Anda di halaman 1dari 18

A.

Konsep Bayi Berat Badan Rendah (BBLR)


1. Definisi BBLR
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi, berat lahir
adalah berat yang ditimbang 1 (satu) jam setelah lahir (Noorbaya,
Reni, and Lidia 2018).
Badan bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah jika berat bayi tersebut
kurang dari angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat periode waktu
bayi berada dalam Rahim (gestasi) (Suryani Agustin, Budi Darma
Setiawan, and Mochammad Ali Fauzi 2019).
Badan bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat
kurang dari 2.500 gram. Batasan ini didasarkan pada observasi
epidemiologi bahwa bayi dengan berat badan lahir dibawah 2.500
gram memiliki mortalitas 20 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2.500 gram (Septa and
Darmawan 2011).
2. Etiologi BBLR
Etiologi yang dapat menyebabkan masalah BBLR menurut (Nur,
Arifuddin, and Novilia 2016), yaitu:
a. Faktor Ibu
1) Usia. Kejadian BBLR lebih tinggi terjadi pada ibu yang
berumur 35 tahun (30,0%) dibandingkan dengan yang tidak
BBLR (14,2%). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan WHO
yaitu usia yang paling aman adalah 20 – 35 tahun pada saat
usia reproduksi, hamil dan melahirkan.
2) Parietas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh
seorang perempuan. Berdasarkan jumlahnya, paritas seorang
perempuan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu nullipara,
primipara, multipara, dan grandemultipara. Paritas adalah
faktor penting yang dapat mempengaruhi kesejahteraan janin
selama kehamilan. Status paritas tinggi dapat meningkatkan
faktor kejadian BBLR. Hal tersebut terjadi karena kemampuan
rahim dalam menyediakan nutrisi bagi kehamilan semakin
menurun sehingga penyaluran nutrisi antara ibu dan janin
terhambat. Paritas tinggi memberikan gambaran tingkat
kehamilan yang banyak yang dapat menyebabkan risiko
kehamilan, dan kelahiran prematu Semakin banyak jumlah
kelahiran yang dialami oleh ibu semakin tinggi risiko untuk
mengalami komplikasi, hal ini dapat diterangkan bahwa setiap
kehamilan yang disusul dengan persalinan akan menyebabkan
kelainan uterus dalam hal ini kehamilan yang berulang- ulang
menyebabkan sirkulasi nutrisi ke janin terganggu. Ibu
grandemultipara beresiko melahirkan bayi dengan berat rendah,
hal ini disebabkan karena paritas yang tinggi akan
mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi
pembuluh darah.
3) Gizi
Status gizi pada hakikatnya merupakan hasil keseimbangan
antara konsumsi zat-zat makanan dengan kebutuhan dari tubuh.
Apabila terjadi malnutrisi pada ibu hamil, volume darah akan
menurun, ukuran plasenta akan berkurang dan transfer nutrient
melalu plasenta ke janin berkurang sehingga pertumbuhan
janin terganggu dan akan lahir dengan berat badan rendah.
Penilaian status gizi yang digunakan salah satunya
menggunakan pemeriksaan biokimia yaitu dengan melakukan
pemeriksaan kadar Hb. Hemoglobin adalah zat warna dalam sel
darah merah yng berfungsi untuk mengangkut oksigen. Apabila
kadar hemoglobin dalam darah berkurang maka kemampuan
darah untuk mengikat dan membawa oksigen akan berkurang,
demikian pula zat-zat nutrisi yang dibawa oleh sel darah merah
akan berkurang.
4) Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan adalah selisih waktu antara kehamilan
sebelumnya dengan kehamilan selanjutnya. Jarak kehamilan
yang terlalu dekat perlu diwaspadai karena fungsi alat
reproduksi tidak berfungsi secara optimal sehingga
memungkinkan pertumbuhan janin kurang baik. Jarak
kelahiran kurang dari 2 tahun lebih berisiko karena kondisi
rahim yang belum pulih menimbulkan pertumbuhan janin yang
kurang baik sehingga bayi dengan BBLR, persalinan lama
karena gangguan kekuatan kontraksi, dan pendarahan saat
persalinan. Jarak kelahiran yang optimal dianjurkan adalah 36
bulan akan memberikan kesempatan kepada ibu untuk
memperbiki gizi dan kesehatannya
5) Pola Hidup Ibu yang dia terkena paparan asap rokok dan sering
mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan hipoksia pada janin
dan menurunkan aliran darah umbilikal sehingga pertumbuhan
janin akan mengalami gangguan dan menyebabkan anak lahir
dengan BBLR.
a. Faktor Kehamilan
1) Eklampsia / Pre-eklampsia.
Preeklampsi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah ≥
140/90 mmHg terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu dan
disertai dengan proteinuria atau konsentrasi protein dalam urin
sebesar 300 mg/24 jam. Pada preeklampsi terjadi vasokontriksi
pembuluh darah dalam uterus yang menyebabkan peningkatan
resistensi perifer sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
2) Ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya ketuban sebelum
tanda persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur. KPD merupakan komplikasi langsung
dalam kehamilan yang menggangu kesehatan ibu dan juga
pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga meningkatkan
kelahiran BBLR. KPD juga menyebabkan oligohidramnnion
yang akan menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia dan
hipoksia pada janin dan membuat nutrisi ke janin berkurang
serta pertumbuhan janin terganggu.
3) Perdarahan Antepartum.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu.Biasanya lebih banyak dan lebih
berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu
dan umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
4) Faktor janin
Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur
organ janin sejak saat pembuahan. Bayi dengan kelainan
kongenital yang berat mengalami retardasi pertumbuhan
sehingga berat lahirnya rendah.
5) Cacat bawaan atau kelainan kongenital .
6) Infeksi dalam Rahim.
Infark Plasenta adalah terjadinya pemadatan plasenta, nodular
dan keras, sehingga tidak berfungsi dalam pertukaran nutrisi.
Infark plasenta disebabkan oleh infeksi pada pembuluh darah
arteri dalam bentuk pariartritis atau enartritis yang
menimbulkan nekrosis jaringan dan disertai bekuan darah. Pada
gangguan yang besar dapat menimbulkan kurangnya
pertukaran nutrisi, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, keguguran, lahir prematur,
lahir dengan berat badan rendah, dan kematian dalam Rahim.
3. Klasifikasi BBLR
Klasifikasi BBLR menurut (Cutland et al. 2017) dalam
mengelompokkan bayi BBLR ada beberapa cara yaitu:
a. Berdasarkan harapan hidupnya:
1) Bayi dengan berat lahir 2500 – 1500 gram adalah bayi berat
lahir rendah (BBLR).
2) Bayi dengan berat lahir 1500 – 1000 gram adalah bayi berat
lahir sangat rendah (BBLSR).
3) Bayi dengan berat lahir <1000 gram adalah bayi berat lahir
ekstrim rendah (BBLR).
b. Berdasarkan masa gestasinya:
1) Prematuritas Murni Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37
minggu atau biasa disebut neonatus dengan berat normal ketika
lahir. Dapat disebut BBLR jika berat lahirnya antara 1500 –
2500 gram.
2) Dismaturitas Bayi dengan berat badan lahir tidak normal atau
kecil ketika dalam masa kehamilan.
4. Patofisiologi BBLR
5. Komplikasi BBLR
a. Permasalahan Jangka Pendek
1) Asfiksia
BBLR berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir
sehingga mengalami asfiksia lahir. Umumnya gangguan telah
dimulai sejak di dalam kandungan, misalnya gawa janin atau
stress janin saat proses kelahirannya yang membuat bayi
mengalami kegagalan napas secara spontan
2) Sindrom gangguan pernapasan
Sindrom gangguan pernapasan pada BBLR adalah
perkembangan imatur pada sistem pernapasan atau tidak
adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru. Gangguan nafas yang
sering terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek) adalah
penyakit membran hialin, dimana angka kematian ini menurun
dengan meningkatnya umur kehamilan.
3) Hipotermi
Hipotermi terjadi karena sedikitnya lemak di dalam tubuh dan
sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum
matang. Adapun ciri-ciri bayi yang mengalami hipotermi
sedang/stress dingin adalah suhu badan 32oC-36oC, kaki teraba
dingin, kemampuan menghisap lemah, tangisan lemah,letargi,
kulit berwarna tidak merata (cutis marmorata). Jika hipotermi
berlanjut, akan timbul cedera dingin/hipotermi berat. Tanda-
tanda hipotermi berat adalah suhu badan.
4) Hipoglikemi
Gula darah berfungsi sebagai makanan untuk otak dan
membawa oksigen ke otak. Hipoglikemi terjadi karena hanya
sedikit simpanan energi/asupan glukosa yang kurang pada bayi-
bayi baru lahir terutama pada kasus BBLR akibatnya sel-sel
syaraf otak mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi kelak.
Bayi BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahir
dan minum sesering mungkin (setiap dua jam) pada minggu
pertama.
5) Gangguan Metabolik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar Ig G maupun gamma globulin. Bayi premature relatif
belum sanggup membentuk anti bodi dan daya fagositisis serta
reaksi terhadap infeksi belum baik, karena sistem kekebalan
bayi belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat di
jalan lahir atau tertular infeksi ibu melalui plasenta. Keluarga
dan tenaga kesehatan yang merawat bayi BBLR harus
melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan
mencuci tangan dengan baik.
6) Masalah Eliminasi
Pada bayi BBLR kerja ginjal masih belum matang.
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air
belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara anatomis dan
fungsinya menyebabkan produksi urine yang sedikit, urea
clearence yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air
dan elektrolit dari tubuh akan berakibat mudah terjadi edema
dan asidosis metabolik.
7) Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna
sehingga penyerapan makanan lemah dan kurang baik.
Aktifitas otot pencernaan masih belum sempurna sehingga
waktu pengosongan lambung bertambah.
b. Permasalahan Jangka Panjang
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan Bayi yang lahir dengan
BBLR akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan maupun
dalam perkembangan, hal ini disebabkan karena kondisi bayi
selama dalam rahim tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat
karena adanya gangguan metabolisme dan nutrisi, baik dari faktor
ibu maupun faktor janin sendiri. Keadaan saat dilahirkan juga
mengalami banyak masalah seperti asfiksia, hipotermi,
hipoglikemi, dan lain-lain, sehingga komplikasi tersebut
mempengaruhi saat usia pertumbuhan dan perkembangan (Nindita
2020).
6. Manifestasi Klinis
Secara umum, gambaran klinis dari bayi BBLR adalah sebagai
berikut :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
c. Lingkar dada kurang atau sama dengan 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm 5. Jaringan lemak bawah kulit
sedikit
e. Tulang tengkorak lunak atau mudah bergerak
f. Menangis lemah
g. Kepala bayi lebih besar dari badan , kepala tidak mampu tegak,
rambut kepala tipis dan halus, elastisitas daun telinga
h. Integumen : kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, jaringan
subkutan sedikit.
i. Otot hipotonik lemah
j. Dada : dinding thorak elastis, putting susu belum terbentuk,
pernafasan tidak teratur, dapat terjadi apnea, pernafasan 40-50
kali/menit
k. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, kadang
terjadi oedem, garis telapak kaki sedikit, telapak kaki halus, tumit
mengkilat
l. Genetalia : pada bayi laki-laki skrotum kecil dan testis tidak teraba
(belum turun), dan pada bayi perempuan klitoris menonjol serta
labia mayora belum menutupi labia minora atau labia mayora
hampir tidak ada (Nurarif and Kusuma 2015).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang bayi BLLR menurut (Nurarif and Kusuma
2015) antara lain :
a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat
sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun
bila ada sepsis).
b. Hematokrit (Ht) : 43% - 61% (peningkatan sampai 65% atau lebih
menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukkan anemia
atau hemoragic perinatal.
c. Hemoglobin (Hb): 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan
dengan anemia atau hemolisis berlebih ).
d. Bilirubin total: 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2
hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
e. Destrosix: tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah
kelahiran rata – rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari
ketiga
f. Pemeriksaan analisa gas darah.
8. Penatalaksaan
Penatalaksanaan BBLR menurut (Agustina and Barokah 2018), yaitu :
a. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Bayi premature akan
cepatmengalami kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah dan permukaan badan relative luas. Oleh
karena itu bayi premature harus dirawat didalam incubator,
sehingga panas badannya mendekati rahim. Bila belum memiliki
incubator, bayi premature dapat dibungkus dengan kain dan di
sampingnya di taruh botol yang berisi air panas atau menggunakan
metode kanguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi
kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi Pengaturan dan
pengawasan intake nutrisi dalam hal ini adalah menentukan pilihan
susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai dengan
kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu ) merupakan pilihan
pertama jika bayi mampu menghisap. Permulaan pemberian cairan
yang diberikan sekitar 200 cc/kg/BB/hari. Cara pemberian
makanan BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk
mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus.
c. Pencegahan Infeksi Infeksi adalah masuk bibit penyakit atau
kuman dalam keadaan tubuh khususnya mikroba. BBLR sangat
mudah mendapatkan infeksi. Rentan terhadap infeksi dikarenakan
oleh kadar immunoglobulin serum pada BBLR masih rendah.
BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk
apapun. Fungsi perawatan disini adalah memberikan perlindungan
terhadap bayi BBLR dari bahaya infeksi. Oleh karena itu bayi
BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk
apapun. Digunakan masker dan baju khusus dalam penanganan
bayi, timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.
d. Penimbangan Berat Badan Perubahan berat badan mencerminkan
kondisi gizi atau nutrisi bayi oleh sebab itu penimbangan berat
badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Pemberian Oksigen Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah
serius bagi bayi preterm akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan.
Konsentrasi diberikan sekitar 30%-35% dengan mengunakan head
box. Konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat
menimbulkan kebutaan. Kenaikan berat badan pada bayi BBLR
dengan berat badan <1500 gram akan mengalami kehilangan berat
badan 15% selama 7-10 hari pertama. Berat lahir biasanya tercapai
kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan. Kenaikan berat
badan bayi BBLR dengan berat badan <1500 gram adalah 150-200
gram seminggu (misalnya 20-30 gram/hari).
f. Pengawasan jalan nafas
Jalan nafas merupakan jalan udara melalui hidung, faring, trakea,
Downloaded by Fauzan Al Hafidz (fznlhfdz@gmail.com)
lOMoARcPSD|33345176 bronkeolus, bronchioles respiratorius,
dan duktus alveoleris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas dapat
menimbulkan asfiksia, hipoksia dan akhirnya kematian. Selain itu
bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi
selama proses kelahiran sehingga dapat lahir dengan asfiksia
perinatal. Bayi BBLR beresiko mengalami serangan apneu dan
defisiensi surfaktan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen
yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari plasenta. Dalam
kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera
setelah lahir (aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring,
merangsang pernafasan dengan menepuk atau menjetik tumit. Bila
tindakan ini gagal, dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal,
pijatan jantung dan pemberian oksigen dan selama pemberian
intake dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dicegah
sekaligusmengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi
BBLR.

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Tahap pengkajian dari proses keperawatan adalah proses dinamis yang
terorganisasi, meliputi elemen dari pengkajian yaitu pengumpulan data
secara sistematis, memvalidasi data, mengatur dan memilah data,
kemudian didokumendasi dalam format (Wilkinson 2016) Pengkajian
pada rosess keperawatan pada BBLSR meliputi :
a. Biodata : Terdiri nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama,
anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Umur bayi
lebih ditekankan karena akan berkaitan dengan diagnosa BBLR.
b. Keluhan Utama : Berat badan lahir kurang dari 1500 gram.
c. Riwayat kesehatan sekarang : Perjalanan penyakit atau hal yang
dirasakan klien sampai ke rumah sakit.
d. Riwayat kehamilan dan persalinan Bagaimana proses persalinan,
apakah premature, aterm, spontan. Sungsang atau tidak.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Biasanya pasien BBLSR keadaanya lemah, bayi tampak kecil,
pergerakan bayi masih kurang dan lemah, berat badan >1500gr,
tangisan yang masih lemah.
2) Tanda-tanda vital
Suhu tubuh pasien BBLSR rentang dalam normal
Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a) Kepala
Inspeksi : bentuk kepala, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belum menutup dan keliatan masih bergerak,
lingkar kepala umumnya 33 cm.
b) Rambut
Inspeksi : lihat rambut merata atau tidak, bersih, bercabang,
halus atau kasar.
c) Mata
Inspeksi : umumnya sclera dan konjungtiva berwarna
normal, lihat reflek kedip atau tidak, pupil isokor, pada
pupil bila diberikan cahaya akan terjadi miosis atau tidak.
d) Hidung
Inspeksi : umumnya terdapat pernafasan cuping hidung,
terpasang O2 dan terdapat secret. Palpasi : pada BBLR
tulang hidung masih lunak, karena tulang rawan belum
sempurna.
e) Telinga Inspeksi : terdapat kotoran atau cairan atau tidak
dan bagaimana bentu tulang rawanya. Palpasi : daun telinga
pada BBLR lunak
f) Mulut Apakah sudah ada reflek menelan, menghisap,
labiapalltosiasis atau tidak.
g) Leher Inspeksi : pada BBLR mudah terjadi gangguan
pernafasan akibat dari inadekuat jumlah surfaktan, jika hal
ini terjadi biasanya didapatkan retraksi suprasternal.
h) Jantung
I : biasanya ictus cordis Nampak di ICS mid klavikula
P : ictus cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra
P : area jantung redup (Ridha, 2014).
A : S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120-160 kali/menit
i) Paru-paru
I : biasanya pada BBLR pernafasan tidak teratur, otot bantu
cmpernafasan, lingkar dada <30, retraksi dada ringan
P : dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk.
P : terdapat suara sonor
A : jika bayi mengalami gangguan pernafasan biasanya bayi
mendengkur, jika terjadi aspirasi meconium maka terdapat
suara ronch
j) Abdomen Inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi
k) Punggung Inspeksi : bentuk tulang punggungnya, terdapat
spina grafidanya atau tidak.
l) Genetalia Inspeksi : jenis kelamin, labia minora sudah
menutupi labia mayoranya atau belum, apakah testis sudah
turun atau belum, warna skrotum, lubang berada pada
bagian mana.
m) Ekstremitas Atas : lengkap, terdapat kelainan atau tidak
Bawah : lengkap, terdapat kelainan atau tidak.
n) Kulit Inspeksi : warna kulit, turgor kulit cukup atau tidak,
terdapat brown fat, tipis atau tidaknya, apakah terdapat
lanugo
o) Reflek
a. Reflek morrow adalah timbul oleh rangsangan
mendadak/mengejutkan. Bayi akan mengembangkan
tangannya ke samping dan melebarkan jari- jari
kemudian tangannya ditarik kembali dengan cepat.
Reflek ini akan mereda 1 atau 2 minggu dan hilang
setelah 6 bulan.
b. Reflek Rooting (reflek mencari) Kepala bayi akan
berpaling memutar kearah asupan dan mencari puttng
susu dengan bibirnya. Reflek ini berlanjut sementara
bayi masih menyusu dan menghilang setelah 3-4 bulan.
c. Reflek Menghisap ( Sucking )
Ditimbulkan oleh rangsangan pada daerah mulut atau
pipi bayi dengan puting/jari tangan. Bibir bayi akan
maju kedepan dan lidah melingkar kedalam untuk
menyedot. Menghilang saat bayi berusia 2-3 bulan.
d. Reflek Menggenggam Timbul bila kita menggoreskan
jari melalui bagian dalam atau meletakkan jari kita pada
telapak tangan bayi. Jari-jari bayi akan melingkar ke
dalam seolah memegangi suatu benda dengan kuat.
Reflek ini menghilang umur 3-4 bulan.
e. Tonic Neck Reflek Tonic neck reflek merupakan reflek
mempertahankan posisi leher/kepala. Timbul bila kita
membaringkan bayi secara terlentang. Kepala bayi akan
berpaling ke salah satu sisi sementara ia berbaring
terlentang. Lengan pada sisi kemana kepalanya
berpaling akan terlentang lurus keluar, sedangkan
tangan lainnya dilipat. Reflek ini sangat nyata pada 2-3
bulan dan hilang sekitar 4 bulan.
f. Reflek Gallant Reflek gallant ditimbulkan dengan
menggosok satu sisi punggung sepanjang garis
paravertebratal 2-3 cm dari garis tengah mulai dari bahu
hingga bokong. Reflek ini secara normal akan hilang
setelah 2-3 bulan.
g. Stepping Reflek Stepping reflek akan timbul ketika kita
memegangi bayi pada posisi berdiri dan sedikit
menekan. Bayi akan mengangkat kakinya secara
bergantian seakan-akan berjalan. Reflek ini terlihat
setelah 1 minggu dan akan menghilang setelah 2 bulan.
h. Swallowing Reflek Swallowing reflek adalah reflek
gerakan menelan benda- benda yang didekatkan ke
mulut, memungkinkan bayi memasukkan makanan ada
secara permainan tapi berubah sesuai pengalaman.
Terjadi mulai : usia 0- 3 bulan, penyebab : ada benda
yang masuk ke mulutnya, maka akan segera dia hisap,
lalu dia telan. Reflek ini tidak akan hilang, namun leat
usia 3 bulan bayi sudah menghisap secara sadar.
Waspada jika tidak ada reflek, kemungkinan ada
kelainan pada susunan ketika kita memasukkan putting
susu atau dot dan bayi mulai menghisap kemudian
menelan.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
Implementasi atau tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Intervensi unggulan yang akan dilakukan
adalah mempertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
yaitu dengan cara menjaga kebersihan tubuh pasien untuk mencegah
masuknya mikroorganisme kedalam tubuh yang bisa mengakibatkan
infeksi.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses
keperawatan. Dalam perumusan evaluasi keperawatan menggunakan
empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni S
(subjective) merupakan data informasi berupa ungkapan keluhan dari
pasien. O (objective) merupakan data berupa hasil pengamatan,
penilaian, dan pemeriksaan. A (Analisis/assesment) merupakan
interpretasi makna data subjektif dan objektif untuk menilai sejauh
mana tujuan yang telah ditetapkan P (planning) merupakan rencana
keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa
data.

9. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500
10. gram tanpa memandang masa gestasi, berat lahir adalah berat yang
ditimbang 1
11. (satu) jam setelah lahir (Noorbaya, Reni, and Lidia 2018).
12. Badan bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah jika berat bayi tersebut
kurang dari
13. angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat periode waktu bayi
berada dalam
14. Rahim (gestasi) (Suryani Agustin, Budi Darma Setiawan, and
Mochammad Ali
15. Fauzi 2019).
16. Badan bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang
dari 2.500
17. gram. Batasan ini didasarkan pada observasi epidemiologi bahwa
bayi dengan
18. berat badan lahir dibawah 2.500 gram memiliki mortalitas 20 kali
lebih tinggi
19. dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2.500
gram (Septa
20. and Darmawan 2011).
21. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500
22. gram tanpa memandang masa gestasi, berat lahir adalah berat yang
ditimbang 1
23. (satu) jam setelah lahir (Noorbaya, Reni, and Lidia 2018).
24. Badan bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah jika berat bayi tersebut
kurang dari
25. angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat periode waktu bayi
berada dalam
26. Rahim (gestasi) (Suryani Agustin, Budi Darma Setiawan, and
Mochammad Ali
27. Fauzi 2019).
28. Badan bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang
dari 2.500
29. gram. Batasan ini didasarkan pada observasi epidemiologi bahwa
bayi dengan
30. berat badan lahir dibawah 2.500 gram memiliki mortalitas 20 kali
lebih tinggi
31. dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2.500
gram (Septa
32. and Darmawan 2011).
33. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500
34. gram tanpa memandang masa gestasi, berat lahir adalah berat yang
ditimbang 1
35. (satu) jam setelah lahir (Noorbaya, Reni, and Lidia 2018).
36. Badan bayi Lahir Rendah (BBLR) adalah jika berat bayi tersebut
kurang dari
37. angka 2500 gram atau 2.5 kg tanpa melihat periode waktu bayi
berada dalam
38. Rahim (gestasi) (Suryani Agustin, Budi Darma Setiawan, and
Mochammad Ali
39. Fauzi 2019).
40. Badan bayi lahir rendah (BBLR) adalah bayi lahir dengan berat kurang
dari 2.500
41. gram. Batasan ini didasarkan pada observasi epidemiologi bahwa
bayi dengan
42. berat badan lahir dibawah 2.500 gram memiliki mortalitas 20 kali
lebih tinggi
43. dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2.500
gram (Septa
44. and Darmawan 2011

Daftar Pustaka

Agustina, Silvia Ari, and Liberty Barokah. 2018. “Determinan Berat


Badan Lahir Rendah (BBLR).” Jurnal Kebidanan 8 (2): 143–48.

Cutland, Clare L, Eve M Lackritz, Tamala Mallett-Moore, Azucena


Bardají, Ravichandran Chandrasekaran, Chandrakant Lahariya,
Muhammed Imran Nisar, Milagritos D Tapia, Jayani Pathirana,
and Sonali Kochhar. 2017. “Low Birth Weight: Case Definition
& Guidelines for Data Collection, Analysis, and Presentation of
Maternal Immunization Safety Data.” Vaccine 35 (48Part A):
6492.

Nindita, D R. 2020. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Kabupaten Bantul.”
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, 11–39.

Noorbaya, Siti, Dian Puspita Reni, and Besse Lidia. 2018.


“PENGARUH BABY SPA
(SOLUS PER AQUA) TERHADAP PENINGKATAN BERAT
BADAN PADA BAYI DENGAN
BERAT BADAN RENDAH USIA 4-6 BULAN Effect of Baby
Spa (Solus Per Aqua) To Increased Weight Gain In Infants With
Low Weight Age 4-6 Months.” Mahakam Midwifery Journal 2
(3): 187–93.

Nur, Rosmala, Adhar Arifuddin, and Redita Novilia. 2016. “Analisis


Faktor Resiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah.” Jurnal
Kesehatan Masyarakat 7 (1): 29–42.

Nurarif, Amin Huda, and Hardhi Kusuma. 2015. “Aplikasi Asuhan


Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA.”

SDKI. 2016. “Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.” Jakarta:


PPNI.

Septa, Wira, and MTS Darmawan. 2011. “Faktor Risiko Bayi Berat
Badan Lahir Rendah Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun 2010.” Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia 3
(8): 45–51.

SIKI. 2018. “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.”

Suryani Agustin, Budi Darma Setiawan, and Mochammad Ali Fauzi.


2019. “Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah (BBgustin, Suryani
Setiawan, Budi Darma Fauzi, Mochammad AlLR) Pada Bayi
Dengan Metode Learning Vector Quantization (LVQ).” Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer 3 (3):
2929–36.

Wilkinson, Judith M. 2016. “Diagnosis Keperawatan.” In . EGC.

Anda mungkin juga menyukai