan pada perhatian
tentang gambaran mental tersebut, sehingga diharapkan akhirnya dapat
menjadi kenyataan. Sebaiknya dilakukan di pagi hari dan hari yang sama (bila
dilakukan sesaat setelah bangun tidur pagi hari, akan mengangkat semangat
sepanjang hari). Sebaiknya dilakukan 2 kali sehari, selama 5-15 menit.
Dilakukan dengan posisi duduk tegak dan usahakan posisi yang nyaman,
boleh dilakukan dengan posisi duduk di lantai dengan punggung bersandar
pada dinding atau duduk di kursi dengan kaki di lantai dan kedua tangan
diletakkan di paha atau di lutut. Rilekskan tubuh dan fikiran sedalam mungkin
sehingga fokus perhatian dapat dilakukan secara penuh tertuju pada gambaran
mental yang ingin diciptakan.
4. Yoga
Yoga dipercaya sangat efektif mengurangi cairan yang menumpuk di bagian
pinggang yang menyebabkan nyeri haid, lakukan latihan yoga sekitar 30
menit dengan kombinasi gerakan dan nafas dalam ( tehnik relaksasi progresif)
sebagai berikut:
a. Duduk dengan posisi kedua tangan diletakkan di atas kaki.
b. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang (lakukan
selama 2 menit)
c. Posisi telentang, kaki ditekuk, kedua tangan melingkar di atas kepala, lakukan
selam 2 menit.
d. Posisi duduk bersila, kedua tangan memegang jari kaki, lakukan selama 1
menit. e. Posisi kaki kiri ditekuk, kaki kanan diluruskan, badan membungkuk
dengan kedua tangan ke arah kaki kanan sambil mencium lutut kanan,
lakukan selama 2 menit. Selanjutkan ganti ke posisi berlawanan.
e. Posisi kedua kaki diluruskan, badan membungkuk mencium kedua lutut,
tangan memegang kedua jari kaki, lakukan selama 2 menit.
f. Posisi duduk dengan kedua kaki dibuka lebar, tangan dan badan sujud ke
depan, lakukan selama 2 menit.
g. Posisi tengkurap dengan badan ditengadakan keatas, tumpuan pada kedua
lengan, lakukan selama 2 menit.
h. Posisi duduk dengan kaki kiri diluruskan, kaki kanan ditekuk dan dipegang
tangan kiri, badan memutar kearah belakang, lakukan selama 3 menit
i. Posisi sujud dengan kedua tangan diarahkan ke belakang, lakukan selama 2
menit.
j. Posisi telentang, kedua kaki diangkat ke atas, kedua tangan diatas kepala
melingkar, lakukan selama 3 menit.
k. Posisi telentang dengan kedua kaki dibuka, kedua tangan diletakkan
disamping badan, posisi rileks, lakukan selama 5-10 menit.
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dismenore merupakan rasa nyeri yang timbul saat menstruasi. Nyeri ini
sering kali mengganggu kehidupan sehari-hari dan mendorong wanita untuk
melakukan pengobatan, maupun konsultasi ke dokter. Dismenore bisa diatasi
dengan pengobatan baik menggunakan obat maupun non-obat. Obat yang sering
digunakan yaitu obat yang memiliki efek analgetik. Pengobatan non-obat yang
sering dilakukan yaitu dengan mengalihkan perhatian, menggunakan minyak kayu
putih, maupun kompres air hangat.

B. Saran

1. Instansi Pendidikan

Instansi pendidikan diharapkan bisa memberikan penyuluhan, penyebaran


booklet atau flyer mengenai dismenore baik primer maupun sekunder untuk
kalangan masyarakat, serta hal-hal yang berhubungan dengan tindakan untuk
mengurangi nyeri tersebut. Hal ini dikarenakan pengetahuan yang dimiliki oleh
remaja terutama remaja wanita dapat mempengaruhi perilaku kesehatannya.

2. Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat lebih peduli dan sadar terhadap kesehatan


tubuhnya. Apabila ada hal-hal yang menyangkut kesehatannya tidak perlu malu
untuk berobat atau berkonsultasi kepada yang lebih ahli di bidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002 Buku Ajar Medikal Bedah ed. 8, vol 2, Jakarta:

EGC

Deonges, M.E. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi Ke3. Jakarta :

EGC

Prince & Wilson. 2005, patofisiologi Konsep Klinis proses-proses Penyakit.

Edisi 6, Jakarta ; EGC

Anda mungkin juga menyukai