Anda di halaman 1dari 20

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN

DENGAN PENYAKIT NEONATUS BERAT BAYI LAHIR


RENDAH (BBLR)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing :
Ns. Muhammad Khabib B.I.,M.Kep., Sp.Kep.An

Disusun Oleh :
Nama NIM

Noviyani Eka Putri, S.Kep (SK320030)


Reni Setiyaningsih, S.Kep (SK320031)
Ridaya Sis Qumaruallah (SK320032)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Nama : 1. Noviyani Eka Putri, S.Kep (SK320030)
2. Reni Setiyaningsih, S.Kep (SK320031)
3. Ridaya Sis Qumaruallah, S.Kep (SK320032)
Stase : Keperawatan Anak
kelompok : 3 ( Tiga)
Judul topik : Resume Asuhan Keperawatan Pada Kasus BBLR
No Sub topik Uraian
1. Definisi Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi
saat lahir kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil
dari kelahiran prematur (sebelum 37 minggu usia
kehamilan). Bayi dengan berat badan lahir rendah sangat
erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas, sehingga
akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
kognitif serta penyakit kronis di kemudian hari (WHO,
2004).
Bayi BBLR sebagian besar dikarenakan retardasi
pertumbuhan intrauterin (IUGR) dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki risiko empat
kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi
yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Muthayya,
2009).
2. Etiologi Etiologi atau penyebab dari BBLR (Veronika, 2015):
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat,
eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi
menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, penyakit
jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi
alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah
kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35
tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek
(kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi
rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan
pengawasan antenatal yang kurang.
2) Aktivitas fisik yang berlebihan.
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin,
dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion,
plasentaprevia, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi
kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat
tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar
zat beracun.
3. Manifestasi Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat
klinis lahir rendah (Triana, 2015) :
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan
kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan
lingkar kepala kurang dari 33cm.
b. Tulang rawan telinga lunak
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak
subkutan amat sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura
lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan
labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan
belum teratur dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap
dan menelan belum sempurna.
4. Patofisiolog Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
i kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping
itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB)
lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar
pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan
selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi
normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu
dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan
kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian
yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan
besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin
yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau
hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun
sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR.
Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga
lebih besar (Nelson, 2010).
5. Klasifikasi Ada beberapa pengelompokan dalam BBLR (Mitayani,
2009) :
a. Prematuritas murni
Bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat badan sesuai dengan gestasi atau yang
disebut neonates kurang bulan sesuai dengan masa
kehamilan
b. Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan.
SGA terdiri dari tiga jenis :
c. Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan dalam
jangka waktu yang lama.
d. Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.
e. Dismaturitas
Bayi yang lahir kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk masa gestasi, dan si bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauteri, serta merupakan bayi
kecil untuk masa kehamilan.
Pengelompokan BBLR menurut ukuran (Wong, 2008) :
a. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi
yang berat badannya kurang dari 2500 gram, tanpa
memperhatikan usia gestasi.
b. Bayi berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER)
merupakan bayi yang berat badannya kurang dari 1000
gram.
c. Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLRR)
merupakan bayi yang berat badannya kurang dari 1500
gram.
d. Bayi berat badan lahir moderat (BBLM) merupakan
bayi yang berat badannya 1501 sampai 2500 gram.
e. Bayi berat badan sesuai usia gestasinya merupakan bayi
yang berat badannya antara persentil ke-10 sampai ke-
90 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
f. Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia
gestasinya merupakan bayi yang laju pertumbuhan
intrauterinnya lambat dan yang berat badan lahirnya
kurang dari persentil ke-10 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
g. Retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR) ditemukan
pada bayi yang pertumbuhan intrauterinnya mengalami
retardasi (terkadang digunakan istilah pengganti yang
lebih deskritif untuk bayi kecil untuk usia gestasinya).
h. Bayi besar untuk usia gestasinya merupakan bayi
yangberat badan lahirnya diatas persentil ke-90 pada
kurvapertumbuhan intrauterin.
6. Pemeriksaa Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani,
n penunjang 2009) :
a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-
24gr/dL), Ht (normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40
mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat
keparahan distres pernafasan bila ada.
Rentang nilai normal:
1) pH : 7,35-7,45
2) TCO2 : 23-27 mmol/L
3) PCO2 : 35-45 mmHg
4) PO2 : 80-100 mmHg
5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):
Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau
komplikasi.
7. Tata laksana Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR
yaitu dengan menerapkan beberapa metode Developemntal
care yaitu :
a. Farmakologi :
1) Pemberian antibiotik
Pemberian antibiotik juga diperlukan pad abayi untuk
mencegah infeksi nosokomial, serta pemberian
aminofilin untuk mencegah masalah pernapasan.
Pemberian aminofilin sangat di perlukan untuk
mangatasi komplikasi yang bisa saja terjadi pada
bayi. (Rahmanoe, 2014)
2) Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah
menyusu, karena reflek menghisapnya masih lemah
untuk bayi demikian lebih baik asi dikeluarkan
dengan di pompa atau di peras dan diberikan kepada
bayi menggunakan pipa lambung atau pipet (Julina,
2017)
b. Non Farmakologi :
1) Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat
mempengaruhi pada kesehatan dan perkembangan
bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi
untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau
mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini
untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi
kebanyakan bayi preterm dan BBLR yang dapat
menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya
lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktifitas fisik dan
penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan
telungkup. Akan tetapi ada yang lebih menyukai
postur berbaring miring fleksi.
Posisi telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR
tidak disukai, karena tampaknya mereka kehilangan
keseimbangan saat telentang dan menggunakan
energi vital sebagai usaha untuk mencapai
keseimbangan dengan mengubah postur. Posisi
telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat
mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki
katak), retraksi dan abduksi bahu, peningkatan
ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh
dengan leher dan punggung melengkung. Sehingga
pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh
posisi telungkup (Wong, 2008).
2) Minimal handling
a) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen
suplemen dan bantuan ventilasi, hal ini bertujuan
agar bayi BBLR dapat mencapai dan
mempertahankan respirasi. Bayi dengan
penanganan suportif ini diposisikan untuk
memaksimalkan oksigenasi. Terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit
bayi.
b) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR
adalah pemberian kehangatan eksternal setelah
tercapainya respirasi. Bayi BBLR memiliki masa
otot yang lebih kecil dan deposit lemak cokelat
lebih sedikit untuk menghasilkan panas,
kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan
control reflek yang buruk pada kapiler kulitnya.
Pada saat bayi BBLR lahir mereka harus segera
ditempatkan dilingkungan yang dipanaskan hal ini
untuk mencegah atau menunda terjadinya efek
stres dingin.
c) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah
satu penatalaksanaan asuhan keperawatan pada
bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit.
Lingkungan perilindungan dalam inkubator yang
secara teratur dibersihkan dan diganti merupakan
isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang
ditularkan melalui udara. Sumber infeksi
meningkat secara langsung berhubungan dengan
jumlah personel dan peralatan yang berkontak
langsung dengan bayi.
d) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan
parenteral untuk asupan tambahan kalori,
elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat
penting pada bayi preterm, karena kandungan air
ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi
cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm).
Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih
luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada
ginjal bayi preterm yang belum berkembang
sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka
terhadap kehilangan cairan.
e) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam
manajemen bayi BBLR, tetapi terdapat kesulitan
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan
belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal,
dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh
ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan
melalui parenteral ataupun enteral atau dengan
kombinasi keduanya.
Kebutuhan bayi untuk tumbuh cepat dan
pemeliharaan harian harus dipenuhi dalam
keadaan adanya banyak kekurangan anatomi dan
fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas menghisap
dan menelan sudah ada sejak sebelu lahir, namun
koordinasi mekanisme ini belum terjadi sampai
kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi,
dan belum sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai
37 minggu. Pemberian makan bayi awal ( dengan
syarat bayi stabil secara medis) dapat menurunkan
insidens faktor komplikasi seperti hipoglikemia,
dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR
dan preterm yang terganggu memerlukan metode.
alternatif, air steril dapat diberikan terlebih
dahulu. Jumlah yang diberikan terutama
ditentukan oleh pertambahan berat badan bayi
BBLR dan toleransi terhadap pemberian makan
sebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit
sampai asupan kalori yang memuaskan dapat
tercapai.
Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang
lebih lama dan kesabaran dalam memberikan
makan dibandingkan pada bayi cukup bulan, dan
mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha
pemberian makan yang terlalu cepat. Penting
untuk
tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi
kapasitas mereka dalam menerima makanan.
3) Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother
Care)Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan
salahsatu alternatif cara perawatan yang murah,
mudah, danaman untuk merawat bayi BBLR. Dengan
PMK, ibu dapat menghangatkan bayinya agar tidak
kedinginan yang membuat bayi BBLR mengalami
bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini
dikarenakan pada bayi BBLR belum dapat mengatur
suhu tubuhnya karena sedikitnya lapisan lemak
dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu
tubuhpada bayi BBLR tetap normal, hal ini dapat
mencegahterjadinya hipotermi karena tubuh ibu
dapat memberikan kehangatan secara langsung
kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu
dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai
pengganti dari inkubator. PMK dapat melindungi
bayi dari infeksi, pemberian makanan yang sesuai
untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki
pengaruh positif terhadap peningkatan perkembangan
kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan
bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi
(Nurlaila, 2015).
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian fokus pada penderita BBLR antara lain :
a. Biodata
Kejadian bayi lahir rendah semakin berisiko terjadi pada kehamilan
pertama/primigravida. Penelitian menunjukkan bahwa kasus BBLR lebih
banyak ditemukan pada kelompok primigravida daripada multigravida.
Primigravida pada masa remaja (<20tahun) berisiko terjadinya komplikasi
kehamilan dan persalinan (Sumarmi, 2015).
b. Riwayat maternal
Berat bayi lahir rendah (BBLR)dapat disebabkan oleh bayi prematur
maupun retardasi pertumbuhan rahim/IUGR (intrautarine
growthrestriction).usia kehamilan < dari 36 bulan dapat menyebabkan bayi
BBLR, ibu yang memiliki riwayat melahirkan Berat bayi lahir rendah
(BBLR)BBLR mempunyai potensi tinggi untuk melahirkan bayi berat
badan lair rendah BBLR kembali.
c. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan Umum
a) Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan
menggunakan timbangan elektronik.
b) Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c) Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat,
kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
d) Observasi adanya deformitas yang tampak.
e) Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia,tidak
responsive, dan apnea.
2) Pemeriksaan Respirasi
a) Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang
dada, atau devisiasi lainnya.
b) Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping
hidung atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c) Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d) Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi,
suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting), berkurangnya
masukan udara, dan kesamaan suara napas.
e) Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
3) Pengkajian Kardiovaskuler
a) Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b) Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c) Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/PMI),
titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar dan teraba
(perubahan PMI menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
d) Jelaskan warna bayi ( bisa karena gangguan jantung, respirasi atau
hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercak bercak.
e) Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f) Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
4) Pengkajian gastrointestinal
a) Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b) Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar,
jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan
haluaran (warna, konsistensi, pH).
c) Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d) Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
e) Jelaskan bising usus.
5) Pengkajian genitourinaria
a) Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b) Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH,
temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan
hidrasi)
c) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
6) Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a) Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap
rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b) Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c) Jelaskan refleks yang ada ( moro, rooting, sucking, plantar, tonick
neck, palmar).
d) Tentukan tingkat respons dan kenyamanan
7) Suhu Tubuh
a) Tentukan suhu kulit dan aksilar.
b) Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan
8) Pengkajian Kulit
a) Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana
peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit.
Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,
povidone-jodine).
b) Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas
dan lain-lain.
c) Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir

ANALISA DATA

Data Diagnosa Keperawatan Etiologi


Ds : Ketidakefektifan pola Posisi tubuh yang
- Pola nafas yang nafas (00032) menghambat ekspansi
abnormal pada paru
pasien
- Terjadi pernapasan
melalui cuping
hidung
Do :
- Pasien tampak
sesak nafas
- Adanya pergerakan
cuping hidung
Ds : Ketidakefektifan Peningkatan kebutuhan
- Peningkatan suhu termoregulasi (00008) oksigen
tubuh diatas normal
Do :
- Kulit tampak pucat
- Menggigil
Ds : Ketidakseimbangan Asupan diet kurang
- Berat badan 20% di nutrisi kurang dari
bawah rentan badan kebutuhan tubuh
ideal (00002)
- Tonus otot menurun
- Bising usus
hiperaktif
Do :
- Pasien tampak
lemas
- Pasien tampak
kurus

Diagnos Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi paru (00032)
2. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan Peningkatan kebutuhan
oksigen (00008)
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Asupan diet kurang (00002)
Intervensi Keperawatan
Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Manajemen jalan
pola nafas tindakan asuhan napas (3140)
berhubungan keperawatan selama 3 x a. Monitor kecepatan a. untuk mengetahui
dengan Posisi 24 jam diharapkan klien irama, kedalaman serta memantau
kecepatan irama dan
tubuh yang menunjukkan pola nafas dan keulitan
kedalaman klien
menghambat normal, dengan kriteria bernapas saat bernafas
ekspansi paru hasil : b. Posisikan pasien b. untuk mengurangi
(00032) Status pernapasan untuk atau meminimalkan
ventilasi
(0415) meminimalkan
a. Frekuensi pernapasan ventilasi c. untuk membantu
mengeluarkan sekret
dalam keadaan normal c. Lakukan fisioterapi atau dahak
b. Irama pernapasan dada sebagaimana d. untuk membantu
dalam keadaan normal mestinya memposisikan
d. Ajarkan pasien dan pasien dalam
pembebasan jalan
keluarga dalam nafas dengan
melakukan nyaman
pembebasan jalan e. untuk membantu
nafas dengan melegakan pasien
dalam bernafas
pengaturan posisi
pasien
e. Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian inhaler
ada
Ketidakefektifan Setelah dilakukan Pengaturan suhu
termoregulasi tindakan asuhan (3900)
a. untuk memantau
berhubungan keperawatan selama 3 x a. Monitor suhu dan peruhan yang terjadi
pasien dengan
dengan 24 jam diharapkan klien warna kulit setiap
memantau kulit
Peningkatan masalah klien teratasi, saat, sampai bayi pada bayi
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil : stabil b. untuk membantu
pemenuhan nutrisi
(00008) Termoregulasi (0800) b. Tingkatkan intake
yang dibutuhkan
a. Kulit menjadi normal cairan dan nutrisi pasien
c. untuk mencegaah
b. Suhu tubuh pasien yang adekuat
pasien kehilangan
menjadi normal c. Pertahankan panas secara tiba-
tiba
kelembaban pada
d. untuk membantu
50% atau lebih pencegahan
hipotermia pada
besar dalam
pasien
inkubator untuk e. untuk membantu
menurunkan panas
mencegah
pada pasien
hilangnya panas
d. Informasikan pada
keluarga untuk
mencegah
terjadinya
hipotermia
e. Kolaborasi dengan
dokter terkait
pemberian obat
antipiretik
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari tindakan asuhan (1100)
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3 x a. Monitor jumlah a. untuk memantau
berhubungan 24 jam diharapkan klien nutrisi dan jumlah nutrisi dan
kalori diet pada
dengan Asupan diet menunjukkan nutrisi kandungan kalori
pasien
kurang (00002) seimbang, dengan kriteria b. Berikan makanan
b. untuk membantu
hasil : yang terpilih (sudah diet makanan dan
a. Status nutrisi (1004) : dikonsultasikan menambah nutrisi
yang di butuhkan
masukan cairan dan dengan ahli gizi)
pasien
makanan dalam c. Anjurkan pasien
c. untuk membantu
keadaan normal untuk meningkatkan pemenuhan vitamin
b. Kontrol berat badan protein dan vitamin dan protein pada
naik C pasien
d. Informasikan tentang d. untuk membantu
kebutuhan nutrisi pemenuhan nutrisi
yang dibutuhkan
e. Kolaborasi dengan oleh pasien
ahli gizi untuk
e. untuk mengatur
menentukan jumlah asupan kebutuhan
kalori dan nutrisi nutrisi dan kalori
pada pasien
yang dibutuhkan
pasien
DAFTAR PUSTAKA
Awalani Riska. (2019). Asuhan Keperawatan Berat Bayi Lahir Rendah pada Bayi
Ny. U dan Bayi Ny. H dengan masalah Keperawatan Hipotermia
di Ruang Neonatus RSUD. Dr. Haryoto Lumajang. Universitas
Jember
Julina Br Sembiring, S.S..M.K., (2017). Askep Neonatus, Bayi, Balita, Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Budi Utama
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas.wong, Jakarta : Salemba
Medika
NANDA. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.
Jakarta : EGC
Nelson, (2010). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC
Nurlaila, R.S.S.H. (2015). Hubungan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru
(PMK) dengan Kejadian Hipotermi pada Bayi Berat Lahir
Rendah. Jurnal Husada Mahakam. Iii, Pp. 452-522
Pinontoan, V.M & Tombokan, S.G.J. (2015). Hubungan Umur dan Paritas Ibu
dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Jurnal Ilmiah Bidan.
3, P.I
Sumitra Muthayya. (2009). Maternal nutrition & low birth weight what is really
important?. Indian J Med Res 130, November 2009, pp 600-608
Triana Ani, D. (2015). Kegawat Daruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta :
Budi Utama
Wong, Donna L, Hockenberry, M Wilson, D. Weinkelstein, Marilyn L, And
Schwartz, P. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
EGC
World Health Organization. (2004). Low birthweigh: country, regional and
global estimates. New York : UNICEF

Anda mungkin juga menyukai