Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA NEONATUS

Mata Kuliah Stase Keperawatan Anak


Tanggal Praktik 2 Januari 2018 Tahun Akademik 2017/2018

Nama Mahasiswa : Affan Musthafa


NPM : 417.C.0029

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA
CIREBON
2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Peserta Didik : Affan Musthafa
Tanggal Praktik : 2 Januari 2018
NPM : 417.C.0029
Lahan Praktik : Poli Tumbuh Kembang RSD Gunung Jati Cirebon

1. Definisi

Neonatus (bayi baru lahir) normal adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu lahir
biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu.Bayi lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala
secara spontan tanpa gangguan,menangis kuat,nafas secara spontan dan teratur, berat badan antara
2500-4000 gram dan panjangnya 14-20 inci (35.6-50.8 sentimeter, walaupun bayi baru lahir pramasa
adalah lebih kecil).
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam
pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir akan menunjukkan usaha napas pernapasan
spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah
asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42
minggu dan dengan berat 2.500-4.000 gram.

Masa bayi baru lahir (Neonatal) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :


a. Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat kelahiran sampai 15 dan 30 menit setelah
kelahiran
b. Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai sekitar akhir
minggu kedua dari kehidiupan pascamatur

2. Adaptasi Fisiologi
Adapun tujuan utama dari adaptasi fisiologi BBL adalah untuk mempertahankan hidupnya
secara mandiri dengan cara :
a. Bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri.
b. Mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup.
c. Mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.
Perubahan sistem pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah
bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar
usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang
akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya
jumlah surfaktan.

b. Awal adanya napas


Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak.
Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang
merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system
pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan
akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin,
tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas


Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-
paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali. Agar alveolus dapat
berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru –
paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-
paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.

d. Dari cairan menuju udara


Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir
selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang
pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari
paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler


Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami
vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan
memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam
alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi
janin menjadi sirkulasi luar rahim.

Perubahan pada sistem peredaran darah


Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan
sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik,
kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
b. Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.

Pengaturan Suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi.
Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin ,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus
menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak
coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin.

Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang
bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Sehingga upaya
pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan tenaga kesehatan (perawat dan bidan)
berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.

Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan
penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1
sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat
glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen
yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati,
selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang
mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran.

Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi
cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan
berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami
hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi
berkurang (digunakan sebelum lahir).

Perubahan sistem gastrointestinal


Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan
reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup
bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus
bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan
neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan.
Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.

Sistem kekebalan tubuh/ imun


Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:

perlindungan oleh kulit membran mukosa

fungsi saringan saluran napas


pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL
membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya
BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. BBL dengan
kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama
selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi
bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada
praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta
pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir

Kondisi yang mempengaruhi penyesuaian diri pada kehidupan pascanatal antara


lain:
a. Lingkungan pranatal, dimana pada waktu dilingkungan pranatal tidak di rawat oleh ibunya
sehingga dilingkungan pascanatal meempengaruhi perkembangannya.
b. Jenis persalinan, mudah atau sulitnya persalinan mempengaruhi penyesuaian pascanatal.
c. Pengalaman yang berhubungan dengan persalinan, ada dua pengalaman yang berpengaruh
besar pada penyesuaian pascanatal,yaitu seberapa jauh ibu terpengaruh oleh obat-obatan dan
mudah sullitnya bayi bernapas.
d. Lamanya periode kehamilan, jika bayi yang dilahirkan sebelum waktunya di sebut premature,
sedangkan yang terlambat disebut postmatur. Abortus : bayi lahir dengan berat badan kurang
dari 500 g, dan / atau usia gestasi kurang dari 20 minggu. Angka harapan hidup amat sangat
kecil, kurang dari 1%
e. Sikap Orang tua, sikap yang menyenangkan dari orang tua memperlakukan bayinya itu akan
mendorong penyesuaian yang baik.
f. Perawatan pascanatal, yaitu ada tiga aspek : pertama kebutuhan tubuh, kedua rangsangan
yang diberikan.dan ketiga kepercayaan orang tua.

4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Penilaian Awal
Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi tubuh.
Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat essensial dan
kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernapasan, denyut jantung, sirkulasi darah
dan refleks – refleks primitive seperti menghisap dan mencari putting susu. Bila tidak
ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun dengan cepat dan
bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi mungkin dapat pulih kembali dengan
spontan dalam 10 – 30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk
cacat.

o Pemeriksaan tanda – tanda vital


 Suhu tubuh
Pada saat lahir suhu tubuh bayi hampir sama dengan suhu tubuh ibunya. Namun
demikian bayi memiliki sedikit lemak, luas permukaan tubuh yang besar dan sirkulasi
pernapasan yang belum sempurna, sehingga bayi mudah jatuh dalam kondisi hipotermi.
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5 derajat celcius - 37,5 derajat
celcius pada pengukuran diaksila.
 Nadi
Denyut nadi bayi tergantung dari aktivitas bayi. Nadi dapat menjadi tidak teratur
karena adanya rangsangan seperti menangis, perubahan suhu yang tiba
– tiba. Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120 – 140 kali permenit.
 Pernapasan
Pernapasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya.
Pernapasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit. Pernapasan juga dipengaruhi
oleh aktivitas bayi seperti menangis, serta perubahan suhu yang tiba-tiba.

o Bayi dinyatakan cukup bulan, jika usia gestasinya lebih kurang 36 – 40 minggu.
Maturitas bayi mempengaruhi kemampuannya untuk beradaptasi di luar rahim (uterus)
o Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium. Tinja bayi pada 24 jam pertama
kelahiran hingga 2 atau 3 hari berbentuk mekonium yang berwarna hijau tua yang berada
di dalam usus bayi sejak dalam kandungan ibu. Mekonium mengandung sejumlah cairan
amnion, verniks, sekresi saluran pencernaan, empedu, lanugo dan zat sisa dari jaringan
tubuh.

o Bayi menangis atau bernapas. Sebagian besar bayi bernapas spontan. Perhatikan
dalamnya pernapasan, frekuensi pernapasan, apnea, napas cuping hidung, retraksi otot
dada. Dapat dikatakan normal bila frekuensi pernapasan bayi jam pertama berkisar 80 kali
permenit dan bayi segera menangis kuat pada saat lahir.
o Tonus otot bayi baik atau bayi bergerak aktif. Pada saat lahir otot bayi lembut dan
lentur. Otot – otot tersebut memiliki tonus, kemampuan untuk berkontraksi ketika ada
rangsangan, tetapi bayi kurang mempunyai kemampuan untuk mengontrolnya. Sistem
neurologis bayi secara anatomi dan fisiologis belum berkembang sempurna, sehingga bayi
menunjukkan gerakan – gerakan tidak terkoordinasi, control otot yang buruk, mudah
terkejut, dan tremor pada ekstremitas.
o Warna kulit bayi normal. Perhatikan warna kulit bayi apakah warna merah muda, pucat,
kebiruan, atau kuning, timbul perdarahan dikulit atau adanya edema. Warna kulit bayi
yang normal, bayi tampak kemerah – merahan. Kulit bayi terlihat sangat halus dan tipis,
lapisan lemak subkutan belum melapisi kapiler. Kemerahan ini tetap terlihat pada kulit
dengan pigmen yang banyak sekalipun dan bahkan menjadi lebih kemerahan ketika bayi
menangis.
o Berat badan bayi
Berat badan bayi pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir.
Adapun pembagian kriteria berat badan baru lahir adalah:
 Bayi berat lahir cukup : bayi dengan berat lahir > 2500 g kurang dari 4000gr
 Bayi berat lahir rendah (BBLR) / Low birthweight infant : bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 1500 – 2500 g.
 Bayi berat besar: bayi dengan berat badan lahir > 4.000 gram

APGAR
Penilaian APGAR skor ini dilakukan pada menit pertama kelahiran untuk memberi
kesempatan kepada bayi memulai perubahan kemudian menit ke-5 serta pada menit ke-10.
Penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah dan perlu tindakan
resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang,
nilai yang rendah berhubungan dengan kondisi neurologis. Pelaksanaannya APGAR cukup
kompleks karena pada saat bersamaan penolong persalinan harus menilai lima parameter
yaitu denyut jantung, usaha napas, tonus otot, gerakan dan warna kulit. Dari lima variable
nilai APGAR hanya pernapasan dan denyut jantung yang berkaitan erat dengan terjadinya
hipoksia dan anoksia.

Prosedur penilaian APGAR :


 Pastikan pencahayaan baik
 Catat waktu kelahiran, nilai APGAR pada 1 menit pertama dg cepat & simultan.
 Jumlahkan hasilnya
 Lakukan tindakan dg cepat & tepat sesuai dg hasilnya
 Ulangi pada menit kelima
 Ulangi pada menit kesepuluh
 Dokumentasikan hasil & lakukan tindakan yg sesuai

Penilaian :
 Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
 Nilai tertinggi adalah 10
 Nilai 7-10 menunjukkan bahwa by dlm keadaan baik
 Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan tindakan
resusitasi
 Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan resusitasi
segera sampai ventilasi

Pemeriksaan Fisik
 Kepala
Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preaterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala tumpang tindih
yang disebut moulding atau moulase. Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun –ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior
harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus,
sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini
diakibatkan peningkatan tekanan intracranial, sedangkan yang cekung dapat terjadi akibat
dehidrasi.

Terkadang teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi
karena adanya trisomi 21.
Pemeriksaan adanya trauma kelahiran misalnya : caput suksedaneum, sefalhematoma,
perdarahan subaponeurotik/ fraktur tulang tengkorak. Perhatikan adanya kelainan congenital
seperti : anensefali, mikrosefali, kraniotabes dan sebagainya.
 Telinga
Pemeriksaan jumlah, bentuk dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan
sudah matang. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
terdapat pada bayi yang mengalami sindrom tertentu (Pierre – robin). Perhatikan adanya kulit
tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.

 Mata
Hipertelorisme okular, mata dengan jarak lebar, jarak lebih dari 3 cm antara kantus
mata bagaian dalam dapat dideteksi. Periksa jumlah, posisi atau letak mata. Periksa adanya
strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna. Periksa adanya glaukoma kongenital,
mulanya akan tampak sebagai pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea. Katarak
congenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil harus tampak bulat.
Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci (kolobama) yang dapat mengindikasikan
adanya defek retina. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau
retina, adanya secret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus dapat terjadi
panoftalmia dan menyebabkan kebutaan. Apabila ditemukan epichantus melebar
kemungkinan bayi mengalami sindrom down.
 Hidung dan mulut
Bibir bayi baru lahir harus kemerahan dan lidahnya harus rata dan simetris. Bibir
dipastikan tidak adanya sumbing, dan langit – langit harus tertutup. Refleks hisap bayi harus
bagus, dan berespons terhadap rangsangan. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup
bulan lebarnya harus lebih dari 2,5 cm.
Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung
atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah, hal ini
kemungkinan adanya sifilis congenital. Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping
hidung mengembang menunjukkan adanya rangsangan pernapasan.

 Leher
Ukuran leher normalnya pendek dengan banyak lipatan tebal. Leher
berselaput berhubungan dengan abnormalitas kromosom. Periksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan ada kelainan
tulang leher. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pada fleksus
brakhialis. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan. Periksa adanya
pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian
belakang leher menunjukkan adanya kemungkinan trisomi 21.

 Dada
Kontur dan simetrisitas dada normalnya adalah bulat dan simetris. Payudara baik
pada laki – laki maupun perempuan terlihat membesar karena pengaruh hormone wanita dari
darah ibu. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia diafragmatika.
Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen bergerak secara bersamaan. Tarikan
sternum atau interkostal pada saat bernapas perlu diperhatikan.
 Bahu, lengan dan tangan
Gerakan normal, kedua lengan harus bebas bergerak, jika gerakan kurang
kemungkinan adanya kerusakan neurologis atau fraktur. Periksa jumlah jari. Perhatikan
adanya polidaktili atau sidaktili. Telapak tangan harus dapat terbuka, garis tangan yang hanya
satu buah berkaitan dengan abnormalitas kromosom, seperti trisomi 21. Periksa adanya
paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut, sehingga menimbulkan luka dan
perdarahan.
 Perut
Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat. Perut
harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan gerakan dada saat bernapas. Kaji
adanya pembengkakan, jika perut sangat cekung, kemungkinan terdapat hernia diafragmatika,
perut yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau tumor lainnya. Jika
perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel atau duktus
omfaloentriskus persisten.
 Kelamin
Pada wanita labia minora dapat ditemukan adanya verniks dan smegma (kelenjer
kecil yang terletak di bawah prepusium mensekresi bahan yang seperti keju) pada lekukan.
Labia mayora normalnya menutupi labia minora dan klitoris. Klitoris normalnya menonjol.
Menstruasi palsu kadang ditemukan, diduga pengaruh hormon ibu disebut juga
psedomenstruasi. Normalnya terdapat umbai himen. Pada bayi laki-laki rugae normalnya
tampak pada skrotum dan kedua testis turun kedalam skrotum. Meatus urinarius normalnya
terletak pada ujung glands penis. Epispadia adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
kondisi meatus berada dipermukaan dorsal. Hipospadia untuk menjelaskan kondisi meatus
berada dipermukaan ventral penis.

 Ekstremitas atas dan bawah


Ekstremitas bagian atas normalnya fleksi dengan baik, dengan gerakan yang simetris. Refleks
menggenggam normalnya ada. Kelemahan otot parstial atau komplet dapat menandakan
trauma pada pleksus brakhialis. Nadi brakhialis normalnya ada. Ekstremitas bagian bawah
normalnya pendek, bengkok dan fleksi dengan baik. Nadi femoralis dan pedis normalnya ada.
 Punggung
Periksa spina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda abnormalitas seperti
spina bifida, pembengkakan atau cekungan, lesung atau bercak kecil berambut yang dapat
menunjukkan adanya abnormalitas medulla spinalis atau kolumna vertebra.
 Kulit
Verniks (tidak perlu dibersihkan karena adanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi),
warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam, tanda – tanda lahir. Perhatikan adanya
lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang bulan.
 Refleks
Refleks berkedip, batuk, bersin, dan muntah ada pada waktu lahir dan tetap tidak berubah
sampai masa dewasa. Beberapa refleks lain normalnya ada waktu lahir, yang menunjukkan
imaturitas neurologis, refleks – refleks tersebut akan hilang pada tahun pertama. Tidak adanya
refleks – refleks ini menandakan masalah neurologis yang serius.

Tes Darah
o Jumlah sel darah putih (SDP) : 18000/mm3, neutrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
o Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan).
o Hematokrit (Ht) 43-61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan polisitemia,
penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragi prenatal/perinatal).
o Bilirubin total : 6mg/dl pada hari pertama kehidupan, lebih besar 8mg/dl 1-2 hari dan
12mg/dl pada 3-5 hari.

5. Penatalaksanaan Medis

a. Non Farmakologi
Pengukuran nilai APGAR Score (pada menit pertama dan menit kelima setelah dilahirkan)
Kontrol suhu, suhu rektal sekali kemudian suhu aksila
Penimbangan BB setiap hari
Jadwal menyusui
Higiene dan perawatan tali pusat
b. Farmakologi Suction dan oksigen Vitamin K
Perawatan mata (obat mata entromisin 0,5% atau tetrasimin 1%, perak nitral atau neosporin).
Vaksinasi hepatitis B direkomendasikan untuk semua bayi. Tempat yang biasa dipakai untuk
menyuntikkan obat ini pada bayi baru lahir adalah muskulus vastus lateralis.

DAFTAR PUSTAKA

Aras, Sitti. 2011. Asuhan pada Bayi Baru Lahir. http://www.fk.unair.ac.id/pptfiles/


ADAPTASI%20BBL%20PW.ppt .

Hapsari. 2009. Termogulasi Pada Bayi Baru Lahir(Perlindungan Termal). Jakarta: EGC

Kemenkes. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan
Anak.http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/ PANDUAN-
YANKES-BBL-BERBASIS-PERLINDUNGAN-ANAK.pdf
Maryati, Ida. Adaptasi Bayi Baru Lahir. 2011. http://blogs.unpad.ac.id/maryati/files/2011/01/ Adaptasi-
Bayi-Baru-Lahir-terhadap-Kehidupan-di1.pdf.
Muslihatun, wafi nur.2010.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya

Rukiyah, Yeyeh, Ayi.Yulianti, Lia.2010.Asuhan Neonatus, Bayu dan Anak Balita. CV. Trans Info
Media. Jakarta Timur.
Simanjuntak, C M. 2013. Adaptasi Fisiologis BBL. http://www.akperhkbp.ac.id/wp-
content/uploads/2013/07/Adaptasi-fisiologis-BBL.pdf.Winknjsastro,

Anda mungkin juga menyukai