Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

OLEH
NI PUTU MERRY TASIA S
219012669

PROGRAM STUDI NERS (PROFESI)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
2021
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) adalah bayi baru lahir dengan berat badan 2500
gram/lebih rendah (WHO 2015). Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants (BBLR).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram. Dahulu neonatus dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur.
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gr tanpa memperhatikan usia gestasi (Donna L Wong, 2004).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang
mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
Jadi dapat disimpulkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu

2. Epidemiologi
Menurut data angka kejadian BBLR di Rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada
tahun 1986 adalah 24%. Angka kematian perinatal di rumah sakit dan tahun yang sama
adalah 70% dan 73% dari seluruh kematian di sebabkan oleh BBLR (Prawirohardjo, 2005).
Melihat dari kejadian terdahulu BBLR sudah seharusnya menjadi perhatian yang mutlak
terhadap para ibu yang mengalami kehamilan yang beresiko karena dilihat dari frekuensi
BBLR di Negara maju berkisar antara 3,6 – 10,8 %, di Negara berkembang berkisar antara 10
– 43 %. Dapat di dibandingkan dengan rasio antara Negara maju dan Negara berkembang
adalah 1 : 4.
3. Etiologi
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang
berhubungan, yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya: perdarahan
antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia gravidarum dan
nefritis akut.
2) Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 tahun, dan multi
gravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia
antara 26 – 35 tahun.
3) Keadaan sosial ekonomi
Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian
tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan
oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan
yang tidak sah. Ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir
dari perkawinan yang sah. Selain itu angka prematur terjadi pada ibu yang
pekerja keras.
4) Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
b. Faktor kehamilan
1) Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
2) Komplikasi kehamilan: preeklamsia atau eklamsia, ketuban pecah dini
c. Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor janin
1) Cacat bawaan, infeksi dalam Rahim
e. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4. Patofisiologi
Penyebab pasti bayi lahir dengan berat badan rendah belum diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang berhubungan dengan bayi yang lahir dengan berat badan
rendah seperti faktor ibu yang meliputi usia ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun, faktor penyakit ibu seperti riwayat DM, hipertensi, perdarahan antepartum, trauma
fisik dan psikologis, faktor sosial ekonomi yang rendah atau faktor lainnya seperti riwayat ibu
perokok atau menggunkan zat adiktif. Faktor kehamilan seperti hidraniom, kehamilan ganda,
preeklamsi/eklamsi, ketuban pecah dini. Faktor janin seperti cacat bawaan dan infeksi dalam
rahim. Riwayat ibu yang perokok atau pecandu alkohol dapat menyebabkan terakumulasinya
nikotin dan zat adiktif dalam tubuh hal ini akan menyebabkan peningkatan jumlah
katekolamin dalam tubuh sehingga akan menyebabkan vasokontriki pembuluh darah. Selain
menyebabkan terakumulasinya nikotin dan zat adiktif, rokok dan alkohol akan menyebabkan
tertimbunnya bahan radikal bebas serta oksidan dalam tubuh. Hal tersebut akan menyebabkan
kerusakan endotel dan akhirnya menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga suplai
oksigen dan nutri fetus menurun. Pada akhirnya semua faktor di atas akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan fetus. Sehingga bayi akan lahir dengan berat badan rendah.
Semakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko gizinya.
Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya antara lain menurunnya
simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi
preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.
BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar
108 kkal/kg/hari. Faktor berikutnya adalah belum matangnya fungsi mekanis dari saluran
pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk
mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42
minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada
bayi preterm.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang
bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primary Gasping” yang kemudian
akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas/pengangkutan O2
selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan
dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (primany apnea) disertai dengan
penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping)
yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas
ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea).Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.

5. Pathway
(Terlampir)

6. Klasifikasi BBLR
Berdasarkan berat badan lahir, BBLR dibagi menjadi :
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500gr
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLRS) atau very Low Birth Birth
Weight(VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan antara 1000-
1500gr
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 1000gr
7. Gejala Klinis
a. Fisik
1) Bayi kecil
2) Pergerakan kurang dan masih lemah
3) Kepala lebih besar dari pada badan
4) Berat badan < 2500 gram
b. Kulit dan kelamin
1) Kulit tipis dan transparan
2) Lanugo banyak
3) Rambut halus dan tipis
4) Genetalia belum sempurna
c. Sistem syaraf
1) Refleks moro
2) Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna
d. Sistem muskuloskeletal
1) Axifikasi tengkorak sedikit
2) Ubun – ubun dan satura lebar
3) Tulang rawan elastis kurang
4) Otot – otot masih hipotonik
5) Tungkai abduksi
6) Sendi lutut dan kaki fleksi
7) Kepala menghadap satu jurusan
e. Sistem pernafasan
1) Pernafasan belum teratur sering apnoe
2) Frekuensi nafas bervariasi

8. Pemeriksaan Doagnosis dan Penunjang


Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009):
a. Jumlah sel darah putih: 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-
24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
b. Hematokrit (Ht): 43%- 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic
prenatal/perinatal).
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia
atau hemolisis berlebihan).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12
mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-
rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl): biasanya dalam batas normal pada awalnya.
g. Pemeriksaan Analisa gas darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres
pernafasan bila ada.
Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg 4) PO2 : 80-100 mmHg
4) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
h. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar
elektrolit.
i. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahirdengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jamatau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas.
9. Therapy/Tindakan Penanganan
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
b. Suhu tubuh
Bayi dengan berat badan lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu
rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C. Bayi berat rendah harus diasuh dalam
suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha
metabolic yang minimal. Bayi berat lahir rendah yang dirawat dalam suatu tempat
tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu
perawatan harus diatas 250C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai
300C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram.
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju”. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai
sekitar 29,40 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih
kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang
adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan
lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30
– 35% dengan menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang
panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi.
Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan
sebelum dan sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat
diberikan melalui kateter (sonde), terutama pada bayi yang reflek hisap dan
menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih
banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.
g. Metode kanguru
Metode kanguru atau perawatan bayi lekat ditemukan sejak tahun 1983, sangat
bermanfaat untuk merawat bayi yang lahir dengan berat badan rendah baik selama
perawatan di rumah sakit ataupun di rumah. Metode kanguru mampu memenuhi
kebutuhan asasi bayi berat lahir rendah dengan menyediakan situasi dan kondisi
yang mirip dengan rahim ibu, sehinggga memberi peluang untuk dapat beradaptasi
baik dengan dunia luar (Prawirohardjo,2005)

10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani, 2009):
a Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir
yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru – paru sebelum atau
sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
b Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40mg/dL.
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah, terutama
pada laki – laki.
c Penyakit membran hialin
Penyakit membran hialin disebabkan karena membran surfaktan belum sempurna
atau cukup, sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak
tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi
untuk pernafasan berikutnya.
d Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
e Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalah meningginya kadar bilirubin
di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu.
b. Keluhan utama
Sesak, pernafasan tidak teratur
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minggu ,berat badan kurang
atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan
yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10 normal.
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda, hidramnion.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB Paru, tumor
kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi: reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi
kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi urin
rendah
g. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular: frekuensi dan irama jantung rata-rata 120
sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis
atau pucat, pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3 detik).
2) Sistem pernapasan: bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal, frekuensi dan keteraturan pernapasan
rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau
ronchi.
3) Sistem gastrointestinal: distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau),
BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan
mengisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria: abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah,
warna, berat jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal: gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi,
ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago
telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
6) Sistem thermogulasi (suhu): suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7) Sistem kulit : keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
8) Pemeriksaan fisik: berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram,
panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari
30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo
pada punggung dan wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada
laki-laki skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum
turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
h. Pengkajian Reflek Bayi
1) Reflek moro (kaget)
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan.
2) Reflek rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
3) Refleks sucking (isap)
Terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan.
4) Reflek Swallowing
Terjadi apabila bayi menelan air susu ibu.
5) Refleks Tonikneck
Terjadi apabila kepala bayi kita angkat dan mendapat tahanan pada kepala
bayinya.
6) Refleks Plantar
Terjadi apabila tangan kita dapat di genggam oleh tangan bayi
7) Refleks Babinsky
Terjadi apabila telapak kaki bayi kita sentuh dan akan terjadi kerutan pada
telapak kaki bayinya itu menandakan turgor kulit bayi negative / jelek ,
sebaliknya apabila tidak ada kerutan pada telapak kaki bayinya berarti turgor
kaki bayi negative /baik .
8) Reflek Walking
Terjadi apabila bayinya kita angkat akan terjadi reaksi pada kakinya seperti
berjalan.
i. Pengkajian APGAR
Penilaian APGAR score ini biasanya dilakukan sebanyak 2 kali yaitu 5 menit
pertama bayi baru lahir dan 5 menit kedua atau 10 menit pertama bayi baru lahir.
Secara garis besar, penilaian APGAR score ini dapat disimpulkan seperti berikut ini:
1) Appearance atau warna kulit:
 Nilai APGAR 0 jika kulit bayi biru pucat atau sianosis
 Nilai APGAR 1 jika tubuh bayi berwarna merah muda atau kemerah
merahan sedangkan ekstremitas ( tangan dan kaki) berwarna biru
pucat
 Nilai APGAR 2 jika seluruh tubuh bayi berwarna merah muda atau
kemerahan
2) Pulse atau denyut jantung:
 Nilai APGAR 0 jika bunyi denyut jantung tidak ada atau tidak
terdengar
 Nilai APGAR 1 jika bunyi denyut jantung lemah dan kurang dari 100
x/menit
 Nilai APGAR 2 jika denyut jantung bayi kuat dan lebih dari 100
x/menit
3) Gremace atau kepekaan reflek bayi
 Nilai APGAR 0 jika bayi tidak berespon saat di beri stimulasi
 Nilai APGAR 1 jika bayi meringis, merintih atau menangis lemah
saat di beri stimulasi
 Nilai APGAR 2 jika bayi menangis kuat saat bayi diberi stimulasi
4) Activity atau tonus otot
 Nilai APGAR 0 jika tidak ada gerakan
 Nilai APGAR 1 jika gerakan bayi lemah dan sedikit
 Nilai APGAR 2 jika gerakan bayi kuat
5) Respiration atau pernafasan
 Nilai APGAR 0 jika tidak ada pernafasan
 Nilai APGAR 1 jika pernafasan bayi lemah dan tidak teratur
 Nilai APGAR 2 jika pernafasan bayi baik dan teratur
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas otot – otot pernafasan
dan penurunan ekspansi paru
1) Gejala dan tanda mayor
Gejala Dan Tanda Mayor Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif
1. Disp 1. Ortopnea
nea Objektif
Objektif 1. Pernapasan pursed-lip
1. 2. Pernapasan cuping hidung
pernapasan 3. Diameter thoraks anterior-
2. posterior meningkat
3. 4. Ventilasi semenit menurun
(takipnea, bradipnea, 5. Kapasitas vital menurun
hiperventilasi, kussmaul, 6. Tekanan ekspirasi menurun
cheyne-stokes) 7. Tekanan inspirasi menurun
8. Ekskursi dada berubah

b. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan imaturitas fungsi


termoregulasi, penurunan jaringan lemak subcutan.
Gejala Dan Tanda Mayor Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif
(tidak tersedia) (tidak tersedia)
Objektif Objektif
1. Kulit dingin/hangat 1. Piloereksi
2. Menggigil 2. Pengisian kapiler >3 detik
3. Suhu tubuh fluktuaktif 3. Tekanan darah meningkat
4. Pucat
5. Frekuensi napas meningkat
6. Takikardia
7. Kejang
8. Kulit kemerahan
9. Dasar kuku sianotik

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi,


imaturitas peristaltik gastrointestinal
Gejala Dan Tanda Mayor Gejala Dan Tanda Minor
Subjektif Subjektif
(tidak tersedia) 1. Cepat kenyang setelah makan
2. Kram/nyeri abdomen
3. Nafsu makan menurun
Objektif
Objektif 1. Bising usus hiperaktif
Berat badan menurun 2. Otot pengunyah lemah
minimal 10% dibawah rentang 3. Otot menelan lemah
ideal 4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare

d. Risiko infeksi berhubungan dengan imaturitas fungsi imunologik


3. Intervensi
No No. Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx
1. 1 Setelah diberikan asuhan a Monitor pola napas a. Untuk menentukan
keperawatan selama ... x... (frekuensi, data dasar dan tingkat
jam diharapkan pola nafas kedalaman, usaha perkembangan status
efektif dengan kriteria napas) kesehatan klien
hasil: b Monitor bunyi b. Untuk membantu

Nafas spontan, adekuat nafas tambahan memantau kondisi

RR dalam batas normal (mis. gurgling, perkembangan klien
: 30 – 60 x / mnt wheezing, mengi, dan mengantisipasi

Pola nafas reguler ronchi kering) kondisi yang semakin

Tidak ada retraksi buruk

dinding dada c Posisikan c. Untuk menghasilkan



Tidak ada penggunaan semifowler atau perbaikan oksigenasi

otot bantu pernafasan fowler dan mencegah


penyempitan jalan
nafas.
d Lakukan d. Untuk membantu
penghisapan lendir pembersihan
kurang dari 15 tersumbatnya jalan
detik napas
e Berikan oksigen, e. Untuk membantu
jika perlu memenuhi kebutuhan
oksigen bayi tanpa
melukai saluran
pernafasan bayi.
f Kolaborasi f. Untuk membantu jika
pemberian adanya penyempitan
bronkodilator, dan penumpukan
ekspektoran, lendir atau dahak di
mukolitik, jika saluran pernafasan.
perlu
2 2 Setelah diberikan asuhan a Monitor suhu a. Untuk menentukan
keperawatan selama ...x.... tubuh sampai stabil data dasar dan
diharapkan suhu bayi (36,50C - 37,50C) intervensi selanjutnya
stabil, dengan kriteria b Monitor suhu b. Untuk mengetahui
hasil: tubuh anak tiap perkembangan

Suhu 36,5 0C -37,2 0C dua jam, jika perlu keadaan anak

Akral hangat c Monitor tekanan c. Untuk memantau

Bayi tidak menggigil darah, frekuensi kondisi anak

atau kulit teraba panas pernapasan dan


nadi
d Monitor dan catat d. Untuk mengetahui
tanda dan gejala kondisi bayi dan
hipotermia atau keberhasilan
hipertermia intervensi
e Pertahankan e. Untuk
kelembapan mempertahankan
inkubator 50% atau suhu tubuh bayi stabil
lebih untuk
mengurangi
kehilangan panas
karena proses
evaporasi
f Atur suhu f. Untuk
inkubator sesuai mengembalikan suhu
kebutuhan tubuh ke keadaan
normal dan mencegah
kehilangan panas
yang berlebihan
g Demonstrasikan g. Untuk mengajarkan
teknik perawatan ibu agar terbiasa
metode kanguru untuk dapat
(PMK) untuk bayi memberikan
BBLR kehangatan pada bayi
h Kolaborasi h. Untuk membantu
pemberian proses penyembuhan
antipiretik, jika bayi
perlu
3. 3 Setelah diberikan asuhan a Identifikasi status a. Untuk menentukan
keperawatan selama ... x... nutrisi data dasar dan
jam diharapkan nutrisi menentukan
adekuat intervensi
Kriteria Hasil : selanjutnya

Berat badan naik 10-30 b Monitor berat b. Untuk mengetahui
gram / hari badan perkembangan bayi

Tidak ada edema c Observasi dan catat c. Untuk menentukan

Protein dan albumin toleransi minum intervensi
darah dalam batas ASI selanjutnya
normal d Catat intake dan d. Untuk memastikan
Protein : 0 – 8 mg/dL output jumlah nutrisi yang
Albumin : 10 – 100 masuk dan keluar
mg/hari sehingga mampu
untuk
memperkirakan
kebutuhan kalori
yang telah diperoleh
e Berikan ASI/PASI e. Untuk membantu
dengan metode memenuhi
yang tepat kebutuhan nutrisi
secara optimal
f Timbang berat f. Untuk memantau
badan setiap hari perkembangan
nutrisi dan
kebutuhan klien
g Ajarkan atau bantu g. Untuk
ibu mengeluarkan mempertahankan
ASI laktasi sampai bayi
dapat menyusui ASI
h Kolaborasi dalam h. Untuk alternatif lain
pemberian total untuk memenuhi
parenteral nutrition kebutuhan nutrisi
kalau perlu klien jika klien tidak
mampu menerima
asupan nutrisi
4 4 Setelah diberikan asuhan a Monitor tanda dan a. Untuk deteksi dini
keperawatan selama ... x... gejala infeksi lokal adanya kelainan
diharapkan bayi tidak dan sistematik
terinfeksi b Cuci tangan b. Untuk mencegah
Kriteria Hasil : sebelum dan pemaparan infeksi

Klien bebas dari tanda- sesudah kontak pada bayi
tanda infeksi dengan pasien dan

WBC = 5000 – lingkungan pasien
10.000/mm3 c Ajarkan cara c. Untuk nencegah
mencuci tangan infeksi pada bayi
dengan benar
d Lakukan perawatan d. Untuk mencegah
tali pusat pemaparan infeksi
pada bayi
e Hindari bayi dari e. Untuk mengetahui
orang-orang yang data dasar adanya
terinfeksi kalau tanda – tanda infeksi
perlu rawat dalam
inkubator
f Kolaborasi f. Untuk mencegah
pemberian penularan infeksi
antibiotik

4. Implementasi

Implementasi adalah melakukan tindakan dan mendokumentasikan proses


keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan (Dongoes, 2001)
5. Evaluasi
a. Kebutuhan oksigen pasien menurun, nafas spontan, adekuat, tidak sesak, tidak ada
retraksi.
b. Suhu dalam rentan normal (36,5°C -37,5 °C), akral hangat.
c. Berat badan naik 10-30 gram / hari, tidak ada edema, protein dan albumin darah
dalam batas normal.
d. Klien bebas dari tanda-tanda infeksi, WBC = 5000 – 10.000/mm3
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Yogyakarta:


Moco Media
Doengoes, M. Dkk. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Ed 2. Jakarta : EGC.
Donna L. Wong. 2004. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol. 1. Jakarta : EGC
Herdman, T Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan NANDA, Definisi dan klasifikasi2012 –
2014. Jakarta : EGC
Mochtar.1998. Sinopsis Obstetri Jilid II Edisi 2. Jakarta : EGC
Moorhead, S, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Yogyakarta: Moco Media
Nelson. 2000.Ilmu Kesehatan Anak II, Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Rahayu, Sri. 2009. Auhan Keperawatan Anak dan Neonatus.Jakarta : Salemba Medika.
PATHWAY BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Faktor janin Faktor ibu


Faktor plasenta – Penyakit, usia ibu Faktor lingkungan
– Kelainan
– Khidramnion – Keadaan gizi ibu – Tempat tinggal di
kromososm
– Plasenta previa – Kondisi ibu saat dataran tinggi
– Infeksi janin kronik
– Solutio plasenta hamil – Terkena radiasi, serta
(inklusi sitomegali,
– Kehamilan kembar – Keadaan sosial dan terpapar zat beracun
rubella bawaan)
– Ketuban pecah dini ekonomi
– Gawat janin

BBLR

Komplikasi BBLR Manifestasi klinis BBLR


– Sindrom aspirasi – Berat badan kurang dari 2500 gram
mekonium – Masa gestasi kurang dari 37 minggu
– Asfiksia neomatum – Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
– Penyakit membrane sedikit
hialine – Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum
– hiperbilirubinemia teratur dan sering mendapatkan serangan apnea

Sedikitnya lemak Sistem imun yang


organ pencernaan imatur Pertumbuhan dinding
dibawah kulit belum matang
dada belum sempurna
Kehilangan panas
Peristaltik belum Vaskuler paru imatur Sistem imun yang
melalui kulit
sempurna belum matang
Peningkatan kerja Peningkatan
Kurangnya kemampuan
nafas kebutuhan kalori Penurunan daya
untuk mencerna makanan
tahan tubuh
Sistem termoregulasi
Reflek menghisap dan Ketidakefektifan Pola yang imatur
menelan belum Nafas Resiko Infeksi
berkembang dengan baik Ketidakefektifan
Termoregulasi
Defisit nutrisi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. A DENGAN BBLR
DI RUANG PERINATOLOGI RSUD SANJIWANI

OLEH :

NI PUTU MERRY TASIA S

219012668

PROGRAM STUDI NERS (PROFESI)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2021

KASUS
Seorang bayi perempuan usia 0 hari, lahir dengan berat lahir 2000gram. Pada pemeriksaam
fisik didapatkan : bayi belum ada reflek hisap dan cenderung malas untuk menghisap. Ibu
mengatakan air susunya belum keluar meskipun ibu sangat ingin menyusui anaknya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium anak mengalami peningkatkan pada kadar
leukositnya. Susunlah asuhan keperawatan sesuai dengan ilustrasi kasus diatas
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS
KEPERAWATAN ANAK
STIKES WIRA MEDIKA BALI

Nama mahasiswa : NI PUTU MERRY TASIA S


NIM : 219012668
Tempat Praktek : Ruang PERI RSAD UDAYANA
Tanggal Pengkajian : 05-07 November 2021
Tanggal praktek : 05-07 November 2021

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. A
Tempat/tgl lahir : Gianyar, 20 Januari 2021
Umur : 5 Hari
No register : 1256
Diagnosa medis : BBLR
Tanggal MRS : 20 Januari 2021
Nama ayah/ibu : Ibu Y
Pekerjaan Ayah : Swasta
Pendidikan Ayah : SMA
Alamat/No Telp : Gianyar
Agama : Hindu

II. KELUHAN UTAMA


Berat bayi lahir rendah 2000gr

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Ibu Y melahirkan secara SC di RSUD Sanjiwani Gianyar. Bayi lahir dengan bb 2000 gram
pada tanggal 20 Januari 2021 dengan jenis kelamin perempuan. Bayi tidak memiliki reflek
hisap, bayi cenderung malas untuk menghisap. Ibu bayi mengatakan asi belum keluar
meskipun ibu sudah rajin menyusui anaknya.
IV. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
A. Prenatal
 Jumlah kunjungan/ANC : 6 kali
 Tempat : dokter/bidan/lainny
 Penkes yang diperoleh : ibu pasien mengatakan belum pernah merima penkes
 HPHT : ibu pasien mengatakan lupa hpht
 Kenaikan BB selama hamil : 5 kg
 Komplikasi kehamilan : ibu pasien mengatakan tidak memilki komplikasi selama
kehamilan
 Komplikasi obat : ibu pasien mengatakan tidak memiliki komplikasi obat
 Obat-obatan yg didapat : selama hamil ibu mendapatkan asam follat
 Riwayat hospitalisasi : ibu pasien mengatakan tidak pernah di rawat di rs
 Golongan darah ibu : A/B/AB/O
 Pemeriksaan kehamilan (maternal screening)
(-) Rubella (-) Hepatitis ( - ) CMV
(-) GO (-) Herpes ( - ) HIV
Lainnya : ………………………………………

B. Natal
 Awal persalinan : Bayi lahir sc
 Lama persalinan : ± 1 jam
 Saat persalinan : premature/matur/serotinus
 Komplikasi persalinan : Tidak terdapat komplikasi persalinan
 Terapi yang diberikan : Ibu pasien mengatakan tidak ingat dengan terapi yang
diberikan
 Cara melahirkan :
( ) pervaginam normal ( √ ) SC
( ) vakum ekstasion ( ) Lainnya : ………
 Tempat melahirkan :
( √ ) Rumah Sakit ( ) Rumah bersalin
( ) Rumah ( ) Lainnya : ………
 Penolong persalinan : Dokter

C. Post Natal
 Usaha nafas
(√) dengan bantuan ( ) tanpa bantuan
 Kebutuhan resusitasi
Jenis dan lamanya : -
APGAR Skor :8
 Bayi langsung menangis : ya/tidak
 Tangisan bayi : kuat/lemah/lainnya
 Obat-obatan yang diberikan pada neonatus : Tidak terkaji
 Interaksi orangtua dan bayi
 Trauma lahir : ( ) ada ( √ ) tidak
 Narcosis : ( ) ada ( √ ) tidak
 Keluarnya urine/BAB : (√ ) ada ( ) tidak

V. RIWAYAT KELUARGA (GENOGRAM)

By.
A

Keterangan :

: Laki - laki : Perempuan meninggal


: Anggota keluarga yang
: Perempuan sakit
: Anggota keluarga yang
VI. : Laki – laki meninggal
RIWAYAT SOSIAL tinggal serumah
A. Sistem pendukung/keluarga terdekat yang dapat dihubungi
Ibu pasien mengatakan keluarga terdekat yang dapat dihubungi yaitu ayah
B. Hubungan orang tua dengan bayi
Menyentuh : Ibu [ √ ] Bapak [√ ]
Memeluk : Ibu [√ ] Bapak [√ ]
Berbicara : Ibu [√ ] Bapak [√ ]
Berkunjung : Ibu [√ ] Bapak [√ ]
Kontak mata : Ibu [√ ] Bapak [√ ]

C. Anak yang lain


Anak ke- Jenis kelamin Riwayat persalinan Riwayat imunisasi
- - - -

D. Lingkungan rumah
Ibu pasien mengatakan tinggal di rumah yang padat penduduk tetapi lingkungan rumah
bersih, rumah memiliki ventilasi udara, terdapat tempat pembuangan sampah sehari –
hari.

E. Problem sosial yang penting


( - ) Kurangnya system pendukung social
( - ) Perbedaan bahasa
( - ) Riwayat penyalahgunaan zat adiftif (obat-obatan)
( - ) Lingkungan rumah yang memadai
(√ ) Keuangan , penghasilan/bulan 900.000/bulan
( - ) lain-lain, sebutkan…………………………………………………………………..
VII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
A. Diagnose medis
BBLR (2000gr)
B. Tindakan operasi
SC
C. Status nutrisi dan cairan
Ibu pasien mengatakan bayinya belum ada reflek hisap dan cenderung malas untuk
menghisap.
D. Obat-obatan
Nama obat Dosis Rute Indikasi
- - - -

E. Aktivitas
Sebelum sakit : Sejak lahir bayi dirawat di ruang Peri
Selama sakit : Bayi hanya menangis saat haus dan popoknya basah
F. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan
1. Membersihkan bayi
2. Mengganti popok
3. Memberikan asupan nutrisi berupa asi
4. Mengukur tanda – tanda vital
G. Hasil laboratorium
Peningkatan kadar leukosit
H. Pemeriksaan penunjang
Tidak terkaji
I. Lain-lain
-

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum
1. Kesadaran : Composmentis, gerak lemah, reflek hisap tidak ada
2. Tanda-tanda vital : Nadi : 140/menit, RR: 48x/menit, Suhu : 36,1o C
3. Antropometri
Saat lahir Saat ini
1. Berat badan 2000 gr 1900 gr
2. Panjang badan 39 cm 39 cm
3. Lingkar kepala 30 cm 30 cm
4. Lingkar dada 25 cm 25 cm
5. Lingkar lengan atas 7 cm 7 cm
6. Lingkar perut 32 cm 32 cm

4. Reflex
( √ ) Moro ( √ ) Menggenggam ( ) Menghisap
( ) lain-lain, sebutkan ……………………………………………..
5. Tonus/aktivitas
a. (√ ) Aktif ( ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang
b. ( ) Menangis keras (√ ) Lemah
( ) Melengking ( ) Sulit mengangis
6. Kepala/leher
a. Fontanel anterior
(√ ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar
( ) Menonjol ( ) Cekung
b. Sutura sagitalis
(√ ) Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh
c. Gambaran wajah
(√ ) Simetris ( ) Asimetris
7. Mata
(√ ) Bersih ( ) Sekresi

8. THT
a. Telinga
(√ ) Normal ( ) Abnormal
b. Hidung
(√ ) Bilateral ( ) Obstruksi ( ) Cuping hidung
c. Palatum
(√ ) Normal ( ) Abnormal
9. Thoraks
a. (√ ) Simetris ( ) Asimetris
b. Retraksi : ( ) Derajat I ( ) Derajat II ( ) Derajat III
c. Klavikula : ( ) Normal ( ) Abnormal
10. Paru-paru
a. Suara nafas
( √ ) sama kanan-kiri ( ) tidak sama kanan-kiri ( ) Bersih
( ) Ronchi ( ) Rales ( ) Sekret
b. Bunyi nafas
(√ ) Terdengar di semua lapang paru
( ) Tidak terddengar ( ) Menurun
c. Respirasi
( √ ) Spontan, jumlah : 68x/menit
( ) Sungkup/ Boxhead, jumlah : ……..x/menit
( ) Ventilasi assisted CPAP
11. Jantung
a. (√ ) Bunyi normal sinus rhytm (NSR), jumlah : 140x/menit
( ) Murmur ( ) lain-lain, sebutkan ……………….
b. Waktu pengisian kapiler : batang tubuh < 2 detik
Ekstremitas < 2 detik

c. Nadi perifer
Kuat Lemah Tidak ada
Brachial kanan √
Brachial kiri √
Femoral kanan √
Femoral kiri √

12. Abdomen
a. (√ ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung
b. Liver : (√ ) kurang dari 2 cm ( ) lebih dari 2 cm
c. Umbilicus
(√ ) Normal ( ) Abnormal ( ) Inflamasi ( ) Drainase
13. Ekstremitas
a. (√ ) semua ekstremitas gerak ( ) ROM terbatas ( ) tidak dapat dikaji
b. Ekstremitas atas dan bawah : ( √ ) Simetris ( ) Asimetris
14. Genital
(√ ) Perempuan normal ( ) laki-laki normal ( ) Ambivalen

15. Anus
(√ ) Paten ( ) Imperforata
16. Spina
(√ ) Normal ( ) Abnormal
17. Kulit
a. Warna : (√ ) Pink ( ) Pucat ( ) Jaundice
b. ( ) Rash/kemerahan
c. ( ) Tanda lahir
18. Suhu
a. Lingkungan
( ) Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu (√ ) Inkubator
( ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka
b. Suhu kulit : 36,1o C

IX. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS


(√ ) Babinsky ( ) Chaddock ( ) Oppenheim
( ) Gordon ( ) Schaeffer ( ) Hoffman
( ) Tromner

X. INFORMASI LAIN
Bayi lahir BBLR di RSUD Sanjiwani dengan persalinan SC, bb bayi saat lahir 2000gr.
XI. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN
Bayi lahir di RSUD Sanjiwani dengan persalinan SC pada tanggal 20 januari 2021
kemudian langsung dirawat di ruang Peri dan diberikan tindakan keperawatan, bayi dirawat
di dalam incubator.

XII. ANALISA DATA


SIGN & SYMPTON ETIOLOGI PROBLEM
DS : BBLR Defisit Nutrisi
 Ibu bayi mengatakan
bayi cenderung malas Organ pencernaan imatur
unuk menghisap
 Ibu bayi mengatakan Peristaltic belum
asinya belum keluar sempurna
DO :
 Reflek hisap bayi tidak Kurangnya kemampuan
ada untuk mencerna makanan

 Berat badan bayi lahir


2000gr Reflek menelan dan

 Berat badan bayi saat menghisap belum

dikaji 1900gr berkembang dengan baik

Defisit Nutrisi

DS : BBLR Menyusui Tidak


 Ibu bayi mengatakan Efektif
asinya belum keluar Refleks hisap bayi belum
 Ibu bayi mengatakan berkembang dengan baik
bayi cenderung malas
unuk menghisap ASI tidak keluar
DO :
 Reflek hisap bayi tidak Menyusui Tidak Efektif
ada
 Asi tampak tidak keluar
DS : - BBLR Risiko Infeksi
DO :
 Peningkatan kadar Sistem imun belum
leukosit matang
 BB : 1900gr
Penurunan daya tahan
tubuh

Risiko Infeksi

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menerima nutrisi ditandai dengan
Ibu bayi mengatakan bayi cenderung malas unuk menghisap, ibu bayi mengatakan asinya
belum keluar, reflek hisap bayi tidak ada, berat badan bayi lahir 2000gr, berat badan bayi
saat dikaji 1900gr.
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan reflek menghisap buruk ditandai dengan Ibu
bayi mengatakan asinya belum keluar, ibu bayi mengatakan bayi cenderung malas unuk
menghisap, reflek hisap bayi tidak ada, asi tampak tidak keluar.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan imaturitas fungsi imunologik ditandai dengan
Peningkatan kadar leukosit, BB : 1900gr.
XIV. RENCANA KEPERAWATAN
No No Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional Nama/
dx Hasil TTD
1 1 Setelah dilakukan - Observasi dan catat - Menentukan data dasar dan
asuhan keperawatan toleransi minum asi menentukan intervensi
selama 3x24 jam, selanjutnya
diharapkan nutrisi - Catat intake dan - Memastikan jumlah nutrisi
adekuat dengan kriteria output yang masuk dan keluar
hasil : sehingga mampu untuk
a. Berat badan naik memperkirakan kebutuhan
10-30 gram perhari kalori yang telah diperoleh
b. tidak ada tanda – - Berikan ASI dengan - Membantu memenuhi
tanda malnutrisi metode yang tepat kebutuhan nutrisi secara
c. tidak terjadi optimal
penurunan berat - Timbang berat badan - Memantau perkembangan
badan yang berarti setiap hari nutrisi dan kebutuhan klien
- Ajarkan atau bantu ibu - Mempertahankan laktasi
mengeluarkan ASI sampai bayi dapat
menyusui ASI
- Kolaborasi dalam - Merupakan alternatif lain
pemberian total untuk memenuhi
parentral nutrition kebutuhan nutrisi klien jika
kalau perlu klien tidak mampu
menerima asupan nutrisi
2 2 Setelah dilakukan - Kaji pengetahuan ibu - Mengetahui pemahaman
asuhan keperawatan tentang laktasi ibu mengenai laktasi
selama 3x24 jam, - Monitor kemampuan - Kemampuan menghisap
diharapkan pemberian menghisap bayi bayi akan berpengaruh
asi efektif dengan terhadap asupan nutrisi
kriteria hasil : yang masuk
a. kemantapan - Anjurkan ibu untuk - Agar bayi dapat berlatih
pemberian asi pada membiarkan bayi reflek menghisap
bayi : perlekatan menyusu selama yang
bayi yang sesuai, diinginkan
dan proses - Ajarkan ibu cara - Meningkatkan pengetahuan
menghisap dari menyusui yang benar tentang cara menyusui
payudara ibu - Beri penjelasan - Laktasi meningkatkan
tentang pentingnya asupan nutrisi yang
laktasi adekuat
3 3 Setelah dilakukan - Observasi tanda-tanda - Deteksi dini adanya
asuhan keperawatan infeksi kelainan
selama 3x24 jam, - Lakukan cuci tangan - Mencegah pemaparan
diharapkan tidak terjadi sebelum dan sesudah infeksi pada bayi
infeksi dengan kriteria kontak dengan bayi
hasil : - Lakukan perawatan - Mencgah infeksi maternal
a. Bebas dari tanda – tali pusat pada bayi
tanda infeksi - Hindari bayi dari - Mencegah pemaparan
b. Jumlah leukosit orang-orang yang infeksi pada bayi
dalam batas normal terinfeksi kalau perlu
rawat dalam incubator
- Kolaborasi - Mengetahui data dasar
pemeriksaan darah adanya tanda-tanda infeksi
rutin
- Kolaborasi pemberian - Sebagai profilaksis tanda
antibiotic dan gejala infeksi

XV. IMPLEMENTASI
No Hari/Tanggal/Ja No. Diagnosa Implementasi Respon Nama/
m TTD
1 Senin 1,2,3 Kaji TTV DS : -
25/01/2021 DO :
tasia
9.00 - Nadi : 140x/menit
- RR : 48/menit
- Suhu : 36,1o C
10.00 1,2,3 Mengganti popok bayi DS: -
DO :
- Bayi tampak kencing
tasia

10.10 3 Memandikan bayi DS:-


diinkubator DO:
- Bayi bersih
- Tali pusat menghitam
tasia
kering

10.20 3 Melakukan perawatan DS : -


tali pusat DO :
- Tali pusat kering
menghitam
tasia
- Tidak ada tanda infeksi

12.00 2 Mengkaji reflek hisap DS:-


bayi DO:
- Reflek hisap bayi tidak tasia
ada

12.30 2 Mengajarkan ibu cara DS :


menyusui dengan - Ibu pasien mengatakan
benar mengerti tentang cara
menyusui dengan benar tasia
DO :
- Ibu pasien tampak
kooperatif
2 Selasa 1,2,3 Kaji TTV DS : -
26/02/2021 DO : tasia
13.00 - Nadi : 140x/menit
- RR : 48/menit
- Suhu : 36,5o C

13.20 1,2,3 Mengganti popok bayi DS: -


DO : tasia

- Bayi tampak kencing


14.00 3 Memandikan bayi DS:-
diinkubator DO:
tasia
- Bayi bersih
- Tali pusat menghitam
kering
14.20 3 Melakukan perawatan DS : -
tali pusat DO :
tasia
- Tali pusat kering
menghitam
- Tidak ada tanda infeksi

16.20 2 Mengkaji reflek hisap DS: -


bayi DO : tasia
- ASI habis 10cc
tasia
DS:-
16.40 2 Mengajarkan ibu cara DO:
menyusui dengan - Reflek hisap bayi tidak
benar ada

DS: tasia
17.00 3 Menganjurkan ibu - Ibu pasien mengatakan
mencuci payudara mengerti dengan cara
sebelum memerah asi menyusui yang diajarkan
dan cuci tangan DO:
sebelum kontak - Ibu tampak kooperatif
dengan bayi
3 Rabu 1,2,3 Kaji TTV DS : - tasia
27/01/2021 DO :
09.00 - Nadi : 140x/menit
- RR : 40x/menit
- Suhu : 36,3o C

09.20 1,2,3 Mengganti popok bayi DS: - tasia


DO :
- Bayi tampak kencing
09.30 3 Memandikan bayi DS:-
diinkubator DO: Iin
- Bayi bersih
- Tali pusat menghitam
kering
09.40 3 Melakukan perawatan DS : -
tali pusat DO : Iin

- Tali pusat kering


menghitam
- Tidak ada tanda infeksi

11.20 2 Mengkaji reflek hisap DS:- tasia

bayi DO:
- Reflek hisap bayi lemah
13.00 2 Mengajarkan ibu cara DS : tasia
menyusui dengan - Ibu pasien mengatakan
benar mengerti tentang cara
menyusui dengan benar
DO :
- Ibu pasien tampak
kooperatif

XVI. EVALUASI

No Hari/Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi Nama/Paraf


1 Rabu Defisit Nutrisi S:-
27/01/2021 O:
Iin
11.000 wita  Reflek hisap bayi lemah
 Intake bayi : ASI 10cc
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2 Rabu Menyusui S : Ibu pasien mengatakan
27/01/2021 Tidak Efektif sudah mengerti tentang cara
13.00 wita menyusui yang benar Iin

O:
 Ibu pasien tampak
mengerti
 Ibu pasien tampak
kooperatif
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien
3 Rabu Risiko Infeksi S: -
27/01/2021 O:
09.40 wita  Tali pusat bayi tampak Iin

kering menghitam
 Tidak ada tanda – tanda
infeksi
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan Kondisi Pasien

Anda mungkin juga menyukai