Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN 1

BAYI BARU LAHIR (BBL)

Disusun Oleh:
Muhammad Misbahul Munir (14201.12.20028)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PAJARAKAN-PROBOLINGGO
TAHUN 2022
BAYI BARU LAHIR (BBL)
A. DEFINISI BAYI BARU LAHIR (BBL)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37
minggu sampai 42 minggu dan dengan berat lahir 2.500 gram sampai 4.000 gram
(Depkes RI. 2007)
Menurut (Lyndon, 2014) neonatus (bayi baru lahir) adalah bayi yang berusia 0
(baru lahir) sampai 1 bulan (28 hari) yang mengalami sejumlah adaptasi dari
kehidupan di dalam Rahim ke kehidupan di luar Rahim yang memerlukan perawatan
khusus dan pemantauan ketat, karena jika penanganan bayi bayi baru lahir kurang
baik maka akan menyebabkan kelainan atau gangguan yang mengakibatkan cacat
seumur hidup, bahkan kematian.
(Bayi baru lahir) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran yang berusia
0-28 hari yang memerlukan proses penyesuaian fisiologis yang meliputi maturasi,
adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstrauterine) dan
toleransi BBL untuk dapat mempertahankan kehidupannya dengan baik (Marmi,2015).
Periode neonatal/neonates/BBL adalah periode sejak bayi lahir sampai 28 hari
pertama kehidupan. Selama beberapa minggu, neonatus mengalami masa transisi dari
kehidupan intrauterine (di dalam Rahim) ke extrauterine (di luar Rahim) dan
menyesuaikan dengan lingkungan yang baru. Kebanyakan neonatus yang matur
(matang usia kehamilannya) dan ibu yang mengalami kehamilan yang sehat dan
persalinan berisiko rendah, untuk mencapai masa transisi ini berjalan relatif mudah.

B. CIRI-CIRI BAYI BARU LAHIR (BBL) NORMAL


Bayi baru lahir dapat diklasifikasikan sebagai normal menurut Marmi (2015)
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Berat badan lahir bayi 2500-4000 gram.
2. Panjang badan bayi 48-52 cm.
3. Lingkar dada bayi 30-38 cm.
4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm
5. Frekuensi jantung 180 kali/menit, kemudian turun sampai 120-140 kali/ menit
pada saat bayi berumur 30 menit
6. Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 60 kali/menit, kemudian
menurun kira-kira 40 kali/menit
7. Kulit kemerahan-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan
dilapisi verniks kaseosa.
8. Rambut lanugo (rambut halus yang tumbuh pada janin saat di dalam kandungan)
sudah hilang, rambut kepala tumbuh baik.
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genetalia : Testis sudah turun (Pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah
menutupi labia minora (Pada bayi perempuan)
11. Refleks isap, menelan, graps dan moro telah terbentuk dengan baik.
12. Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium
memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.

C. PERUBAHAN/ADAPTASI FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR (BBL)


Periode neonatal merupakan periode transisi antara kehidupan di dalam
kandungan ke kehidupan di luar kandungan, perubahan tersebut terjadi secara drastis.
Proses penyesuaian fungsional neonatus (bayi baru lahir) dari kehidupan di dalam
kandungan ke kehidupan di luar kandungan disebut adaptasi fisiologis. Adapun
perubahan fisiologis menurut Lyndon (2014), yang terjadi pada neonatus terbagi
sebagai berikut:
1. Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan pada janin saat di dalam kandungan mendapatkan oksigen
dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir dan plasenta lahir bernafas
menggunakan paru paru. Sebelum janin lahir melakukan pematangan paru-paru,
menghasilkan surfaktan dan mempunyai alveolus sebagai pertukaran gas.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 10 detik pertama
sesudah lahir. Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena beberapa
faktor, yaitu:
a. Stimulasi mekanik, yaitu karena terdapat rongga dada pada saat melewati jalan
lahir hal tersebut mengakibatkan paru paru kehilangan 1/3 dari cairan yang
terdapat dildalamnya, sehingga akan tersisa 80-100 mL Setelah bayi lahir dan
cairan tersebut akan diganti dengan udara.
b. Stimulasi kimiawi, yaitu penurunan kadar oksigen (dari 80 ke 15 mmHg),
Kenaikan kadar karbon dioksida (dari 40 ke 70 mmHg) dan penurunan PH
yang akan merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus dan
akibatnya akan terjadi asfiksia sementara selama kelahiran.
c. Stimulasi sensorik yaitu adanya rangsangan suhu dingin pada bayi pada saat
bayi meninggalkan suasana hangat pada uterus dan memasuki udara luar yang
dingin. Perubahan suhu yang mendadak ini akan merangsang implus sensoris
di kulit yang kemudian disalurkan ke pusat respirasi.
d. Refleks deflasi hering breur Refleks mengeluarkan cairan dalam paru-paru
dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah sehingga mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
2. Perlindungan Termal (Termogulasi)
Bayi baru lahir berada pada suhu lingkungan lebih rendah dari pada suhu di
dalam kandungan ibu. Agar tetap mempertahankan panas dapat diperoleh dari
pergerakan tungkai dan stimulasi lemak coklat. Namun jika suhu ruangan terlalu
dingin maka bayi rentan kehilangan panas karena mekanisme pengaturan suhu
tubuhnya belom berfungsi secara sempurna oleh karena itu jika tidak dilakukan
upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi akan rentan mengalamai
hipotermi. Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir ke lingkunganya dapat
terjadi dalam beberapa mekanisme, yaitu sebagai berikut:
a. Konduksi
Konduksi merupakan kehilangan panas pada bayi melaui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Melalui proses ini
panas dari tubuh bayi akan berpindah langsung ke objek lain yang lebih dingin
yang bersentuhan langsung dengan kulit bayi.
b. Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar
dengan udara sekitar yang lebih dingin. Kehilangan panas ini dapat terjadi
ketika membiarkan bayi terlentang di ruang yang relatif dingin
c. Radiasi
Radiasi merupakan kehilangan panas yang terjadi ketika menempakan
bayi berdekatan dengan benda-benda yang suhunya lebih rendah dari bayi.
Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini dikarenakan benda-benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara lansung).
d. Evaporasi
Evaporasi merupakan perpindahan panas dengan cara mengubah cairan
menjadi uap. Kehilangan panas ini dapat terjadi ketika penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan
panas juga dapat terjadi ketika bayi baru lahir langsung dimandikan dan
tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
3. Metabolisme Karbohidrat
Kehidupan janin di dalam kandungan mendapatkan kebutuhan glukosa dari
plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat menyebabkan bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir, glukosa
darah akan menurun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Bayi yang sehat akan
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, terutama di hati selama bulan-bulan
terakhir dalam rahim.
Bayi baru lahir yang menderita diabetes militus (DM) dan BBLR
mengalami prubahan glikogen menjadi glukosa meningkat atau terjadi gangguan
pada metabolisme asam lemak yang menyebabkan kebutuhan neonatus tidak
terpenuhi, kemungkinan bayi akan mengalami hipoglikemi selain itu bayi akan
mengalami hipotermi pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia.
4. Sistem Peredaran Darah
ke dalamvena kava inferior melalui duktus venosus (pembuluh besar) atau
hati. Dari vena kava Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikus
yang terdapat dalam tali pusat. Dari vena umbilikus, darah masuk inferior, darah
berjalan ke atrium kanan. Sebagian darah tidak masuk kedalam ventrikel kanan.
Tetapi masuk ke dalam antrium kiri melalui foramen ovale. Foramen ovale adalah
lubang pada septum interatrial yang hanya terdapat pada masa janin. Darah
kemudian masuk ke dalam ventrikel kiri lalu ke arkus aorta. Dari arkus aorta,
sebagian besar darah didistribusikan ke otak, jantung dan bagian tubuh atas
setelah bersikulaso di otak, jantung dan bagian tubuh atas, darah yang di
deoksigenasi mengalir di vena kava superior menuju ke atrium kanan kemudian
ke ventrikel kanan. Dari ventrikel kanan, darah dipompa masuk ke dalam arteri
pulmonalis.
Sekitar sepertiga darah yang masuk ke ventrikel kanan tidak mengaliur
melalui foramen ovale, tetapi mengalir melaui arteri pulmonalis. Sebagian besar
darah dalam arteri pulmonalis disalurkan langsung ke dalam aorta desenden
melaui duktus arteriosus. Darah ini kembali ke plasenta melalui aeorta desenden,
pertukaran gas selanjutnya.
Adaptasi sistem peredaran darah pada bayi baru lahir
Perubahan peredaran darah yang terjadi yaitu pada saat paru-paru
mulai berfungsi sehingga proses pengantaran oksigen keseluruh jaringan tubuh
akan berubah. Perubahan tersebut mencangkup penutupan foramen ovale pada
atrium jantung serta penutupan duktus venosus dan duktus arteriosus. Ketika
tali pusatdiklem dan bayi tarik nafas untuk pertama kali maka sirkulasi darah
akan berubah, pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun hal tersebut menyebabkan
penutupan duktus venosus secara pasif dalam waktu 3-7 hari dan dengan
mengurangi darah aliran darah yang melalui vena kava inferior. Ekspansi
paruh menurunkan tahanan vaskuler pulmonal sehingga meningkatkan aliran
darah ke atrium kanan, kedua hal ini menyebabkan tekanan atrium kanan
berkurang, sedangkan tekanan atrium kiri meningkat , Perubahan tekanan ini
ovale menutup. Penutupan foramen ovale dapat terjadi dalam beberapa jam
sampai beberapa bulan.
Peningkatan tekanan oksigen dalam arteri dan penurunan tahanan paru
yang drastis menyebabkan duktus arteriosus melalui penutup. Peningkatan
kinsentrasi oksigen dalam darah dan penurunan prostaglandin endogen yang
dihasilkan oleh plasenta membantu penutupan dukstus arteriosus. Pada 93%
bayi cukup bulan, duktus arteriosus secara fungsional menutupi dalam 60 jam.
Perubahan lain yang terjadi adalah menutupnya vena umbilikalis, dan
artikel, dan arteri hipogastrika dari tali pusat secara fungsional dalam beberapa
menit setelah tali pusat diklem serta penutupan jaringan fibrosa yang
membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan.
5. Sistem Gastrointestinal
Janin ketika sudah cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan.
Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.
Kemampuan bayi baru lahir menelan karena terdapat sentuhan pada langit-langit
mulut bayi sehingga memicu bayi untuk menghisap selain itu juga karena adanya
kerja peristaltik lidah dan rahang yang memeras air susu dan payudara ke
kerongkongan bayi sehingga memicu refleks untuk menelan. Gumoh sering terjadi
pada bayi baru lahir karena hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih
belum sempurna. Kapasitas lambung bayi baru lahir cukup bulan sekitar 30 cc,
kapasitas lambung ini akan bertambah seiring dengan bertambahnya pertumbuhan
dan perkembangan pada bayi.
Pada pencernaan bayi baru lahir menggandung zat berwarna hitam
kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida. Zat ini disebut mekonium.
Mekonium biasanya dikelurkan 12-24 jam pertama dan dalam dalam 4 hari
biasanya feses sudah terbentuk dan berwarna kekuningan. Enzim dalam saluran
pencernaan biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali pada amilase dan
lipase. Amilase dihasilkan dari kelenjar saliva setelah 3 bulan dan oleh prankes
setelah usia 6 bulan. Sementara lipase baru dihasilkan oleh pankreas setelah usia 6
bulan.
Perubahan Pola Pembentukan Feses Pada Neonatus Feses Pada Neonatus
Feses Pada Neonatus Perubahan yang Terjadi
Mekonium Tinja pertama bayi, tersusun atas cairan amniotik
dan penyusunya, sekresi usus, sel mukosa yang
lepas, dan kemungkinan darah ibu yang tertelan
atau perdarahan minor pembuluh saluran
pencernaan.
Tinja Transisi Pengeluaran mekonium akan sudah terjadi dalam
24 jam sampai 48 jam pertama, meskipun bisa
juga terlambat sampai 7 hari pada bayi dengan
BBLR.
Tinja Susu Tinja akan keluar pada hari ketiga setelah
menyusui, berwarna coklat kehijauan sampai
coklat kekuningan dan teksturnya kurang lengket
dibandingkan dengan mekonium. Pada hari
keempat tinja bayi yang disusui ASI berwarna
kuning hingga keemasan berbau seperti susu.
Tinja bayi yang disusui dengan susu formula
berwarna kuning pucat sampai coklat muda, lebih
padat dan berbau lebih busuk.
Sumber : Lyndon.2014. Asuhan Neonatus Bayi, dan Balita, Tangerang Selatan, Binarupa
Aksara.
6. Sistem Kekebalan Tubuh (Imun)
Pada saat dalam kandungan plasenta merupakan sawar yang menjaga janin
bebas dari antigen dan stres imunologis. Setelah lahir, bayi menjadi rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi karena sistem kekebalan tubuhnya belum
matang.
Sistem kekebalan tubuh akan memberikan kekebalan alami dan kekebalan
yang didapat, kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang
meminimalisir infeksi. Contoh kekebalan alami adalah perlindungan oleh
membran mukosa kulit , fungsi saringan saluran nafas, pembentukan koloni
mikroba oleh kulit dan usus, serta perlindunga kimia oleh lingkungan asam
lambung. Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu sel darah yang
dapat membunuh mikroorganisme asing. Namum pada BBL sel darah ini belum
matang oleh karena itu belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien , kekebalan ini didapat ketika bayi sudah dapat membentuk reaksi antibodi
terhadap antigen asing.
Belum matangnya kekebalan alami pada bayi maka menyebabkan bayi
rentan mengalami terkena infeksi, oleh karena itu pencegahan terhadap infeksi
(seperti pada praktik persalinan yang aman dan menyusi ASI sacara dini sangat
penting terutama kolostrum).
Bayi baru lahir dan bayi yang lahir prematur. Beresiko tinggi terkena
infeksi selama beberapa bulan pertama kehidupanya. Infeksi merupakan penyebab
pertama morbiditas dan mortalitas. Bayi baru lahir tidak dapat membatasi patogen
yang menrobos masuk akibat hipofungsi mekanisme inflamasi dan imun.
7. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal
Kadar natrium bayi baru lahir relatif lebih besar dari pada kalium karena
ruangan ekstra seluler yang luas. Ginjal telah berfungsi tetapi belum sempurna
karena nefron masih belom banyak. Laju filtrasi glomerulus BBL hanyalah 30-
50% akibatnya kemampuan mengeluarkan limbah dari dalam masih kurang.
Bayi baru lahir sudah harus buang air kecil dalam 24 jam pertama jumlah
urine sekitar 20-30 mL/Jam dan meningkat sekitar 100-200 Ml/Jam pada akhir
minggu pertama.
Bayi yang diberikan susu formula umumnya lebih sering BAK, tetapi
jumlah urin bayi yang diberikan ASI meningkat 3-4 hari setelah kolostrum sudah
tidak produksi lagi. Setelah hari keempat bayi seharusnya sudah BAK 6-8 kali
setiap 24 jam.
8. Sistem Hepatik
Hati terus membantu pembentukan darah selama janin dalam kandungan
maupun bayi sudah lahir. Selama periode nonatal, hati menghasilkan zat yang
esensial untuk pembekuan darah. Hati juga mengendalikan jumlah bilirubin tak
terkonjugasi yang bersikulasi, pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan
secara bersamaan dengan pemecahan sel sel darah merah.
Bayi baru lahir akan terjadi perubahan kimia dan morfologis yaitu kenaikan
kadar protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen .enzim hati akan aktif
sekitar 3 bulan setelah kelahiran. Daya detoksifikasi hati pada bayi baru lahir
belom sempurna oleh karena itu harus hati –hati dalam pemberian obat-obatan.
Penyimpanan zat besi selama dalam kandungan cukup memadai bagi bayi
sampai 4-6 bulan kehidupan ekstrauterin. Bayi prematur dan bayi BBLR memiliki
cadangan zat besi yang lebih sedikit yang hanya memadai 2-3 bulan pertama.
Pada saat ini bayi lebih rentan terhadap defisiensi zat besi.
9. Sistem Saraf
Pada saat bayi lahir sistem saraf belom terintegrasi sempurna namun cukup
untuk mendukung kehidupan di ekstarauterin. Sebagian besar fungsi neourologis
berupa refleks primitif misalnya refleks moro, refleks rooting, refleks menghisap
dan menelan, refleks batuk dan bersin, refleks grasping, refleks stepping, refleks
tonus leher dan refleks babinski. Sistem saraf autonom sangat penting selama
transisi karena merangsang respirasi awal, membantu mempertahankan
keseimbangan asam-basa, mengatur sebagian kontrol suhu.
Fungsi sensoris bayi baru lahir sudah sangat berkembang dan memiliki
dampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan, termasuk proses
perlekatan.
a. Pendengaran
Berkembang sangat baik saat lahir. Bayi bereaksi terhadap suara dengan
berpaling ke arah sumber suara. Bayi baru lahir memberi respons terhadap
suara berfrekuensi rendah seperti suara denyut jantung atau lagu nina bobo
dengan menurunkan aktivitas motorik dan berhenti menangis. Suara yang
berfrekuensi tinggi memicu reaksi waspada.
b. Pengecap
Mampu membedakan rasa manis dan asam pada usia 72 jam.
c. Penghirup
Mampu membedakan antara bau ASI ibunya dengan ASI yang lain
d. Peraba
Sensitif terhadap nyeri bereaksi terhadap stimulasi taktil.
e. Penglihatan
Mampu memfokuskan pada objek yang terang dan berjarak 20 cm. pupil
bereaksi terhadap cahaya da refleks berkedip mudah dirangsang. Bayi sangat
sensitif terhadap cahaya jika ruangan dalam kondisi gelap maka bayi refleks
membuka mata dengan lebar dan melihat disekelilingnya.

D. PATHWAY
E. REFLEKS PRIMITIF PADA BAYI BARU LAHIR (BBL)
Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa
disadari pada bayi normal. Berikut ini tabel refleks yang biasa ditemukan pada bayi
normal:
No Refleks Cara Merangsang Keterangan
.
1. Refleks menghisap (sucking) Sentuhkan puting susu Bayi secara otomatis akan
ke ujung mulut bayi menghisap benda yang
ditempatkan di mulut mereka.
Hilang setelah 3-4 bulan.

2. Refleks mencari/ memutar Sentuh bibir, pipi atau Bayi itu memalingkan kepalanya
(rooting) sudut mulut bayi ke arah benda yang
dengan putting. menyentuhnya, dalam upaya
menemukan sesuatu yang dapat
dihisap. Hilang setelah 3-4
bulan.

3. Refleks menelan Beri bayi minum Otot-otot tenggorokan menutup


(swallowing) trakea dan membuka esofagus
ketika minuman berada dalam
mulut. Refleks akan menetap.
4. Refleks menggenggam Tempetkan jari di Jari-jarinya akan langsung
(graps) telapak tangan bayi menggenggam sangat kuat.
Hilang pada bulan ketiga. Tidak
adanya refleks ini menegaskan
penyakit serebral.

5. Tonik leher Gerakkan kepala bayi Lengan pada sisi tersebut akan
ke samping lurus dan lengan yang
berlawanan akan menekuk.
Refleks muncul pada bulan
pertama dan hilang pada bulan
keenam. Jika refleks ini menetap
hingga usia > 6 bulan
menandakan gangguan pada
neuron motorik atas.
6. Refleks moro Bayi dikejutkan Seluruh tubuhnya bereaksi
dengan gerakan yang dengan gerakan mengayunkan/
mendadak atau suara merentangkan lengan dan kaki
yang keras seolah ia akan meraih sesuatu
dan menariknya dengan cepat ke
arah dada dengan posisi tubuh
meringkuk seperti berpegangan
dengan erat, mendorong kepala
ke belakang, membuka mata, dan
mungkin menangis. Hilang pada
usia 3-4 bulan. Jika menetap
setelah 4-6 bulan bayi menderita
penyakit serebral.
7. Refleks berjalan dan Biarkan telapak kaki Bayi akan melakukan gerakan
melangkah (stepping) bayi menyentuh seperti berjalan. Akan menurun
permukaan yang keras. pada usia 1 minggu dan hilang
setelah usia 2 bulan.

8. Refleks merangkak Baringkan bayi dengan Bayi akan melakukan gerakan


(crawling) tengkurap merangkak dengan
menggunakan lengan dan
tungkainya.
9. Knee jerk Dengan perlahan tepuk Tungkai bawah akan mengedut
lutut ke depan. Menetap seumur
hidup.
10. Ekstensi menyilang Bayi dengan posisi Bayi dengan cepat menekukan
telentang, pemeriksa dan meluruskan kaki yang
meluruskan salah satu berlawanan sebagai usaha untuk
kaki bayi dan mendorong rangsangan menjauh
merangsang telapak dari kaki yang lain.
kaki dengan
menjentikkan jari
11. Babinsky (plantar) Menggoreskan telapak Jari-jari akan mengembang dan
kaki dimulai dari tumit jari kaki yang besar menekuk
lalu sisi lateral kearah untuk hasil yang positif.
atas. Menetap sampai usia 2-4 tahun.

12. Refleks daya tarik (traksi) Bayi diangkat dengan Kepala akan tengadah dan jatuh
pergelangan tangan dari ke belakang
posisi telentang
13. Inkurvas Atur posisi bayi Fleksi lateral searah usapan.
tengkurap, usap Hilang setelah 2-3 bulan.
punggung membentuk
garis, 4-5 cm dari tulang
belakang

F. PENILAIAN PADA BAYI BARU LAHIR


Menurut Winkjosastro (2006), keadaan bayi dinilai satu menit setelah lahir
dengan penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak. Setiap penilaian diberi angka 0,1 dan 2. Dari hasil
penilaian tersebut dapat diketahui apakah bayi normal ( vigorous baby = nilai
APGAR 7-10), asfiksia sedang-ringan (nilai APGAR 4-6) atau bayi menderita
asfiksia berat (nilai APGAR 0-3). Bila nilai APGAR 2 menit tidak mencapai nilai 7,
maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut oleh karena bila bayi menderita
asfiksia lebih dari 5 menit, kemungkinan terjadinya gejala-gejala neurologik lanjutan
di kemudian hari lebih besar. Berhubungan dengan hal itu, penilaian menurut APGAR
dilakukan selain pada umur 1 menit juga pada umur 5 menit. Berikut ini merupakan
tabel penilaian APGAR :

Tanda 0 1 2
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(Warna kulit) ekstremitas biru kemerah-merahan
Pulse rate Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit
(Frekuensi nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk/bersin
(Reaksi ransangan) mimik
Activity Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif
(Tonus otot) sedikit fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
(Pernapasan)

Catatan:
1. Nilai APGAR 1 menit = lebih/sama dengan 7 tidak perlu resusitasi (pertolongan
pertama pada henti nafas)
2. Nilai APGAR 1 menit = 4-6 bag dan mask ventilation
3. Nilai APGAR 1 menit = 0-3 lakukan intubasi

G. PENANGANAN SEGERA PADA BAYI BARU LAHIR


1. Membersihkan jalan napas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila tidak
langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas dengan cara
sebagai berikut :
a. Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih
lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke
belakang.
c. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang
dibungkus kasa steril.
d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan
kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.
e. Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril,
tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat.
f. Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung7) Memantau dan mencatat
usaha bernapas yang pertama (APGAR skor), warna kulit, adanya cairan atau
mekonium dalam hidung atau mulut.
2. Memotong dan merawat tali pusat
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah plasenta lahir tidak begitu
menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi, kecuali pada bayi kurang bulan.
Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali pusat segera dipotong untuk
memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi. Tali pusat dipotong 5 cm
dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril.
Sebelum memotong tali pusat, dipastikan bahwa tali pusat telah diklem dengan
baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan. Association of Woman’s Health,
Obstetric and Neonatal Nurses (AWHONN) merekomendasikan untuk perawatan
tali pusat menggunakan air steril. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-
hati) dengan air steril dan segera keringkan secara seksama dengan meggunakan
kain bersih.
3. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Pada waktu bayi lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya,
sehingga membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya tetap hangat.
Mengeringkan bayi pada saat lahir membantu mengurangi hilangnya panas
melalui evaporasi. Kontak antara kulit bayi dan kulit ibu, misalnya meletakkan
bayi di atas perut ibu ketika lahir, dapat menolong bayi mempertahankan panas.
Untuk menghindari kehilangan panas yang berlebihan dapat dilakukan dengan
menyelimuti bayi menggunakan selimut penahan panas, membedong bayi, atau
memakaikan baju yang longgar. Penting sekali untuk menutup kepala bayi, dan
topi dengan bahan penahan panas lebih efektif digunakan dibandingkan dengan
topi rajutan dalam mencegah kehilangan panas. Jangan segera memandikan bayi.
Bayi sebaiknya dimandikan enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
a. Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama
jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
b. Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila
antara 36,5º C – 37,2º C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5º C,
selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan
tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kulit ibu
– bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh
bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu jam.
c. Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan
d. Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada
tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh
bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk
menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
e. Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
f. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
g. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
4. Pemberian ASI dini
Memberikan ASI dini akan memberikan keuntungan yaitu:
a) Merangsang produksi ASI Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan
diteruskan oleh serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan
hormon prolaktin (hormon ini yang memacu payudara untuk menghasilkan
ASI.
b) Memperkuat reflek menghisap
c) Mempererat hubungan batin ibu dan bayi (membina ikatan emosional dan
kehangatan ibu-bayi).
d) Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum.
e) Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi perdarahan pada ibu.
5. Memberikan vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir
dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25 - 0,5%. Untuk mencegah terjadinya
perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi
vitamin K. seluruh bayi baru lahir menerima suntikan vitamin K dengan dosis 0,5-
1 mg phytomenadione secara intramuskuler, 1-6 jam setelah bayi lahir.
6. Memberi obat tetes/salep mata
Di beberapa negara perawatan mata bayi baru lahir secara hukum diharuskan
untuk mencegah terjadinya oftalmia neonatorum. Di daerah dimana prevalensi
gonore tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi
lahir. Pemberian obat mata eritomisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
7. Identifikasi bayi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih
dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal harus diberikan kepada setiap bayi
baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Alat yang
digunakan hendaknya kebal air dengan tepi yang harus tidak mudah melukai,
tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas. Pada alat/gelang identifikasi harus
tercantum nama (bayi/nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin dan nama
ibu. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir dan nomor identitas.
8. pemeriksaan antropometri
jenis jenis antropometri
a. Umur faktor umur ini sangat penting dalam penentuan status gisi.
b. Berat badan BB adalah antropometri terpenting dan paling sering digunakan
pada bayi baru lahir. BB digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau
BBLR. Normal berat badan bayi adalah 2.500-4.000 gram
c. Tinggi badan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan
skletal, pada keadaan TB tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Normal
TB bayi adalah 48-50 cm.
d. Lingkar lengan atas [LILA] normalnya 10-12 cm
e. Lingkar kepala antropometri ini perlu diukur untuk mengetahui keadaan
patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala contohnya
seperti kasus hidrosefalus dan mikrosefalus. Normalnya 33-35 cm
f. Lingkar dada normalnya 30-33 cm
g. Lingkar perut normalnya 31-35 cm.

H. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBL


1.Pengkajian BBL
a. Maternal/IBU; usia, riwayat kesehatan yang lalu perkembangan sosisal dan riwayat
pekerjaan.
b. Obsterti ; paritas ibu, kondisi kehamilan terakhir usia gestasi, lama dan karakteristik
persalinan, kondisi ibu (perdarahan), keadaan bayi (fetal distress), penggunaan
analgetiknsaat bersalin dan metode melahirkan
c. Pemeriksaan fisik bayi
 Kepala : Simetris/ tidak, terdapat caput succedanum/ tidak, terdapat cephal hematoma.
 Telinga : Periksa hubungan letak dengan mata dan kepala.
 Mata : Tanda-tanda infeksi yakni Pus.
 Hidung dan Mulut : Bibir dan langitan, periksa adanya sumbing, reflek hisap, dinilai
dengan mengamati bayi pada saat menyusu.
 Leher : Ada pembengkakan/ tidak
 Dada : Simetris/ tidak, bunyi nafas, bunyi jantung, putingnya menonjol/ tidak.
 Bahu, lengan dan tangan gerakan normal atau tidak, jumlah jari.
 Perut : Bentuk penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat.
 Jenis kelamin
 Laki-laki : Testis berada dalam skrotum, penis berulang dan pada ujung letak
Lubang ini.
 Wanita: Vagina berlubang, uretra berlubang, labia minor dan mayor.

 Tungkai dan kaki : Gerakan normal, tampak normal, jumlah jari.


 Punggung dan anus : Pembengkakan/ ada cekungan, spina bifida/ tidak, ada anus/
tidak, berlubang/ tidak.
 Kulit : Verniks, warna, pembengkakan, tanda-tanda lahir.
 Sistem syaraf : Adanya reflek morro, lakukan rangsangan dengan suara keras yaitu
pemeriksa bertepuk tangan.
 Identifikasi bayi
 Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu dipasang segera pasca
persalinan. Alat yang digunakan, hendaknya kedap air, dengan tepi yang harus
tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas.pada alat/ gelang
identifiksi harus tercantum: Nama (bayi, ibunya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis
kelamin, unit. Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan
nama, tanggal lahir, nomor identifikasi.
 Ukurlah BB, PB, LIKA, LIDA, LILA, lingkar perut bayi dan catat rekam medis.
d Tentukan nilai apgar skor

2.Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang sering muncul
 Risiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan jumlah lemak
subkutan dan permukaan tubuh besar
 Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau teknik mencuci tangan yang
kurang oleh petugas kesehatan dan orang tua
 Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan transisi dari janin ke sirkulasi
neonatal, dingin distres, atau produksi lendir yang berlebihan
 Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan asupan oral terbatas
 Risiko defisit pengetahuan berhubungan dengan pertama kali menjadi orang tua atau
sumberdaya belajar terbatas
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi saluran nafas
(mukus, darahdan cairan amnion), ketidakmampuan untuk batuk atau mengeluarkan
dahak
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, pola pernafasan
tidak efektif.

3.Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan 1
 Menjaga suhu bayi dengan menutup pintu
 Jaga BBL agar tetap hangat dengan selimut kering
 Tempatkan topi/penutup kepala BBL
 Tempatkan BBL dengan kontak kulit ke kulit pada orang tua dan selimut hangat
menutupi ibu dan BBL
 Monitor suhu sesuai protokol RS
 Beritahu dokter atau perawat praktisi jika suhu neonatus masih rendah atau sudah
baik.

Diagnosa keperawatan 2
 Pantau kulit apakah terjadi kerusakan jaringan
 Monitor suhu sesuai protokol RS
 Jaga kulit bersih dan kering
 Instruksikan orang tua dan pengunjung yang tepat
 Cuci tangan sebelum menyentu neonatus.
 Instruksikan orang tua untuk mencuci tangan setelah mengganti popok
 Beri tahu dokter atau perawat praktisi jika neonatus yang letargi/lemah, suhu
meningkat atau lesi pada kulit.
Diagnosa keperawatan 3
 Monitor pernafasan dan fungsi jantung sesuai protokol RS
 Auskultasi suara nafas
 Kaji adanya dan lokasi sianosis
 Hisap mulut dan hidung
 Berikan oksigen sesuai protokol/order
 Laporkan tanda tanda distress pernafasan kepada dokter /perawat praktisi.
Diagnosa keperawatan 4
 Monitor intake dan output
 Monitor tanda tanda dehidrasi, yaitu fontanel cekung, turgor kulit buruk, membran
mukosa kering.
 Berikan pemberian makan/cairan secara oral
Diagnosa keperawatan 5
 Kaji tingkat pengetahuan orang tua
 Berikan informasi tentang karakteristik dan perilaku bayi baru lahir
 Berikan informasi tentang perawatan bayi baru lahir
 Bantu orang tua dengan mengurus bayi mereka
 Puji orang tua untuk perawatan mereka dari mereka baru lahir
4.Implementasi keperawatan
Menurut lowdermik
 Mempertahan kan bersihan jalan nafas yang efektif
 Mempertahankan pola nafas yang efektif
 Mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuan.
 Mempertahankan temperaturtubuh yang efektif
 Mencegah terjadinya infeksi
 Mencegah terjadinya cedera dan memberikan keamanan pada lingkungan bayi
 Mengkaji hidrasi dan tanda tanda dehidrasi
 Mencegah terjadinya konstipasi
 Menjelaskan tentang perawatan bayi
 Anjurkan ibu untuk memberkan asi minimal 2 atau 3 jam sekali, namun jika bayi
memerlukan lebih dari itu maka sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan bayi.
 Anjurkan pada keluarga untuk menjemur bayi 5 sampai 10 menit tiap pagi hari
 Anjurkan kepada keluarga untuk selalu merawat tali pusat selama tali pusat belum
lepas.
 Anjurkan keluarga untuk selalu memandikan bayi atau selalu memperhatikan
kebersihan bayi.
 Anjurkan keluarga untuk selalu memberikan imunisasi kepada anak merika.

5.Evaluasi keperawatan
Evaluasi harus didasarkan implementasi yang telah dilakukan. Perencanaan di tinjau
ulang sesuai kebutuhan berdasarkan temuan evaluasi lowdermik.
 Suhu tubuh BBL akan berada dalam batas normal. Dan kulit akan menjadi merah
muda dan tera hangat saat disentuh.
 BBL tidak akan menunjukkan tanda tanda atau gejala dari suau infeksi.
 Tingkat pernafasan BBL dan denyut jantung akan berada dalam rentang normal , kulit
akan menjadi merah muda dan jalan nafas akan tetap bersih.
 BBL akan BAK 6 kali sehari
 Orang tua akan merespon kebutuhan bayi mereka
 Bersihan jalan nafas efektif, ganguan pertukaran gas teratasi , kebutuhan nutrisi
adekuat.
 Perubahan temperatur tubuh tidak terjadi
 Infeksi tidak terjadi, cedera tidak terjadi
 Kebutuhan caian aekuat
 Konstipasi tidak terjadi
 Keluarga dapat mengetahui tentang cara perawatan bayi

DAFTAR PUSTAKA

Anita Lochkart RN.MSN, Dr. Lyndon Saputra. (2014). Asuhan Kebidanan, Neonatus Normal
dan Patologis. Tanggerang: Binarupa Aksara.

Departemen Kesehatan RI. (2007). Buku Acuan dan Panduan Asuhan Persalinan Normal
dan Inisiasi Menyusui Dini . Jakarta : JNPK-KR.

Dewi, Vivian. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Marmi, Rahardjo. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Monks,F.J. Knoerrs, A.M.P. Haditono, Siti Rahayu. Psikologi Perkembangan.


Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. 1998.

Perry, dkk. (2007). Maternity & Newborn Nursing 2nd Edition. United States of Amerika :
Elsevier.

Prawirohardjo , Sarwono. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Winkjosastro, Hanifah. (2006). Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai