Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN BY. NY. E DENGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)
DIRUANG PERINATAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SALATIGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Nama : Putri Nur Fitriani


NIM : 20101440120071

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV DIPONEGORO SEMARANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan berat badan sangat rendah merupakan masalah kesehatan yang
sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari
2500gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan bayak faktor dan lebih
utama pada masalah perekonomian keluarga atau didukung dengan masalah lainnya
sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makananpun kurang. Hal ini dapat berkaitan
dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal.
BBLR merupakan faktor utama peningkatan moralitas, mordibitas dan diabilitas neonates,
bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa
depan.

Bayi dengan berat lahir sangat rendah biasanya mempunyai banyak permasalahan,
antara lain gangguan pertumbuhan, gangguan pendengaran dan gangguan pernafasan.
Salah satunya adalah asfiksia atau gangguan yang didapat setelah lahir. Asfiksia
neonatorum adalah suatu keadaan bayi yang gagal bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Asfiksia pada BBL merupakan penyebab kematian 19% dari 5 juta
kematian BBL setiap tahun. Resusitasi merupakan tindakan utama pada asfiksia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR?
2. Bagaimana penilaian BBLR
3. Bagaimana penanganan BBLR
4. Apa yang dimaksud dengan asfiksia?
5. Bagaimana penilaian asfiksia?
6. Bgaimana penanganan asfiksia?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi tugas praktik klinik keperawatan anak
b. Supaya mahasiswa lebih memahami tentang BBLR
c. Meningkatkan minat oembaca untuk tahu tentang bayi BBLR
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengetrian BBLR
b. Dapat menilai dan menangani BBLR
c. Mengetahui pengertian asfiksia
d. Dapat menilai dan menangani asfiksia
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
 Definisi BBLR
BBLR (berat badan bayi lahir rendah ) merupakan kondisi bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 (WHO,1961). Menurut Riber dkk. (2011)., berat badan lahir rendah
yaitu bayi yang lahir denganberat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia
genetasi (dihitung satu jam setelah melahirkan). Dikutip dalam buku Nanda,(2013).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan lahir rendah
dibedakan menjadi :
1. Bayi berat lahir rendah, berat lahir 1500-2500 gram
2. Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram
3. Bayi berat lahir ekstrem, berat lahir kurang dari 1000 gram.
Keadaan berat bayi lahir rendah ini dapat disebabkan karena :
1. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan
dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir dari haid yang teratur).

2. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya
menurut masa kehamilannya (kecil unntuk masa kehamilan = KMK ).

3. Masa kehamilan kurang dar 37minggu dan SGA

 Definisi Asfiksia

Asfiksia pada bayi baru lahir adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (Prambudi, 2013)

Menurut AAP asfiksia adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh kurangnya O2 pada
udara respirasi, yang ditandai dengan :

1. Asidosis metabolic (pH<7,0) pada darah arteri umbikalis


2. Nilai APGAR setelah menit ke 5 step 0-3
3. Manifestasi neurologis ( kejang, hipotomi, koma atau hipoksik iskemia ensefalopati)
4. Gangguan multiorgan
Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosi. Hipoksia
yang terdapat pada penderita asfiksia merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat
adaptasi bayi baru lahir (BBL) terhadap kehidupan uterin ( Grabiel Due, 1971).

Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO 2 dan asidosis. Bila proses
ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia
juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. Pada bayi yang mengalami
kekurangan oksigen akan terjadi pernapasan yang cepat dalam periode yang singkat.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga mulai
menurun, sedangkan tonus neuromuscular berkurang secara berangsur-angsur dan bayii
memasuki periode apnea yang dikenal sebagai apnea primer. Perlu diketahui bahwa kondisi
pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan bayi juga
muka menurun dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah
sampai bayi memasuki periode apnea yang disebut apnea sekunder ( Saifuddin, 2009).

Dengan demikian asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas
secara spotan dan teratr. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnys sksn
mngalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan kesehatan
ibu hamil, kelainan tali pusat atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
atau sesudah persalinan.

C. Etiologi
Faktor yang dapat menimbulkan berat badan bayi lahir rendah, diantaranya :
1. Faktor ibu
Riwayat kelahiran premature sebelumnya, pendarahan antepartum, malnutrisi,
kelainan uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi,
umur ibu kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang
terlalu dekat, infeksi trauma, dan lain-lain.

2. Faktor janin
Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini

3. Faktor lingkungan
Kebiasaan merokok, minum alcohol, dan status ekonomi sosial.
Faktor –faktor yang dapat menimbulkan gawat janin (asfiksia) antara lain :
a. Faktor ibu
1) Preeklamsia dan eklamsia
2) Pendarahan abnormal ( placenta previa atau solusio placenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan infeksi berat ( malaria , sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor bayi
1) Bayi prematur ( sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur meconium (warna kehijauan)
(Depkes RI, 2009)

D. Manifestasi klinis
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurs dan lahir
mati.

b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan


c. Pererakan janin yang pertama terjadi lebih lambat walaupun kehamilannya suda
agak lanjut

d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya
e. Sering dijumpai kehamilan dengan hidramnion, hyperemesis gravidarum dan pada
hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau epndarahan ante partum.

2. Setelah bayi lahir


a. Berat lahir kurang dari 2500 gram
b. Panjang badan kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kuran dari 30cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cc
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala relative lebih besar dari badannya
g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltic usus
i. Tangisnya lemah dan jarang
j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apneu
k. Otot-ototmasih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala
mengarah ke satu sisi

m. Reflek tonik leher lemah dan reflex moro positif


n. Gerak oto jarang akan tetapi lebih baik dari bayi yang lahir cukup bulan
o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
p. Kulit licin, mengkilat, pitting edema
q. Frekuensi nadi berkisar 100-140/menit

E. Patofisiologi
Tingginya mordibitas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi
masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu
sedang haml, lebih sering menghasilkan bayi BBLR. Kurang gizi yang kronis pada masa
anak-anak dengan/tanpa sakit yang erulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang
stunting/kuntet pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR. Faktor lain
selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang gzi, keadaan stress
pada apat ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan placenta dan transport zat-zat gizi
ke janin sehingga menyebabkan BBLR. Bayi BBLR akan memiliki tubuh yang belum
berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu ia akan mengalamikesulitan untuk hidup diluar
uterus ibunay. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna pertumbuhan
alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin
tinggi angka kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat ditubuhnya, baik anatomic maupun
fisiologik maka mudah timbul masalah, misalnya :
a. Suhu yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan
oleh penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak dibawah kulit,
permukaan tubuh yang relative lebih luas dibandingakan BB, otot yang tidak aktif,
produksi panas yang berkurang

b. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR, hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru yang sempurna, otot
pernapasan yang masih lemah

c. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari motilitas
usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan lambung
bertambah

d. Gangguan imunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena


rendahnya kadar IgG gamma globulin.

e. Pendarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi premature sering
menderita apnea, hipoksiadan sindrom pernapasan, akibatnya bayi menjadi hipoksia,
hipertensi, dan hiperkapnea, dimana keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak
bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh karena tidak adanya otoregulasi serebral
pada bayi premature sehingga mudah terjadi pendarahan dari pembuluhh kapiller yang
rapuh.
E. Pathway

Berat badan bayi lahir rendah ( BBLR)

Asfiksia Sistem imun menurun

Resiko tinggi infeksi


Sesak napas

Tingkatkan kebersihan
Sianosis tali pusat

Pemebrian Oksigen
DK. Resiko infeksi

DK. Pola nafas


tidak efektif

Gambar 2.1 Pathway BBLR


F. Penatalaksanaan Medis
1. Tes Diagnostik
Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


Hemoglobin 15.5 15.0-24.6 g/dL
Hematokrit 42.7 50.0-2.0 %
Eritrosit 4.55 4.4-5.9 Juta/µL
Leukosit 11.26 5.00-21.00 Ribu/ µL
Trombosit 266 217-497 Ribu/ µL
2. Terapi non Farmakologik
a. Kontrol pola nafas
b. Kontrol suhu pada axila atau rectal slama 3 jam sekali
c. Penimbangan Berat badan setiap hari
d. Jadwal menyusui
e. Hygiene dan perawatan tali pusat
3. Terapi Farmakologi
a. Oksigen 1 liter
b. Suplemen kesehatan apyalis 1 x 0,2 ml
c. Perawatan mata
d. Injeksi ampicillin 2x 7 mg
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas/istrahat
Status istirahat bayi cukup, lebih sering bangun ketika malam hari atau pada saat
merasa lapar, bayi juga akan terbangun jika merasa tidak nyaman karena diapers
sudah penuh, dll.

2. Pernapasan dan peredaran darah


Klien bernapas dengan menggunakan alat bantu nasal kanul,
3. Suhu tubuh
Suhu inti tubuh bayi berkisar antara 36,0-37℃. Pengukuran suhu tubuh dapat di
lakukan di axila atau rectal selama 3 jam sekali.

4. Kulit
Kulit bayi teraba halus dan dan tampak berwarna hitam keabu-abuan.
5. Keadaan dan kelengkapan ekstremitas
Dilihhat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan jumlah atau tidak
sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki juga
lubang anus sampai kelamin.

6. Tali pusat
Tali pusat tampak menghitam.Tidak terdapat pus ataupu darah pada tali pusat.
7. Refleks
Beberapa reflex yang terdapat pada bayi :
a) Refleks moro ( reflek terkejut). Bila terjadi rangsangan yang mengagetkan akan
terjadi reflek lengan dan tangan terbuka

b) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan dirangsang akan


emmberi reaksi seperti menggenggam

c) Reflek berjalan (stepping). Bila kakinya ditekan pada bidang datar atau diangkat
akan bergerak seperti berjalan

d) Reflek mencari (rooting). Bila pipi bayi disetuh bayi akan membuka mulutnya.
e) Refleks menghisap ( stuking). Bila memasukkan sesuatu ke dalam mulut bayi akan
membuat gerakan menghisap.

8. Berat badan
Saat bayi baru lahir berat badannya 1500 gram, pada hari ke 13 berat badan bayi
menjadi

9. Mekonium
Mekonium adalah feses bayi yang berupa pasta kental berwarna gelap hitam kehijauan
dan lengket.

10. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkat dada, lingkar lengan atas dan panjang
badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar kepala 30 cm, panjang badan 43
cm, lingkar dada 26 cm, dan berat badan 1500 gram.

11. Seksualitas
Genetalia wanita : Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanta vagina/ hymen dapat
terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas berdarah sedikit mungkin ada.

Genetalia pria : testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasanya terjadi.

B. Analisa Data

DATA PENUNJANG PROBLEM ETIOLOGI TTD


DS : Ibu klien Pola nafas tidak Hambatan upaya nafas Putri
mengatakan klien mampu efektif Nur F
menghabiskan asi via
sonde sebanyak 30 cc

DO : Klien bernafas
dengan menggunakan
alat bantu nasal kanul 1
liter, kulit pasien tampak
hitam pucat dan teraba
lembut.
Hasil ttv :
N : 114 x/menit
S : 36,6℃
RR : 48 c/menit
SpO2 : 95%
DS :- Resiko infeksi - Malnutrisi Putri
DO : Tali pusat klien - Peningkatan paparan Nur F
tampak menghitam dan organisme pathogen
masih basah
- Ketidak adekuatan
pertahanan tubuh
perimer

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas d.d pola nafas abnormal (D. 0005)
2. Resiko infeksi d.d peningkatan paparan organisme pathogen (D.0142)
D. Intervensi Keperawatan

TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI TTD
KRITERIA HASIL

Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas ( I. Putri


01011) Nur
efektif b.d hambatan tindakan
Observasi
upaya napas d.d pola keperawatan selama - Monitor pola nafas
nafas abnormal (D. 1x 8 jam diharapkan (frekuensi, kedalaman, usaha
nafas)
0005) pola napas membaik - Monitor bunyi napas
dengan kriteria tambahan (mis. Gurgling,
mrngi, wheezing, ronkhi kering)
hasil : - Monitor sputum (jumlah,
- Frekuensi napas warna, aroma)
Terapeutik
sedang dengan skala - Pertahankan kepatenan jalan
3 menjadi menurun napas dengan head tilt dan
chinlift
dengan skala 5 - Posisikan semi fowler atau
fowler
- Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml, jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator
Resiko infeksi d.d Sehtelah dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539) Putri
peningkatan paparan tindakan Observasi Nur
organisme pathogen keperawatan selama - Monitor tanda dan gejala
(D.0142) 1 x 8 jam infeksi local dan sistemik
diharapkan tingkat Terapeutik
infeksi menurun - Batasi jumlah pengunjung
dengan kriteria - Cuci tangan sebelum dan
hasil : sesudah kontak dengan
- Kebersihan pasiendan lingkungan pasien
tangan cukup - Pertahankan teknik aseptic
meningkat dengan pada pasien beresiko tinggi
skala 4 menjadi Edukasi
meningkat dengan 5 - Jelaskan tanda dan gejala
- Kebersihan infeksi
badan meningkat - Ajarkan cara mencuci tangan
dengan skala 5 dengan benar
- Nafsu makan - Anjurkan meningkatkan
cukup meningkat asupan nutrisi
dengan skala 4 - Anjurkan meningkatkan
menjadi meningkat asupan cairan
dengan skala 5 Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Abdul latif, d. (1991). Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI,. Jakarta: Bagian ilmu kesehatan anak.
Arvin, B. E. (1996). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
PPNI, T. p. (2017). Pola nafas tidak efektif. Jakarta selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
PPNI, T. p. (2018). Pencegahan Infeksi. Jakarta selatan: Dewan pengurus pusat PPNI.
PPNI, T. p. (2019). Pola Nafas. Jakarta selatan: Dewan Pengurus pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai