Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

a. Pengertian BBLR

Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan memiliki berat

badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan berdampak buruk untuk

tumbuh kembang bayi ke depannya (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Penyebab

BBLR adalah keadaan ibu hamil yang memiliki masalah dalam kehamilan.

Permasalaham dalam kehamilan inilah yang paling berbahaya karena menjadi

penyebab kematian ibu dan bayi terbesar (Barua dkk, 2014).

b. Klasifikasi BBLR

menurut Cutland, dkk (2017) dalam mengelompokkan bayi BBLR ada

beberapa cara yaitu :

1) Berdasarkan harapan hidupnya:

a) Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat lahir rendah

(BBLR)

b) Bayi dengan berat lahir 1500-1000 gram adalah bayi berat lahir sangat

rendah (BBLSR)
c) Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah bayi berat lahir ekstrim rendah

(BBLER)

2) Berdasarkan masa gestasinya

a) Prematuritas Murni

Bayi dengan masa gestasi kuranhg dari 37 minggu atau biasa disebut

neonatus dengan berat normal ketika lahir. Dapat disebut BBLR jika berat

lahirnya antara 1500 – 2500 gram/

b) Dismaturitas

Ketika dengan berat badan lahir tidak normal atau kecil ketika dalam masa

kehamilan.

c. Etiologi BBLR

Menurut Nur, R dkk (2016) ada beberapa faktor resiko yang dapat

menyebabkan masalah BBLR yaitu:

1) Faktor ibu

a) Usia

Berdasarkan penelitian menunjukkan persentase kejadian BBLR lebih tinggi

terjadi pada ibu yang berumur <20 atau >35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan

yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO yaitu usia

yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia reproduksi, hamil dan

melahirkan.
b) Paritas

Berdasarkan penelitian ibu grandemultipara (melahirkan anak empat atau

lebih) 2,4 kali lebih resiko untuk melahirkan anak BBLR, itu dikarenakan setiap

proses kehamilan dan persalinan menyebabkan trauma fisik dan psikis, semakin

banyak trauma yang ditinggalkan akan menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan

persalinan berikutnya.

c) Gizi kurang saat hamil

Ibu yang mengalami gizi kurang saat hamil menyebabkan persalinan

sulit/lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), serta perdarahan setelah

persalinan. Ibu yang memiliki gizi kurang saat hamil juga lebih berisiko

mengalami keguguran, bayi lahir cacat dan bayi lahir dengan berat badan yang

kurang.

d) Jarak kehamilan

Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun berisiko

3,231 kali lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan dengan ibu yang

memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu dikeranakan pola hidup, belum

menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak melakukan pemeriksaan dengan rutin.

e) Pola hidup

Ibu yang terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi alkohol dapat

menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran darah umbilikal sehingga

pertumbuhan janin akan mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir dengan

BBLR.
2) Faktor kehamilan

a) Hamil hidramnion

Hidramnion yaitu kelebihan cairan amniotik sebanyak 2000 ml. Kejadian

hidramnion dalam kehamilan sering berkaitan dengan malformasi janin, terutama

pada kelainan susunan saraf pusat dan saluran percernaan. Selain itu, tekanan pada

organ-organ di dalam dan sekitar uterus sangat meregang.

Peregangan berlebihan tersebut dapat menyebabkan dispnea berat, dan pada

kasus yang ekstrem ibu dengan hamil hidramnion hanya dapat bernafas sewaktu

dalam posisi duduk. Oleh karena itu, ibu hamil dengan hidramnion dapat

menyebabkan bayi dengan BBLR.

b) Hamil ganda

Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit dengan

pertumbuhan yang melambat pada satu janin atau lebih dibandingkan dengan bayi

tunggal yang normal. Pada kembar monokorian berkaitan dengan anastomosis

vaskular plasenta yang menyebabkan ketidak seimbangan hemodinamik di antara

kedua janin. Berikutnya tekanan dan perfusi pada kembar donor menyebabkan

berkurangnya pertunbuhan plasenta dan janin.

Ketidak seimbangan pada kembar dikorion kemungkinan disebabkan oleh

plasenta terpisah dan memerlukan tempat implantasi yang lebih luas maka terdapat

kemungkinan yang lebih besar bahwa salah satu plasenta memiliki tempat

perlekatan suboptimal sehingga bayi dapat lahir dengan berat badan lahir rendah.
c) Perdarahan antepartum

Kurangnya suplsai darah dari ibu ke janin menyebabkan kebutuhan oksigen

dan nutrisi janin tidak terpenuhi. Oleh sebab itu, janin yang dilahirkan akan

mengalami berat badan rendah.

d) Ketubab Pecah Dini

Ketuban Pecah Dini (KPD) addalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan

langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan

terjadinya infeksi asenden. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan

infeksi dalam rahim dan prematuris dikarenakan infkesi menyebabkan terjadinya

pelemahan pada selaput ketuban.

e) Hiperemesis Gravidarum

Kehamilan merupakan hal yang fisiologi. Namun kehamilan yang normal

dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan untuk menapis adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksi dini adanya

komplikasi/penyakit yang mungkin hamil muda. Tanda – tanda bahaya kehamilan

adalah gejala yang menunjukan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya

(Kusmiyati, 2010). Pada ibu hamil, terutam trimester 1 sering timbul gejala mual

(nausea) dan muntah (emesis gravidarum) merupakan gejala yang wajar. Biasanya

terjadi pada pagi hari (morning sickness), tetapi dapat pulak timbul pada saat siang

dan malam. Perasaan mual terjdi karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan

HCG dalam serum. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan

muntah ini terjadi 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida.

Bayi berat lahir rendah terjadi apabila ibu mengalami gangguan/komplikasi

selam kehamilan seperti hiperemesis gravidarum yaitu komplikasi mual dan

muntah pada hamil muda bila terjdi secara terus menerus dapat menyebabkan

dehidrasi dan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan

energi. Perasaan mual ini disebabkan oleh meningkatnya kadar estrogen.

Hiperemesis yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan asupan makanan

yang dapat mempengaruhi perkembangan janin (Mochtar, 2010)

3) Faktor janin

a) Cacat bawaan (kelainan kongenital)

Bayi dengan kelainan kongenital yang berat sering mengalami retardasi

pertumbuhan sehingga berat badan lahirnya rendah. Kelainan kongenital lebih

sering terjadi di antara bayi-bayi yang tumbuh lambat dan pada bayi yang tumbuh

sesuai umur kehamilan.

4) Faktor Kebiasaan

a) Pekerjaan

Ibu hamil yang bekerja terlalu berat akan menghabiskan banyak tenaga. Jika

tidak diseimbangkan dengan konsumsi makanan yang seimbang dan istirahat yang

cukup, maka kebutuhan gizi untuk janin tidak tercukupi dengan baik, sehingga

berat badan bayi yang akan dilahirkan kecil. Menurut penelitian Raj Sharma,

sebagai besar bayi BBLR lahir dari ibu yang selama kehamilannya melakukan

pekerjaan fisik yang berat berisiko 1,48 kali melahirkan bayi dengan BBLR.
b) Merokok

Ibu hamil yang ketergantungan merokok dapat menimbulkan gangguan

sirkulasi retroplasnter sehingga menyebabkan bayi BBLR. Selain terjadinya

retroplasenter, pada ibu hamil yang merokok proses penyerapan zat gizi pun

terhambat.

5) Faktor sosial dan ekonomi yang rendah

Angka kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di negara berkembang lebih

tinggi daripada di negara maju. Hal tersebut dikeranakan kondisi sosial ekonomi

yang rendah mempengaruhi diet ibu.

d. Ciri – ciri BBLR

Menurut penelitian dari Manuaba (2012) ada beberapa ciri BBLR yaitu:

1) Rambut tipis halus

2) Tulang tengkorak lunak.

3) Kulit tipis dan transparan.

4) Berat badan <2500 gram.

5) Reflek – reflek pada pemeriksaan neurologis lemah, terutama pada reflek

menghisap dan menelan.

e. Masalah Kesehatan BBLR

Menurut Proverawati (2010) ada beberapa masalah kesehatan pada BBLR

yaitu:

1) Ketidakstabilan suhu tubuh.


2) Gangguan pernapasan.

3) Imaturitas neurologis.

4) Gastrointestinal dan nutrisi.

5) Imaturutas.

6) Hipoglikemi.

f. Penatalaksanaan BBLR

1) Pengaturan suhu badan bayi dengan berat lahir rendah

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus

dipertahankan dengan ketat. (Prawiroharjo, 2011). Menurut (Buku panduan

manajemen masalah bayi lahir untuk Dokter, Bidan, dan Perawat, di Rumah

sakit), cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh ada lima cara yaitu:

a) Kontak kulit dengan kulit

(1) Untuk semua bayi

(2) Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau menghangatkan

bayi hipotermi (32 °C-36,4°C)

b) Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL)

Kangaroo Mother Care (KMC) adalah kontak kulit diantara ibu dan

bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI

eksklusif. Tujuannnya agar bayi tetap hangat. Dapat dimulai segera

setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit

atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa dirawat dengan KMC

meskipun belum bisa menyusu, berikan ASI peras dengan menggunakan

salah satu altenatif cara pemberian minum.


c) Pemancar panas

d) Inkubator

Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan

kedalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang

cukup dengan suhu yang normal.

2) Medikamentosa

a) Pemberian Vitamin K1:

(1) Injeksi 1 IM sekali pemberian, atau

(2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,

umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)

b) Diatetik

Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena

refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI

dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa

lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi

dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang

diberian dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI

merupakan pilihan utama:

(1) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup

dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan

bayi menghisap paling kurang sehari sekali.


(2) Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnta baik 20

g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

2. Hiperemesis Garvidarum

a. Pengerian Hiperemesis Garvidarum

Hiperemesis Garvidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita

hamil sampai menggangu pekerjaan sehari-hari sehingga keadaan umumnya menjadi

buruk, karena dehidrasi (Mochtar,2010).

Hiperemesis Garvidarum adalah keadaan dimana wanita tidak dapat

menyesuaikan dengan keadaan mual dan muntah yang wajar dan sering kedapatan

pada kehamilan trimester 1, sehingga pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan

keadaan umum menjadi buruk (Prawiroharharjo, 2010).

Hiperemesis Garvidarum adalah keadaan dimana seorang ibu memuntahkan

segala apa yang dimakan dan yang diminum sehingga berat badan sangat turun,

turgor kulit kurang, timbul aseton dalam kencing (Manuaba, 2010)

b. Etiologi

Penyebab Hiperemesis Garvidarum belum diketehui secara pasti.

Beberapa faktor yang telah ditemukan menurut Prawirohadjo (2010)

Yaitu:

1) Faktor presdisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola

hidatidosa dan kehamilan ganda


2) Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic

akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini

merupakan faktor organik.

3) Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.

4) Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga

retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dn persalinan, serta takut

terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang

dapat memperberat mual dan muntah sebagia ekspresi tidak sadar terhadap

keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.

c. Patologi

Menurut Prawirohadjo (2010), patologi hiperemesis Gravidarum anatar lain:

1) Hati

Pada hiperemesis Gravidarum tanpa komplikasi hanya ditemukan degenerasi

lemak tanpa nekronis, degenerasi lemak tersebut terletak sentrilobuler.

2) Jantung

Jantung menjadi lebih kecil dari pada biasanya dan beratnya atrofi, ini sejalan

dengan lamanya penyakit.

3) Otak

Ada kalanya terdapat bercak-bercak pendarahan pada otak dan kelainan

seperti pada ensefalopati wernicle dapat dijumpai.


4) Ginjal

Ginjal tampak pucat dan generasi lemak dapat ditemukan pada tabulikonturti.

d. Tanda dan Gejala

Menurut Manuaba (2010) Hiperemesis Gravidarum menurut berat ringannya

dapat dibagi kedalam 3 (tiga) tingkatan, yaitu:

a. Tingkat I

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa

lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri epigastrium,

nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit

mengurang, lidah mengering dan mata cekung

b. Tingkat II

penderita tampak lebih lemah dan apatis, tugor kulit mengurang, lidah mengering

dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit

ikhterik, berat badan turun dan mata menjadi cekung, tekanan darag turun,

hemokonsentrasi, oligouria dan konstipasi. Aseton tercium dalam hawa pernapasan

kerena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.

c. Tingkat III

keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesedaran menurun dari somnolen

sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat tensi menurun, komplikasi fatal

terjadi pada susunan syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati werniele, dengan gejala:

nistagmus, dipolpia dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus

menunjukkan adanya payah hati.

e. Diagnosa

Diagnosa Hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya

kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi kadaan

umum. Hiperemesis Gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan

makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengpobatan perlu

segera diberikan. Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang

terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Pemeriksaan fisik pada

pasien Hiperemesis Gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-tanda yang

khusus. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgo kulit,

nutrisi dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai penurunan berat badan

5% dari sebelum hamil, dehidrasi, turgor kulit yang menurun, perubahan tekanan

darah dan nadi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain,

pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes fungsi hati,

dan urinalisa untuk menyingkirkan pemeriksaan T3 dan T4. Lakukan pemeriksaan

utrasonografi untuk menyingkirkan kehamilan mola (Musyida,2012).

f. Penatalaksaan

Menurut Proverawati (2010), penatalaksaan dalam penanganan Hiperemesis

Gravidarum yaitu:

1) Obat – obatan

Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang dianjurkan

adalah vitamin B1 dan B6. Anti histamika juga dianjurkan seperti dramamin, ovamin
pada keadaan lebih kuat diberikan antimetik seperti disiklomik hidrokhloride atau

khlorpromasin.

2) Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki peredaran

udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk

keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar dan masuk. Pasien tidak

diberikan makan ataupun minum selama 24 jam. Biasanya dengan isolasi saja gejala-

gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

3) Terapi psikologi

Perlu diyakinkan kepada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan. Hilangkan

rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses

fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang

melatarbelakangi penyakit ini.

4) Cairan Parenteral

Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan

glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat

ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat

diberikan pula asam amino secara intravena

g. Diet Hiperemesis Gravidarum

Menurut Manuaba (2012), adapun cara diet pada ibu hamil yang mengalami

hiperemesis Gravidarum antara lain:

1) Tujuan

Diet pada hiperemesis Gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen

tubuh dan mengontrol tubuh dan mengontrol asisdosis secara berangsur memberikan
makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Syarat diet hiperemesis gravidarum memiliki

beberapa syarat, diantaranya adalah:

a) Karbohidrat tinggi, yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total

b) Lemak rendah, yaitu <10% dari kebutuhan energi total

c) Protein sedang, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

d) Makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan

pasien, yaitu 7-10 gelas per hari

e) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran percernaan, dan diberikan sering

dalam porsi kecil

f) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam

dan selingan malam

g) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan

keadaan dan kebutuhan gizi pasien

h. Makanan Yang Dianjurkan Untuk Diet Hiperemesis

Menurut Rukiyah, dkk (2010), makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II,

dan II adalah:

1) Roti panggang, biskuit, crackers

2) Buah segar dan sari buah

3) Minuman botol ringan (cocla cola, fanta, limun), sirup, kaldu tidak berlemak, teh dan

kopi encer
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan

yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan

yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengandung zat tambhan (pengawat,

pewarna, dan bahan penyedap) yang tidak dianjurkan.

3. Hubungan Hiperemesis gravidarum dengan BBLR

Pada trimester pertama kehamilan, sangat dibutuhkan pertambahan protein dan

asam folat karena terjadi pembentukan organ tubuh janin (organogenesis).

Perkembangan otak dan janin akan terganggu jika pada trimester ini ibu kekurangan

gizi. Ibu perlu mendapatkan nutrisi yang adekuat dan tidak mengandung racun seperti

bahan kimia berbahaya (Arisman, 2010). Menurut Brown (2015), salah satu indikator

volume plasma dan keseimbangan kalori selama kehamilan adalah pertambahan berat

badan karena ukuran bayi sehat baru lahir dilihat dari pertambahan berat badan ibu

selama kehamilan (Arisman, 2010)

Beberapa defisiensi nutrisi telah diidentifikasi dalam pengaturan Hiperermesis

Gravidarum. Definisi vitamin B1 (tiamin) yang larut dalam air dapat menyebabkan

muntah terus-menerus yang berlanjut dapat menjadi wernike’s encephalopathy yang

dapat menggangu perkembangan janin dalam rahim ibu. Untuk menghindari

komplikasi terbentuk perlu adanya gravidarum yang tidak dapat menerima asupan oral

membutuhkan NGT untuk dukungan nutrisi yang membutuhkan pemasangan jalur

sentral. Kateter central dikaitkan dengan komplikasi seperti infeksi, trombosis,

hematom, pneumotoraks dan aritmia jantung (Wirakusumah, 2013).

Muntah dalam kehamilan yang tidak diobati dengan anti emetis dikaitkan dengan

resiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan BBLR. Resiko BBLR paling tinggi yang

berhubungan dengn mual dan muntha berada pada trimester tiga. Mual dan muntah
pada trimester pertama dan kedua lebih rendah resiko untuk menjadi BBLR (Heryani,

2019).

Mual dan muntah dalam kehamilan adalah cara proteksi terhadap embrio atau janin

untuk mengurangi paparan zat makanan yang mengandung mikroorganisme inefektif

yang dapat menyebabkan perubahan asupan makanan ibu. Dalam bentuk ringan, hal ini

meyebabkan efek positf pada janin seperti penurunan singkta keguguran dn malformasi

kongenital. Sementara, jika mual muntah berlebihan dapat mengurangi pengiriman

nutrisi ke janin yang mengarah ke resiko lebih besar ke BBLR (Sulistywati, 2012)

Penelitian oleh Atriana dan Camelia (2016) melaporkan bahwa pada trimester

kedua dn ketiga ada peningkatan kebutuhan gizi pada janin, jika tidak terpenuhi,

plasenta akan kekurangan zat makanan yang akan mengurangi menyebabkan suplai

darah nutrisi oksigen pada plasenta akan berpengaruh fungsi plasenta terhadap janin.

Mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus dan peningkatan kadar HCG

menyebabkan stimulasi migrasi trofoblast yang akan mengubah plasentasi. Perubahan

plasenta ini akan menyebabkan disfungsi plasenta yang secara klinis bermanifestasi

sebagai hipertensi gestasional, preeklampsia, dan IUGR. Secara khusus peningkatan

kadar plasma pada trimester kedua dikaitakan dengan perkembangan kondisi ini.

Dengan demikian, Hiperemesis Gravidarum yang terjadi pada trimester pertama dan

kedua menjadi indikator kehamilan yang menyebabkan disfungsi plasenta. Hiperemesis

yang berlangsung lama >12 minggu akan mengakibatkan gangguan tumbuh kembang

janin intrauteri (Manuaba, 2012).

Hiperemesisi dapat terjadi dengan berbagai tingkat keparahan dan penelitian

sebelumnya telah berusaha mempertimbangakan keparahan penyakit dengan luaran


maternal. Ukuran tingkat keparahan dinilai dari kenaikan berat badan yang rendah

selama kehamilan dan ketidakseimbangan blokimia.

4. Penelitian Terkait

a. penelitian ini dilakukan oleh jannah (2018) dengan judul Hubungan Kejadian

Hiperemesi Gravidarum dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah pada Ibu Bersalin Di

Wilayah Kerja UPTD Pukesmas Jaya Baru Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian cross sectional, dengan jumlah populasi 70 responden. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan total random sampling dan jumlah sampel 70 orang.

Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner. Analisa data menggunakan uji chi-

square dengan α=0,05. Hasil penelitian disumpulkan bahwa ada hubungan signifikan

kejadian Hiperemesi Gravidarum dengan berat badan bayi lahir rendah pada ibu bersalin

di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jaya Baru. Persamaan dengan penelitian adalah teknik

pengambilan sampelnya menggunakan teknik total sampling dan menggunakan analisa

data uji chi-square, sedangkan perbedaan dengan penelitian adalah jenis penelitiannya

menggunakan penelitian cross sectional dan alat pengumpulan datanya menggunakan

lembar kuesioner.

b. Penelitian ini dilakukan oleh Magfirah dan Anita (2013) dengan judul Hubungan

Riwayat Hiperemesi Gravidarum Terhadap Resiko Kejadian Berat Badan Bayi Lahir

Rendah di Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan adalah penlitian analitik

observasi dengan desain case control, dengan jumlah populasi 30 orang. Teknik

pengambilan sampel yang digunakan consecutive sampling dan jumlah sampel 30 orang

untuk sampel kasus dan 30 orang untuk sampel kontrol. Pengumpulkan data

menggunakan lembar kuesioner. Analisa data menggunakan chi-square. Hasil penelitian

disimpulkan bawah hubungan signifikasi riwayat Hubungan Riwayat Hiperemesi


Gravidarum Terhadap Resiko Kejadian Berat Badan Bayi Lahir Rendah di Banda Aceh

tahun 2013. Persamaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitiannya menggunakan

penelitian case control dan analisa data menggunakan uji chi-square, sedangkan

perbedaannya adalah teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik consecutive

sampling dan alat pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner.


B. Kerangka Teori

Atas dasar tinjauan pustaka tentang Hubungan Kejadian Hiperemesi Gravidarum

dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR), maka dapat dirumuskan teori sebagai

berikut:

Skema 2.1 Kerangka Teori

Faktor Ibu:

1) Usia
2) Paritas
3) Gizi kurang saat hamil
4) Jarak kehamilan
5) Pola hidup

Faktor kehamilan:
a) Hamil Hidramniom
b) Hamil ganda
c) Perdarahan antepartum
d) Ketuban Pecah Dini
e) Hiperemesis Gravidarum
Berat Badan Bayi Lahir
Rendah (BBLR)

Faktor Janin:

a) Cacat bawaan

Faktor kebiasaan

a) Pekerjaan
KK
b) Merokok

Faktor Sosial dan Ekonomi


yang Rendah

Keterangan :
: Hubungan
: Faktor yang tidak diteliti

: Faktor yang diteliti


C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya merupakan kerangka hubungan antara

konsep- konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penilaian yang akan dilakukan

(Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan kerangka teori diatas penelitian tertarik meneliti

hubungan Hiperemesis Gravidarum dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), maka

dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut:

Skema 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Indepen Variabel Dependen

Hiperemesis Gravidarum Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

D. Hipotesis

Ha : Ada hubungan Hiperemesis Gravidarum dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Di RSUD Bangkinang tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai