Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

A. KONSEP PENYAKIT
I. Pengertian
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah suatu istilah yang dipakai
bagi bayi prematur, atau low birth weight, atau sering disebut bayi dengan berat
badan lahir rendah. Hal ini dikarenakan tidak semua bayi lahir dengan berat badan
kurang dari 2.500 gram bukan bayi prematur (WHO. 1961)
BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2. 500
gram (sampai dengan 2. 499 gram). (Prawirohardjo, 2006 : 376).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil
anemia, kurang suply gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi
yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada
kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi
penyebab kematian. (Depkes RI, 2006). 
II. Etiologi
Menurut Depkes (1993) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya
BBLR, yaitu:
1) Faktor ibu
a. Gizi ibu hamil yang kurang
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan)
lahir dengan berat badan rendah (BBLR).
Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur
LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan
indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan
anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
b. Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20
tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi
karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta
seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman,
tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat
memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor
usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak
meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.
c. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin
kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan
rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang
sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta
previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat
lahir rendah.
d. Paritas ibu
Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan rahim biasanya sudah lemah.
e. Penyakit menahun ibu seperti hypertensi, jantung, ganguan pembuluh darah
(perokok)
1. Asma bronkiale
2. Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik)
3. Hipertensi
4. Gaya hidup
2) Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hydramnion
Hidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan
di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion harus dianggap
sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.
b. Hamil ganda
Berat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih
ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir
umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting
dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.
c. Perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22
minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi
utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia
dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang
menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin
bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine.
Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal
napas dan komplikasi asfiksia.
d. Preeklamsi dan eklampsi
Pre-eklampsia/ Eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan
janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena
Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah
plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan
adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke
janin berkurang.
e. Ketuban pecah dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan
setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang
penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan
terjadinya infeksi ibu.
3) Faktor janin
a. Cacat bawaan / kelainan congenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan
kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah
dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam
minggu pertama kehidupannya .
b. infeksi dalam Rahim
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati
dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi
ke janin dapat terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan
abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim.
Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin.
Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian
janin.
KLASIFIKASI
Menurut (Atikah, 2010) klasifikasi BBLR, yaitu:
1. Menurut harapan hidupnya:
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram
2. Menurut masa gestasinya BBLR dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Prematuritas murni
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB
SMK). Karakteristik bayi premature adalah berat lahir sama dengan atau kurang
dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada
kurang dari 30cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari
37 minggu. Lebih dari 60% BBLR terjadi akibat bayi lahir premature. Semakin
awal bayi lahir, semakin belum sempurna perkembangan organ-organnya, semakin
rendah berat badannya saat lahir dan semakin tinggi resikonya untuk mengalami
berbagai komplikasi berbahaya.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk
masa gestasi itu. Setiap bayi yang berat lahirnya sama dengan atau lebih rendah
dari 10 th persentil untuk masa kehamilan pada Denver intra uterin growthcurves,
berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi
yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK). (FKUI. 1985)
III. Anatomi dan Fisiologi

1. Sistem Pernapasan

Otot pernapasan pada bayi lemah dan pusat pernapasan kurang berkembang.

Terdapat kekurangan lipoprotein paru yaitu suatu surfaktan yang dapat


mengurangi tegangan permukaan paru, defisiensi surfaktan juga beresiko

terhadap terjadinya kolaps paru. Ritme dan dalamnya pernapasan cenderung

tidak teratur, seringkali ditemukan apnea, sehingga timbul sianosis. Pada bayi

pre term, refleks batuk tidak ada, hal ini mengarah pada timbulnya inhalasi

cairan yang dimuntahkan. Selain itu, saluran hidung sangat sempit dan cedera

mukosa nasal mudah terjadi pada pemasangan NGT atau tabung endotrakeal

melalui hidung.

2. Sistem Thermoregulasi

Bayi pre term cenderung untuk memiliki suhu tubuh subnormal, hal ini

disebabakan oleh produksi panas yang buruk dan penoingkatan kehilangan

panas.

Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabkan tidak adanya

jaringan adiposa cokelat, pernapasan yang lemah dan pembakaran oksigen yang

buruk, aktivitas otot yang buruk dan intake nutrisi yang kurang. Kehilangan

panas akan meningkat karena adanya permukaan tubuh yang secara relatif lebih

besar dan tidak adanya lemak subkutan. Tidak adanya pengaturan panas pada

bayi sebagian oleh keadaan imatur dari pusat pengatur panas dan sebagian akibat

kegagalan untuk memberikan respon terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini

sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat demikian juga tidak

adanya lemak subkutan.

3. Sistem Pencernaan

Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflek menghisap dan

menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif.

Regurgitasi merupakan hal yang sering terjadi karena mekanisme penutupan

sfingter jantung yang kurang berkembang dan sfingter pylorus yang relative
kuat. Lambung seorang bayi dengan berat 900 gram memperlihatkan adanya

sedikit lapisan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga tonus sfingter

esofagus lemah sehingga makanan dari lambung sering keluar, selain itu waktu

pengosongan lambung lama yang mengarah pada timbulnya distensi dan retensi

bahan yang dicerna. Selain itu, pencernaan dan absorpsi lemak buruk dan

berkembang menjadi malabsorbsi. Otot dinding usus besar lemah dan

perkembangan plexus syaraf otonom belum sempurna, menyebabkan distensi

dan konstipasi. Hepar kurang berkembang, hal ini merupakan predisposisi untuk

terjadinya ikterus, akibat adanya ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi

bilirubin.

4. Sistem Sirkulasi

Jantung relative kecil saat lahir, pada bayi pre term kerjanya lambat dan lemah.

Terjadi ekstra systole dan bising yang dapat didengar pada atau segera setelah

lahir. Sirkulasi perifer buruk dan dinding pembuluh darah lemah, terutama pada

pembuluh darah intracranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya

kecenderungan perdarahan intra cranial yang terlihat pada bayi pre term.

Tekanan sistolik pada bayi aterm sekitar 80 mmHg dan pada bayi pre term 45 –

60 mmHg. Tekanan diastolik secara proposional rendah, bervariasi dari 30 – 45

mmHg. Nadi bervariasi antara 100 – 160 permenit. Cenderung ditemukan

aritmia untuk memperoleh suara yang tepat dianjurkan mendengarkan pada

apeks dengan menggunakan stetoskop.

5. Sistem Urinarius

Fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi glomerolus yang

menurun, klirens urea dan bahan terlarut rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya

penurunan kemampuan untuk mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit.


Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan

adanya tubulus yang kurang berkembang.

6. Sistem Persyarafan

Pusat pengendali fungsi vital, misalnya pernapasan, suhu tubuh dan pusat

refleks, kurang berkembang. Karena perkembangan susunan syaraf buruk, maka

bayi yang terkecil pada khususnya, lebih lemah, lebih sulit untuk dibangunkan

dan mempunyai tangisan yang lemah.

7. Sistem Integumen

Kulit biasanya tipis, merah dan berkerut. Ditemukan sedikit lemak subkutan.

Kuku lembut dan lanugo mencolok tetapi terdapat sedikit atau tidak ditemukan

verniks caseosa. Rambut pendek dan jarang dan alis mata sering kali tidak ada.

IV. Patofisiologi dan Pathway

a. Patofisiologi

Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral,

seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir

kehamilan.

Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap

hipoglikemia, rikets dan anemia. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR

memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108

kkal/kg/hari

Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap

dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia,

belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan

pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi

preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm


mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk

mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase

pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan

karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan

34 minggu. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan

kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu

makanan secara oral.

Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan

dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan

insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)


b. Pathway
Faktor plasenta :
Faktor ibu : usia <20thn, riwayat Faktor janian : kelainan kromosom,
penyakit vesikuler,
kehamilan tak baik, rahim mal informasi torch, kehamilan ganda
kehamilan ganda,
abnormal
mal informasi tumor

Nutrisi selama
kehamilan tidak
adekuat

BB <2500 gram

BBLR Refleks hisap


lemah
Imaturitas sistem Jaringan lemak
imun/pertahanan subkutan lebih tipis Nutrisi kurang
tubuh sekunder dari kebutuhan
Kehilangan panas tubuh
Terdapat luka insisi melalui kulit
pada plasenta Imaturitas fungsi
Imaturitas
organ
termoregulasi
Pajanan patogen
Inadekuat surfaktan
Hipotermi
Perawatan yang Pertumbuhan
tidak steril Insuf pernafasan dinding dada
belum sempurna
Resiko Infeksi
Pola nafas tidak
efektif

(Sumber: Nanda Nic Noc 2013)

Modifikasi GUYTON Edisi 12


V. Manifestasi Klinik
1. Gejala klinis sebelum bayi dilahirkan :
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus prematurus
dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan
janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula
hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia
gravidarum.
2. Setelah bayi lahir dibedakan antara bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterin, bayi prematur, bayi prematur dan bayi KMK
a. Bayi premature
1. Vernik kaseosa sedikit/tidak ada
2. Jaringan lemak bawah kulit sedikit
3. Tulang tengkorak lunak mudah bergerak
4. Menangis lemah
5. Kulit tipis, merah dan stranparan
6. Tonus otot hipotoni
b. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin
1. Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas
2. Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat
3. Abdomen cekung atau rata
4. Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan
5. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin sama dengan bayi KMK
(Mochtar, 1998)

VI. Pemeriksaan Penunjang


a) Studi cairan amniotic, dilakukan selama kehamilan untuk mengkaji maturitas
janin.
b) Darah lengkap : penurunan hemoglobin/hemotrokrit (Hb/Ht) mungkin kurang
dari 10.000 /m3 dengan pertukaran ke kiri (kelebihan dini netrofil dan pita) yang
biasanya dihubungkan dengan penyakit bakteri berat.
c) Golongan darah : menyatakan potensial inkompatibilitas ABO.
d) Kalsium serum : mungkin rendah.
e) Elektrolit (Na, k, cl).
f) Penentuan RH dan contoh langsung (bila ibu Rh negatif positif) : menentukan
inkompatabilitas.
g) Gas darah arteri (GDA) : PO2 menurun, PCO2 meningkat, asidosis, sepsis,
kesulitan nafas yang lama.
h) Laju sedimentasi elektrolit : meningkat menunjukan respon inflamasi akut.
i) Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan proporsi
beratnya proses radana enfeksius.
j) Trombosit : trombositopenia dapat menyertai sepsis.
k) Test shoke aspirat lambung : menentukan ada/tidaknya surfaktan. (Doengoes,
2006)

VII. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/
kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih
lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling
utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas
atau BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
secara khusus dan terisolasi dengan baik
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien
sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar
hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan
gula darah secara teratur.
VIII. Komplikasi
Beberapa penyakit yang ada hubungannya dengan bayi prematur yaitu :
1. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran hialin
karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi
alveoulus paru.
2. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering ditemukan
pada bayi prematur.
3. Perdarahan intra ventikuler
Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh karena anoksia
otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru.
Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi.
4. Hyperbilirubinemia
Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan dengan
bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga
konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.
5. Masalah suhu tubuh
Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna. Luas
badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah,
lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan
metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak
terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 –
37,50C) (Manuaba, 1998 ).

IX. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnesis
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, suku/bangsa, pekerjaan.

b. Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
c. Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0
sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10
normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,
tumor kandungan, kista, hipertensi
f. ADL
1) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
2) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
3) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
4) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
5) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120
sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis
atau pucat, pengisisan capilary refill  (kurang dari 2-3 detik).
b) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris,
cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara
40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
c) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB
(jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap
yang lemah.
d) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna,
berat jenis, dan PH).
e) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro, menghisap,
mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar
kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh
dengan sempurna, lembut dan lunak.
f) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
g) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan
infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
h) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang
badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau
kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30cm, lingkar
lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan
wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada
menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
3. Analisa Data
Data Penyebab Masalah

Batasan Karakteristik : Faktor ibu : usia <20thn, riwayat Hipotermi

kehamilan tak baik, rahim abnormal


 Kerusakan hipotalamus

 Penurunan laju metabolic

 Kulit berkeringat pada Dinding otot rahim bagian bawah

lingkungan yang dingin lemah

 Penyakit atau trauma BB <2500 gram

 Ketidakmampuan atau BBLR

penurunan kemampuan untuk


Jaringan lemak subkutan lebih tipis
menggigil

 Malnutrisi
Kehilangan panas melalui kulit
 Obat-obatan

 Terpajan lingkungan yang


Hipotermi
dingin atau kedinginan

 Hipotiroidisme

 Ketidakmampuan system

pengaturan suhu neonates

 Kehilangan lemak subkutan

dan malnutrisi

 Berat badan lahir rendah


 Kulit dingin

 Bantalan kuku sianosis

 Hipertensi

 Pucat

 Merinding

 Penurunan suhu tubuh

dibawah normal

 Menggigil

 Pengisian kapiler lambat

 Takikardi
Batasan Karakteristik: Faktor ibu : usia <20thn, riwayat Nutrisi kurang dari

kehamilan tak baik, rahim abnormal kebutuhan tubuh


 Ketidak mampuan untuk

menelan atau mencerna BB <2500 gram

makanan atau menyerap


BBLR
nutrient akibat factor
Refleks hisap lemah
biologis, psikologis atau

ekonomi termasuk beberapa Nutrisi Kurang dari kebutuhan

contoh non nanda berikut: tubuh

 Intoleransi makanan

 Kebutuhan metabolic tinggi

 Reflek mengisap pada bayi


tidak efektif

 Akses terhadap makanan

terbatas

 Berat badan kurang dari 20%

atau lebih dibawah berat

badan ideal untuk tinggi

badan dan rangka tubuh

 Asupan makanan kurang dari

kebutuhan metabolic, baik

kalori total maupun zat gizi

tertentu

 Kehilangan berat baan

dengan asupan makanan yang

adekuat

 Melaporkan asupan makanan

yang tidak adekuat kurang

dari RDA
Batasan Karakteristik : Faktor ibu : usia <20thn, riwayat Risiko infeksi

 Prosedur Infasif kehamilan tak baik, rahim abnormal

 Ketidakcukupan pengetahuan
BB <2500 gram
untuk menghindari paparan
BBLR
patogen

 Trauma Jaringan lemak subkutan lebih tipis

 Kerusakan jaringan dan


Imaturitas sistem imun/pertahanan
peningkatan paparan tubuh sekunder

lingkungan Terdapat luka terbuka pada plasenta

 Ruptur membran amnion


Pajanan patogen
 Agen farmasi (imunosupresan)
Perawatan tidak steril
 Malnutrisi

 Peningkatan paparan Resiko Infeksi

lingkungan patogen

 Imonusupresi

 Tidak adekuat pertahanan

sekunder (penurunan Hb,

Leukopenia, penekanan respon

inflamasi)

 Tidak adekuat pertahanan tubuh

primer (kulit tidak utuh, trauma

jaringan, penurunan kerja silia,

cairan tubuh statis, perubahan

sekresi pH, perubahan

peristaltik)
Batasan karakteristik : Faktor ibu : usia <20thn, riwayat Pola nafas tidak efektif

 Penurunan tekanan kehamilan tak baik, rahim abnormal

inspirasi/ekspirasi
BB <2500 gram
 Penurunan pertukaran udara
BBLR
per menit

 Menggunakan otot Fungsi organ-organ kurang baik


Pertumbuhan
pernafasan tambahan

 Nasal flaring dinding dada belum sempurna

 Dyspnea Insuf Pernafasan

 Orthopnea
Pola Nafas Tidak Efektif
 Perubahan penyimpangan

dada

 Nafas pendek

 Pernafasan rata-rata/minimal

Bayi : < 25 atau > 60

Usia 1-4 : < 20 atau > 30

Usia 5-14 : < 14 atau > 25

Usia > 14 : < 11 atau > 24

 Bayi volume tidalnya 6-8

ml/Kg

 Timing rasio

 Penurunan kapasitas vital

 Hiperventilasi

 Deformitas tulang
 Kelainan bentuk dinding

dada

 Penurunan energi/kelelahan

 Perusakan/pelemahan

muskulo-skeletal \

 Kelelahan otot pernafasan

 Imaturitas Neurologis

4. Masalah Keperawatan (prioritas)


1) Hipotermi
2) Pola nafas tidak efektif
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4) Resiko infeksi

5. Diagnosa Keperawatan
a. Hipotermi b/d paparan lingkungan dingin
b. Pola nafas tidak efektif b/d imaturitas organ pernafasan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
ingest/digest/absorb
d. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan system kekebalan tubuh

6. Rencana Tindakan Keperawatan

N Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


o
1 Pola nafas tidak efektif b/d NOC : NIC :
imaturitas organ pernafasan Respiratory status :
Ventilation Airway Management

Respiratory status : Airway


 Buka jalan nafas, guanakan
patency
Vital sign Status teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu

Kriteria Hasil :  Posisikan pasien untuk


memaksimalkan ventilasi
 Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara  Identifikasi pasien perlunya

nafas yang bersih, tidak pemasangan alat jalan nafas

ada sianosis dan dyspneu buatan

(mampu mengeluarkan  Keluarkan sekret dengan

sputum, mampu bernafas batuk atau suction

dengan mudah, tidak ada  Auskultasi suara nafas, catat

pursed lips) adanya suara tambahan


 Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
 Menunjukkan jalan
 Monitor respirasi dan status
nafas yang paten (klien
O2
tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam Oxygen Therapy
rentang normal, tidak  Bersihkan mulut, hidung
ada suara nafas dan secret trakea
abnormal)  Pertahankan jalan nafas
yang paten

 Tanda Tanda vital dalam  Atur peralatan oksigenasi


rentang normal (tekanan  Monitor aliran oksigen
darah, nadi, pernafasan)  Pertahankan posisi pasien
 Onservasi adanya tanda
tanda hipoventilasi
 Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR

 Monitor kualitas dari


nadi

 Monitor frekuensi dan


irama pernapasan
 Monitor suara paru

 Monitor pola
pernapasan abnormal

 Monitor suhu, warna,


dan kelembaban kulit

 Monitor sianosis perifer

 Monitor adanya cushing


triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign

2 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan  Nutritional Status : Nutrition Monitoring
tubuh b/d ketidakmampuan  Nutritional Status :  BB pasien dalam batas
ingest/digest/absorb normal
food and Fluid Intake
 Nutritional Status :  Monitor adanya penurunan

nutrient Intake berat badan


 Monitor interaksi anak atau
 Weight control
orangtua selama makan
Kriteria Hasil :
 Monitor lingkungan selama
 Adanya peningkatan
makan
berat badan sesuai
 Monitor kulit kering dan
dengan tujuan
perubahan pigmentasi
 Beratbadan ideal
 Monitor turgor kulit
sesuai dengan tinggi  Monitor kekeringan, rambut
badan kusam, dan mudah patah
 Mampu  Monitor mual dan muntah
mengidentifikasi  Monitor kadar albumin, total
kebutuhan nutrisi protein, Hb, dan kadar Ht
 Tidak ada tanda tanda  Monitor pertumbuhan dan
malnutrisi perkembangan
 Menunjukkan  Monitor pucat, kemerahan,
peningkatan fungsi dan kekeringan jaringan

pengecapan dari konjungtiva

menelan  Monitor kalori dan intake


nuntrisi
 Tidak terjadi
 Catat adanya edema,
penurunan berat badan
hiperemik, hipertonik papila
yang berarti
lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

3 Hipotermi b/d paparan NOC : NIC :


lingkungan dingin  Thermoregulation Temperature regulation
 Thermoregulation :  Monitor suhu minimal tiap
neonate 2 jam

Kriteria Hasil :  Rencanakan monitoring

 Suhu tubuh dalam suhu secara kontinyu


 Monitor nadi, dan RR
rentang normal
 Monitor warna dan suhu
 Nadi dan RR dalam
kulit
rentang normal
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Monitor nadi, suhu, dan
RR

 Catat adanya fluktuasi


tekanan darah

 Monitor kualitas dari


nadi

 Monitor frekuensi dan


irama pernapasan

 Monitor suara paru

 Monitor pola
pernapasan abnormal

 Monitor suhu, warna,


dan kelembaban kulit

 Monitor sianosis perifer

 Monitor adanya cushing


triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)

 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign

4. Resiko infeksi b/d NOC : NIC :


ketidakadekuatan system  Immune Status Infection Control (Kontrol
kekebalan tubuh.  Knowledge : infeksi)
Infection control  Bersihkan lingkungan
 Risk control setelah dipakai pasien lain
Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila
 Klien bebas dari perlu

tanda dan gejala  Instruksikan pada

infeksi pengunjung untuk mencuci

 Menunjukkan tangan saat berkunjung dan


setelah berkunjung
kemampuan untuk
meninggalkan pasien
mencegah
 Gunakan sabun
timbulnya infeksi
antimikrobia untuk cuci
 Jumlah leukosit
tangan
dalam batas
 Cuci tangan setiap sebelum
normal
dan sesudah tindakan
 Menunjukkan kperawtan
perilaku hidup  Gunakan baju, sarung
sehat tangan sebagai alat
pelindung
 Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
 Tingktkan intake nutrisi

 Berikan terapi antibiotik


bila perlu
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung

 Partahankan teknik aspesis


pada pasien yang beresiko
 Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah

DAFTAR PUSTAKA

Hall, John E. 2014. Guyton Dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Elsevier

Heather, T. Nanda International Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014. 2013. Jakarta: EGC

Nurarif, Amir H ; Kusuma, H. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA-

NIC-NOC. Jilid 1. Mediaction Publishing:2013


Nurarif, Amir H ; Kusuma, H. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA-

NIC-NOC. Jilid 2. Mediaction Publishing:2013

Nurarif, Amir H ; Kusuma, H. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA-

NIC-NOC. Jilid 3. Mediaction Publishing:2014

Ghofur, Abdul. Kamus Komplit Kebidanan dan Keperawatan.Mitra Buku: 2012

Yuliana elin, Andrajat Retnosari, dkk. ISO Farmakologi, ISFI, Jakarta: 2011

Tambayong, Jan. (1999). Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC

Kusumaningtyas, Ajenk. Askep BBLR NICU. Diakses pada 02 Oktober 2016 terdapat dalam

https://www.academia.edu/5557872/Askep_BBLR_NICU

Wardah, Yulia. BBLR. Diakses pada 03 Oktober 2016 terdapat dalam

https://www.academia.edu/17021064/berat_badan_lahir_rendah_bblr_

Pariani, Utik. Laporan Pendahuluan BBLR. Diakses pada 03 Oktober 2016 terdapat dalam

http://www.slideshare.net/utikdesyp/laporan-pendahuluan-lp-askaep-bblr

Wilkinson, Judith M. Dkk. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.2009. Jakarta: EGC

Eric Wardana, Makalah Seminar BBLR Klp 1 Gelombang 3 Stikes Muhammadiyah

Palembang Tahun 2016, Scribd. Diakses pada tanggal 03 Oktober 2016 terdapat dalam

http://www.scribd.com/doc/makalah-seminar-Bblr-klp-1-gelombang-3-stikes-MP

Anda mungkin juga menyukai