Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN PADA BAYI SEGERA SETELAH LAHIR

DOSEN PENGAMPUH:
KURNIA DEWIANI, S.ST., M.Keb

Disusun oleh : kelompok 8

TINGKAT 1B
NAMA ANGGOTA :

1.Ayu sonia (F0G020064)


2.Ceni Pratiwi (F0G020073)
3.Enersi Agrey Nelly Putri (F0G020067)
4.Qonita Nabila (F0G020081)
5.Niken (F0G020075)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari. Periode neonataladalah periode
yang sangat penting dalam kehidupan. Dari penelitianmenunjukkan bahwa lebih dari 50 %
kematian bayi terjadi pada periode neonatalyaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang
baiknya penanganan bayi barulahir yang lahir sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
dapatmengakibatkan cacat seumur hidup,bahkan kematian .misalnya sebagai akibathipotermi
pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya yangdapat menyebabkan
hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan kerusakanotak, akibat selanjutnya adalah
perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuhmengeras dan keterlambatan tumbuh
kembang.Pencegahan asfiksia,mempertahankan suhu tubuh bayi,terutama pada bayidengan berat
badan lahir rendah (BBLR),pemberian air susu ibu(ASI),pencegahan terhadap infeksi, dan
pemantauan kenaikan berat badanmerupakan tugas pokok bagi pemantau kesehatan bayi dan
anak. Menolongkelahiran bayi terampil dan memberikan Asuhan yang seksama akan membantu
bayimelalui proses adaptasi dengan baik sehingga akan menjadi bayi yang sehat sebagai
curahanharapan orang tua, bangsa dan Negara.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Adaptasi fisiologis BBL terhadap kehidupan diluar uterus

Transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan luar kandungan merupakan


perubahan drastis, dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi,
guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Adaptasi bayi terhadap kehidupan diluar
kandungan meliputi :

a. Awal pernafasan

Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat dilingkungan rahim ke
dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi mandiri. Bayi harus dapat melakukan
transisi hebat ini dengan tangkas. Untuk mencapai hal ini serangkaian fungsi adaptif
dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan drastis dari lingkungan di dalam
kandungan ke lingkungan diluar kandungan (Myles, 2009).
b. Adaptasi paru

Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal melalui
paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba setelah pelahiran,
adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan hidup. Sebelum lahir
janin melakukan pernapasan dan menyebabkan paru matang, menghasilkan surfaktan,
dan mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran gas. Sebelum lahir paru janin
penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran, cairan
ini meninggalkan paru baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari mulut
dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limve
paru dan menuju duktus toraksis (Myles, 2009).

c.. Adaptasi kardiovaskular

Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada placenta untuk semua pertukaran gas
dan ekskresi sisa metabolik. Dengan pelepasan placenta pada saat lahir, sistem sirkulasi
bayi harus melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang tidak
mengandung oksigen menuju paru untuk direoksigenasi. Hal ini melibatkan beberapa
mekanisme, yang dipengaruhi oleh penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan
resistensi bantalan vaskular paru.

Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung dialirkan menuju paru
melalui arteri pulmonalis. Dengan ekspansi paru dan penurunan resistensi vaskular paru,
hampir semua curah jantung dikirim menuju paru. Darah yang berisi oksigen menuju
kejantung dari paru meningkatkan tekanan di dalam atrium kiri. Pada saat yang hampir
bersamaan, tekanan di atrium kanan berkurang karena darah berhenti mengalir melewati
tali pusat. Akibatnya, terjadi penutupan fungsional foramen ovale. Selama beberapa hari
pertama kehidupan, penutupan ini bersifat reversibel , pembukaan dapat kembali terjadi
bila resistensi vaskular paru tinggi, misalnya saat menangis, yang menyebabkan serangan
sianotik sementara pada bayi. Septum biasanya menyatu pada tahun pertama kehidupan
dengan membentuk septum intra atrial, meskipun pada sebagian individu penutupan
anatomi yang sempurna tidak pernah terjadi.

d. Adaptasi suhu

Bayi memasuki suasana yang jauh lebih dingin pada saat pelahiran, dengan suhu
kamar bersalin 21°C yang sangat berbeda dengan suhu dalam kandungan, yaitu 37,7°C.
Ini menyebabkan pendinginan cepat pada bayi saat cairan amnion menguap dari kulit.
Setiap mili liter penguapan tersebut memindahkan 560 kalori panas. Perbandingan antara
area permukaan dan masa tubuh bayi yang luas menyebabkan kehilangan panas,
khususnya dari kepala, yang menyusun 25% masa tubuh. Lapisan lemak subkutan tipis
dan memberikan insulasi tubuh yang buruk, yang berakibat cepatnya perpindahan panas
inti ke kullit, kemudian lingkungan, dan juga mempengaruhi pendinginan darah. Selain
kehilangan panas melalui penguapan, kehilangan panas melalui konduksi saat bayi
terpajan dengan permukaan dingin, dan melalui konveksi yang disebabkan oleh aliran
udara dingin pada permukaan tubuh.

B. Perlindungan termal (termoregulasi)

Perlindungan termal dapat dilakukan dengan pencegahan kehilangan panas. Mekanisme


pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena
itu jika tidak dilakukan upaya pencegahan kehilangna panas tubuh maka bayi baru lahir
dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, sangat beresiko tinggi untuk
mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang
tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun
berada di dalam ruangan yang relatif hangat (Pusdiknakes, 2003).

1. Mekanisme kehilangan panas BBL ke lingkungannya menurut APN 2007.

a. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri, karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas
juga terjadi pada bayi yang lahir terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak
segera dikeringkan dan diselimuti

b. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apa bila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.

c. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan
yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi
jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan.

d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi
bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap
radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).

C. Mencegah terjadinya kehilangan panas

1. keringkan bayi dengan seksama


Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi dengan
handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan dengan cara
menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai
pernapasannya.

2. Selimuti bayi dengan atau kain bersih dan hangat

Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain
yang dibasahi oleh cairan ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain
yang hangat dan bersih. Kain basah di dekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi
melalui proses radiasi. Ganti handuk, selimut atau kain yang baru.

D Pemotongan tali pusat

Tali pusat merupakan garis kehidupan janin dan bayi selama beberapa menit pertama
setelah kelahiran. Pemisahan bayi dari placenta dilakukan dengan cara menjepit tali pusat
diantara dua klem, dengan jarak sekitar 8-10 cm dari umbilikus. Kassa steril yang
dilingkarkan ke tali pusat saat memotongnya menghindari tumpahan darah ke daerah
persalinan. Tali pusat tidak boleh dipotong sebelum memastikan bahwa tali pusat telah
diklem dengan baik. Kegagalan tindakan tersebut dapat mengakibatkan pengeluaran darah
berlebih dari bayi. Cara perawatan tali pusat dan puntung tali pusat pada masa segera setelah
persalinan berbeda-beda, bergantung pada faktor sosial, budaya, dan geografis. Waktu
optimal untuk penjepitan tali pusat setelah persalinan masih belum jelas.

Beberapa pusat persalinan menganjurkan menunda pemotongan tali pusat hingga


pernapasan bayi stabil dan pulsasi berhenti hingga memastikan bahwa janin telah
mendapatkan transfusi placenta sebanyak 70 ml darah.akan tetapi pendapat ini dibantah oleh
para ahli yang berpendapat bahwa transfusi placenta yang didapat dengan cara demikian
dapat mengakibatkan ikterus pada neonatus. Hal yang disepakati bersama bahwa bayi aterm
dapat diletakkan diatas perut ibu, tetapi tidak terlalu tinggi dan bayi prematur dapat
diletakkan setinggi placenta. Hal ini disebabkan jika bayi prematur diangkat melebihi tingi
placenta dapat menyebabkan anemia, dan jika bayi diposisikan lebih rendah dari placenta
dapat mengakibatkan bayi menerima transfusi darah (Pusdiknakes, 2003).

1. Langkah-langkah dalam menjaga kebersihan pada saat memotong tali pusat menurut
Pusdiknakes (2003):
a. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, serta mengenakan sarung tangan
sebelum menolong persalinan
b. Pastikan bahwa sarung tangan masih bersih. Ganti sarung tangan bila ternyata sudah
kotor
c. Letakkan bayi yang telah dibungkus tersebut diatas permukaan yang bersih danhangat
d. memotong tali pusat dengan pisau silet, pisau atau gunting yang steril atau telah
didesinfeksi tingkat tinggi.
e. pakailah hanya alat dan bahan yang steril
f. jangan mengoleskan salep apapun, atau zat lain ke tampuk tali pusat
g. hindari pembungkusan tali pusat

E Evaluasi nilai APGAR

Segera setelah bayi lahir, bidan dapat melanjutkan proses perawatan dengan
mengeringkan kulit, yang dapat membantu meminimalkan kehilangan panas. Bidan harus
melakukan pengkajian kondisi umum bayi pada menit pertama dan ke-5 dengan
menggunakan nilai APGAR. Pengkajian pada 1 menit pertama penting untuk
penatalaksanaan resusitasi selanjutnya. Namun terbukti bahwa pengkajian pada menit ke-5
lebih dapat dipercaya sebagai prediktor resiko kematian selama 28 hari pertama kehidupan,
dan status neurologi anak serta resiko disabilitas mayor pada usia 1 tahun. Semakin tinggi
nilai yang dicapai, semakin baik pula nilai bayi. Nilai APGAR harus didokumentasikan
dengan lengkap di catatan bayi.

Kepanjangan nilai APGAR adalah :

A Appearance : penampilan(warna kulit)

P Pulse : nadi (frekwensi jantung)

G Grimace : meringis (respon terhadap rangsangan)

A Active : aktif (tonus)

R Respiration : pernapasan

Nilai dikaji pada 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran. Bantuan medis diperlukan jika nilai
kurang dari 7. Nilai Apgar tanpa warna kulit menyingkirkan tanda ke 5, bantuan medis
diperlukan jika nilai kurang dari 6.

F. Pengertian Bounding Attachment

Secara harfiah kata bounding dapat diartikan sebagai ikatan dan attachment adalah
sentuhan. Attachment adalah proses penggabungan berdasarkan cinta dan penerimaan yang
tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan dukungan asuhan dalam
perawatannya. Bounding adalah masa sensitif pada menit pertama dan beberapa jam setalah
kelahiran dimana kontak ibu dan ayah ini akan menentukan tumbuh kembang anak menjadi
optimal (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1. Cara Untuk Melakukan Bounding Attachment (Pembentukan Ikatan Kasih Sayang)

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), proses pembentukan ikatan kasih sayang
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif

Dengan pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung akan
mengalamai kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan
diperlakukan rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

b Rawat Gabung

Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi
terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan
bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologi bayi selanjutnya, karena
kehangatan tubuh ibu merupakan stimulus mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.
Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri
di kemudian hari. Dengam memberikan ASI eksklusif, ibu merasakan kepuasan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain.
Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat
psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya
sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.

c. Kontak Mata

Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka, mereka merasa lebih dekat
dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakan lebih
dekat untuk melihat pada orang tuanya

Keadaan untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata
mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa
percaya sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru
lahir dapat memusatkan perhatian kepada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada
jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia
kira-kira 4 bulan.

d.Suara

Mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka
yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan
tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan suara tinggi, bayi akan menjadi
tenang dan berpaling ke arah mereka

Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan jika ia dapat
mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun
suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh cairan amniotik dari rahim yang
melekat pada telinga. Banyak penelitian memperlihatkan bahwa bayi-bayi baru lahir
bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja, dan
mereka nampaknya lebih dapat menyessuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada
yang lain, contoh suara detak jantung ibu.

e. Aroma (Bau Badan)

Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik dan masih
memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Penelitian menunjukan
bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola bernafasnya berubah setiapkali
hadir bau yang baru, tetapi bersamaan dengan semakin dikenalnya bau itu, bayipun
berhenti bereaksi. Pada akhirnya minggu pertama, seorang bayi dapat mengenali ibunya
dari bau tubuh dan air susu ibunya. Indera penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang
ibu dapat memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.

f.Gaya Bahasa

Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai
dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat
kepala, menendang-nendangkan kaki. Gaya bahasa terjadi pada saat anak mulai
berbicara.

Bayi yang baru lahir menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa.
Artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia
menggunakan bahasa dalam berkomuniksi. Dengan demikian terdapat salah satu yang
akan lebih banyak dibawanya dalam memulai berbicara. Selain itu juga mengisaratkan
umpan balik positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.

g.Irama Kehidupan (Bioritme)

Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.

Janin dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti halnya
denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan irama dirinya
sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih
sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda keadaan bahaya bayi untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta kesempatan untuk belajar.

g.Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan di atas ibu. Ia akan merangkak dan
mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan refleck sucking
dengan segera. Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri
segera setelah kelahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah
disusun untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar
satu hingga dua jam.

Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat IMD merupakan program yang sedang gencar
dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan gambaran bahwa IMD
bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting
susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakan bayi yang baru lahir di
dada ibunya dan mebiarkan bayi ini merayap untuk menemukan puting susu ibunya. IMD
harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang
atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali
tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.

Proses Inisiasi Menyusu Dini adalah sebagai berikut:

a). Sesaat setelah kelahiran

Setelah dilakukan pemotongan plasenta dengan tali pusat, bayi langsung diletakkan di
dada ibunya tanpa membersihkan bayi kecuali tangannya, sehingga terjadi kontak
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibunya. Suhu badan ibu yang habis melahirkan
1 derajat lebih tinggi dari suhu biasanya. Jika bayi kedinginan, suhu badan ibu naik 2
derajat, dan jika bayi kepanasan suhu badan ibu akan turun 1 derajat. Tuhan sudah
mengatur ibu akan membawa bayi beradaptasi dengan kehidupan barunya. Setelah
diletakkan di dada ibu, biasanya bayi hanya akan diam selama 20-30 menit, hal ini
terjadi karena bayi sedang menetralisir keadaanya setelah trauma melahirkan.

b). Setelah bayi merasa tenang

Maka secara otomatis kaki bayi akan bergerak-gerak seperti hendak merangkak.
Gerakan ini bukanlah gerakan tanpa makna karena bayi itu hanya menginjak-injak
perut ibunya di atas rahim. Gerakan ini bertujuan untuk menghentikan pendarahan ibu.
Lama dari proses ini tergantung bayi.

c). Setelah melakukan gerakan kaki tersebut


Bayi akan melanjutkan dengan mencium tangannya, ternyata bau tangannya sama
dengan bau air ketuban. Bayi juga mencium diwilayah sekitar puting ibu juga
memiliki bau yang sama, jadi dengan mencium bau tangannya, bayi dapat mengetahui
kemana dia akan bergerak. Bayi akan bergerak mendekati puting ibunya. Ketika sudah
mendekati puting ibu, bayi akan menjilat-jilat dada ibunya. Jilatan ini berfungsi untuk
membersihkan dada ibunya dari bakteri-bakteri jahat, dan ketika masuk ketubuh bayi,
bakteri tersebut diubah menjadi bakteri yang baik dalam tubuhnya. Lamanya kegiatan
ini tergantung dari karena hanya bayi tersbut yang tahu seberapa lama ia harus
membersihkan dada ibunya. Setelah itu bayi akan mulai meremas-remas puting
ibunya, baru kemudian mulai menyusu.

h.Sentuhan (Touch)

Ibu mulai denha sebuah ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ekstrimitas
bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perabaan di gunakan untuk membelai
tubuh, dan mungkin bayi akan dipeluk di lengan ibu, gerakan dilanjutkan sebagai usapan
lembut untuk menenangkan bayi, bayi akan merapat pada payudara ibu, menggenggam
satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan kasih sayang antara bayi dan ibu.

i. Kehangatan Tubuh (Body Warm)

Jika tidak ada komplikasi yang serius, seorang ibu akan dapat langsung meletakkan
bayinya diatas perut ibu, baik setelah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum
tali pusat dipotong. Kontak yang segera ini memberi banyak manfaat baik bagi ibu
maupun bayinya yaitu terjadi kontak kulit yang membantu agar bayi tetap hangat.

G. Pemberian ASI awal

MD atau inisiasi menyusui dini adalah awal yang tepat bagi Anda dan bayi untuk
memulai ASI eksklusif atau sebelum memulai proses menyusui yang
sesungguhnya.Pemberian ASI sangat penting bagi bayi dan ibu karena ada banyak manfaat
ASI yang bisa diperoleh.Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), di Indonesia angka
inisiasi menyusui dini mengalami peningkatan yang cukup baik.Berawal dari 29,3% di tahun
2010 kemudian meningkat menjadi 34,5% pada tahun 2013. Menurut riset ini pula, sebagian
besar proses inisiasi menyusui dini ini terjadi dalam rentang waktu 1-6 jam setelah proses
kelahiran.ahapan awal melakukan inisiasi menyusui dini setelah bayi lahir

1.Tahapan inisiasi menyusui dini atau IMD adalah sebagai berikut:

Setelah bayi dilahirkan dan dirasa tidak membutuhkan resusitasi (bantuan pernapasan)
maupun tindakan medis lainnya, segera letakkan bayi di atas perut ibu.Jika bayi lahir dengan
operasi caesar, letakkan bayi di atas dada ibu.Sebelumnya, pastikan kepala, wajah, dan bagian
tubuh bayi lainnya kecuali kedua tangan sudah dalam keadaan kering. Hal ini bertujuan agar
aroma dari air ketuban (amnion) pada tangan bayi akan membantu mengarahkannya untuk
mencari puting payudara ibu yang memiliki aroma serupa.Untuk memudahkan prosesnya,
dada ibu juga tidak boleh dibersihkan. Begitu pula dengan bayi, sebaiknya vernix caseosa
yang menempel pada tubuhnya tidak perlu dibersihkan.

Vernix caseosa adalah lapisan lembut berupa substansi lemak berwarna putih yang berasal
dari kelenjar minyak serta kulit yang telah mengelupas.Vernix caseosa tidak perlu dibersihkan
karena dapat berfungsi untuk menahan panas pada tubuh bayi saat baru dilahirkan.

2. Tahapan lanjutan melakukan inisiasi menyusui dini (IMD)

Tahap lanjutan dalam melakukan inisiasi menyusui dini atau IMD adalah sebagai berikut:

Bidan akan memotong tali pusar bayi terlebih dahulu. Setelah itu, bayi akan diletakkan
tengkurap di atas perut ibu dengan posisi menyusui yakni kepala bayi menghadap ke arah
kepala ibu.Bila suhu di ruang bersalin terasa dingin, sah-sah saja untuk menyelimuti tubuh ibu
dan bayi atau mengenakan topi di kepala bayi.Setelah kurang lebih sekitar 12-44 menit
biasanya bayi sudah mulai bergerak dengan cara menendang, menggerakkan kaki, bahu,
maupun lengannya.Pergerakan yang dilakukannya itu akan mengarahkan tubuhnya secara
perlahan-lahan ke puting payudara ibu. Stimulasi yang diberikan bayi juga dapat membantu
rahim (uterus) ibu berkontraksi untuk memulihkan kondisinya setelah melahirkan.

Kemampuan penglihatan bayi di awal kelahiran memang belum sempurna dan masih terbatas.
Namun, bayi sudah dapat melihat areola payudara yang berwarna gelap ketimbang kulit ibu
dan kemudian bergerak menuju ke arah payudara.Bayi juga akan menggerakkan dan
membenturkan kepalanya ke dada ibu beberapa kali. Ini bisa menjadi stimulasi seolah berupa
pijatan pada payudara ibu.Sementara bagi bayi yang lahir prematur, interaksi dari kulit ke
kulit atau skin to skin contact dengan bisa mulai dilakukan ketika tubuhnya sudah cukup kuat.

H .Pemberian vit k dan salf mata

Setiap bayi baru lahir perlu mendapatkan vitamin K lewat suntikan. Manfaat vitamin K
ini adalah membantu proses pembekuan darah dan mencegah perdarahan yang bisa terjadi
pada bayi.Bayi yang baru lahir memiliki jumlah vitamin K sangat sedikit dalam tubuh
mereka. Padahal vitamin K dibutuhkan dalam proses pembekuan darah. Itulah sebabnya, bayi
yang kekurangan vitamin K rentan mengalami perdarahan. Jika tidak dicegah, kondisi ini
dapat membahayakan bayi.

Salah satu penyebab rendahnya kadar vitamin K pada tubuh bayi baru lahir adalah belum
berkembangnya bakteri baik penghasil vitamin K di dalam usus bayi. Selain itu, kondisi ini
juga terjadi akibat asupan vitamin K yang tidak diserap dengan baik oleh plasenta saat bayi di
dalam kandungan.Kekurangan vitamin K dalam tubuh bisa memicu munculnya memar yang
luas hanya karena cedera kecil. Tidak hanya itu, kekurangan vitamin K juga dapat
menyebabkan luka yang kecil terus mengucurkan darah.Untuk mencukupi kebutuhan vitamin
K, bayi baru lahir biasanya diberikan suntikan vitamin K. Setelah usianya bertambah, vitamin
K dapat diperoleh dari bakteri di dalam usus dan makanan yang dikonsumsi sehari-hari,
seperti bayam, brokoli, kacang kedelai, daging, telur, hati, dan ikan.

1.Manfaat Vitamin K pada Bayi Baru Lahir

Manfaat vitamin K untuk bayi baru lahir adalah mencegah perdarahan di berbagai organ
tubuh, seperti otak, lambung, dan usus. Perdarahan akibat kekurangan vitamin K disebut
dengan vitamin K deficiency bleeding (VKDB).Risiko bayi untuk terkena VKDB akan lebih
tinggi jika ia memiliki kondisi medis tertentu, seperti atresia bilier, hepatitis, diare kronis,
dan kekurangan enzim tripsin. Risiko ini tidak hanya terjadi pada hari-hari pertama sejak
kelahiran bayi, tetapi hingga bayi bisa mengonsumsi MPASI atau saat berusia 6 bulan.Jika
perdarahan terjadi di bagian otak, maka bayi berisiko mengalami kerusakan otak permanen.
Selain di otak, perdarahan juga bisa dialami bayi pada bagian tubuh lain, seperti saluran
cerna, hidung (mimisan), hingga tali pusarnya.Bayi yang mengalami perdarahan berat sering
kali membutuhan tranfusi darah atau bahkan harus menjalani operasi.

2.Cara Memenuhi Kebutuhan Vitamin K pada Bayi Baru Lahir

Perdarahan akibat kekurangan vitamin K bisa dicegah dengan mudah. Caranya adalah
dengan memberikan suntikan vitamin K ke bagian otot paha bayi segera setelah ia
lahir.Terkadang suntik vitamin K bisa ditunda hingga 6 jam setelah bayi dilahirkan agar ibu
bisa melakukan inisiasi menyusui dini terlebih dahulu. Setelah disuntikkan, sebagian besar
vitamin K disimpan di organ hati dan digunakan dalam proses pembekuan darah.Pemberian
vitamin K bisa dilakukan dengan cara lain, yaitu meneteskan suplemen vitamin K dalam
bentuk obat tetes. Akan tetapi, penyerapannya kurang baik jika dibandingkan dengan
vitamin K yang diberikan lewat suntikan. Oleh karena itu, sejauh ini pemberian vitamin K
pada bayi baru lahir yang paling umum dilakukan adalah melalui suntikan.

Selain melalui suntikan, asupan vitamin K pada bayi baru lahir juga dapat diperoleh dari
ASI. Busui dapat memberikan ASI eksklusif untuk memenuhi kebutuhan vitamin K Si
Kecil, meski jumlah vitamin K yang terkandung di dalam ASI hanya sedikit.Sama seperti
orang dewasa, bayi mungkin akan mengalami nyeri di bagian bekas suntikan. Untuk
meringankan nyeri yang dirasakan bayi saat disuntik, mintalah kepada dokter atau bidan
agar suntikan diberikan saat bayi sedang menyusu.Vitamin K terbukti aman dan penting
bagi bayi baru lahir. Jika Anda memiliki pertanyaan seputar pemberian dan manfaat vitamin
K, konsultasikan kembali pada dokter anak.

3.Pemberian salf mata


Salep eritromisin adalah antibiotik yang diberikan pada bayi untuk mencegah infeksi mata.
Aplikasi salep untuk bayi baru lahir ini disebut profilaksis mata.Ibu mungkin mengalami
infeksi kencing nanah di dalam tubuhnya selama masa kelahiran. Infeksi ini disebabkan oleh
bakteri menular seksual yang menginfeksi perempuan dan laki-laki. Sebagian besar dapat
memengaruhi rektum, uretra, atau tenggorokan. Dalam kasus yang dialami perempuan,
infeksi ini mungkin juga mempengaruhi serviks.

Berikut cara mengoleskan salep mata pada bayi

1. Cuci tangan

Hal pertama yang harus dilakukan: cuci tangan sebelum memegang kelopak mata dan
salep bayi mama.

2. Tempatkan bayi pada posisi yang benar

Saat mengoleskan salep ke mata si Kecil, Mama bisa memiringkan kepalanya ke


belakang saat Mama membaringkannya telentang. Minta pasangan untuk mendekap atau
memeluknya

3. Turunkan kelopak mata bawah bayi dengan lembut

Untuk menghindari rasa sakit pada si Kecil, lakukan langkah ini dengan hati-hati. Jangan
menekan mata si Kecil ya, Ma.

4. Oleskan salep

Sekarang, oleskan salep tipis-tipis di dalam kelopak mata bayi mama. Ingat, jangan
menyentuh mata bayi dengan ujung tabung salep.

5. Seka sisa salep

Seka sisa salep berlebih yang keluar dari mata bayi dengan lap lembut atau tisu
bersih.Setiap pengobatan memiliki efek samping yang mungkin memengaruhi beberapa
bayi.

Berikut ini adalah beberapa efek samping yang mungkin timbul:

Mengoleskan salep mata bisa mencegah kemungkinan infeksi. Namun, efeknya dapat
berkisar dari sangat rendah hingga ringan. Menurut sebuah penelitian, pengobatan
antibiotik untuk bayi baru lahir untuk konjungtivitis klamidia menunjukkan efek samping
yang sangat ringan seperti eritema dan edema kelopak mata setelah penggunaan
eritromisin.Terkadang cara perawatan yang tidak tepat dapat memicu iritasi kelopak
mata. Ini disebut konjungtivitis kimiawi. Infeksi ini menjadi akar penyebab masuknya
berbagai infeksi lainnya.Bayi mungkin mengalami reaksi alergi lain seperti gatal-gatal,
ruam kulit, pembengkakan pada bibir, wajah, atau lidah. Bayi mungkin mengembangkan
penglihatan kabur setelah aplikasi eritromisin.Banyak orangtua berpendapat hal ini
memengaruhi pelekatan antara bayi baru lahir dan ibunya.Penyebab utama kekhawatiran
orangtua lainnya adalah paparan antibiotik yang tidak perlu. Ini dapat menyebabkan
ketidakseimbangan sistem seperti resistensi antibiotik. Namun, penolakan ini dapat
mengarah pada pertumbuhan bakteri penyebab infeksi lainnya. Jumlah antibiotik dalam
pengobatan ini sangat sedikit sehingga hal ini sama sekali tidak perlu menjadi penyebab
kekhawatiran.

I . Imunisasi Hb 0

Vaksin hepatitis B adalah 1 dari 5 jenis imunisasi yang wajib anak dapatkan sebelum ia
berusia 1 tahun. Jenis imunisasi ini termasuk vaksin pertama yang harus bayi terima saat ia
baru lahir. Imunisasi hepatitis B adalah vaksinasi untuk mencegah infeksi hati dan sirosis
akibat virus hepatitis B.Menurut Immunize, hepatitis B merupakan penyakit berat yang
memengaruhi fungsi hati.Gangguan hatinya mulai dari tingkat ringan dalam beberapa minggu
sampai berat yang berlangsung seumur hidup. Ada dua tipe infeksi hepatitis B, akut dan
menahun.Infeksi akut virus hepatitis B merupakan penyakit jangka pendek yang terjadi dalam
6 bulan pertama setelah seseorang terkena virus tersebut.

Virus hepatitis B bisa menyebabkan infeksi akut, seperti:

Demam, kelelahan, hilang nafsu makan, mual, sampai muntahPenyakit kuning (kulit atau m
ata menguning, urine gelap pekat, warna tinja seperti tanah liat)Nyeri otot, sendi, dan perut
Selain itu, infeksi hepatitis B bisa terjadi menahun atau berdiam dalam tubuh seseorang
seumur hidup.Kebanyakan yang memiliki ini tidak mengalami gejala tertentu, tapi infeksi
hepatitis B menahun termasuk penyakit berat dan bisa mengakibatkan:

1.Kerusakan hati (sirosis)

2.Kanker hati

3.Kematian

4.Virus hepatitis B yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan pengerasan hati yang
berujung pada kegagalan fungsi hati dan kanker hati.

1. Cara kerja hevatitis b

Hepatitis B termasuk dalam imunisasi wajib untuk anak. Pemberiannya tiga kali dalam
jangka waktu 6 bulan atau 24 jam setelah terkena paparan virus hepatitis B.
Mengutip dari situs Hepatitis B Foundation, untuk bayi dari ibu yang terinfeksi virus
hepatitis B, bisa mendapatkan vaksin dalam 24 jam pertama kehidupan.

a. Suntikan pertama: bayi baru lahir

b. Suntikan selanjutnya : bayi berusia 2,3,4 bulan

c. Imunisasi booster: anak berusia 18 bulan

Bila anak Anda melewatkan salah satu seri suntikan vaksin, tidak perlu memulai
ulang.Sebagai contoh, Anda sudah melakukan vaksin pertama dan berhenti, maka si kecil
bisa mendapatkan suntikan kedua saat Anda bisa.Untuk memastikan bahwa seseorang
terlindung dari hepatitis B, anak Anda bisa melakukan tes darah sederhana untuk
memeriksa antibodi dan memastikan vaksin berhasil.Pemberian vaksin yang satu ini
sebagai 2-4 kali dalam jangka waktu 1-6 bulan. Berikut orang-orang yang membutuhkan
vaksin hepatitis B.

Bayi (0-18 bulan)Mengapa bayi baru lahir langsung mendapatkan vaksin? Sistem
kekebalan tubuh bayi baru lahir masih lemah.Karena itulah, ia sangat rentan terkena
berbagai penyakit dari lingkungan, tidak terkecuali virus hepatitis B.Bayi yang baru
dilahirkan harus mendapatkan imunisasi hepatitis B pertama setelah kelahirannya dan
pemberian seri vaksin ini sudah selesai saat bayi berusia enam bulan.Pada bayi yang lahir
dari ibu yang positif terinfeksi virus hepatitis B, perlu pemberian imunoglobulin hepatitis B
(HBIg) sebelum vaksinasi.Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI,
95 persen penularan hepatitis B terjadi secara vertikal, yaitu dari ibu ke bayi pada saat
persalinan.Sementara 5 persen lainnya terjadi secara intra uterine atau pada saat dalam
kandungan.

Jika penularan hepatitis B terjadi saat bayi, maka kemungkinan besar virus ini akan
bertahan lama dalam tubuh bayi dan terbawa sampai ia dewasa.Akibatnya, bayi terkena
hepatitis B kronis. Hal ini bisa memicu komplikasi persalinan dan menyebabkan kematian
bila tidak ada penanganan sebelumnya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bayi baru lahir adalah baui usia 0- 28 hari selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri
dengan lingkungan ekstra uteri. Padamasa ini, organ bayi mengalami penyesuaian dengan
keadaan di luarkandungan, ini diperlukan untuk kehidupan selanjutnya. Penatalaksanaan
bayibaru lahir meliputi :Asuhan bayi baru lahir pada 0

6 jam, Asuhan bayi barulahir pada 6 jam sampai 28 hari. Jenis Asuhan bayi baru lahir
meliputi:Pencegahan infeksi (PI), Penilaian awal untuk memutuskan resusitasi padabayi,
Pemotongan dan perawatan tali pusat, Inisiasi Menyusu Dini (IMD),Pencegahan perdarahan
melalui penyuntikan vitamin K dosis tunggal di pahakiri, Pemberian imunisasi Hepatitis B (HB
0) dosis tunggal di paha kanan,Pencegahan infeksi mata melalui pemberian salep mata
antibiotika dosistunggal, Pemeriksaan bayi baru lahir, Kunjungan neonatal, Pencatatan
DanPelaporan

Anda mungkin juga menyukai