Anda di halaman 1dari 35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Bayi Pematur

1. Pengertian

Bayi prematur adalah bayi yang lahir sebelum usia kandungan

mencapai 37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir tanpa

memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan

berat badan kurang 2500 gram (Subarkah, 2019).

Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang

dari 37 inggu dibandingkan dengan bayi cukup bulan, bayi prematur

kurang mampu menghisap, mempertahankan suhu tubuh, menelan, makan,

dan mempertahankan ventilasi (Molika, 2014 dalam Denny, 2015). Bayi

prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37

minggu dan dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (Priyono, 2010).

2. Klasifikasi Bayi Prematur

Bayi prematur terbagi atas 3 oleh Bobak (2005) dalam Endang (2015)

yaitu:

a. Bayi prematur digaris batas, yang lahir pada ke 37 minggu gestasi

dengan berat badan 2500 sampai 3250 gram, dan adapun masalah yang

paling sering terjadi yaitu ketidaksetabilan, kesulitan menyusui, ikteris,

dan Respiratory Distress Syndrome (RDS). Adapun penampilan pada

8
9

bayi prematur di garis batas itu adalah lipatan pada kaki itu lebih

sedikit, banyak rambut halus dan genitalia kurang berkembang.

b. Bayi Prematur Sedang, yaitu bayi yang lahir 31 sampai 36 minggu,

dengan berat 1500 sampai 2500 gram, masalah yang sering terjadi yaitu

pengaturan glukosa, keseimbngan cairan, anemia dan infeksi dan

penampilan pada bayi perematur sedang itu seperti kulit tipis dan lebih

banyak pembuluh darah.

c. Bayi Sangat prematur, yaitu bayi yang lahir pada 24 sampai 30 minggu

dan lahir dengan berat badan 500 sampai 1400 gram dan semua

masalah yang terjadi ditandai dengan penampilan kecil, tidak memiliki

lemak dan kulit sangat tipis.

3. Etiologi

Menurut Julina (2019) penyebab terjadinya BBLR adalah kelahiran

prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor

plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor

janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR :

a. Faktor Ibu

1) Penyakit

Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain.

2) Komplikasi pada kehamilan

Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan

antepartum, pre eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran prematur.


10

3) Usia Ibu dan paritas

Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang

dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 37 minggu.

b. Faktor kebiasaan Ibu

Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu

pecandu alkohol, dan pengguna narkotika.

c. Faktor janin

Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemelli), kelainan

kromosom.

d. Faktor lingkungan

Yang dapat berpengaruh antara lain : tempat tinggal di daratan tinggi,

radiasi, sosio-ekonomi, dan paparan zat-zat racun.

4. Manifestasi Klinis

Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasi,

bergantung pada usia kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin prematur atau

makin kecil umur kehamilan saat dilahirkan maka makin besar pada

perbedaannya dengan bayi yang lahir cukup bulan, adapun tanda dan

gejala bayi prematur adalah (Surasmi, dkk, 2013 dalam Setyo, 2016):

a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu.

b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500gram

c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm.

d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.


11

e. Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.

f. Lingkar kepala sama dnegan atau kurang dari 33 cm.

g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.

h. Rambut lanugo masih banyak.

i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang.

j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga

seolah- olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.

k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus.

l. Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada scrotum

kurang. Testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan

klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labiya mayora.

m. Tonus otot lemah, sehinga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah.

n. Fungsi saraf yang belum matang atau kurang matang, mengakibatkan

refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif , dan

tangisnya lemah.

o. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit.

5. Pathofisiologi

Secara umum bayi baru lahir rendah ini berhubungan dengan usia

kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga

disebabkan dismaturitas. Biasanya hal tersebut terjadi karena adanya

gangguan pertumbuhan sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh

penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan


12

keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi

berkurang (Denny, 2015). Bayi prematur umunya relatif kurang mampu

untuk bertahan hidup karena struktur anatomi dan fisiologi yang imatur

dan fungsi biokimianya belum bekerja seperti bayi yang lebih tua.

Bayi prematur atau imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh

dalam batas normal karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum

matur, kurangnya cadangan glikogen dan lemak coklat sebagai sumber

kalori. Tidak ada atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh

yang relatif lebih luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang

lebih banyak. Respon menggigil bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi

tidak dapat meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol

reflek kapiler kulit juga masih kurang.

Adanya reflek hisap dan menelan yang masih imatur mengakibatkan

tidak memadainya koordinasi antara reflek hisap dan menelan, terutama

pada bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 34 minggu (Subarkah, 2019).

Dalam sistem pencernaan semakin rendah umur gestasi, maka semakin

kecil atau lemah refleks menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil

tidak mampu minum secara efektif, regurgitasi merupakan hal yang paling

sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan

spingter pilorus yang secara relatif kuat. Keadaan ini mengakibatkan bayi

tidak mendapatkan ASI secara eksklusif sehingga bayi mengalami

diskontinuitas dalam pemberian ASI (Herliani, 2017).


13

6. Pathway

Gambar 2.1 Pathway Diskontinuitas Pemberian ASI (Sumber : Surasmi,

2009 dalam Pattipielohy, 2012 dan Herliani, 2017)

7. Komplikasi Bayi Prematur

Menurut Sari SD (2017) sering kali komplikasi yang terjadi pada

bayi prematur adalah yang berhubungan dengan fungsi organ imatur dari

sistem organ. Komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi meliputi :

a. Paru-paru

Produksi surfaktan seringkali tidak memadai guna mencegah alveolar

collapse dan atelektasis, yang dapat terjadi Respiratory Distress

Syndrome.

b. Neurologik

Bayi preterm berisiko memiliki masalah neurologik akut seperti,

perdarahan, intrakarnial, dan depresi perinatal. Penyebab utama


14

kelainan neurologis pada bayi baru lahir adalah enselopati iskemik

hipoksik (EIH), disamping perdarahan periventrikuler dan

intraventrikular yang menyebabkan kelainan neurologis terutama pada

bayi preterm. Jejas pada otak yang terjadi pada masa perinatal ini

dikenal sebagai penyebabutama gangguan neurologis berat dan terjadi

dampak dampaknya dalam jangka panjang yang dikenal dengan

Cerebral Palsy pada bayi dan anak. Manifestasi perdominan yang

dikaitkan dengan palsi serebral adalah gangguan gerak yang dapat

berupa karakter spastik, ataksik atau atetoid. Disfungsi motorik ini

biasanya disertai gangguan neurologik lainnya seperti retardasi mental,

gangguan visual kortikal dan kejang.

c. Susunan Saraf Pusat

Disebabkan tidak memadainya koordinasi refleks menghisap dan

menelan, bayi yang lahir sebelum usia gestasi 34 minggu harus diberi

makanan secara intravena atau melalui sonde lambung. Immaturitas

pusat pernapasan di batang otak mengakibatkan apneic spells (apnea

sentral).

d. Kardiovaskular

Gangguan yang sering dialami adalah hipotensi akibat hipovolemia.,

misalnya kehilangan volume karena memang volumenya yang relatif

kecil atau gangguan fungsi jantung dan vasodilatasi akibat sepsis.


15

Kejadian Patient Ductus Arteriosus (PDA) sering terjadi dan dapat

mengakibatkan terjadinya gagal jantung kongestif.

e. Infeksi

Akibat defisiensi respon imun seluler dan humoral, bayi preterm

mempunyai risiko terjadinya infeksi lebih besar dibandingkan bayi

aterm.

f. Pengaturan suhu

Bayi prematur mempunyai luas permukaan tubuh yang besar dibanding

rasio masa tubuh, oleh karena itu ketika terpapar dengan suhu

lingkungan di bawah netral, dengan cepat akan kehilangan panas dan

sulit untuk mempertahankan suhu tubuhnya karena efek shivering pada

prematur tidak ada.

g. Saluran pencernaan

Belum sempurna sehingga tidak mampu menyerap ASI dengan baik.

Pengosongan lambung terhambat sehingga menimbulkan desistensi

lambung dan usus.

h. Volume perut yang kecil dan reflek menghisap dan menelan yang

masih immatur pada bayi prematur, pemberian makanan melalui

nasogastrik tube dapat terjadi risiko aspirasi.


16

i. Ginjal

Fungsi ginjal pada bayi prematur masih immatur, sehingga batas

konsentrasi dan ilusi cairan urine kurang memadai seperti pada bayi

normal.

j. Hiperbilirubinemia

Pada bayi prematur bisa berkembang hiperbilirubinemia lebih sering

dibandingkan dengan bayi aterm, dan kemicterus bisa terjadi pada level

bilirubin serum paling sedikit 17 mg/dl (170 umol/L) pada bayi kecil,

bayi prematur yang sakit.

k. Hipoglikemia

Hipoglikemia merupakan penyebab utama kerusakan otak pada periode

perinatal. Kadar glukosa darah kurang dari 20 mg/100cc pada bayi

kurang bulan atau bayi prematur dianggap menderita hipoglikemia.

l. Mata

Retrolental fibroplasia, kelainan ini timbul sebagai akibat pemberian

oksigen yang berlebihan pada bayi prematur yang umur kehamilannya

kurang dari 34 minggu. Tekanan oksigen yang tinggi dalam arteri akan

merusak pembuluh darah retina yang masih belum matang (immatur).

m. Tendensi

Pembuluh darah masih rapuh, sehingga permeabilitasnya tinggi, yang

memudahkan terjadinya ekstravasasi cairan dan mudah terjadinya


17

oedema. Terjadi gangguan keseimbangan faktor pembekuan darah

sehingga terjadi perdarahan dalam keadaan yang gawat.

8. Penatalaksanaan

Menurut Maryuani (2013) dalam Denny (2015) penatalaksanaan

bayi prematur sebagai berikut :

a. Pengaturan suhu tubuh bayi

b. Terapi oksigen dan bantuan oksigenasi (jika perlu)

c. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

d. Pemberian nutrisi yang cukup

e. Pencegahan dan penanganan infeksi.

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada bayi BBLR menurut Nurarif, Amin Huda

dan Kusuma, Hardhi (2015) dalam Latifah (2017) :

a. Periksa jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat

sampai 23.000 – 24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila

ada sepsis)

b. Hematokrit (Ht) : 43 %- 61% ( peningkatan sampai 65% atau lebih

menandakan polisetmia, penurunan kadar menunjukan anemia atau

hemoragic perinatal ).

c. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl kadar lebih rendah berhubungan dengan

anemis atau hemolisis berlebih ).


18

d. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari,

dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.

e. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah

kelahiran rata-rata 40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari

ketiga.

f. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada

awalnya.

g. Pemeriksaan analisa gas darah.

10. Pencegahan

Menurut Latifah (2017) pencegahan bayi prematur dengan :

a. Tingkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali

selama kurun wwaktu mulai kehamilan muda, terutama pada ibu

hamil dengan resiko tinggi terjadi pada bayi BBLR harus segera

dilaporkan dan dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan

kesehatan yang lebih mampu.

b. Penyuluhan tentang perkembangan dan pertumbuhan janin, serta

perawatan diri selama kehamilan.

c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat (20-34 tahun).

d. Beri asupan ASI sesering mungkin untuk meningkatkan berat badan

bayi.

e. Menjaga bayi tetap hangat.


19

f. Mengetahui tanda bahaya untuk segera mencari pertolongan

g. Timbang berat badan secara umum setiap minggu hingga berat badan

bayi mencapai 2,5 kg.

B. Konsep Dasar Diskontinuitas Pemberian ASI

1. Definisi

Diskontinuitas pemberian ASI adalah berhentinya kontinuitas pemberian

ASI pada bayi atau anak langsung dari payudara, yang dapat mengganggu

keberhasilan menyusui dan atau status nutrisi bayi/anak (Herdman, 2015).

2. Etiologi

Penyebab diskontinuitas pemberian ASI yaitu pemberian ASI non-

eksklusif, ibu bekerja, bayi prematur, serta perpisahan ibu-bayi (Herdman,

2015).

3. Pemberian ASI

Pemberian ASI yaitu memberikan makanan pada bayi berupa air susu ibu

(ASI) pada usia 0-6 bulan pertama. Pemberian ASI secara alami akan

menguatkan ikatan batin antara bayi dan ibunya yang sekaligus

memberikan cinta dan kasih sayangnya (Abdullah, 2009).

4. Hambatan dan Solusi yang memperlancar ASI

Hambatan ASI tidak lancar yaitu, tidak nyaman, air susu sering merembes

ke baju, bengkak krn sering mengeluarkan ASI, menyita waktu bekerja,

rasa sering lapar, dan jarak rumah yang jauh yang tidak memungkinkan

ibu untuk menyusui bayinya dengan segera. Solusi untuk memperlancar


20

ASI yaitu tambahan makanan ekstra untuk ibu menyusui, tambahan

vitamin (Rejeki, 2010)

5. Definisi ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alamiah yang disediakan untuk

bayi, sehingga mempunyai komposisi nutrisi yang sesuai untuk

perkembangan bayi sehat. ASI eksklusif adalah pemberian ASI dari

seorang ibu kepada bayinya sampai dengan 4-6 bulan pertama tanpa

tambahan makanan apapun. Jadi, hanya diberikan ASI saja selama 4-6

bulan tanpa tambahan seperti susu formula, madu, air putih, sari buah,

biskuit atau bubur bayi. Karena manfaat ASI begitu besar baik untuk ibu

maupun untuk bayi itu sendiri (Suririnah, 2009).

6. Komplikasi

Bayi prematur yang mengalami diskontinuitas pemberian ASI dapat

mengalami gangguan pada saluran cerna seperti muntah atau gumoh, feses

berwarna hijau, hitam, berbau, cair atau berdarah dan berat badan tidak

mengalami kenaikan secara optimal. Selain itu, bayi juga dapat mengalami

resiko penyakit jantung dan pembuluh darah karena bayi prematur yang

diberi ASI non-eksklusif tekanan darahnya lebih tinggi daripada bayi yang

diberi ASI (Chapkin, dkk, 2010).

7. Penatalaksanaan

Pada masa neonatus, nutrisi bayi prematur merupakan kebutuhan

paling besar dibandingkan kebutuhan pada masa manapun dalam


21

kehidupan untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal. Kebutuhan

nutrisi dapat terpenuhi dengan cara memberikan ASI eksklusif melalui

sendok atau cangkir apabila bayi belum bisa menyusu (Mufdillah, dkk,

2017).

Menurut Suradi (2010), bayi prematur memiliki refleks menghisap

yang kurang baik sehingga ibu harus memerah ASI. ASI yang baru saja

diperah atau ASI segar, bisa bertahan rata-rata 4 jam dalam suhu ruangan.

Kolostrum berbentuk cairan kekuningan yang lengket dan kental, keluar

pada beberapa hari setelah kelahiran hingga hari ke lima setelah

persalinan, kolostrum masih aman disimpan selama 4 jam setiap kali

perah dalam suhu ruang kurang dari 25 C (Riksani, 2011).

Pemberian makanan ini berupa glukosa, ASI, atau PASI yang akan

mengurangi risiko hipoglikemia, dehidrasi, dan hiperbilirubunemia. Bayi

yang daya isapnya kuat dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui

mulut atau menyusu langsung pada ibu, sedangkan bayi prematur yang

belum mampu mengisap dengan baik, maka pemberian ASI diberikan

melalui pipa lambung. Apabila ASI belum keluar dapat diganti dengan

larutan glukosa atau susu formula khusus untuk bayi prematur sebagai

makanan pertamanya dan diberikan secara bertahap sampai jumlah

kebutuhannya terpenuhi (Proverawati & Sulistyorini, 2010).

Pada umumnya bayi dengan berat badan kurang dari 1500 gram

pemberian nutrisinya menggunakan pipa lambung karena belum


22

efektifnya koordinasi antara gerakan mengisap dan menelan

(Proverawati & Sulistyorini, 2010). Sedangkan bayi dengan berat badan

1500-1800 gram memiliki refleks menelan yang cukup baik namun

refleks menghisap masih kurang baik sehingga ibu harus memerah ASI

dan diberikan dengan menggunakan sendok, cangkir, atau pipet (Suradi,

2010). Bila ASI belum keluar, maka nutrisi pertama yang dianjurkan

adalah 1 ml larutan glukosa 5% yang steril untuk bayi dengan berat

badan kurang dari 1000 gram, 2-4 ml untuk bayi dengan berat badan

1000-1500 gram, dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat badan lebih dari

1500 gram.

Bila pemberian pertama dimulai dengan 1 ml, maka pemberian

berikutnya adalah 1 ml setiap jam terutama dalam 8 jam pertama. Jika

selama 8 jam pertama tidak ada masalah, maka pemberian dilakukan

setiap 2 jam dengan kenaikan jumlah sebanyak 2 cc setiap 2 kali

pemberian sampai jumlah pemberiannya mencapai 12 ml per kali

minum. Apabila pemberian makanan pertama dengan larutan glukosa

5% bayi tidak mengalami kesulitan maka pemberian ASI dapat

dilanjutkan atau PASI bila ASI belum keluar (Proverawati &

Sulistyorini, 2010).
23

Jumlah pemberian nutrisi pada bayi prematur dengan berat badan

lahirnya menurut Pudjiadi, dkk (2010) sebagai berikut :

Tabel 2.1

Jumlah Pemberian Nutrisi Pada Bayi Prematur

< 1000 gr 1000-1500 gr 1500-2000 gr 2000-2500 gr


Minum melalui pipa Pemberian minum Pemberian minum Apabila mampu
lambung. melalui pipa melalui pipa sebaiknya
lambung (gavage lambung (gavage diberikan minum
feeding). feeding). per oral.
Pemberian minum Pemberian minum Pemberian minum
awal : ≤ 10 awal : ≤ 10 awal : ≤ 10
ml/kg/hari. ml/kg/hari. ml/kg/hari.
ASI perah/term ASI perah/term ASI perah/term ASI perah/term
formula/half strength formula/half formula/half formula
preterm forumula. strength preterm strength preterm
formula. formula.
Minum ditingkatkan Minum ditingkatkan Minum
jika memberikan jika memberikan ditingkatkan jika
toleransi yang baik : toleransi yang baik : memberikan
tambahan 0,5-1 ml, tambahan 1-2 ml, toleransi yang baik
interval 1 jam, setiap interval 2 jam, : tambahan 2-4 ml,
≤ 24 jam. setiap ≤ 24 jam. interval 3 jam,
setiap ≤ 24 jam.
Setiap 2 minggu : Setelah 2 minggu Setelah 2 minggu
ASI perah + Human ASI perah + Human ASI perah +
Milk Fortifier Milk Fortifier Human Milk
(HMF)/full strength (HMF)/full strength Fortifier
preterm formula, preterm formula (HMF)/full
sampai berat badan sampai berat badan strength preterm
mencapai 2000 gr. mencapai 2000 gr. formula sampai
berat badan
mencapai 2000 gr.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Diskontinuitas Pada Bayi Prematur

1. Pengkajian

Merupakan data dasar klien yang komprehensif mencakup riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik, dan


24

laboratorium serta informasi dari tim kesehatan serta keluarga klien

(Latifah, 2017).

a. Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapat dari pasien mengenai

kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau

ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosa

(Muslihatun, 2009 dalam Basuki, 2014). Data yang didapat dari pasien

sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian, meliputi :

1) Biodata

a) Nama bayi

Untuk mengetahui identitas bayi dan memastikan bahwa yang

diperiksa benar-benar bayi yang dimaksud.

b) Umur bayi

Untuk mengetahui umur bayi yang nantinya disesuaikan dengan

tindakan yang akan dilakukan.

c) Tanggal/jam lahir

Untuk mngetahui kapan bayi lahir disesuaikan dengan hari

perkiraan lahir.

d) Jenis kelamin

Untuk mengetahui jenis kelamin bayi dan memastikan bahwa

yang diperiksa benar-benar yang dimaksud.


25

e) Berat badan dan tinggi badan

Untuk mengetahui kesesuaian antara berat badan dan tinggi

badan antara umur kehamilan.

f) Nama ayah/ibu

Untu mngetahui identitas orang tua bayi.

g) Umur

Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun dapat

menyebabkan bayi bblr.

h) Agama

Untuk memberikan motivasi kepada keluarganya sesuai dengan

agamanya.

i) Suku bangsa

Untuk mngetahui faktor pembawaan ras.

j) Pendidikan

Untuk mengetahui tingkat pendidikan ibu yang nantinya penting

dalam memberikan KIE perawatan bayi.

k) Pekerjaan

Untuk mengetahui gambaran keadaan sosial ekonomi dalam

mencukupi kebutuhan nutrisi. Faktor bekerja terlalu berat bisa

mengakibatkan bblr.
26

l) Alamat

Untuk mendapatkan gambaran tentang tenmpat dimana pasien

tinggal.

2) Riwayat kesehatan sekarang

(a) Pemeriksaan Antenatal

Untuk mengetahui riwayat ANC, ada keluhan atau tidak,

penyuluhan apa saja yang pernah di dapat, imunisasi TT

berapa kali, HPHT, HPL, golongan darah ayah dan ibu

(Varney, 2004 dalam Basuki, 2014).

(b) Riwayat persalinan sekarang

Berisi tentang jenis persalinan, penolong, lama persalinan dari

kala I sampai kala IV, keadaan anak, jumlah air ketuban, dan

adakah komplikasi dalam persalinan (Kosim, 2004 dalam

Basuki, 2014).

(c) Riwayat operasi

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah melakukan operasi

( Nursalam, 2008 dalam Basuki, 2014).


27

b. Data objektif

Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, selama

pemeriksaan fisik (Nursalam, 2008 dalam Basuki, 2014).

1) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Pada umumnya pasien dengan bblr dalam keadaan lemah, bayi

terlihat kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB < 2500

gram, dan tangisan masih lemah.

b) Tanda-tanda vital

Pada umumnya suhu tubuh mudah terjadi hipotermi.

c) Pemeriksaan Antropometri

d) Pemeriksaan fisik Head to Toe

(1) Kepala

Inspeksi : bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor

masih cekung, sutura belum menutup dan keliatan masih

bergerak. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33

cm.

(2) Mata

Inspeksi : biasanya konjungtiva dan sklera berwarna normal,

lihat reflek kedip baik atau tidak, terdapat radang atau tidak

dan pupil isokor. Pada pupil terjadi miosis saat diberikan

cahaya.
28

(3) Hidung

Inspeksi : biasanya terdapat pernapasan cuping hidung,

terdapat sekret berlebih atau terpasang O2.

Palpasi : adanya nyeri tekan dan benjolan.

(4) Mulut dan faring

Inspeksi : pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir

kering, dan pucat.

(5) Telinga

Inspeksi : adanya kotorn atau cairan dan bagaimana bentuk

tulang rawannya.

Palpasi : adanya respon nyeri pada daun telinga.

(6) Thorax

Inspeksi : napas cepat dan tarikan dada bagian bawah ke

dalam. Pada lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30

cm.

Auskultasi : adanya stridor atau wheezing menunjukan tanda

bahaya.

(7) Abdomen

Inspeksi: lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran abdomen

Palpasi : adanya nyeri tekan dan pembesaran abdomen


29

(8) Kulit

Pada kulit terlihat keriput, tipis, penuh lanugo, pada dahi,

pelipis, telinga, dan lengan, terlihat hanya sedikit lemak

jaringan.

(9) Refleks

Fungsi saraf yang belum efektif dan tangisannya lemah.

Reflek morrow : kaget bila dikejutkan

Reflek menghisap : masih lemah

Reflek menggenggam : reflek menggenggam

apabila disodorkan jari/benda

Reflek babinski : mucul ketika menggaruk

telapak kaki bayi

Reflek menelan : masih buruk atau kurang

Reflek mencari : masih lemah

e) Pemeriksaan Laboratorium

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang penulis ambil yaitu diskontinuitas pemberian ASI

berhubungan dengan perpisahan ibu-bayi menurut Herdman dan

Kamitsuru (2018) yaitu diskontinuitas pemberian ASI yang merupakan

berhentinya kontinuitas pemberian ASI dari payudara pada bayi atau anak,

yang dapat mengganggu keberhasilan menyusui dan/atau status nutrisi

bayi/anak. Batasan karakteristik diskontinuitas pemberian ASI adalah


30

pemberian ASI non-eksklusif. Faktor yang berhubungan pada

diskontinuitas pemberian ASI adalah perpisahan ibu-bayi, kebutuhan

untuk segera menyapih bayi, hospitalisasi anak, ibu bekerja, dan bayi

prematur. Kondisi terkait diantaranya kontraindikasi menyusui, penyakit

bayi, dan penyakit ibu.

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana

tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan

dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter

dan Perry, 2005 dalam Mayasari, 2015). Berdasarkan Nursing Outcomes

Classification (NOC) menurut Moerhead (2016) dan Nursing Intervention

Classification (NIC) menurut Bulechek (2016) indikator yang digunakan

untuk masalah keperawatan diskontinuitas pemberian ASI yaitu :

a. NOC : Status Nutrisi Bayi (1020)

Tabel 2.2

Status Nutrisi Bayi

No. Indikator Skala


1 2 3 4 5
1. Intake nutrisi
2. Pertumbuhan
3. Perbandingan berat/lahir

4. Intake makanan lewat selang

Keterangan skala :

1. Tidak adekuat
31

2. Sedikit adekuat

3. Cukup adekuat

4. Sebagian besar adekuat

5. Sepenuhnya adekuat

b. NOC : Mempertahankan Pemberian ASI (1002)

Tabel 2.3

Mempertahankan Pemberian ASI

No. Indikator Skala


1 2 3 4 5
1. Pertumbuhan bayi dalam
rentang normal
2. Perkembangan bayi dalam
rentang normal
3. Kemampuan untuk
mengumpulkan dan
menyimpan ASI dengan
aman
4. Pengetahuan tentang
manfaat menyusui
berkelanjutan
5. Kemampuan untuk
mencairkan dan
menghangatkan ASI
6. Mengenali tanda-tanda
penurunan pasokan ASI
7. Mengenali tanda-tanda
saluran ASI tersumbat
Keterangan skala :

1. Tidak adekuat

2. Sedikit adekuat

3. Cukup adekuat

4. Sebagian besar adekuat

5. Sepenuhnya adekuat
32

Rencana tindakan yang dilakukan pada bayi prematur dengan

diskontinuitas pemberian ASI menurut Bulechek, dkk (2016) dalam

Nursing Interventions Classification (NIC) adalah dengan konseling

laktasi dan pemberian makan dengan cangkir : bayi baru lahir yaitu :

a. NIC : Pemberian Makan Dengan Cangkir : Bayi Baru Lahir (8240)

1) Tentukan keadaan bayi baru lahir sebelum memulai makan.

2) Monitor mekanisme asupan bayi baru lahir (yaitu prematur/bayi

baru lahir dengan berat badan lahir rendah cenderung untuk

menjilat susu, sementara bayi cukup bulan/bayi yang lebih tua

cenderung menyesap/minum sedikit-sedikit atau menghisap susu).

3) Ukur asupan susu bayi baru lahir lebih dari 24 jam.

4) Monitor tanda-tanda kesiapan makan bayi baru lahir (misalnya,

penigkatan keterjagaan bayi, mulut, dan mata terbuka, pergerakan

dengan mulut dan wajah).

b. NIC : Konseling Laktasi (5244)

1) Berikan informasi mengenai manfaat (kegiatan) menyusui baik

fisiologis maupun psikologis.

2) Diskusikan cara untuk memfasilitasi perpindahan ASI (misalnya,

teknik relaksasi, pijatan payudara, dan lingkungan yang tenang).

3) Intruksikan adanya tanda, gejala, dan strategi manajemen jika

terdapat penyumbatan saluran ASI/plugged ducts, mastitis, dan

infeksi kandidias.
33

4) Diskusikan kebutuhan untuk istirahat yang cukup, hidrasi, dan diet

yang seimbang.

5) Intruksikan bagaimana menangani air susu yang sudah

dikumpulkan, dengan cara yang tepat (misalnya mengumpulkan,

menyimpan, memanaskan, menyiapkan, penambahan rasa pada

makanan/fortification, dan menghangatkan).

4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan tindakan

yang telah direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan tindakan

kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan

analisis dan kesimpulan perawat bukan atas petunjuk kesehatan lain.

Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang

didasarkan oleh keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan

lain (Mitayani, 2009 dalam Rosdiana, 2017). Implementasi atau

penatalaksanaan berdasarkan pada rencana dari asuhan keperawatan

diskontinuitas pemberian ASI pada bayi prematur menurut Bulecheck

(2016) antara lain :

a. Nursing Intervention Classification (NIC) : Pemberian Makan

Dengan Cangkir : Bayi Baru Lahir (8240)

1) Menentukan keadaan bayi baru lahir sebelum memulai makan.

Mendokumentasikan keadaan bayi baru lahir misalnya

dengan menggunakan lembar pantau sebelum menyusui,


34

memonitor mekanisme asupan bayi prematur yaitu dengan cangkir,

sendok, atau pipa lambung jika bayi tidak mampu menghisap

dengan baik (Oktiawati & Julianti, 2017). Mengukur asupan susu

bayi baru lahir lebih dari 24 jam yaitu bila pemberian pertama

dimulai dengan 1 ml, maka pemberian berikutnya 1 ml setiap jam

terutama dalam 8 jam pertama. Jika selama 8 jam pertama tidak ada

masalah, maka pemberian dilakukan setiap 2 jam dengan kenaikan

jumlah sebanyak 2 cc setiap 2 kali pemberian sampai jumlah

pemberiannya mencapai 12 ml per kali minum (Proverawati &

Sulistyorini, 2010).

2) Memonitor mekanisme asupan bayi baru lahir (yaitu prematur/bayi

baru lahir dengan berat badan lahir rendah cenderung untuk

menjilat susu, sementara bayi cukup bulan/bayi yang lebih tua

cenderung menyesap/minum sedikit-sedikit atau menghisap susu).

Pemberian nutrisi enteral diindikasikan pada bayi prematur

<32-34 minggu, bayi prematur tidak bisa mendapat nutrisi peroral

karena kondisi medis atau sebagai suplementasi nutrisi oral yang

tidak adekuat. Sehingga nutrisi enteral dapat diberikan melalui

NGT atau OGT, yaitu bolus intermitten dan kontinyu. Bolus

intermitten yaitu pemberian sejumlah susu diberikan dalam 10-20

menit setiap 2 atau 3 jam dengan menggunakan gravitasi,

sedangkan kontinyu yaitu memberikan susu secara terus menerus


35

melalui sonde menggunakan pipa infus. Frekuensi pemberian

nutrisi enteral pada bayi prematur dengan berat lahir > 1250 gr

adalah delapan kali atau interval waktu tiap tiga jam. Sedangkan

pada bayi prematur dengan berat lahir < 1250 gram belum ada

penelitian yang membuktikan interval waktu optimal antara dua

dengan tiga jam sekali. Pemantauan intoleransi pemberian nutrisi

enteral pada bayi prematur berhubungan dengan dismotilitas atau

gangguan penyerapan akibat imaturitas sistem saluran cerna.

Pemeriksaan Gastric Residual Volume (GRV) tidak dilakukan

secara rutin untuk mengevaluasi toleransi minum, hanya bila

terdapat kecurigaan dismotilitas (IDAI, 2016).

3) Mengukur asupan susu bayi baru lahir lebih dari 24

Kebutuhan cairan bayi dapat dilihat dalam tabel berikut untuk

mengetahui asupan susu bayi baru lahir.

Tabel 2.5

Kebutuhan Cairan Bayi

Usia Bayi Kebutuhan ASI Berat Badan Kebutuhan ASI


Hari pertama (0- 7 ml atau sekitar 2 kg 313 ml
24 jam) lebih dari 1 sendok
teh.
Hari kedua (24- 14 ml atau dibawah 2,5 kg 391 ml
48 jam) 3 sendok teh.
Hari ketiga 38 ml 3 kg 469 ml
Hari keempat 58 ml 3,5 kg 548 ml
Hari ketujuh 65 ml 4 kg 626 ml
4,5 kg 704 ml
5 kg 782 ml
5,5 kg 861 ml
6 kg 939 ml
6,5 kg 1000 ml
36

Menurut Pudjiadi, dkk (2010) jumlah pembagian nutrisi pada bayi

prematur sebagai berikut :

(a) Berat lahir <1000 gr, pemberian minum melalui pipa lambung

dengan pemberian minum awal ≤10 mL/kg/hari, selanjutnya

minum ditingkatkan jika memberikan toleransi yang baik yaitu

tambahan 0,5-1 mL, interval 1 jam, setiap ≥ 24 jam dan setelah

2 minggu: ASI perah + Human Milk Fortifier (HMF) /full

strength preterm formula, sampai berat badan mencapai 2000

gr.

(b) Berat lahir 1000-1500 gr, pemberian minum melalui pipa

lambung dengan pemberian minum awal ≤10 mL/kg/hari,

selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi

yang baik yaitu tambahan 1-2 mL, interval 2 jam, setiap ≥ 24

jam dan setelah 2 minggu: ASI perah + Human Milk Fortifier

(HMF)/full strength preterm formula, sampai berat badan

mencapai 2000 g.

(c) Berat lahir 1500-2000 gr, pemberian minum melalui pipa

lambung dengan pemberian minum awal ≤10 mL/kg/hari,

selanjutnya minum ditingkatkan jika memberikan toleransi

yang baik yaitu tambahan 2-4 mL, interval 3 jam, setiap 12-24

jam dan setelah 2 minggu: ASI perah + Human Milk Fortifier


37

(HMF)/full strength preterm formula, sampai berat badan

mencapai 2000 gr.

(d) Berat lahir 2000-2500 gr, apabila mampu sebaiknya diberikan

minum per oral.

4) Memonitor tanda-tanda kesiapan makan bayi baru lahir (misalnya,

penigkatan keterjagaan bayi, mulut, dan mata terbuka, pergerakan

dengan mulut dan wajah).

Tanda-tanda kesiapan makan bayi baru lahir sama halnya

bayi ingin menyusui, biasanya menunjukan tanda seperti, bayi

mulai bergerak-gerak, membuka mulut, dan menengok ke kiri-

kanan, badan meregang, menangis, dan gelisah (Monika, 2016).

b. Nursing Intervention Classification (NIC) : Konseling Laktasi (5244)

1) Memberikan informasi mengenai manfaat (kegiatan) menyusui

baik fisiologis maupun psikologis.

Memberikan manfaat menyusui dan cara menyusui yang

benar dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang laktasi

kepada ibu menyusui (Umah & Hidayati, 2014).

2) Mendiskusikan cara untuk memfasilitasi perpindahan ASI

(misalnya, teknik relaksasi, pijatan payudara, dan lingkungan yang

tenang).

Perpindahan ASI dilakukan dengan cara breast care yaitu

melakukan tindakan untuk menjaga kebersihan payudara,


38

memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga

terjadi kesukaran dalam menyusukan bayinya. Perawatan payudara

dilakukan dengan cara pengurutan( Rini, 2013).

Pengurutan yang dilakukan yaitu pertama, melivinkan

kedua telapak tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak

tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan dimulai dari

arah atas lalu arah samping sisi kiri kemudian kearah kanan,

lakukan terus kebawah atau melintang selama 20-30 kali untuk satu

payudara. Pengurutan kedua, menyokong payudara kiri dengan

tangan kiri kemudian dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari

pangkal payudara sampai berakhir pada puting susu dengan sisi

kelingking dari arah tep kearah puting susu sebanyak 20-30 kali.

Pengurutan ketiga, dilakukan menyokong payudara dengan satu

tangan sedangkan tangan lain mengurut dan menggenggam dari

pangkal menuju ke puting susu sebanyak 20-30 kali pengurutan

(Budianita, 2017).

3) Mengintruksikan adanya tanda, gejala, dan strategi manajemen jika

terdapat penyumbatan saluran ASI/plugged ducts, mastitis, dan

infeksi kandidias.

Tanda dan gejala saluran ASI tersumbat yaitu merasakan

nyeri, bengkak pada payudara, payudara terasa panas, muncul

benjolan kecil pada payudara, serta aliran susu lebih lambat..


39

Sedangkan mastitis timbul pada payudara yang bengkak, atau tidak

ada pengosongan ASI. Kadang ini terjadi karena saluran tersumbat

oleh ASI yang menebal. Gejalanya yaitu bengkak, nyeri seluruh

payudara, kemerahan pada seluruh payudara, payudara keras dan

berbenjol-benjol, serta panas badan.

Infeksi kandida sering terjadi pada pemakaian antibiotik

untuk mastitis atau infeksi lainnya. Infeksi kandida menimbulkan

rasa nyeri dan gatal pada kulit; sensasi lain adalah rasa seperti

payudara ditusuk dengan jarum atau rasa terbakar dan menusuk-

nusuk setelah menyusui. Pada infeksi kandida, kulit payudara

tampak merah, berkilat dan bersisik, pigmentasi puting, dan areola

berkurang (Siswosudarmo & Emilia, 2010).

4) Mendiskusikan kebutuhan untuk istirahat yang cukup, hidrasi, dan

diet yang seimbang.

Kebutuhan istirahat pada ibu menyusui yaitu 7 jam sehari.

Sedangkan kebutuhan gizi seimbang saat menyusui yaitu ibu dalam

6 bulan pertama menyusui membutuhkan tambahan energi sebesar

500 kalori/hari untuk menghasilkan jumlah susu normal. Sehingga

total kebutuhan energi selama menyusi akan meningkat menjadi

2400 kkal per hari yang akan digunakan untuk memproduksi ASI

dan untuk aktivitas ibu itu sendiri yang dalam pelaksanaannya

dapat dibagi menjadi 6 kali makan (3x makan utama dan 3x makan
40

selingan) sesuai dengan pedoman gizi seimbang yang dianjurkan.

Ibu menyusui sangat membutuhkan cairan agar dapat menghasilkan

air susu dengan cepat. Dianjurkan minum 2-3 liter air per hari atau

lebih dari 8 gelas air sehari (12-13 gelas sehari). Waktu minum

yang baik adalah saat bayi sedang menyusui atau sebelumnya,

sehingga cairan yang diminum bayi dapat diganti. Kebutuhan

cairan dapat diperoleh dari air putih, susu, jus buah-buahan dan air

yang tersedia di dalam makanan (Tritya, 2016).

5) Mengintruksikan bagaimana menangani air susu yang sudah

dikumpulkan, dengan cara yang tepat (misalnya mengumpulkan,

menyimpan, memanaskan, menyiapkan, penambahan rasa pada

makanan/fortification, dan menghangatkan). Penyimpanan ASI

dilakukan dengan cara : masukkan kedalam botol penutup yang

sudah direbus agar steril, taruh label pada botol, jam berapa ASI

tersebut diperas. Cara penyimpanannya yaitu :

Tabel 2.4

Penyimpanan ASI

No. Metode penyimpanan dalam lemari es Waktu penyimpanan


1. Suhu 0-40 C (32-390 F) 8 hari
2. Dalam pembeku/freezer 2 minggu (lemari 2 minggu
es 1 pintu) suhu -150C(50 F)
3. Dalam pembeku/freezer 3-4 minggu 3-4 minggu
(lemari es 2 pintu) suhu -180C (00 F)
4. Deep freezer -200 C 6-12 minggu
Keterangan : dalam freezer tahan hingga 3 bulan tetapi zat
antibodinya berkurang.
41

Wadah yang dianjurkan untuk menyimpan ASI yaitu wadah

yang keras dan terbuat dari kaca atau plastik keras sehingga dapat

menyimpan ASI dalam jangka waktu yang lama, kantung plastik

khusus sebagai wadah penympanan ASI dalam jangka waktu

pendek yaitu kurang dari 72 jam, serta wadah penyimpanan

sebaiknya kedap udara (Tim Admin Grup Sharing ASI-MPASI

(SAM), 2015).

ASI yang telah dibekukkan dalam freezer sebaiknya

dihangatkan terlebih dahulu dengan cara yaitu hangatkan ASI

pada tubuh 370C jangan dimasak, sebaiknya dengan cara : cairkan

ASI beku dengan penurunan suhu secara bertahap selama satu

malam dalam lemari pendingin, rendam susu dalam mangkuk

berisi air suam kuku hingga hangat, aduk dengan cara

digoyangkan agar lemak tercampur lagi, Jangan gunakan

microwave untuk mencairkan atau menghangatkan ASI, setelah

dicairkan, ASI harus digunakan dalam waktu 24 jam, teteskan

ASI pada punggung tangan untuk merasakan suhu ASI, bila ASI

yang diteteskan terasa tidak menyengat, ASI sudah bisa diberikan

ke bayi.

Cara memperbanyak ASI yaitu dengan tingkatkan frekuensi

menyusui atau memompa/memeras ASI, Ibu harus dalam keadaan

rileks, hindari pemberian susu formula, lakukan perawatan


42

payudara, pemijatan payudara, dan kompres air hangat dan air

dingin secara bergantian. Posisi ibu dan bayi pastikan dalam

kondisi yang benar setiap kali menyusui. Kesalahan posisi bisa

membuat ASI tidak disusui secara sempurna, puting lecet, bayi

hanya menghisap udara karena cairan ASI tidak keluar.

Adapun makanan yang dapat memperlancar produksi ASI

antara lain : pepaya dan daun pepaya, buah semangka, daun

katuk, bayam, jagung, wortel, kacang-kacangan, air putih 10-12

gelas per hari (Lowdermilk, Perry, dan Cashion, 2013).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah suatu aktivitas yang direncanakan, terus-menerus,

aktivitas yang disengaja dimana klien, keluarga, dan perawat serta tenaga

kesehatan profesional lainnya menentukan kemajuan klien terhadap

outcome yang dicapai dan keefektifan dari rencana asuhan keperawatan

(Wilkinson & Ahern, 2013 dalam Rosdianti, 2017). Evaluasi dengan

diagnosa Diskontinuitas Pemberian ASI menurut Herdman & Kamitsuru

(2015) antara lain Nursing Outcomes Classification (NOC) : status nutrisi

bayi dan mempertahankan pemberian ASI dapat memperlihatkan kriteria

hasil yang terlaksana dengan memperhatikan penilaian berdasarkan skala

mulai dengan skala 1-5 dengan keterangannya tidak adekuat, kurang

adekuat, cukup adekuat, sebagian besar adekuat, dan sepenuhnya adekuat.

Anda mungkin juga menyukai