Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

LISA FITRIANI
NIM.22222039

Dosen Pembimbing:
Miskiyah Tamar, S.Kep.,Ns.,M.Kep

INSTITUTE KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

A. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang dari
2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37 minggu usia
kehamilan) (WHO, 2014). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,
2009). BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
(Arief dan Weni, 2016).

B. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010)
1. Faktor ibu
a) Penyakit
 Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia,infeksi kandung kemih.
 Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menularseksual, hipertensi,
HIV/AIDS, penyakit jantung.
 Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b) Ibu
 Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
 Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
 Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c) Keadaan sosial ekonomi
 Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomirendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi danpengawasan antenatal yang kurang.
 Aktivitas fisik yang berlebihan.

2. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janinkronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dankehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal didataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan berat badan
rendah mempunyai ciri-ciri:
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepalasama dengan
atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
4. Rambut lanugo masih banyak
5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
7. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
8. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum,
pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
9. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
10. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
11. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
12. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

D. KLASIFIKASI
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara mengelompokan bayi
BBLR, yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya:
a) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
1.500-2.500 gram.
b) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir <1.500 gram.
c) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir <1.000 gram.
2. Menurut masa gestasinya:
a) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya berat atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan di
karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani, 2009):
1. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir
yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum
atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
2. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL.
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah,
terutama pada laki-laki.
3. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.Sesudah bayi mengadakan aspirasi,
tidak tertinggal udaradalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang
tinggiuntuk pernafasan berikutnya.

4. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
5. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalahmeningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning.

F. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilanyang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkandismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
dari masa kehamilannya, yaitutidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena
adanya gangguanpertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
olehpenyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dankeadaan-
keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadiberkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih
besar (Nelson, 2010).

PATHWAY
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu denganmenerapkan
beberapa metode Developemntal care yaitu:
1. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan
dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk
mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat menggunakan
energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan. Posisi telungkup merupakan
posisi terbaik bagi kebanyakan bayi preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, dan pola tidur
istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan
energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih
menyukai postur berbaring miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm
dan BBLR tidak disukai, karena tampaknya mereka kehilangan keseimbangan
saat telentang dan menggunakan energi vital sebagai usaha untuk mencapai
keseimbangan dengan mengubah postur.
Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat
mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi
bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan
leher dan punggung melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya
tidak boleh posisi telungkup (Wong, 2008).

2. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)


Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu alternatif cara
perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk merawat bayi BBLR. PMK dapat
memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi BBLR tetap normal, hal ini
dapat mencegah terjadinya hipotermi karena tubuh ibu dapat memberikan
kehangatan secara langsung kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu
dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan yang sesuai untuk
bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki pengaruh positif terhadap
peningkatan perkembangan kognitif bayi, dan mempererat ikatan antara ibu dan
bayi, serta ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).

3. Perawatan pada inkubator


Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu lingkungan yang
optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang normal dan dapat
mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya terdapat dua macam inkubator yaitu
inkubator tertutup dan inkubator terbuka (Hidayat, 2005).
a. Perawatan bayi dalam inkubator tertutup
1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibukaapabila dalam keadaan
tertentu seperti apnea, danapabila membuka inkubator usahakan suhu
bayitetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan.
2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikanmelalui hidung.
3) Bayi harus dalam keadaan telanjang (tidak memakaipakaian) untuk
memudahkan observasi.
4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badandan kondisi tubuh.
5) Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yanghangat kira-kira dengan
suhu 27 derajat celcius.
b. Perawatan bayi dalam inkubator terbuka
1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaanterbuka saat pemberian
perawatan pada bayi.
2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikankeseimbangan suhu
normal dan kehangatan.
3) Membungkus dengan selimut hangat.
4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yanglain untuk mencegah
aliran udara.
5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panasyang hilang melalui
kepala.
6) Pengaturuan suhu inkubator disesuaikan denganberat badan sesuai dengan
ketentuan.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009):
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht (normal: 33
-38%) mungkin dibutuhkan.
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahandistres pernafasan bila
ada.
Rentang nilai normal:
a) pH : 7,35-7,45
b) TCO2 : 23-27 mmol/L
c) PCO2 : 35-45 mmHg
d) PO2 : 80-100 mmHg
e) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
a) Bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
b) Bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
6. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
7. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
8. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital ataukomplikasi.

I. OBSERVATION CHART
PENGKAJIAN
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi
masalah yang menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan
untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan
nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda
gawat neonatus (Wong, 2009).

A. Biodata Pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin.Biodata penanggung jawab meliputi: nama (ayah dan ibu), umur,
agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.

B. Riwayat kesehatan antenatal


1) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
2) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
3) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
5) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir.
Yang perlu dikaji:
 Kala I: perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
 Kala II: Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian
obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat
pernafasan.
C. Riwayat kesehatan Post natal
1) Pengkajian awal
Metode yang paling sering digunakan untuk mengkaji penyesuaian segera
bayii baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin adalah sistem skoring
APGAR. Skor ini didasarkan pada observasi denyut jantung, usaha
bernafas, tonus otot, reflek iritabilitas dan warna. Setiap item diberi skor
0,1, atau 2. Evaluasi pada kelima kategori tersebutdibuat pada menit 1 dan
5 setelah kelahiran dan diulang sampai kondisi bayi stabil.

2) Pengkajian umum
a) Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan
denganmenggunakan timbangan elektronik.
b) Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c) Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saatistirahat,
kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
d) Observasi adanya deformitas yang tampak.
e) Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia tidak
responsive, dan apnea.

3) Pengkajian respirasi
a) Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi slang
dada, atau devisiasi lainnya.
b) Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping
hidung atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c) Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d) Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi,
mengi, suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting),
berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara napas.
e) Tentukan apakah diperlukan pengisapan
4) Pengkajian kardiovaskuler
a) Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b) Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c) Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/PMI),
titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar danteraba
(perubahan PMI menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
d) Jelaskan warna bayi (bisa karena gangguan jantung, respirasi
atauhematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercak-
bercak.
e) Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f) Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.

5) Pengkajian gastrointestinal
a) Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dindingabdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b) Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar,
jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipepenghisap, dan
haluaran (warna, konsistensi, pH).
c) Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d) Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
e) Jelaskan bising usus.

6) Pengkajian genitourinaria
a) Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b) Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna
pH,temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring
kecukupan hidrasi).
c) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
7) Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a) Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas
terhadaprangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b) Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c) Jelaskan refleks yang ada (moro, rooting, sucking, plantar,
tonickneck, palmar).
d) Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.

8) Suhu tubuh
a) Tentukan suhu kulit dan aksila.
b) Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.

9) Pengkajian kulit
a) Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama
dimanaperalatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan
kulit.
b) Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,
povidone-jodine).
c) Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas
dan lain-lain.
d) Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang sering muncul menurut (Wong, 2009):
1. Ketidakefektian Pola Nafas yang berhubungan dengan Imaturitas paru dan
neuromuscular, penurunan energy dan keletihan
2. Ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan kontrol suhu imatur
dan berkurangnya lemak tubuh subkutan.
3. Resiko infeksi yang berhubungan dengan defek pertahanan imunologik
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko) yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mengingesti nutrient karena imaturitas atau sakit
K. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN


NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

1. Ketidakefektian pola nafas


yang berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Pantau tingkat pernapasan, kedalaman, dan
Imaturitas paru dan 3x24 jam, diharapkan pasien mampu : kemudahan bernafas.
neuromuscular, penurunan 1. Status Pernapasan: Kepatenan jalan napas. 2. Perhatikan pola nafas klien.
energy dan keletihan 2. Status Pernapasan: Ventilasi. 3. Tentukan apakah klien dispneu fisiologis atau
3. Status tanda-tanda vital. psikologis.
Dengan kriteria hasil : 4. Berikan terapi oksigenasi (Atur peralatan
1. Menunjukkan pola pernapasan yang mendukung oksigenasi, monitor aliran oksigen,
hasil gas darah dalam parameter atau kisaran pertahankan posisi pasien).
normal. 5. Monitor Tekanan darah, nadi, suhu, dan
2. Pasien melaporkan bernafas dengan nyaman. Respiration rate (pernafasan).
3. Mendemonstrasikan kemampuan untuk
melakukan pernapasan dengan pursed lip
(mengerutkan bibir) dan pernapasan dapat
terkontrol.
4. Mengidentifikasi dan menghindari faktor-faktor
spesifik yang dapat memperburuk pola nafas.
2. Ketidakefektifan
termoregulasi yang Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Ukur suhu setiap 2 jam, gunakan termometer
berhubungan dengan kontrol 3x24 jam, diharapkan pasien mampu: elektronik di ketiak pada bayi di bawah usia 4
suhu imatur dan Termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan minggu.
berkurangnya lemak tubuh perkembangan. 2. Catat apakah ada tanda-tanda hipertermi dan
subkutan. hipotermi.
Dengan kriteria hasil: 3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
1. Dapat mempertahankan suhu tubuh dalam 4. Lakukan tepid sponge.
kisaran normal.
2. Menjelaskan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mempertahankan suhu tubuh agar dalam
batas normal.
3. Menjelaskan gejala hipotermia atau hipertermia.

3. Gangguan nutrisi kurang


dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Perhatikan gejala kekurangan gizitermasuk
(resiko) yang berhubungan 3x24 jam diharapkan pasien mampu: perawakan pendek, lengankurus dan kaki.
dengan ketidakmampuan 1. Intake nutrien normal. 2. Perhatikan adanya penurunan beratbadan.
mengingesti nutrient karena 2. Intake makanan dan cairan normal. 3. Kaji kulit apakah kering, monitorturgor kulit
imaturitas atau sakit 3. Berat badan normal. dan perubahan pigmentasi.
4. Massa tubuh normal. 4. Berikan makanan yang terpilih.(sudah
5. Pengukuran biokimia normal. dikonsultasikan dengan ahligizi).
5. Monitor kalori dan intake nutrisi.
Dengan kriteria hasil:
1. Berat badan bertambah.
2. Berat badan dalam kisaran normal untuk tinggi
dan usia.
3. Mengenali faktor yang berkontribusi terhadap
berat badan dibawah normal.
4. Mengidentifikasi kebutuhan gizi.
5. Bebas dari kekurangan gizi.

4. Resiko infeksi yang


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
berhubungan dengan defek 3x24 jam diharapkan pasien mampu: 1. Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh, letargi,
pertahanan imunologik Terhindar dari resiko infeksi. apnea, malas minum, gelisah dan ikterus.
2. Kaji riwayat ibu, kondisi bayi selama
Dengan kriteria hasil:
1. Pengetahuan: Kontrol infeksi kehamilan, dan epidemi infeksi diruang
Indikador: perawatan.
a. Menerangkan cara-cara penyebaran.
3. Ambil sampel darah.
b. Menerangkan faktor-faktor yang
berkontribusi dengan penyebaran. 4. Upayakan pencegahan infeksi dari
c. Menjelaskan tanda-tanda dan gejala.
lingkungan. Misalnya: cuci tangan sebelum
d. Menjelaskan aktivitas yang dapat
meningkatkan resistensi terhadap infeksi. dan sesudah memegang bayi.
2. Status Nutrisi.
Indikator:
a. Asupan nutrisi
b. Asupan makanan dan cairan
c. Energi
d. Masa tubuh
e. Berat badan
3. Penyembuhan luka: Primer
Indikator
a. Kulit utuh
b. Berkurangnya drainase purulen
c. Eritema disekitar kulit berkurang
d. Edema disekitar kulit berkurang
e. Suhu kulit tidak meningkat
f. Luka tidak berbau
DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, A dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus.
Trans Info Media: Jakarta.

Maryunani, A. 2013a. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).Jakarta:Trans
Info Media.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika:Jakarta.

WHO.2014. Global Nutrition Targets 2025 Low Birth Weight Policy Brief. Geneva: WHO.

Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Wong, 2009. Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai