Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang saat
dilahirkan memiliki berat badan senilai < 2500 gram tanpa menilai masa gestasi(Ab et
al., 2021).
Bayi prematur yaitu bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Berkaitan dengan hal tersebut, bayi dapat dikelompokkan berdasarkan berat lahirnya,
sebagai berikut:
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir -- < 2500 gram.
2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu berat lahir 1000- < 1500 gram.
3. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu berat lahir < 1000 gram.
B. Etiologi
Faktor-Faktor resiko terjadinya BBLR (Susanti et al., 2018):
1. Faktor Ibu
a. Usia Ibu
Usia adalah lama hidup seseorang. Berdasarkan status kesehatan reproduksi,
usia dibagi menjadi <20 tahun, 20-35 tahun dan >35 tahun. Usia Kurang dari 20
tahun organ reproduksi belum siap Pada usia diatas 35 tahun dimana pada usia
tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat alat kandungan.
b. Paritas
Paritas adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan jumlah persalinan yang
pernah dialami ibu. Paritas dalah faktor penting yang dapat mempengaruhi
kesejahteraan janin selama kahamilan. Status paritas tinggi dapat meningkatkan
risiko kejadian BBLR
c. Status Gizi
Terjadi malnutrisi pada ibu hamil, volume darah menjadi berkurang, ukuran
plasenta berkurang dan transfer nutrient melalui plasenta berkurang, sehingga
janin tumbuh lambat atau terganggu (IUGR). Ibu hamil dengan kekurangan gizi
cenderung melahirkan BBLR.

d. Pendidikan
Pendidikan yang dimiliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi pengetahuan
dalam pengambilan keputusan secara tidak langsung akan berpengaruh pada
perilaku termasuk dalam hal memenuhi kebutuhan gizi melalui pola makan serta
memahami untuk melakukan anternatal care atau kunjugan pemeriksaan selama
kehamilan.
e. Jarak Kehamilan
Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin yang
kurang baik, persalinan lama dan pendarahan saat persalinan karena rahim
belum pulih dengan baik.
f. Umur Kehamilan
Faktor usia kehamilan mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek
masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan alat-alat tubuhnya,
sehingga akan turut mempengaruhi berat badan bayi, sehingga dapat dikatakan
bahwa umur kehamilan mempengaruhi BBLR.
g. Status Ekonomi
Seorang dengan status sosial ekonomi yang baik kemungkinan besar gizi yang
dibutuhkan tercukupi untuk kehamilanya, sedangkan keluarga dengan status
ekonomi yang kurang akan kurang menjamin ketersediaan jumlah dan
keanekaragaman makanan. Jika dibandingkan dengan orang yang
berkucukapan, orang yang kurang mampu mengalami dua kali lebih banyak
kekurangan empat bahan utama yang dibutuhkan tubuh dan lebih beresiko
mengalami anemia, hal ini berdampak pada BBLR.
2. Faktor Obstetri
a. Kehamilan Gameli
Pertumbuhan janin pada kehamilan kembar bergantung pada faktor plasenta
apakah menjadi satu (sebagian besar hamil kembar monozigotik) atau
bagaimana lokalisasi implantasi plasentanya.
b. Hipertensi Kehamilan
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dihubungkan dengan IUGR dan
kelahiran premature

c. Preeklampsi
Pada preeklampsia terjadi vasokonstriksi pembuluh darah dalam uterus yang
menyebabkan peningkatan resistensi perifer sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah. Vasokonstriksi pembuluh darah dalam uterus dapat
mengakibatkan penurunan aliran darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi ke
janin berkurang. Ketika hal ini terjadi, dapat menyebabkan intrauterine growth
retardation (IUGR) dan melahirkan BBLR
d. Pendarahan Antepartum
Berdasarkan penelitian Sheiner (2011) adanya pendarahan Anterpartum ketika
kehamilan menunjukan bahwa 2,86 kali berpeluang terhadap kejadian berat
badan lahir rendah.
e. Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah dini adalah keadaan pecahnya ketuban sebelum tanda
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Ketuban pecah dini juga
mempengaruhi terdinya berat badan lahir rendah.
3. Faktor Bayi dan Plasenta
a. Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak
saat pembuahan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital umumnya
akan dilahirkan BBLR atau bayi kecil untuk masa kehamilan. BBLR dengan
kelainan kongenital biasanya meninggal dalam minggu pertama kehidupan.
b. Retardasi Pertumbuhan intrauterin ( IUGR)
Janin yang mengalami IUGR memiliki hubungan yang sangat signifikan kejadian
BBLR, yaitu 88,18 lebih beresiko akan mengalami BBLR
c. Infark Plasenta
Infark Plasenta adalah terjadinya pemadatan plasenta, keras sehingga tidak
berfungsi dalam pertukaran nutrisi. Infark plasenta disebabkan infeksi pada
pembuluh darah arteri dalam bentuk pariartritis atau enartritis yang menimbulkan
nekrosis jaringan yang disertai bekuan darah. Pada gangguan yang besar dapat
menimbulkan kurangnya pertukaran nutrisi sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, keguguran dan lahir prematur dan BBLR.
C. Patofisiologi
Pada umumnya BBLR terjadi pada kelahiran prematur, selain itu juga dapat
disebabkan karena dismaturitas. Dismaturitas adalah bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badan lahirnya kecil dari masa kehamilan (< 2500 gram). BBLR dapat terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan saat dikandungan. Hal tersebut antara lain
disebabkan oleh penyakit ibu, kelainan plasenta, keadaan-keadaan lainnya yang
menyebabkan suplai makanan dari ibu ke bayi berkurang
D. Tanda Dan Gejala
Menurut (Manuaba & Manuaba, 2012), Bayi yang lahir dengan berat badan rendah
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkaran dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm.
5. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala relatif besar.
7. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tidak teratur, dapat terjadi apnea (gagal napas).
10. Ekstremitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit.
13. Frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit
Selain prematuritas juga ada dismaturitas. Manifestasi klinis dari dismaturitas
sebagai berikut:  
1. Kulit pucat ada seperti noda. 
2. Mekonium atau feses kering, keriput, dan tipis. 
3. Verniks caseosa tipis atau bahkan tidak ada.
4. Jaringan lemak dibawah kulit yang masih tipis. 
5. Bayi tampak gerak cepat, aktif, dan kuat.
6. Tali pusat berwarna kuning agak kehijauan (Saputra, 2014).

E. Komplikasi
Berikut ini merupakan beberapa jenis penyakit atau komplikasi berkaitan dengan
berat badan lahir rendah (IDAI, 2014):
1. Sindrom gangguan pernafasan idiopatik
Disebut juga Hyaline Membrane Disease yaitu kesukaran bernafas pada bayi karena
stadium terakhir terbentuk membran hialin melapisi alveolus paru.
2. Pneumonia aspirasi
Penyakit aspirasi pneumonia ini sering didapati pada bayi dengan berat badan lahir
rendah disebabkan belum sempurnanya kemampuan refleks untuk menelan dan
batuk.
3. Perdarahan intraventricular
Perdarahan yang terjadi secara spontan di bagian ventrikel otak lateral biasanya
diakibatkan anoksia otak. Hal tersebut umumnya terjadi berbarengan dengan
terbentuknya membran hialin pada paru bayi.
4. Fibroplasia retrolental
Penyakit ini terutama ditemukan pada BBLR dan disebabkan oleh gangguan oksigen
yang berlebihan. Dengan menggunakan oksigen dalam konsentrasi tinggi, akan
terjadi vasokontriksi pembuluh darah retina. Kemudian setelah bayi bernafas dengan
udara biasa, pembuluh darah ini akan mengalami vasodilatasi yang selanjutnya akan
mengalami proliferasi pembuluh darah baru secara tidak teratur (IDAI, 2014).
Kelainan ini biasanya terlihat pada bayi yang berat badannya kurang dari 2 kg dan
telah mendapat oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu penggunaan oksigen lebih
dari 40 persen.Stadium akut penyakit ini dapat terlihat pada umur 3-6 minggu dalam
bentuk dilatasi arteri dan vena retina.Kemudian diikuti oleh pertumbuhan kapiler baru
secara tidak teratur pada ujung vena.Kumpulan pembuluh darah baru ini tumbuh ke
arah korpus vitreum dan lensa. Selanjutnya akan terjadi edema pada retina dan
retina dapat terlepas dari dasarnya dan keadaan ini merupakan keadaan yang
ireversibel. Pada stadium akhir akan terdapat masa retrolental yang terdiri dari
jaringan ikat. Keadaan ini dapat terjadi bilateral dengan mikroftalmus, kamar depan
yang menyempit, pupil mengecil dan tidak teratur serta visus menghilang (IDAI,
2014).

5. Hiperbilirubinemia
Bayi berat lahir rendah lebih sering mengalami hiperbilirubinemia dibandingkan
dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga
konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum sempurna (IDAI, 2014).
Menurut (Susanti et al., 2018), beberapa komplikasi BBLR, seperti:
1. Hipotermi
Terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada
bayi baru lahir belum matang.adapun ciri-ciri mengalami hipotermi adalah suhu tubuh
< 32 0 C, mengantuk dan sukar dibangunkan, menangis sangat lemah, seluruh
tubuh dingin, pernafasan tidak teratur.
2. Hipoglikemia
Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika
asupan glukosa ini kurang mempenagruhi kecerdasan otak
3. Gangguan Imunologik
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig G, maupun
gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sangup membentuk anti bodi dan daya
fagositisis serta reaksi terhadap infeksi belum baik, karena sistem kekebalan bayi
belum matang.
4. Sindroma Gangguan Pernafasan
Sindroma Gangguan Pernafasan pada BBLR adalah perkembangan imatur pada
sistem pernafasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan pada paru-paru Gangguan
nafas yang sering terjadi pada BBLR (masa gestasi pendek) adalah penyakit
membran hialin, dimana angka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur
kehamilan. Gangguan nafas atau sering disebut dengan RDS (Respiratory disstres
syndrome) (Atika, 2019):
5. Masalah Eliminasi
Kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan mengatur pembuangan sisa
metabolisme dan air belum sempurna. Ginjal yang imatur baik secara anatomis dan
fungsinya.
6. Gangguan Pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan
makanan dengan lemah atau kurang baik. Aktifitas otot pencernaan masih belum
sempurna sehingga waktu pengosongan lambung bertambah.
F. Penatalaksanaan Medis
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) perlu mendapatkan
penanganan yang benar dan tepat untuk mengatasi masalah yang kemungkinan dapat
terjadi. Penanganan BBLR meliputi hal-hal sebagai berikut (Saragih, 2020) :
1. Mempertahankan suhu dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermia. Oleh
karena itu, suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada bayi dengan ketat. Dalam melakukan penanganan
pada bayi dengan BBLR harus memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
disebabkan sangat rentan. Salah satu metode atau teknik pencegahan infeksi, yaitu
membersihkan tangan dengan cara mencuci tangan sebelum menyentuh atau
sebelum memegang bayi.
3. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada BBLR belum sempurna. Oleh
karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan dengan hati-hati.
4. Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat karena
peningkatan berat badan merupakan salah satu status gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh (Syafrudin & Hamidah, 2015).

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu dengan menerapkan
beberapa metode Developmental Care, yaitu:
1. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada kesehatan dan
perkembangan bayi.Bayi yang tidak perlu mengeluarkan energi untuk mengatasi
usaha bernafas, makan atau mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini
untuk pertumbuhan dan perkembangan.Posisi telungkup merupakan posisi terbaik
bagi kebanyakan bayi preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang
lebih baik, lebih menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya lebih teratur.Bayi
memperlihatkan aktifitas fisik dan penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan
telungkup.Akan tetapi ada yang lebih menyukai postur berbaring miring fleksi. Posisi
telentang lama bagi bayi preterm dan BBLR tidak disukai, karena tampaknya mereka
kehilangan keseimbangan saat telentang dan menggunakan energi vital sebagai
usaha untuk mencapai keseimbangan dengan mengubah postur (Mitayani, 2015).
Posisi telentang jangka lama bayi preterm dan BBLR dapat mengakibatkan abduksi
pelvis lebar (posisi kaki katak), retraksi dan abduksi bahu, peningkatan ekstensi leher
dan peningkatan ekstensi batang tubuh dengan leher dan punggung melengkung.
Sehingga pada bayi yang sehat posisi tidurnya tidak boleh posisi telungkup (Wong,
2014).
2. Minimal handling
a. Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi, hal ini
bertujuan agar bayi BBLR dapat mencapai dan mempertahankan respirasi. Bayi
dengan penanganan suportif diposisikan memaksimalkan oksigenasi. Terapi
oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
b. Termoregulasi
Kebutuhan bayi BBLR yang paling penting adalah memberikan kehangatan
secara eksternal setelah tercapai respirasi. Bayi BBLR mempunyai masasa otot
yang lebih kecil dan deposit lemak lebih minim untuk menghantarkan panas,
kontrol refleks yang buruk pada kapiler kulitnya, dan kekurangan isolasi jaringan
lemak subkutan. Bayi BBLR harus segera diletakkan pada lingkungan yang
hangat atau ruangan yang hangat untuk menunda atau mencegah terjadi
kedinginan.
c. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah satu penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada bayi BBLR untuk mencegah terkena penyakit. Lingkungan
perlindungan dalam inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti
merupakan isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang ditularkan melalui
udara. Sumber infeksi meningkat secara langsung berhubungan dengan jumlah
personel dan peralatan yang berkontak langsung dengan bayi.
d. Hidrasi
Bayi risiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm,
karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70 persen pada bayi cukup
bulan dan sampai 90 persen pada bayi preterm).Hal ini dikarenakan permukaan
tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi
preterm yang belum berkembang sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka
terhadap kehilangan cairan.
e. Nutrisi
Nutrisi atau gizi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi yang lahir
dengan BBLR, tetapi ada hambatan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
karena belum sepenuhnya berkembang mekanisme ingesti dan digesti
makanan. Ukuran dan kondisi bayi menentukan dalam jumlah, jadwal, dan
metode pemberian nutrisi. Nutrisi atau gizi bisa diberikan dengan cara enteral
ataupun parenteral atau kombinasi keduanya. Kebutuhan bayi untuk tumbuh
cepat dan pemeliharaan harian harus dipenuhi dalam keadaan adanya banyak
kekurangan anatomi dan fisiologis. Meskipun beberapa aktivitas menghisap dan
menelan sudah ada sejak sebelum lahir, namun koordinasi mekanisme ini belum
terjadi sampai kurang lebih 32 sampai 34 minggu usia gestasi, dan belum
sepenuhnya sinkron dalam 36 sampai 37 minggu. Pemberian makan bayi awal
(dengan syarat bayi stabil secara medis) dapat menurunkan insidens faktor
komplikasi seperti hipoglikemia, dehidrasi, derajat hiperbilirubinemia bayi BBLR
dan preterm yang terganggu memerlukan metode alternatif, air steril dapat
diberikan terlebih dahulu Jumlah yang diberikan terutama ditentukan oleh
pertambahan berat badan bayi BBLR dan toleransi terhadap pemberian makan
sebelum dan ditingkatkan sedikit demi sedikit sampai asupan kalori yang
memuaskan dapat tercapai.Bayi BBLR dan preterm menuntut waktu yang lebih
lama dan kesabaran dalam memberikan makan dibandingkan pada bayi cukup
bulan, dan mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha pemberian makan
yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi
kapasitas mereka dalam menerima makanan (Mitayani, 2015; Wong, 2014).

G. Pathway

Anda mungkin juga menyukai