Anda di halaman 1dari 16

“ANALISIS SITUASI YANG PARTISIPATIF”

Dosen Pengampuh :
Yetti purnama, S.ST., M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok 1
Tingkat 2b

❖ Khairunnisa (F0G020055)
❖ Sella Fajariyani (F0G020050)
❖ Tria Utami (F0G020053)
❖ Armelia Gamayanti Shafira (F0G020065)
❖ Melindra Cahyani (F0G020066)
❖ Enersi Agrey Nelly Putri (F0G020067)
❖ Tri Anita Febbri Wulandari (F0G020071)
❖ Ceni Pratiwi (F0G020073)
❖ Sysca Syaputry (F0G020074)
❖ Tasya Amelia Putri (F0G020078)
❖ Fofi Agustin (F0G020080)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN 14


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
TAHUN AJARAN 2021/2022

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

KATA PENGANTAR
3

BAB I PENDAHULUAN
4

1.1 Latar Belakang 4


1.2 Rumusan masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5

BAB II TINJAUAN TEORI 6

2.1 Pengertian Partisipasi 6

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi 7

2.3 Perencanaan partisiipasif 8

2.4 Analisis Sosial 9

2.5 Ruang Lingkup Analisis Sosial


9

2.6 Wilayah Analisa Sosial


10

2.67 Pendekatan Dalam Analisa Sosial 10

2.8 Prinsip-Prinsip Analisa Sosial


10

2.9 Analisis Situasi


11

BAB III PENUTUP 12


14
3.1 Kesimpulan 12

3.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA
13
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus yang berjudul “Analisis Situasi Secara
Partisipasif”.

Selain untuk menambah pengetahuan mengenai Analisis Situasi Secara Partisipasif


dalam Asuhan Kebidanan Komunitas, makalah ini juga disusun guna memenuhi tugas salah
satu mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas pada program studi DIII Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Jakarta I.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang kepada Ibu Rasumawati, SKM.,
MA.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas dan kepada
segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan makalah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan


makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dekade 1970-an adalah awal kemunculan konsep pemberdayaan dan berkembang


seiring kemajuan zaman hingga akhir abad ke-20. Konsep pemberdayaan merupakan bagian
yang menyatu dengan aliran – aliran yang muncul pada paruh abad ke-20. Konsep
pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu berkaitan dengan pendekatan
kemandirian, partisipatif dan jaringan kerja.

Pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi masyarakat,


tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri dan harga diri serta terpeliharanya tatanan nilai
dan budaya setempat. Pemberdayaan sebagai konsep sosial budaya yang impelemntatif dalam
pembangunan yang berpusat pada rakyat, tidak saja menumbuhkembangkan penambahan
kemampuan ekonomi, tetapi juga nilai-nilai sosial budaya.

Peranan agen-agen pembaharuan dalam usaha pemberdayaan saat ini terkonsentrasi


pada sasaran sumber daya manusia sebagai sasaran pokok pembinaan. Model pembangunan
yang berpusat pada rakyat melalui penekanan pemberdayaan adalah yang seharusnya
diterapkan. Penekanan kepada pengalaman masyarakat dalam sejarah dan posisinya dalam
keberadaan budaya dan nilai-nilai sosial setempat adalah kesesuaian dengan model
pemberdayaan yang akan diterapkan.

Pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat berusaha untuk membangkitkan


kesadaran akan pentingnya keberadaan dan tatanan sosial mereka yang sebelumnya pernah
ada. Wujud-wujud organisasi yang pernah ada atas dasar pemenuhan kebutuhan praktis
adalah awal dari metode pemberdayaan dan celah untuk masuk ke sistem sosial masyarakat.
Kebutuhan praktis yang dimaksud adalah kebutuhan dasar manusia.

Dari uraian-uraian di atas, sedikitnya tergambar jelas bahwa dalam pelaksanaan


pemberdayaan masyarakat konsep keswadayaan, kegotong royongan dan partisipatif
masyarakat serta menghargai nilai sosial dan budaya setempat, adalah metode ampuh yang
setidaknya dilakukan.

14
Masyarakat memiliki potensi dan kekuatan dari sumber-sumber daya alam dan sosial
budaya yang dimilikinya. Potensi tersebut perlu digali melalui strategi yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Cara menggali inilah yang merupakan initi dalam pemberdayaan
masyarakat. Dalam pemberdayaan masyarakat, kita harus berpegang teguh terhadap konsep
dan memahami betul kebutuhan masyarakat dan permasalahan yang dihadapinya. Masyarakat
harus terlibat dalam penyusunan pemecahan masalahan yang akan diselesaikan melalui
pemberdayaan.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa itu partisipasif ?
1.2.2 Apa itu analisis situasi ?
1.2.3 Apa itu analisis sosial ?
1.2.4 Bagaimanakah hubungan antara analisa situasi dan analisa sosial ?
1.2.5 Bagaimanakah proses tahapan analisa situasi ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui tentang partisipasif .
1.3.2 Untuk mengetahui tentang analisa situasi.
1.3.3 Untuk mengetahui tentang analisa sosial.
1.3.4 Untuk mengetahui tentang hubungan antara analisa situasi dan analisa sosial.
1.3.5 Untuk mengetahui tentang proses tahapan analisa situasi.

14
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Partisipasi

Istilah partisipasi sekarang ini menjadi kata kunci dalam setiap program pengembangan
masyarakat dimana-mana. Partisipasi sepadan dengan arti peran serta, ikut serta, keterlibatan,
atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan
tindakan oleh sejumlah anggota masyarakat.

Asngari (2001: 29) menyatakan bahwa penggalangan partisipasi itu dilandasi adanya
pengertian bersama dan adanya pengertian tersebut adalah karena diantara orang-orang itu
saling berkomunikasi dan berinteraksi sesamanya. Dalam menggalang peran serta semua
pihak itu diperlukan terciptanya suasana yang bebas atau demokratis dan terbinanya
kebersamaan.

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah


pengambilan bagian atau pengikut sertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu
keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung
jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental
dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan
dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab
sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik
dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan.

Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi
adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik peserta dalam
memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar
serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas keterlibatannya.

14
Bentuk partisipasi yang nyata yaitu :

- Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi


pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan

- Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda,


biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas

- Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk


pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program

- Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang


dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi


Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu
program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program
namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya
saja faktor usia, terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Angell
(dalam Ross, 1967: 130) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
- Usia
Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-
kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas
dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap,
cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok
usia lainnya.
- Jenis kelamin
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan bahwa
pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti bahwa dalam
banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah mengurus rumah
tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan tersebut telah bergeser
dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan perempuan yang semakin baik.

14
- Pendidikan
Dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk berpartisipasi.
Pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup seseorang terhadap
lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesejahteraan seluruh
masyarakat.
- Pekerjaan dan penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang akan
menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan penghasilan
yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk
berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk
berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan
perekonomian.
- Lamanya tinggal
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi
seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa memiliki
terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya yang besar dalam
setiap kegiatan lingkungan tersebut.

2.3 Perencanaan Partisipasif

Kodrat bagi setiap orang, laki-laki maupun perempuan ingin dihargai kemampuan,
harkat dan martabatnya. Dari kenyataan tersebut maka seluruh lapisan masyarakat perlu
diajak berperanserta atau berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pembangunan. Melalui
perencanaan partisipatif diharapkan hubungan yang erat antara masyarakat dengan
kelembagaan masyarakat secara terus-menerus. Masyarakat diberi kesempatan untuk
menyyatakan masalah yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai masukan untuk
berlangsungnya proses perencanaan berdasarkan kemampuan warga masyarakat desa itu
sendiri.

Dalam perencanaan partisipatif, semua warga atau kelompok dalam masyarakat pada
dasarnya berhak untuk berperan didalamnya agar dapat mengungkapkan permasalahan
dan kebutuhan mereka. Terdapat beberapa ciri khusus perencanaan partisipatif dilihat
14
dari adanya peran serta masyarakat dalam proses pembangunan desa. Ciri-ciri tersebut
adalah :

- adanya hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan secara terus-
menerus.
- masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk menyatakan
permasalahan yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai masukan berharga.
- proses berlangsungnyya berdasarkan kemampuan warga masyarakat itu sendiri.
- warga masyarakat berperan penting dalam setiap keputusan.
- warga masyarakat mendapat manfaat dari hasil pelaksanaan perencanaan.

Terdapat 3 prinsip pokok perencanaan partisipatif dalam pembangunan masyarakat


desa, yaitu :

- belajar dari masyarakat, maksudnya bahwa perencanaan partisipatif


pembangunan masyarakat desa bertolak dari dari pengakuan dan kepercayaan
akan nilai pengetahuan tradisional masyarakat, serta kemampuan masyarakat
untuk memecahkan masalahanya sendiri.
- adanya pemandu masyaraka sebagai pelaku, dimaksudkan bahwa diperlukan
peran pemandu yang bukan sebagai ‘guru’ atau ‘penyuluh’ ataupun ‘ peneliti’
serta menempatkan warga masyarakat sebagai narasumber utama dalam
memahami keadaannya sendiri.
- keterkaitan semua kelompok masyarakat, artinyya tidak terbatas pada kelompok-
kelompok masyarakat tertentu saja.

2.4 Analisis Sosial

Analisis sosial atau yang lebih akrab dikenal ansos ini merupakan sebuah proses
atau mekanisme yang akan membahas problematika-probelmatika yang terjadi pada
sebuah objek analisa dan pada akhirnya akan menghasilkan apa sebenarnya yang
menjadi akar permasalahan atas problematika-problematika tersebut. Dari sana kita dapat
menentukan apa sebenarnya yang dibutuhkan untuk dicarikan solusi yang tepat. Analisis
sosial merupakan usaha untuk menganalisis sesuatu keadaan atau masalah sosial secara
objektif. Analisis sosial diarahkan untuk memperoleh gambaran lengkap mengenai
situasi sosial dengan menelaah kaitan-kaitan historis, struktural dan konsekuensi
14
masalah. Analisis sosial akan mempelajari struktur sosial, mendalami fenomena-
fenomena sosial, kaitan-kaitan aspek politik, ekonomi, budaya, dan agama. Sehingga
akan diketahui sejauh mana terjadi perubahan sosial, bagaimana institusi sosial yang
menyebabkan masalah-masalah sosial, dan juga dampak sosial yang muncul akibat
masalah sosial.

Inilah yang seringkali tidak dilalui oleh para problem solver. Mereka seringkali
menghasilkan solusi atas problematika yang hadir bukan berdasarkan hasil analisis
mendalam namun hanya berdasarkan dugaan yang argumentasinya lemah atau bahkan
hanya berdasarkan pada kemauannya saja. Mungkin permasalahan yang nyata di
lapangan akan terselesaikan, namun karena ia tak akan menyentuh sampai ke akarnya
maka akan hadir permasalahan-permasalahan baru atau bahkan permasalahan yang nyata
tersebut tidak hilang sama sekali.

2.5 Ruang Lingkup Analisis Sosial

Pada dasarnya semua realitas sosial dapat dianalisis, namun dalam konteks
transformasi sosial, maka paling tidak objek analisa sosial harus relevan dengan target
perubahan sosial yang direncanakan yang sesuai dengan perubahan. Secara umum objek
sosial yang dapat dianalisis antara lain ;

- Masalah-masalah sosial, seperti : kemiskinan, pelacuran, pengangguran, kriminilitas.

- Sistem sosial, seperti : tradisi, usaha kecil atau menengah, sistem pemerintahan,


sistem pertanian.

- Lembaga-lembaga sosial seperti sekolah layanan rumah sakit, lembaga pedesaan.


Kebijakan publik seperti : dampak kebijakan BBM, dampak perlakuan sebuah UU.

2.6 Wilayah Analisa Sosial

- Sistem-sistem yang beroperasi dalam suatu masyarakat.

- Dimensi-dimensi obyektif masyarakat (organisasi sosial, lembaga-lembaga sosial,


pola perilaku, kekuatan-kekuatan sosial masyarakat.

14
- Dimensi-dimensi subyektif masyarakat (ideologi, nalar, kesadaran, logika berpikir,
nilai, norma, yang hidup di masyarakat).

2.7 Pendekatan Dalam Analisa Sosial

- Historis : dengan mempertimbangkan konteks struktur yang saling berlainan


dari periode-periode berbeda, dan tugas strategis yang berbeda dalam tiap periode.

- Struktural : dengan menekankan pentingnya pengertian tentang bagaimana


masyarakat dihasilkan dan dioperasikan, serta bagaimana pola lembaga-lembaga
sosial saling berkaitan dalam ruang sosial yang ada.

2.8 Prinsip-Prinsip Analisa Sosial

- Analisa sosial bukan suatu bentuk pemecahan masalah, melainkan hanya diagnosis
(pencarian akar masalah), yang sangat mungkin digunakan dalam menyelesaikan
suatu masalah, karena analisa sosial memberikan pengetahuan yang lengkap, sehingga
diharapkan keputusan atau tindakan yang diambil dapat merupakan pemecahan yang
tepat.

- Analisa sosial tidak bersifat netral, selalu berasal dari keberpihakan terhadap suatu ke-
yakinan. Soal ini berkait dengan perspektif, asumsi-asumsi dasar dan sikap yang
diambil dalam proses melakukan analisa. Karena pernyataan di atas, maka analisa
sosial dapat digunakan oleh siapapun.

- Analisa sosial lebih memiliki kecenderungan mengubah, tendensi untuk menggunakan


gambaran yang diperoleh dari analisa sosial bagi keperluan tindakan-tindakan
mengubah, maka menjadi sangat jelas bahwa analisa sosial berposisi sebagai salah
satu simpul dan siklus kerja transformasi.

- Analisa sosial selalu menggunakan ‘tindakan manusia’ sebagai sentral atau pusat
dalam melihat suatu fenomena nyata.

2.9 Analisis Situasi

Analisis situasi  merupakan tahap pengumpulan data yang


ditempuh peneliti sebelum merancang dan merencanakan  program. Analisis situasi
14
bertujuan untuk mengumpulkan informasi mencakup jenis dan bentuk kegiatan, pihak
atau publik yang terlibat, tindakan dan strategi yang akan diambil, taktik,
serta anggaran biaya yang diperlukan dalam melaksanakan program. Pada umumnya,
proses analisis situasi terdiri dari analisis situasi internal dan analisis situasi eksternal.

Analisis situasi internal merupakan tinjauan ulang secara


menyeluruhterhadap persepsi dan tindakan organisasi. Jenis dari analisis situasi internal
adalah hubungan personal (personal contact), informasi kunci (key informan), internet,
badan pengawas (advisory board), dan penelitian lapangan (field research).

Analisis situasi eksternal merupakan tinjauan ulang secara sistematis latar


belakang masalah yang berada di luar organisasi. Jenis dari analisis situasi eksternal
mencakup data sekunder (studi pustaka),  survei, pengamatan, dan analisis isi. Analisis
situasi sebenarnya sebuah pendekatan agar dalam proses perencanaan program kerja kita
bisa membahasnya secara sistematis dan segala informasi mengenai tahap perencanaan
bisa terklarifikasi.

Untuk menghasilkan tahap perencanaan yang maksimal maka kita perlu sebuah
metode yang tepat, salah satunya adalah analisis situasi. Analisis situasi itu sendiri terdiri
atas beberapa analisis antara lain :

- Analisis Masalah : adalah sebuah metode agar kita mampu menentukan akar masalah
dari berbagai masalah yang terjadi dalam sebuah lembaga atau realita. Segala
informasi tentang harapan dan realita dieksplorasi kemudian diklarifikasi.

- Analisis Situasi : adalah metode pendekatan dalam berupaya menggambarkan kondisi


obyektif pada sebuah lembaga atau organisasi.Untuk melakukan analisis ini dibagi
dalam beberapa klasifikasi gambaran obyektif yaitu; Strenghnes (kekuatan), Weaknes
(kelemahan), Opportunity (peluang), dan Treat (ancaman). Analisis ini juga biasa
disebut dengan analisis SWOT. Pentingnya analsisis ini dalam menentukan metode
pelaksanaan program atau rencana kerja karena dengan adanya gambaran obyektif ini
maka kita tidak akan overload dalam melakukan sesuatu sehingga setiap rencana kerja
yang diputuskan dapat efektif dan efisien.

- Analisis Kebutuhan : adalah pendekatan analisis untuk memberikan gambaran


obyektif tentang kebutuhan dari suatu lembaga baik sifatnya secara kelembagaan atau14
kebutuhan yang sifatnya untuk anggota. Tak bisa dipungkiri dalam menjalankan
sebuah lembaga membutuhkan banyak kelengkapan atau hal-hal yang memudahkan
jalannya suatu lembaga. Selain itu anggota dalam suatu lembaga juga pasti
mengharapkan sesuatu hal yang lembaga bisa berikan atau fasilitasi. Olehnya dengan
mengeksplorasi kebutuhan lembaga dan anggota nantinya kita bisa juga
menurunkannya dalam program dan rencana kerja.

Ketiga analisis diatas memiliki fungsi masing-masing dalam menggambarkan kondisi


organisasi dan penggambaran inilah yang kita butuhkan dalam menjalankan tahap
perencanaan. Sehingga analisis situasi berhubungan dengan analisis sosial dalam
menyelesaikan suatu permasalahan di lingkungan sosial. Ketika kita melakukan analisis
situasi kita dapat mengumpulkan informasi untuk menunjang analisis soisial sehingga kita
dapat memberikan solusi untuk permasalahan yang ada di lingkungan sosial tersebut.

Konsep dasar analisis situasi dalam perencanaan kesehatan :


- Analisis situasi adalah langkah paling awal dalam perencanaan kesehatan.
- Langkah-langkah dalam perencanaan bersifat sequential (berkesinambungan).
- Kualitas suatu perencanaan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas pelaksanaan
analisis situasi.
Tujuan analisis situasi :
- Memahami masalah secara jelas dan spesifik.
- Mempermudah menentukan prioritas masalah (diperolehnya informasi kuantitatif).
- Mempermudah penentuan alternatif pemecahan masalah (diperolehnya informasi
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masalah).

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah


pengambilan bagian atau pengikut sertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu
keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung
jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental
dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan
dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab
sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik
dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan , pengghasilan, dan lamanya tinggal.

Analisis sosial atau yang lebih akrab dikenal ansos ini merupakan sebuah proses atau
mekanisme yang akan membahas problematika-probelmatika yang terjadi pada sebuah objek
analisa dan pada akhirnya akan menghasilkan apa sebenarnya yang menjadi akar
permasalahan atas problematika-problematika tersebut. Dari sana kita dapat menentukan apa
sebenarnya yang dibutuhkan untuk dicarikan solusi yang tepat. Secara umum objek sosial
yang dapat dianalisis antara lain masalah sosial, sistem sosial, dan lembaga-lembaga sosial.

Analisis situasi  merupakan tahap pengumpulan data yang ditempuh peneliti sebelum


merancang dan merencanakan  program. Analisis situasi bertujuan untuk
mengumpulkan informasi mencakup jenis dan bentuk kegiatan, pihak atau public yang
terlibat, tindakan dan strategi yang akan diambil, taktik, serta anggaran biaya yang diperlukan
dalam melaksanakan program. Pada umumnya, proses analisis situasi terdiri dari analisis
situasi internal dan analisis situasi eksternal.

14
3.2 Saran

Dengan ini diharapkan para bidan dapat mengaplikasikan asuhan kebidanan dalam
komunitas secara partisipasif dengan melakukan analisis situasi dan sosial terlebih dahulu.
Sehingga dalam penerapannya masyarakat tidak hanya dijadikan objek perubahan yang telah
terkonsep, namun juga ikut serta dalam segala aspek yang akan diubah dan dijalankan mereka
kelak. Karena dengan begitu makna partisipasif akan tercapai.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cutlip, Center, & Broom. 1985. Effective Public Relations. Prentice-Hall. Page 205.

Manajemen Public Relations. Diakses 25 Mei 2010.

Mansour Faqih, Sesat Pikir Teori Pembangunan dan Globalisasi, (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, Insist Press, Cet. I., 2001) h. 17-43.

Michael Quin Patton, Alternative Evaluation Research Paradigm. Grand Forks: University


North Dakota, 1970.

Definisi ini meminjam uraian Popkewitz. Lihat Popkewitz, Thomas. Paradigm and Ideology
in Educational Research. New York: Palmer Press, 1984.

Lihat Ritzer, "Sociology: A Multiple Paradigm Science" dalam Jumal The American


Sociologist No. 10, 1975. hal: 156-157.

14

Anda mungkin juga menyukai