TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a. Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah adalah keadaan ketika bayi dilahirkan memiliki berat
badannya kurang dari 2500 gram. Keadaan BBLR ini akan berdampak buruk untuk
BBLR adalah keadaan ibu hamil yang memiliki masalah dalam kehamilan.
b. Klasifikasi BBLR
a) Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR)
b) Bayi dengan berat lahir 1500-1000 gram adalah bayi berat lahir sangat
rendah (BBLSR)
c) Bayi dengan berat lahir < 1000 gram adalah bayi berat lahir ekstrim rendah
(BBLER)
a) Prematuritas Murni
Bayi dengan masa gestasi kuranhg dari 37 minggu atau biasa disebut
neonatus dengan berat normal ketika lahir. Dapat disebut BBLR jika berat
b) Dismaturitas
Ketika dengan berat badan lahir tidak normal atau kecil ketika dalam masa
kehamilan.
c. Etiologi BBLR
Menurut Nur, R dkk (2016) ada beberapa faktor resiko yang dapat
1) Faktor ibu
a) Usia
terjadi pada ibu yang berumur <20 atau >35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan
yang tidak BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO yaitu usia
yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat usia reproduksi, hamil dan
melahirkan.
b) Paritas
lebih) 2,4 kali lebih resiko untuk melahirkan anak BBLR, itu dikarenakan setiap
proses kehamilan dan persalinan menyebabkan trauma fisik dan psikis, semakin
banyak trauma yang ditinggalkan akan menyebabkan penyulit untuk kehamilan dan
persalinan berikutnya.
persalinan. Ibu yang memiliki gizi kurang saat hamil juga lebih berisiko
mengalami keguguran, bayi lahir cacat dan bayi lahir dengan berat badan yang
kurang.
d) Jarak kehamilan
Berdasarkan penelitian ibu yang memiliki jarak kelahiran < 2 tahun berisiko
3,231 kali lebih besar melahirkan anak BBLR di bandingkan dengan ibu yang
memiliki jarak kelahiran > 2 tahun, itu dikeranakan pola hidup, belum
menggunakan alat kontrasepsi dan ibu tidak melakukan pemeriksaan dengan rutin.
e) Pola hidup
Ibu yang terkena paparan asap rokok dan sering mengkonsumsi alkohol dapat
menyebabkan hipoksia pada janin dan menurunkan aliran darah umbilikal sehingga
pertumbuhan janin akan mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir dengan
BBLR.
2) Faktor kehamilan
a) Hamil hidramnion
pada kelainan susunan saraf pusat dan saluran percernaan. Selain itu, tekanan pada
kasus yang ekstrem ibu dengan hamil hidramnion hanya dapat bernafas sewaktu
dalam posisi duduk. Oleh karena itu, ibu hamil dengan hidramnion dapat
b) Hamil ganda
Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit dengan
pertumbuhan yang melambat pada satu janin atau lebih dibandingkan dengan bayi
kedua janin. Berikutnya tekanan dan perfusi pada kembar donor menyebabkan
plasenta terpisah dan memerlukan tempat implantasi yang lebih luas maka terdapat
kemungkinan yang lebih besar bahwa salah satu plasenta memiliki tempat
perlekatan suboptimal sehingga bayi dapat lahir dengan berat badan lahir rendah.
c) Perdarahan antepartum
dan nutrisi janin tidak terpenuhi. Oleh sebab itu, janin yang dilahirkan akan
langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim, sehingga memudahkan
terjadinya infeksi asenden. Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan
e) Hiperemesis Gravidarum
dapat berubah menjadi patologi. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan untuk menapis adanya resiko ini yaitu melakukan pendeteksi dini adanya
adalah gejala yang menunjukan bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya
(Kusmiyati, 2010). Pada ibu hamil, terutam trimester 1 sering timbul gejala mual
(nausea) dan muntah (emesis gravidarum) merupakan gejala yang wajar. Biasanya
terjadi pada pagi hari (morning sickness), tetapi dapat pulak timbul pada saat siang
dan malam. Perasaan mual terjdi karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan
HCG dalam serum. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan
muntah ini terjadi 60% - 80% primigravida dan 40% - 60% multigravida.
muntah pada hamil muda bila terjdi secara terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
3) Faktor janin
sering terjadi di antara bayi-bayi yang tumbuh lambat dan pada bayi yang tumbuh
4) Faktor Kebiasaan
a) Pekerjaan
Ibu hamil yang bekerja terlalu berat akan menghabiskan banyak tenaga. Jika
tidak diseimbangkan dengan konsumsi makanan yang seimbang dan istirahat yang
cukup, maka kebutuhan gizi untuk janin tidak tercukupi dengan baik, sehingga
berat badan bayi yang akan dilahirkan kecil. Menurut penelitian Raj Sharma,
sebagai besar bayi BBLR lahir dari ibu yang selama kehamilannya melakukan
pekerjaan fisik yang berat berisiko 1,48 kali melahirkan bayi dengan BBLR.
b) Merokok
retroplasenter, pada ibu hamil yang merokok proses penyerapan zat gizi pun
terhambat.
Angka kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di negara berkembang lebih
tinggi daripada di negara maju. Hal tersebut dikeranakan kondisi sosial ekonomi
Menurut penelitian dari Manuaba (2012) ada beberapa ciri BBLR yaitu:
yaitu:
3) Imaturitas neurologis.
5) Imaturutas.
6) Hipoglikemi.
f. Penatalaksanaan BBLR
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
manajemen masalah bayi lahir untuk Dokter, Bidan, dan Perawat, di Rumah
sakit), cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh ada lima cara yaitu:
Kangaroo Mother Care (KMC) adalah kontak kulit diantara ibu dan
bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI
setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC dapat dilakukan di rumah sakit
atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa dirawat dengan KMC
d) Inkubator
2) Medikamentosa
(2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir,
b) Diatetik
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa
lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi
dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang
diberian dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI
(1) Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup
dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan
2. Hiperemesis Garvidarum
menyesuaikan dengan keadaan mual dan muntah yang wajar dan sering kedapatan
segala apa yang dimakan dan yang diminum sehingga berat badan sangat turun,
b. Etiologi
Yaitu:
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan, ini
3) Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4) Faktor psikologi memegang peranan penting pada penyakit ini, rumah tangga
terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagia ekspresi tidak sadar terhadap
c. Patologi
1) Hati
2) Jantung
Jantung menjadi lebih kecil dari pada biasanya dan beratnya atrofi, ini sejalan
3) Otak
Ginjal tampak pucat dan generasi lemak dapat ditemukan pada tabulikonturti.
a. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa
lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri epigastrium,
nadi meningkat sekitar 100/menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit
b. Tingkat II
penderita tampak lebih lemah dan apatis, tugor kulit mengurang, lidah mengering
dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit
ikhterik, berat badan turun dan mata menjadi cekung, tekanan darag turun,
kerena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
c. Tingkat III
keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesedaran menurun dari somnolen
sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat tensi menurun, komplikasi fatal
terjadi pada susunan syaraf yang dikenal sebagai ensefalopati werniele, dengan gejala:
nistagmus, dipolpia dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks, timbulnya ikterus
e. Diagnosa
kehamilan muda dan muntah yang terus menerus, sehingga mempengaruhi kadaan
segera diberikan. Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang
khusus. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgo kulit,
nutrisi dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai penurunan berat badan
5% dari sebelum hamil, dehidrasi, turgor kulit yang menurun, perubahan tekanan
darah dan nadi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan antara lain,
pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes fungsi hati,
f. Penatalaksaan
Gravidarum yaitu:
1) Obat – obatan
adalah vitamin B1 dan B6. Anti histamika juga dianjurkan seperti dramamin, ovamin
pada keadaan lebih kuat diberikan antimetik seperti disiklomik hidrokhloride atau
khlorpromasin.
2) Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, cerah, dan memiliki peredaran
udara yang baik. Sebaiknya hanya dokter dan perawat saja yang diperbolehkan untuk
keluar masuk kamar tersebut. Catat cairan yang keluar dan masuk. Pasien tidak
diberikan makan ataupun minum selama 24 jam. Biasanya dengan isolasi saja gejala-
3) Terapi psikologi
rasa takut oleh karena kehamilan dan persalinan karena itu merupakan proses
fisiologis, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik lainnya yang
4) Cairan Parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan
glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambahkan kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat
Menurut Manuaba (2012), adapun cara diet pada ibu hamil yang mengalami
1) Tujuan
tubuh dan mengontrol tubuh dan mengontrol asisdosis secara berangsur memberikan
makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. Syarat diet hiperemesis gravidarum memiliki
d) Makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan
e) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran percernaan, dan diberikan sering
f) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam
g) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan
Menurut Rukiyah, dkk (2010), makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II,
dan II adalah:
3) Minuman botol ringan (cocla cola, fanta, limun), sirup, kaldu tidak berlemak, teh dan
kopi encer
Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah makanan
yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu tajam. Bahan makanan
yang mengandung alkohol, kopi, dan yang mengandung zat tambhan (pengawat,
Perkembangan otak dan janin akan terganggu jika pada trimester ini ibu kekurangan
gizi. Ibu perlu mendapatkan nutrisi yang adekuat dan tidak mengandung racun seperti
bahan kimia berbahaya (Arisman, 2010). Menurut Brown (2015), salah satu indikator
volume plasma dan keseimbangan kalori selama kehamilan adalah pertambahan berat
badan karena ukuran bayi sehat baru lahir dilihat dari pertambahan berat badan ibu
Gravidarum. Definisi vitamin B1 (tiamin) yang larut dalam air dapat menyebabkan
komplikasi terbentuk perlu adanya gravidarum yang tidak dapat menerima asupan oral
Muntah dalam kehamilan yang tidak diobati dengan anti emetis dikaitkan dengan
resiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan BBLR. Resiko BBLR paling tinggi yang
berhubungan dengn mual dan muntha berada pada trimester tiga. Mual dan muntah
pada trimester pertama dan kedua lebih rendah resiko untuk menjadi BBLR (Heryani,
2019).
Mual dan muntah dalam kehamilan adalah cara proteksi terhadap embrio atau janin
yang dapat menyebabkan perubahan asupan makanan ibu. Dalam bentuk ringan, hal ini
meyebabkan efek positf pada janin seperti penurunan singkta keguguran dn malformasi
nutrisi ke janin yang mengarah ke resiko lebih besar ke BBLR (Sulistywati, 2012)
Penelitian oleh Atriana dan Camelia (2016) melaporkan bahwa pada trimester
kedua dn ketiga ada peningkatan kebutuhan gizi pada janin, jika tidak terpenuhi,
plasenta akan kekurangan zat makanan yang akan mengurangi menyebabkan suplai
darah nutrisi oksigen pada plasenta akan berpengaruh fungsi plasenta terhadap janin.
Mual dan muntah yang terjadi secara terus menerus dan peningkatan kadar HCG
plasenta ini akan menyebabkan disfungsi plasenta yang secara klinis bermanifestasi
kadar plasma pada trimester kedua dikaitakan dengan perkembangan kondisi ini.
Dengan demikian, Hiperemesis Gravidarum yang terjadi pada trimester pertama dan
yang berlangsung lama >12 minggu akan mengakibatkan gangguan tumbuh kembang
4. Penelitian Terkait
a. penelitian ini dilakukan oleh jannah (2018) dengan judul Hubungan Kejadian
Hiperemesi Gravidarum dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah pada Ibu Bersalin Di
Wilayah Kerja UPTD Pukesmas Jaya Baru Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan
pengambilan sampel yang digunakan total random sampling dan jumlah sampel 70 orang.
Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner. Analisa data menggunakan uji chi-
square dengan α=0,05. Hasil penelitian disumpulkan bahwa ada hubungan signifikan
kejadian Hiperemesi Gravidarum dengan berat badan bayi lahir rendah pada ibu bersalin
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jaya Baru. Persamaan dengan penelitian adalah teknik
data uji chi-square, sedangkan perbedaan dengan penelitian adalah jenis penelitiannya
lembar kuesioner.
b. Penelitian ini dilakukan oleh Magfirah dan Anita (2013) dengan judul Hubungan
Riwayat Hiperemesi Gravidarum Terhadap Resiko Kejadian Berat Badan Bayi Lahir
Rendah di Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan adalah penlitian analitik
observasi dengan desain case control, dengan jumlah populasi 30 orang. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan consecutive sampling dan jumlah sampel 30 orang
untuk sampel kasus dan 30 orang untuk sampel kontrol. Pengumpulkan data
tahun 2013. Persamaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitiannya menggunakan
penelitian case control dan analisa data menggunakan uji chi-square, sedangkan
dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR), maka dapat dirumuskan teori sebagai
berikut:
Faktor Ibu:
1) Usia
2) Paritas
3) Gizi kurang saat hamil
4) Jarak kehamilan
5) Pola hidup
Faktor kehamilan:
a) Hamil Hidramniom
b) Hamil ganda
c) Perdarahan antepartum
d) Ketuban Pecah Dini
e) Hiperemesis Gravidarum
Berat Badan Bayi Lahir
Rendah (BBLR)
Faktor Janin:
a) Cacat bawaan
Faktor kebiasaan
a) Pekerjaan
KK
b) Merokok
Keterangan :
: Hubungan
: Faktor yang tidak diteliti
konsep- konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penilaian yang akan dilakukan
hubungan Hiperemesis Gravidarum dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), maka
D. Hipotesis
Ha : Ada hubungan Hiperemesis Gravidarum dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)