Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.

D DENGAN BBLR DI RUANG

PERINATALOGI ATAS RSU KABUPATEN TANGERANG

Diajukan guna memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing : Dwi Aprilina A, S.Kep,Ns,M.Kep

Disusun oleh :

YUHENI

P2790522048

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENKES BANTEN JURUSAN KEPERAWATAN

TANGERANG

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2022
LAPORAN PENDAHULAN
BAYI BERAT LAHIR RENDAH

A. Pengertian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang
dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan
BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru
sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan
perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada
bayi kurang bulan < 37 minggu atau pada bayi cukup bulan (intrauterine
growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).

B. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah.
2. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion,
plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. Manifestasi Klinik
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
7. Kepala lebih besar
8. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
9. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
10. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif
pada lengan dan sikunya
11. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
12. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus.
13. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak
efektif dan tangisnya lemah.
14. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit

D. Faktor Yang Mempengaruhi


Beberapa penyebab dari bayi dengan berat bayi lahir rendah (Proverawati
dan Ismawati, 2010), yaitu:
1. Faktor Orang Tua
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi
kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan
3) Perkawinan yang tidak sah.
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan
kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio
plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban
pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran
tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
E. Komplikasi
Menurut Maryuani, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas pada
bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna,sehingga alveoli kolaps.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia
F. Patofisologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi
resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
1. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam
tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat
besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi
terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dan lain-lain.
Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR
Prematur.
2. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan
untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi
aterm.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi
antara refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik
sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan
nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar.
Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi
pada bayi preterm.
4. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan
kebutuhan kalori yang meningkat.
5. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak
sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah
kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
G. Klasifikasi
Menurut Saifuddin(2010) bayi berat lahir rendah dibedakan dalam beberapa
macam :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari
1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
Sedangkan menurut WHO membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok:
1. Preterm : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap.
3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK)
Bayi yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa
gestasi itu.

H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
antara lain :
1. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan
reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut
untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang
yang lupa mens terakhirnya.
3. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat
bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan
akan terjadi sindrom gawat nafas.
I. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan
kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau
menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
2. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3
jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung.
Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih
sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka
ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan
atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan
yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
3. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
4. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
5. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara
efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh
polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat
dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat.
6. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi
harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada
abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
7. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur.
Pathway BBLR
DAFTAR PUSTAKA

.
Maryunani, A dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada
Neonatus. Trans Info Media : Jakarta.
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : YBP –SP
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan, edisi4. Jakarta: Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada By. D dengan BBLR di Ruang Perinatologi Atas
RSU Kabupaten Tangerang

Tgl/Jam MRS : 15/08/2022 – 23:50


Tanggal/Jam Pengkajian : 06/09/2022 – 16:00
Diagnosa Medis : BBLR
No. RM 303913

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : By. D
b. Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 01-08-2022
c. Umur : 36 hari
d. Alamat : Kp. Utan RT 02/05 No.43 Cilandak Ragunan
e. Nama ayah/ibu : Tn. S
f. Pekerjaan ayah : karyawan swasta
g. Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga
h. Pendidikan ibu : SLTA
i. Suku bangsa : Jawa
2. Keluhan Utama
Berat lahir 1925 gr, Berat Sekarang 1700 gr, Suhu 36,8 C
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi rujukan dari EMC Alam Sutera lahir dari ibu G2P1A0 lahir
spontan keluhan perut membesar dengan diagnosa BBLR, bayi
menangis kuat, gerak aktif
4. Riwayat Masa Lampau
a. Prenatal : tidak ada keluhan saat hamil, tidak ada penyakit saat hamil,
tidak mengonsumsi obat-obatan saat hamil.
b. Natal : lahir SC di RS
c. Post natal : G2P1A0 Hamil 34 minggu Gemeli, BBL 1700 gr
5. Riwayat Keluarga : Ibu G2P1A0 Hamil 34 minggu, Gemeli
6. Riwayat Sosial : Hubungan orang tua dan bayi sangat baik, namun ayah
dan ibunya tidak bisa mengunjungi atau melakukan kontak mata dengan
klien karena klien saat baru lahir klien langsung di tempatkan di incubator.
Respon keluarga terhadap hospitalisasi adalah ayah dan ibu klien
mengatakan sangat khawatir dan cemas terhadap kondisi anaknya saat ini.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : sedang
b. Tanda vital : HR 136 x/menit, Suhu 36,8 C, RR 54 x/menit
c. TB/BB : 40cm / 1925 gr
d. Mata : simetris, mata bersih, pupil isokor, sclera tidak
ikterik, terdapat banyak lanugo pada area pelipis, konjungtiva anemis
e. Hidung : tidak ada penumpukan secret, tidak terdapat napas
cuping hidung, tulang hidung masih lunak
f. Mulut : terdapat reflek hisap, warna lidah merah muda,
mukosa bibir kering, pucat
g. Telinga : simteris, daun telinga lunak
h. Tengkuk/leher : simetris, tidak ada pembesaran thyroid, tidak ada
peningkatan JVP
i. Paru-paru : irama pernafasan tidak teratur, tidak menggunakan
otot bantu pernafasan, lingkar dada 28 cm, retraksi dada ringan,
dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk, terdapat suara sonor
j. Jantung : ictus cordis nampak di ICS mid klavikula, ictus
cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra, area jantung redup, HR 130
x/menit
k. Abdomen : terjadi distensi abdomen, kulit perut tipis
l. Punggung : simestris, terdapat lanugo
m. Genetalia : labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol, anus +
n. Ekstremitas : kadang terjadi oedem, pergerakan otot terlihat
lemah, terdapat lanugo pada lengan, akral teraba hangat

8. Pemeriksaan penunjang
 Hasil laboratorium 01/09/2021
Jenis
Nilai Normal Satuan Hasil Ket
pemeriksaan
Hemoglobin 13.2 – 17.3 g/dl 11.5
Lekosit 3.80 – 10.60 x10^3/ul 4.03
Hematokrit 40 – 52 % 32
Trombosit 140 – 440 % 214
ELEKTROLIT
Natrium (Na) 132 – 147 mEq/L 129
Kalium (K) 3.6 – 6.1 mEq/L 4.2
Chlorida(Cl) 95 – 116 mEq/L 92
CRP Kuantitatif 0.00–6.00 mg/L 10.46

9. Analisa Data
NO TGL/JAM DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI
1 06/09/2022 DS : - Resiko hipotermi BBLR
15.00 WIB DO :
BBS 1850 gr
Akral hangat
Suhu tubuh 36,8 C
Suhu Inkubator 32,2 C
2 06/09/2022 DS : - Resiko Defisit Ketidakmampuan
15.00 WIB DO : Nutrisi mengabsorbsi
BBL 1700 gr nutrien
BBS 1850 gr
Terpasang OGT
Mukosa bibir kering, pucat
PB 42 cm
LD 27 cm
LK 29 cm
LP 28 cm

B. Perumusan Diagnosa Keperawatan


1. (D. 0140) Risiko Hipotermia berhubungan dengan BBLR
2. (D.0032) Risiko Defisit nutrisi berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

C. Intervensi Keperawatan
NO. Tujuan dan Kriteria
Diagnosis Intervensi Keperawatan
DX
Kepererawatan Hasil

1 (D. 0140) Risiko (L.14135) (I. 14507) Manajemen


Hipotermia Termoregulasi Hipotermia
berhubungan
Neonatus  Monitor suhu tubuh
dengan BBLR
Setelah dilakukan  Identifikasi
tindakan penyebab
keperawatan selama hipotermia
3x24jam diharapkan  Monitor tanda
pengaturan suhu gejala akibat
tubuh neonatus agar hipotermia
tetap berada pada  Sediakan
rentang normal lingkungan yang
Kriteria Hasil hangat
 Suhu tubuh  Ganti pakaian
sedang (3) dan/atau linen
 Suhu kulit
yang basah
sedang (3)
 Frekuensi nadi  Lakukan
sedang (3) penghangatan pasif
 Lakukan
penghangatan aktif
 Lakukan
penghangatan aktif
internal
 Anjurkan
makan/minum yang
hangat
2 (D.0032) Risiko (L.03030) Status  Awasi reflek
Defisit nutrisi nutrisi menghisap dan
berhubungan
dengan Setelah dilakukan kemapuan menelan
ketidakmampuan tindakan bayi. Pemberian
mengabsorbsi nutrien
keperawatan selama makanan melalui
3x24jam diharapkan mulut dimulai
keadekuatan asupan ketika bayi sudah
nutrisi untuk dalam keadaan
memenuhi stabil dan
kebutuhan pernafasan
metabolism terkendali dengan
membaik dengan baik
kriteria hasil :  Awasi dan hitung
 Perasaan cepat kebuthan kalori bayi
kenyang  Mulai pemberian
menurun (5) ASI atau susu
 Berat badan dengan botol 2-6
membaik (5) jam setelah
 Indeks masa kelahiran, mulai
tubuh membaik dengan interval tiga
(5) jam. Pemberian
 Membrane bisa ditambah bila
mukosa bayi menunjukan
membaik (5)
toleransi yang baik.
Pemberian ASI
jangan dihentikan
sampai bayi
menunjukkan
bahwa ia dapat
makanan melalui
botol susu dan berat
badannya bisa
bertambah.
 Timbang bayi
setiap hari,
bandingan berat
badan dengan
asupan kalori yang
diberikan. Ini
dilakukan untuk
menetukan jumlah
asupan yang tepat
atau kebuthan
peningkatan asupan
 Sediakan dekstroxa
10%

D. Implementasi Keperawatan
TGL
NO SDKI IMPLEMENTASI PELAKSANA
/JAM

1 (D. 0140) 06/09/ 1. Mengobservasi TTV


Risiko 2022 Hasil : suhu tubuh 36,8 C, suhu inkubator
15.00 32,2 C, RR 52 kali/menit, nadi 136
Hipotermia
kali/menit
berhubungan 2. Mengobservasi adanya sianosis
Hasil : tidak terdapat sianosis
dengan 3. Melakukan penghangatan pasif YUHENI
BBLR Hasil : bayi memakai selimut
4. Melakukan penghangatan aktif
Hasil : bayi berada didalam inkubator

2 (D.0032) 06/09/ 1. Mengobservasi reflek menghisap dan


Risiko 2022 kemampuan menelan bayi.

Defisit 16.00 Hasil : reflek hisap kuat


2. Mengobservasi kebutuhan kalori bayi
nutrisi
Hasil : 10 cc /2jam
berhubungan
3. Memberikan susu dengan syring
dengan YUHENI
pump/2jam
ketidakmampu
Hasil : muntah -
an
4. Mengobservasi BB bayi
mengabsorbsi
Hasil : BBS 1880 gr
nutrien

3 (D. 0140) 07/09/ 1. Mengobservasi TTV


Risiko 2022 Hasil : suhu tubuh 36,8 C, suhu inkubator
22.00 32,2 C, RR 40 kali/menit, nadi 148
Hipotermia
kali/menit
berhubungan 2. Mengobservasi adanya
sianosis Hasil : tidak terdapat YUHENI
dengan
sianosis
BBLR 3. Melakukan penghangatan pasif
Hasil : bayi memakai selimut
4. Melakukan penghangatan aktif
Hasil : bayi berada didalam inkubator
4 (D.0032) 07/09/ 1. Mengobservasi reflek menghisap dan
Risiko 2022 kemampuan menelan bayi.

Defisit 24.00 Hasil : reflek hisap kuat


2. Mengobservasi kebutuhan kalori bayi
nutrisi
Hasil : 15 cc /2jam
berhubungan
3. Memberikan susu dengan syring
dengan YUHENI
pump/2jam
ketidakmampu
Hasil : muntah ± 10 cc pukul 23.00
an
4. Mengobservasi BB bayi
mengabsorbsi
Hasil : BBS 1850 gr
nutrien

5 (D. 0140) 08/09/ 1. Mengobservasi TTV


Risiko 2022 Hasil : suhu tubuh 36,6 C, suhu inkubator
22.00 32,2 C, RR 42 kali/menit, nadi 147
Hipotermia
kali/menit
berhubungan 2. Mengobservasi adanya
dengan sianosis Hasil : tidak terdapat
sianosis
BBLR 3. Melakukan penghangatan pasif
Hasil : bayi memakai selimut YUHENI
4. Melakukan penghangatan aktif
Hasil : bayi berada didalam incubator

6 (D.0032) 08/09/ 1. Mengobservasi reflek menghisap dan


Risiko 2022 kemampuan menelan bayi.

Defisit 23.00 Hasil : reflek hisap kuat


2. Mengobservasi kebutuhan kalori bayi
nutrisi
Hasil : 10 cc /2jam
berhubungan
3. Memberikan susu dengan syring
dengan YUHENI
pump/2jam
ketidakmampu
Hasil : muntah ± 2 cc
an
4. Mengobservasi BB bayi
mengabsorbsi
nutrien Hasil : BBS 1880 gr

E. Evaluasi Keperawatan
No Tanggal Dx Kep Catatan Perkembangan Tanda tangan
08/09/
1 (D. 0140) Risiko S: -
2022
Hipotermia O:

berhubungan dengan K/U sakit


lemah Akral
BBLR
hangat RR : 48
YUHENI
x/menit
Suhu tubuh 36,6 C
Suhu incubator 32,2 C
A: masalah keperawatan Risiko
Hipotermia teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan

2
08/09/ (D.0032) Risiko S: -
2022 Defisit nutrisi O:
berhubungan dengan K/U sakit lemah
ketidakmampuan Terpasang OGT mendapatkan susu

mengabsorbsi nutrien 10 cc/2jam


Muntah –
YUHENI
BBS : 1850 gr

A: masalah keperawatan resiko


defisit nutrisi teratasi sebagian

P : intervensi lanjutkan

Pembahasan

Bayi laki-laki lahir Spontan pada tgl 01-08-2022 dari ibu G2P1A0 Hamil 34
minggu, BBL 1700 gr, PBL 40 cm. setelah dilakukan pengkajian ditemukan data
akral teraba hangat, RR 54 x/menit, Suhu 36,8 C, HR 136 x/menit sehingga di
angkat diagnosa (D. 0140) Risiko Hipotermia berhubungan dengan BBLR dan
diberikan intervensi termoregulasi neonatus, ditemukan pula data BBS 1850 gr,
Terpasang OGT, Mukosa bibir kering, pucat, PB 40 cm, sehingga diangkat
diagnosa (D.0032) Risiko Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien dan diberikan intervensi pantau kebutuhan nutrisi dan pantau
berat badan bayi. Setelah dilakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang
diberikan, mendapatkan hasil masalah keperawatan risiko hipotermi teratasi
sebagian dan masalah keperawatan risiko defisit nutrisi teratasi sebagian sehingga
intervensi dilanjutkan.

Anda mungkin juga menyukai