Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan atau melahirkan anak adalah suatu peristiwa yang sangat besar
artinya, sebab sangat mendalam kesannya. Mengapa demikian, karena
melahirkan berarti mengadakan yang semula belum ada. Begitu pula dengan
persalinan yang berarti melahirkan anak yang telah lama ditunggu
kedatangannya. Lahirnya anak tidak akan datang begitu saja, tetapi
memerlukan persiapan-persiapan seperti persiapan fisik, persiapan mental,
dsan persiapan materi yang cukup agar kelahiran anak dapat berjalan dengan
lancar serta menghasilkan ibu dan anak yang sehat. Dalam proses persalinan
ibu banyak mengeluarkan tenaga sehingga untuk mengahasilkan tenaga ibu
yang akan melahirkan serta membukanya jalan untuk lahirnya anak, terjadilah
rasa sakit yang makin lama makin bertambah kuat sampai saat anak lahir
bahkan sampai beberapa waktu setelah melahirkan anaknya. Disinilah
pentingnya persiapan untuk mengimbangi apa yang akan terjadi dalam proses
melahirkan anak atau persalinan itu.
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator kesehatan ibu.
Adanya komplikasi juga ikut andil dalam penurunan AKI yang lambat. Salah
satu komplikasi yang dapat ditemui yaitu kelainan letak. Dari seluruh
kehamilan 99% dengan letak memanjang dan 1% yang melintang. Dari
presentasi letak memanjang sekitar 4 % adalah kejadian letak sungsang.
Kejadian kehamilan gemelli juga mengalami peningkatan lebih dari 50% dari
tahun 1980-an sampai 1997. Hal ini tentunya berakibat fatal jika dalam
pemeriksaan tidak dapat mengidentifikasi kelainan karena akan berlanjut
menjadi kesalahan diagnosa dan dapat berlanjut menjadi kesalahan
penanganan. Oleh karena itu, kelainan letak terutama tentang letak sungsang,
letak lintang, dan gemelli akan dibahas dalam makalah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.
1.3 Tujuan Penulisan
2. Untuk mengetahui komplikasi dan penyulit pada persalinan kala II

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP DASAR KELAINAN PRESENTASI DAN POSISI
2.1.1 PENGERTIAN
Kelainan posisi merupakan posisi abnormal ubun-ubun kecil sebagai
penanda terhadap panggul ibu. Kelainan presentasi adalah semua presentasi
lain dari janin selain presentasi belakang kepala. Janin dalam keadaan
malpresentasi dan malposisi sering menyebabkan partus lama/partus macet.
2.1.2 ETIOLOGI
a. Faktor maternal dan faktor uterus
Panggul sempit
Kelainan uterus
Kelainan letak dan besarnya placenta
b. Faktor janin
Bayi yang besar
Putaran paksi dalam yang abnormal
Sikap janin: tidak fleksi tetapi extensi
Kehamilan ganda
Kelainan janin
Hydramnion
2.1.3 FAKTOR PENGARUH
a. Pengaruh terhadap persalinan
Adaptasi bagian terendah janin dengan servix dan panggul yang kurang
simetris merupakan salah satu factor yang mempengaruhi persalinan.
1. Kerja uterus yang kurang efisien kontraksinya cenderung lemah dan tidak
teratur.
2. Sering terjadi partus lama
3. Dapat terjadi cincin retraksi patologis, dan dapat berakhir dengan ruptura
segmen bawah rahim.

3
4. Sering kali membukanya servix perlahan-lahan dan tidak lengkap.
5. Bagian terendah tetap tinggi
6. Sering terjadi ketuban pecah awal
7. Kebutuhan akan tindakan operatif lebih tinggi
b. Pengaruh terhadap Ibu
1. Oleh karena diperlukan kerja otot uterus dan perut yang lebih besar,dan
oleh karena persalinan seringkali berjalan lama sehingga kurang istirahat
dan makan minum, maka biasa terjadi ibu kelelahan dan kehabisan
tenaga.
2. Perinium dan jaringan lunak lebih teregang, sehingga lebih banyak terjadi
robekan.
3. Perdarahan lebih banyak, berasal dari:
a) Robekan uterus, servik dan vagina
b) Tempat perlekatan plasenta; ibu yang kehabisan tenaga menyebabkan
atonia uteri.
c) Ketuban pecah awal
d) Perdarahan banyak
e) Pemeriksaan vaginal dan rectal yang lebih sering
c. Pengaruh pada bayi
1. Janin tidak sempurna menyesuaikan diri dengan panggul sehingga lebih
sulit melewati panggul dan menyebabkan molage yang lebih berlebihan .
2. Persalinan yang lama berpengaruh lebih berat untuk janin, mengakibatkan
insidensi anoxia, kerusakan otak, asphyxia, dan kematian intrauterine
yang lebih tinggi.
3. Insidensi tindakan operatif yang yang juga lebih tinggi memperbesar
bahaya trauma pada bayi.
4. Tali pusat menumbung lebih sering terjadi dibanding pada kedudukan
normal.

4
2.1.4 MACAM-MACAM KELAINAN PRESENTASI DAN POSISI
A. KELAINAN POSISI
1. POSISI OCCIPITO POSTERIOR PERSISTEN
a. PENGERTIAN
Presentasi oksiput posterior persisten merupakan malposisi yang terjadi
karena kepala gagal melakukan fleksi sehingga sinsiput menjadi bagian
terpenting. Sementara itu, oksiput merupakan bagian terdekat dari sacrum
ibu sehingga bayi lahir dengan muka menghadap pada simfisis pubis.
b. ETIOLOGI
Pada dasarnya penyebab terjadinya presentasi oksiput posterior persisten
ini masih belum jelas diketahui, namun dari beberapa penelitian dikatakan
bahwa salah satu penyebab presentasi ini adalah abnormalitas pelvis atau
kelainan bentuk panggul misalnya pada panggul android (diameter
anteroposterior panggul lebih panjang ari diameter transversal sehingga
kepala sulit melakukan fleksi), antropoid, kesempitan bidang tengah
panggul, ketuban pecah dini, fleksi kepala kurang, dan inersia uteri.
c. PEMERIKSAAN
Pada kunjungan antenatal, seorang bidan harus jeli dan tanggap dalam
melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya komplikasi dan
ketidaknormalan persalinan. Ada beberapa pemeriksaan yang harus dilalui
untuk mendeteksi adanya komplikasi persalinan terutama dalam presentasi
oksiput posterior persisten.
1. Riwayat persalinan
a. Primigravida
b. Pernah mengalami posisi posterior
c. Kelainan bentuk panggul
d. Bayi besar
e. Persalinan lama
2. Pemeriksaan abdomen

5
a. Inspeksi
Terlihat lentur dan seperti ada turunan yang berarti di bawah
umbilicus
b. Palpasi
Teraba kepala masih tinggi, kepala bayi seperti melebar karena
kepala defleksi dan diameter terluasnya adalah oksiput frontal yakni
11,5 cm serta oksiput dan sinsiput sama tinggi.
c. Auskultasi
Denyut jantung bayi pada posisi anterior sangat mudah terdengar
dibandingkan posisi posterior karena pada anterior punggung
belakang janin berada pada abdomen ibu sehingga denyut jantung
janin terdengar jelas.
3. Pemeriksaan dalam (VT)
a. Tingkatan fleksi
b. Masih tinggi atau tidaknya presentasi kepala
c. Ada atau tidaknya molding, caput suksedaneum
d. Sulit atau tidaknya kepala melakukan defleksi pada fontanel posterior
e. Apakah diameter sutura sagitalis oblique terhadap sumbu panggul
ibu.
d. MEKANISME PERSALINAN
Umumnya dapat lahir dengan spontan, namun jika ada indikasi dapat di
pilih antara ekstraksi vakum dan forceps.
1. Ekstraksi dengan forceps
Anak lahir dengan oksipito tetap di belakang, terutama dilakukan
jika ada faktor-faktor yang menyukarkan rotasi ke depan, seperti
panggul android atau antropoid.
Anak dilahirkan dengan oksiput sebelah depan, dilakukan jika tidak
ada faktor-faktor yang menghalangi rotasi.

6
Penilaian ada atau tidaknya faktor yang menghalangi rotasi sangat
sukar. Oleh karena itu, dalam praktik baiknya forceps dipasang
biparietal dan dilakukan tarikan. Jika kepala tidak ada tendens untuk
memutar ke depan, dilahiran kepala dengan oksiput di belakang.
Namun, jika ternyata waktu menarik kepala ada kecenderungan untuk
memutar ke depan, maka dibantu rotasi dengan forceps.
2. Ekstraksi dengan vakum
Pada ekstraksi dengan vakum ekstraktor kita ikuti arah putaran ubun-
ubun kecil dan haya dilakukan penarikan kepala ke bawah dengan arah
tarikan yang disesuaikan dengan tingkat turunnya kepala.
B. KELAINAN PRESENTASI
Letak defleksi terdiri dari : presentasi muka, presentasi dahi, dan presentasi
puncak kepala.

7
1. PRESENTASI MUKA

a. PENGERTIAN
Presentasi muka adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan
defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka
merupakan bagian terendah menghadap ke bawah (ilmu kebidanan)
b. ETIOLOGI
Penyebab presentasi muka sangat banyak dan pada umumnya berasal
dari faktor apapun yang menyebabkan ekstensi atau menghalangi
fleksi kepala, seperti Panggul sempit dan bayi besar. Secara lengkap
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Letak muka primer yaitu disebabkan oleh adanya kelainan pada anak
dan tak dapat diperbaiki, seperti struma kongenitalis, kelainan tulang
leher, lilitan tali pusat yang banyak di leher, anencefal, dan anak lahir
besar.

8
2. Letak muka sekunder yaitu janin normal namun ada kelainan seperti
panggul picak, dinding perut kendor hingga rahim jatuh ke depan.
c. DIAGNOSIS
1. Dalam kehamilan
Letak muka terkadang dapat dicurigai dalam kehamilan jika
terdapat hal-hal berikut.
a. Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung serta antara
belakang kepala dan punggung teraba sudut yang runcing (sudut
fabre). Tonjolan kepala ini juga bertentangan dengan pihak
bagian-bagian kecil.
b. Bunyi jantung anak terdengar pada bagian-bagian kecil.
c. Berdasarkan penemuan tersebut dianjurkan untuk dibuat foto
rontgen.
2. Dalam persalinan

9
Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar
teraba : orbita, tulang pipi, mulut, dan dagu. Oleh karena muka agak
lunak harus dibedakan dari bokong.
d. PENATALAKSANAAN
Posisi dagu anterior
1. Jika pembukaan lengkap
a. Biarkan persalinan spontan
b. Jika kemajuan lambat, percepat dengan oksitosin
c. Jika kepala tidak turun dengan baik, lakukan ekstraksi forcep
2. Jika pembukaan tidak lengkap
a. Akselerasi dengan oksitosin
b. Periksa kemajuan persalinan secara presentasi verteks
Posisi dagu posterior
1. Jika pembukaan lengkap, lahirkan dengan cara SC
2. Jika pembukaan serviks tidak lengkap, nilai penurunan, rotasi, dan
kemajuan persalinan macet, lakukan SC.
3. Jika janin mati, lakukan kariotomi atau SC.
Kala I : observasi sampai pembukaan lengkap
Kala II : setelah dipimpin meneran
a. Bila dagu di depan : persalinan spontan (ekstraksi forcep)
b. Bila dagu di belakang : SC

10
e. MEKANISME PERSALINAN
PERSALINAN DENGAN JANIN PRESENTASI MUKA

Diagnosa kala II

Dagu di depan Dagu di belakang

Per vaginam
- Spontan dagu berputar ke depan dagu tetap di belakang
- Ekstraksi forcep

Pervaginam SC
Spontan
Ekstraksi forcep
3. PRESENTASI DAHI
a. PENGERTIAN
1. Presentasi dahi adalah presentasi kepala dengan defleksi yang
sedang sehingga dahi menjadi bagian yang terendah.
2. Presentasi dahi adalah keadaan dimana bagian kepala janin yang
berada di anatara tonjolan orbita dengan ubun-ubun besar tampak
pada pintu atas panggul (Obstetri Williams).
3. Presentasi dahi ialah keadaan dimana kedudukan kepala berada
diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi
merupakan bagian terendah (Ilmu Kebidanan).

11
b. ETIOLOGI
Hampir sama dengan etilogi presentasi muka, biasanya merupakan
keadaan sementara dan sering berubah menjadi presentasi muka atau
presentasi belakang kepala.
c. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
a. Tonjolan kepala sepihak dengan bagian kecil
b. BJJ sepihak dengan bagian kecil
2. Pemeriksaan dalam
Teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita, dan
pangkal hidung.
d. PROGNOSIS
Pada presentasi dahi yang terjadi sesaat, prognosis bergantung pada
presentasi terakhir. Jika presentasi dahi berlangsung persisten,
prognosis persalinan pervaginam buruk, kecuali bila bayi kecil atau
jalan lahir sangat besar.
e. PENATALAKSANAAN
1. Jika janin hidup lakukan SC
2. Jika janin mati dan pembukaan serviks :
a. Tidak lengkap, lakukan SC
b. Lengkap, lakukan kraniotomi atau SC.
Pada presentasi dahi, janin tidak mungkin lahir pervaginam
sehingga persalinan diakhiri dengan SC, kecuali bila janin sangat
kecil ( TBJ kurang dari 1800 gram)
f. MEKANISME PERSALINAN
PERSALINAN DENGAN JANIN PRESENTASI DAHI

12
TBJ 1800 gram TBJ 1800 gram

SC Pervaginam
4. LETAK SUNGSANG ( PRESENTASI BOKONG)
a. PENGERTIAN
Letak sungsang adalah kehamilan dengan letak memanjang dengan
bokong/kaki sebagai bagian terendah.
b. KLASIFIKASI
1. Bokong murni atau frank breech
Pada bagian terendah janin adalah bokong saja dan kedua tungkai
terangkat ke atas.

2. Bokong sempurna atau complete breech


Pada bagian terendah janin adalah bokong dan kedua tungkai/kaki.

13
3. Bokong tidak sempurna atau incomplete breech.
Pada bagian terendah janin adalah bokong dan kaki atau lutut yang
terbagi atas :
- Terdapat kedua kaki disebut letak kaki sempurna. Bila hanya
satu kaki disebut kaki tidak sempurna.
- Terdapat kedua lutut disebut lutut sempurna. Bila hanya satu
lutut disebut lutut tidak sempurna.

Adapun posisi bokong berdasarkan sacrum, terdapat empat


posisi yaitu :
a. Sacrum kiri depan ( left sacrum anterior)

14
b. Sacrum kanan depan ( right sacrum anterior)
c. Sacrum kiri belakang ( left sacrum posterior )
d. Sacrum kanan belakang ( right sacrum posterior)

c. ETIOLOGI
1. Abnormalitas uterus, misalnya ada mioma uteri, uterus bikornis
2. Kematian janin/intra uteri fetal death (IUFD) yang sudah lama
terjadi
3. Kehamilan ganda/gemelli
4. Suatu keadaan dimana janin di dalam uterus memungkinkan aktif
bergerak misalnya pada multipara, premature, dan hidroamnion.
5. Kepala tidak dapat engagement/masuk ke dalam pintu atas panggul
misalnya adanya hidrosefalus dimana kepala janin lebih besar dari
ukuran normal, anensefali yaitu tidak ada tulang tengkorak janin,
panggul sempit, terdapat tumor pelvis atau placenta previa yaitu
placenta berimplantasi tidak di fundus, tetapi pada segmen bawah
uterus sehingga menghalangi jalan masuk PAP.

15
6. Tidak diketahui penyebabnya.
d. DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan palpasi Leopold :
a. Leopold I : fundus teraba kepala, bulat keras dan melenting.
b. Leopold II : bagian kanan atau kiri teraba punggung dan bagian
kecil janin
c. Leopold III : teraba bokong, agak bulat, lunak, tidak melenting.
2. Pemeriksaan auskultasi
Pada pemeriksaan ini punktum maksimum/letak DJJ yang paling
jelas terdengar di atas pusat.
3. Pemeriksaan rongent
Terlihat kepala janin berada pada bagian fundus dan bagian bokong
berada di simfisis.

4. Pemeriksaan dalam ( vaginal toucher)


Teraba sacrum, anus, buber isciadikum, kadang-kadang kaki atau
lutut. Perlu dibedakan dengan presentasi muka, caranya dengan
melakukan pemeriksaan dalam dan hasilnya sebagai berikut :
- Apabila menemukan lubang kecil tanpa tulang, tidak ada
hisapan, terdapat mekonium kesimpulannya adalah anus.
- Apabila menemukan lubang, menghisap, lidah, prosesus
zigomatikus, maka kesimpulannya adalah mulut.
- Apabila menemukan tumit, sudut 900 dengan ajri-jari dengan rata
maka kesimpulannya adalah kaki.
- Apabila teraba patella dan poplitea maka kesimpulannya lutut.
e. MEKANISME PERSALINAN

16
1) Mekanisme persalinan pada presentasi bokong pada hakikatnya
sama dengan presentasi kepala, perbedaannya adalah waktu yang
diperlukan lebih lama daripada presentasi kepala. Hal ini sebagai
dampak dari bokong yang strukturnya lebih lunak daripada tulang
kepala janin sehingga penekanan pada bagian bawah uterus
menjadi tidak adekuat untuk menimbulkan rangsangan kontraksi
uterus.
2) Garis pangkal paha masuk serong ke dalam pintu atas panggul.
Pantat depan memutar ke depan setelah mengalami rintangan dari
otot-otot dasar panggul. Dengan demikian, dapat terjadi
laterofleksi badan untuk menyesuaikan diri dengan lengkungan
panggul.
3) Pantat depan tampak lebih dahulu pada vulva dan dengan trokanter
depan sebagai hipomoklion dan laterofleksi dari badan lahirlah
pantat belakang pada pinggir depan perineum disusul dengan
kelahiran pantat depan.
4) Setelah bokong lahir, terjadi putaran paksi luar agar punggung
berputar sedikit ke depan sehingga bahu dapat masuk pintu atas
panggul dalam ukuran serong dari pintu atas panggul.
5) Sesudah bahu turun, terjadilah putaran paksi dari bahu sampai
ukuran bisakromial dalam ukuran muka belakang dari pintu bawah
panggul. Oleh karena itu, punggung berputar lagi ke samping.
6) Pada saat bahu akan lahir, kepala dalam keadaan fleksi masuk
pintu atas panggul dalam ukuran melintang pintu atas panggul.
Kepala ini mengadakan putaran paksi sedemikian rupa hingga
kuduk terdapat di bawah simpisis dan dagu sebelah belakang.
7) Berturut-turut lahir pada perineum, seperti dagu, mulut, hidung,
dahi, dan belakang kepala.
f. PROGNOSIS

17
1. Prognosis bagi janin
Dapat menimbulkan asfiksia karena adanya gangguan peredaran
darah plasenta setelah bokong dan perut lahir dimana tali pusat
terjepit antara kepala dan panggul.
2. Prognosis bagi ibu
Risiko terkena infeksi karena robekan perineum yang lebih besar
dan karena tindakan yang dilakukan, ketuban pecah lebih cepat
dan partus lama.
Persalinan presentasi bokong pervaginam
Ada tiga cara persalinan sungsang lewat vagina
1. Spontan yaitu persalinan yang terjadi sepenuhnya merupakan
hal yang terjadi secara spontan dengan bantuan tenaga ibu dan
kontraksi uterus tanpa dilakukan tarikan atau manipulasi
sedikitpun selain memegang janin yang dilahirkan. Jenis
persalinan ini disebut dengan persalinan Bracht.

2. Ekstraksi parsial yaitu persalinan yang terjadi secara spontan


sampai umbilicus, tetapi selanjutnya dilakukan ekstraksi. Jadi
janin lahir dengan kekuatan ibu, his, dan tenaga penolong
misalnya dengan cara klasik, muller, lovset, dan mouritceau.
3. Ekstraksi total yaitu persalinan yang terjadi dengan cara
seluruh tubuh janin di ekstraksi oleh tenaga penolong
persalinan/dokter kebidanan contohnya bayi dilahirkan dengan
ekstraksi kaki atau bokong. Ekstraksi kaki relative lebih mudah
dilakukan disbanding ekstraksi bokong.
5. PERESENTASI PUNCAK KEPALA
a. Pengertian
Presentasi puncak kepala atau disebut presentasi sinsiput terjadi
apabila derajat defleksinya ringan sehingga ubun-ubun besar

18
merupakan bagian terendah. Pada umumnya presentasi puncak kepala
merupakan kedudukan sementara, yang kemudian akan berubah
menjadi presentasi belakang kepala.
Mekanisme persalinannya hampir sama dengan posisi oksipito
posterior persisten sehingga keduanya sering kali dikacaukan satu
dengan yang lainnya. Perbedaannya adalah pada presentasi yang
melalui jalan lahir merupakan sirkumferensia frontal oksipitalis
dengan titik perputaran yang berada pada simfisis yaitu glabela.
b. Diagnosis
1. Sumbu panjang janin sejajar dengan sumbu panjang ibu
2. Di atas panggul teraba kepala
3. Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil terdapat pada
sisi yang berlawanan.
4. Di fundus uteri teraba bokong.
5. DJJ terdengar paling keras dikuadran bawah perut ibu, pada sisi
yang sama dengan punggung janin.
6. Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul
7. Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan
dikenal.keduannya sama tinggi didalam panggul.
c. Etiologi :
1. Kelainan panggul
2. Kepala berbentuk bulat
3. Anak kecil/mati
4. Kerusakan dasar panggul
d. Penanganan
a. Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan
b. Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang
lahir di dapati caput daerah VVB

19
e. Komplikasi
Ibu : Robekan jalan lahir yang lebih luas
Anak : partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas anak agak
tinggi
6. DISTOSIA BAHU

a. PENGERTIAN

Distosia bahu adalah kegagalan persalinan bahu setelah kepala

lahir, dengan mencoba salah satu metode persalinan bahu

(Manuaba, 2001).

Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan

manuver obstetric oleh karena dengan tarikan bisa kearah belakang

pada kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi

(Prawirohardjo, 2009).

Distosia bahu merupakan kegawat daruratan obstetric karena

terbatasnya waktu persalinan, terjadi trauma janin,dan kompikasi

pada ibunya, kejadiannya sulit diperkirakan setelah kepala lahir,

kepala seperti kura-kura dan persalinan bahu mengalami kesulitan

(Manuaba, 2001).

b. ETIOLOGI

Distosia bahu disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

1. Obesitas ibu pertambahan berat badan yang berlebihan

2. Bayi berukuran besar

20
3. Riwayat saudara kandung yang besar dan diabetes pada ibu

(Hakimi, 2003).

c. FAKTOR PENYEBAB DISTOSIA

1. Distosia karena kelainan his berupa inersia uteri hipotonik atau

inersia uteri hipertonik.

2. Distosia karena kelainan letak

3. Distosia karena jalan lahir

d. DIAGNOSIS DISTOSIA BAHU

Distosia bahu dapat dikenali apabila didapatkan adanya:

1. Kepala janin dapat dilahirkan tetapi tepat berada dekat vulva

2. Dagu tertarik dan menekan perineum

3. Tarikan pada kepala gagal, melahirkan bahu yang terperangkap

dibelakang simfisis pubis.

e. MEKANISME PERSALINAN

Langkah-langkah tindakan cara pertolongan distosia bahu antara lain:

1. Langkah pertama : Manuver Mcrobert

Maneuver Mcrobert dimulai dengan memosisikan ibu dalam

posisi Mcrobert yaitu ibu terlentang memfleksikan kedua paha

sehingga lutut menjadi sedekat mungkin kedada dan rotasikan

kedua kaki kearah luar (abduksi), lakukan episiotomy yang

cukup lebar, gabungan episiotomy dan posisi Mcrobert akan

mempermudah bahu posterior melewati promontorium dan

21
masuk kedalam panggul, mintalah asisten untuk menekan

suprasimfisis kearah posterior menggunakan pangkal

tangannya untuk menekan bahu anterior agar mau masuk

dibaeak simfisis sementara itu dilakukan tarikan pada kepala

janin kearah postero kaudal dengan mantap, langkah tersebut

akan melahirkan bahu anterior, hindari tarikan yang berlebihan

karna akan mencederai pleksus brakhialis setelah bahu anterior

dilahirkan.langkah selanjutnya sama dengan pertolongan

persalinan presentasi kepala maneuver ini cukup

sederhana,aman dan dapat mengatasi sebagian besar distosia

bahu derajat ringan sampai sedang (Prawirohardjo,2009).

2. Langkah ke Dua : Manuver Rubin

Oleh karna anteroposterior pintu atas panggul lebih sempit dari

pada diameter oblik atau tranvernya, maka apabila bahu dalam

anteroposterior perlu diubah menjadi posisi oblik atau

tranversanya untuk memudahkan melahirkannya tidak boleh

melakukan putaran pada kepala atau leher bayi untuk

mengubah posisi bahu yang dapat dilakukan adalah memutar

bahu secara langsung atau melakukan tekanan suprapubik

kearah dorsal, pada umumnya sulit menjangkau bahu

22
anterior,sehingga pemutaran lebih mudah dilakukan pada bahu

posteriornya,masih dalam posisi Mcrobert masukkan tangan

pada bagian posterior vagina,tekanlah pada daerah ketiak bayi

sehingga bahu berputar menjadi posisi oblik/tranversa lebih

menguntungkan bila pemutaran itu kearah yangmembuat

punggung bayi menghadap kearah anterior (Manuver Rubin

anterior) oleh karna kekuatan tarikan yang diperlukan untuk

melahirkannya lebih rendah dibandingkan dengan posisi bahu

anteros atau punggung bayi menghadap kearah posterior,ketika

dilakukan penekanan suprapubik pada posisi punggung janin

anterior akan membuat bahu lebih anduksi sehingga

diameternya mengecil,d engan bantuan tekanan simpra simfisis

kearah posterior, lakukan tarikan kepala kearah postero kaudal

dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior

(Prawirohardjo,2009).

3. Langkah ke Tiga : Manuver Wood (Melahirkan bahu posterior,

posisi merangkak)

Melahirkan bahu posterior dilakukan pertama kali dengan

mengidentifikasi dulu posisi punggung bayi masukkan tangan

penolong yang bersebrangan dengan punggung bayi (punggung

kanan berarti tangan kanan, punggung kiri berarti tangan kiri)

kevagina temukan bahu posterior, telusuri tangan atas dan

23
buatlah sendi siku menjadi fleksi (bisa dilakukan dengan

menekan fossa kubiti) peganglah lengan bawah dan buatlah

gerakan mengusap kearah dada bayi langkah ini akan membuat

bahu posterior lahir dan memberikan ruang cukup bagi bahu

anterior masuk kebawah simfisis,dengan bantuan tekanan

suprasimfisis kearah posterior, lakukan tarikan kepala kearah

postero kaudal dengan mantap untuk melahirkan bahu anterior.

Maneuver Wood: manfaat posisi merangkak didasarkan asumsi

fleksibilitas sandi sakroiliaka bisa meningkatkan diameter

sagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan pengaruh

gravitasi akan membantu bahu posterior melewati

promontorium pada posisi telentang atau litotomi sandi

sakroiliaka menjadi terbatas mobilitasnya pasien menopang

tubuhnya dengan kedua tangan dan kedua lututnya pada

manuverin,bahu posterior dilahirkan terlebih dahulu dengan

melakukan tarikan kepala bahu melalui panggul ternyata tidak

dalam gerak lurus, tetapi berputar sebagai aliran sakrup,

berdasarkan hal itu memutar bahu akan mempermudah

melahirkannya, maneuver woods dilakukan dengan

menggunakan 2 jari tangan bersebrangan dengan punggung

bayi yang diletakkan dibagian depan bahu posterior menjadi

bahu anterior dan posisinya berada dibawah akralis pubis,

24
sedangkan bahu anterior memasuki pintu atas panggul dan

berubah menjadi bahu posterior dalam posisi seperti itu, bahu

anterior akan mudah dapat dilahirkan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
Kompkikasi dan penyulit pada kala II adalah kelainan letak, gemelli,
presentasi oksipito posterior persisten, presentasi puncak kepala,
presentasi muka, dan presentasi dahi.
3.2 Saran

25
Sebagai tenaga kesehatan terutamakita sebagai calon tenaga kesehatan,
harus benar-benar mengetahui serta mendeteksi secara tepat adanya
komplikasi dan penyulit pada perpersalinan khususnya kala I dan kala II.

26

Anda mungkin juga menyukai