LISA FITRIANI
NIM.22222039
Dosen Pembimbing:
Miskiyah Tamar, S.Kep.,Ns.,M.Kep
A. DEFINISI
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir kurang dari
2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur (sebelum 37 minggu usia
kehamilan) (WHO, 2014). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,
2009). BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram
(Arief dan Weni, 2016).
B. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010)
1. Faktor ibu
a) Penyakit
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia,infeksi kandung kemih.
Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menularseksual, hipertensi,
HIV/AIDS, penyakit jantung.
Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b) Ibu
Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c) Keadaan sosial ekonomi
Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomirendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi danpengawasan antenatal yang kurang.
Aktivitas fisik yang berlebihan.
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janinkronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dankehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal didataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan berat badan
rendah mempunyai ciri-ciri:
1. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
3. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepalasama dengan
atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
4. Rambut lanugo masih banyak
5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
6. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
7. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
8. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum,
pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
9. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
10. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
11. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
12. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
D. KLASIFIKASI
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara mengelompokan bayi
BBLR, yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya:
a) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
1.500-2.500 gram.
b) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir <1.500 gram.
c) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir <1.000 gram.
2. Menurut masa gestasinya:
a) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya berat atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b) DismaturIntra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan di
karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah (Mitayani, 2009):
1. Sindrom aspirasi mekonium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir
yang disebabkan oleh masuknya mekonium (tinja bayi) ke paru-paru sebelum
atau sekitar waktu kelahiran (menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
2. Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa dibawah 40 mg/dL.
Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah,
terutama pada laki-laki.
3. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran surfaktan belum
sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.Sesudah bayi mengadakan aspirasi,
tidak tertinggal udaradalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang
tinggiuntuk pernafasan berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
5. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir) adalahmeningginya kadar bilirubin di
dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning.
F. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilanyang belum
cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkandismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
dari masa kehamilannya, yaitutidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena
adanya gangguanpertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
olehpenyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dankeadaan-
keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadiberkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir
normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita
sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan
kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih
besar (Nelson, 2010).
PATHWAY
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu denganmenerapkan
beberapa metode Developemntal care yaitu:
1. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan
dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk
mengatasi usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat menggunakan
energi ini untuk pertumbuhan dan perkembangan. Posisi telungkup merupakan
posisi terbaik bagi kebanyakan bayi preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, dan pola tidur
istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan
energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup. Akan tetapi ada yang lebih
menyukai postur berbaring miring fleksi. Posisi telentang lama bagi bayi preterm
dan BBLR tidak disukai, karena tampaknya mereka kehilangan keseimbangan
saat telentang dan menggunakan energi vital sebagai usaha untuk mencapai
keseimbangan dengan mengubah postur.
Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat
mengakibatkan abduksi pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi
bahu, peningkatan ekstensi leher dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan
leher dan punggung melengkung. Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya
tidak boleh posisi telungkup (Wong, 2008).
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009):
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht (normal: 33
-38%) mungkin dibutuhkan.
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahandistres pernafasan bila
ada.
Rentang nilai normal:
a) pH : 7,35-7,45
b) TCO2 : 23-27 mmol/L
c) PCO2 : 35-45 mmHg
d) PO2 : 80-100 mmHg
e) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
a) Bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
b) Bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
6. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
7. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):Trombositopenia
mungkin menyertai sepsis.
8. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital ataukomplikasi.
I. OBSERVATION CHART
PENGKAJIAN
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi
masalah yang menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan
untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi penyusunan
nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau adanya tanda
gawat neonatus (Wong, 2009).
A. Biodata Pasien
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin.Biodata penanggung jawab meliputi: nama (ayah dan ibu), umur,
agama, suku atau kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat.
2) Pengkajian umum
a) Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan
denganmenggunakan timbangan elektronik.
b) Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
c) Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saatistirahat,
kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
d) Observasi adanya deformitas yang tampak.
e) Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia tidak
responsive, dan apnea.
3) Pengkajian respirasi
a) Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi slang
dada, atau devisiasi lainnya.
b) Observasi adanya penggunaan otot penapasan tambahan cuping
hidung atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
c) Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.
d) Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi,
mengi, suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting),
berkurangnya masukan udara, dan kesamaan suara napas.
e) Tentukan apakah diperlukan pengisapan
4) Pengkajian kardiovaskuler
a) Tentukan denyut jantung dan iramanya.
b) Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
c) Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/PMI),
titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar danteraba
(perubahan PMI menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
d) Jelaskan warna bayi (bisa karena gangguan jantung, respirasi
atauhematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercak-
bercak.
e) Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
f) Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
5) Pengkajian gastrointestinal
a) Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dindingabdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
b) Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar,
jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipepenghisap, dan
haluaran (warna, konsistensi, pH).
c) Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
d) Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
e) Jelaskan bising usus.
6) Pengkajian genitourinaria
a) Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
b) Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna
pH,temuan lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring
kecukupan hidrasi).
c) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
7) Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
a) Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas
terhadaprangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
b) Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).
c) Jelaskan refleks yang ada (moro, rooting, sucking, plantar,
tonickneck, palmar).
d) Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
8) Suhu tubuh
a) Tentukan suhu kulit dan aksila.
b) Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
9) Pengkajian kulit
a) Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama
dimanaperalatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan
kulit.
b) Periksa juga dan catat preparat kulit yang dipakai (missal plester,
povidone-jodine).
c) Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas
dan lain-lain.
d) Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis Keperawatan yang sering muncul menurut (Wong, 2009):
1. Ketidakefektian Pola Nafas yang berhubungan dengan Imaturitas paru dan
neuromuscular, penurunan energy dan keletihan
2. Ketidakefektifan termoregulasi yang berhubungan dengan kontrol suhu imatur
dan berkurangnya lemak tubuh subkutan.
3. Resiko infeksi yang berhubungan dengan defek pertahanan imunologik
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (resiko) yang berhubungan dengan
ketidakmampuan mengingesti nutrient karena imaturitas atau sakit
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
Maryunani, A dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus.
Trans Info Media: Jakarta.
Maryunani, A. 2013a. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).Jakarta:Trans
Info Media.
WHO.2014. Global Nutrition Targets 2025 Low Birth Weight Policy Brief. Geneva: WHO.