Anda di halaman 1dari 20

0

UNIVERSITAS FALETEHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun Oleh:

NURYANI
5022031084

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS FALETEHAN
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1

KONSEP DASAR

1. Definisi

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir  (Amru sofian,2012).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief
dan Weni, 2016)
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500
gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa kehamilan (Ambarwati, E.R. dan
Rismintari, Y.S., 2011).

2. Etiologi

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan

Ismawati, 2010), yaitu:

A. Faktor ibu

1) Penyakit

a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,

preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.

b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,

HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan

Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.

c. Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.


2

2) Ibu

a. Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20

tahun atau lebih dari 35 tahun.

b. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).

c. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

a. Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini

dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.

b. Aktivitas fisik yang berlebihan

c. Perkawinan yang tidak sah.

B. Faktor janin Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik

(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

C. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa,

solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban

pecah dini.

D. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di

dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. Tanda dan Gejala Klinis

Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai berikut:

A. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni

B. Term dan posterm:

1). Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada

2). Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis

3). Jaringan lemak dibawah kulit tipis


3

4). Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif

5). Tali pusat berwarna kuning kehijauan

C. Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2005) adalah :

1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu

2) Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr

3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm

4) Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya

5) Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas

6) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm

7) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

8) Rambut lanugo masih banyak

9) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

10) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya, sehingga

seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga

11). Tumit mengkilap, telapak kaki halus

12). Alat kelamin: pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada skrotum

kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi perempuan klitoris

menonjol, labia minora tertutup oleh labia mayora.

13). Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya lemah

14). Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan refleks hisap,

menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan tangisanya lemah.

15). Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan jaringan lemak

masih kurang

16). Verniks tidak ada atau kurang


4

Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR:

1. Berat kurang dari 2500 gram

2. Panjang kurang dari 45 cm

3. Lingkar dada kurang dari 30 cm

4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

5. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

6. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

7. Kepala lebih besar

8. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang

9. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya

10. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan

dan sikunya

11. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea

12. Ekstermitas: paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap, telapak

kaki halus

13. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan

tangisnya lemah.

14. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit


5

4. Patofisiologi

Bayi berat lahir rendah dibagi menjadi dua golongan yaitu prematuritas murni dimana

masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan

untuk masa gestasi itu atau biasa disebut noenatus kurang bulan-sesuai untuk masa

kehamilan (NKB-SMK) dan dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang

dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu yang berarti bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa

kehamilannya (KMK). Penyebab prematuritas antara lain dari factor ibu yaitu penyakit

toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis, nefritis akut,

diabetes mellitus, infeksi akut, tindakan operatif, usia dibawah 20 tahun, multigravida

yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat, golongan soial-ekonomi rendah maupun

bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, sedangkan dari factor janin adalah

hidramnion dan kehamilan ganda. Penyebab dismaturitas adalah segala keadaan yang

menyebabkan gangguan pertukaran zat antara ibu dan janin.

Karakteristik fisis bayi dismaturitas terutama pre-term sama dengan bayi premature

mungkin ditambah dengan retardasi pertumbuhan dan wasting. Pada bayi cukup bulan

dengan dismaturitas, gejala yang menonjol ialah wasting, demikian pula pada postterm

dengan dismaturitas. System pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang

pada bayi premature. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsioonal paru-paru pada

dasarnya kecil berkaitan dengan ukuran bayi, sebagai akibatnya sindrom gawat napas

sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi

premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas

bayi lebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat.

Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi premature harus menjalani diet rendah
6

lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang

tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan

tersebut dikenali.

Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi

premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi premature relatif

belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap

peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi,

system integument dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, system

termoregulasi dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang

normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah

kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga

beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh. ( Tambayong,2000)


7

5 5. Pathways
8

6. Penatalaksanaan

Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut

Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:

a. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,

karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,

metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi

prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya

mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat

dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau

menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi

kanguru dalam kantung ibunya.

b. Pengawasan Nutrisi atau ASI

Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim

pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB

(Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat

meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului

dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga

pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang

lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah

yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat

diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang

sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/

hari.
9

c. Pencegahan Infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang

masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi

belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak

pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR.

Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus

dan terisolasi dengan baik.

d. Penimbangan Ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat

kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan

harus dilakukan dengan ketat.

e. Ikterus

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur

dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari

berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi

karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus

sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat

bertambah coklat.

f.Pernapasan

Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini

tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang

atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk

mengobserfasi usaha pernapasan.


10

g. Hipoglikemi

Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir

rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah

secara teratur.

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan

maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah

bayi itu prematuritas atau maturitas

b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada

ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.

c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar

elektrolit dan analisa gas darah.

d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir

tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai

pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

8. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

1) Biodata

Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan terganggu

2) Keluhan utama

Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh

rendah

3) Riwayat penyakit sekarang


11

a. Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu ,berat

badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit, 0

sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan sedang, dan 7-10

normal

b. Riwayat penyakit dahulu

Ibu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan ganda,hidramnion

c. Riwayat penyakit keluarga

Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM,TB Paru,

tumor kandungan, kista, hipertensi

B. ADL

a. Pola Nutrisi: reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya absorbsi

kurang atau lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu

b. Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia

c. Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan

d. Pola Aktivitas: gerakan kaki dan tangan lemas

e. Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium, produksi

urin rendah

C. Pemeriksaan

 Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran compos mentis

b. Nadi: 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-

140X/menit

c. RR: 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit

d. Suhu: kurang dari 36,5 C


12

 Pemeriksaan Fisik

a. Sistem sirkulasi/kardiovaskular: Frekuensi dan irama jantung rata-

rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop),

warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary

refill  (kurang dari 2-3 detik).

b. Sistem pernapasan: Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan

otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan

keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi

pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.

c. Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut

bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,

warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik,

konsistensi dan bau), refleks menelan dan mengisap yang lemah.

d. Sistem genitourinaria: Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin

(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).

e. Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks

moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi

fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon

pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,

lembut dan lunak.

f. Sistem thermogulasi (suhu): Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.

g. Sistem kulit: Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,

pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,

terkelupas.
13

h. Pemeriksaan fisik: Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500

gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar

kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama

dengan atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut,

keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah,

pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum

belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun.,

nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput. (Pantiawati,

2010)

9. Diagnosa Keperawatan

Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada

BBLR adalah:

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,

keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan

metabolik.

b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan lemak

tubuh subkutan.

c. Resikodefisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi

karena imaturitas.

d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.


14

10. Analisa Data

N Data Analisa Data DiagnosaKeper


o &Patoflow awatan
1. Gejala dan tanda mayor : BBLR Pola napas tidak
DS : efektif
- Dispnnea Prematuritas
DO :
- Penggunaan otot bantu pernafasan Fungsi organ-organ
- Fase ekspirasi memanjang belum baik
- Pola nafas abnormal
Gelaja dan tanda minor : Otak
DS :
- Ortopnea Imaturitas sentrum2 vital
DO :
- Pernapasan pursd-lip Regulasi pernafasan
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter thoraks anterior-posterior Pernafasan periodic
meningkat
- Ventilasi semenit menurun Pernafasan biot
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi menurun Pola nafas tidak efektif
- Tekanan inspirasi menurun
- Ekskurasi dada berubah
-

2. Gejala dan tanda mayor : BBLR Hipotermia


DS :
DO : Jaringan lemak sub kutan
- kulit teraba dingin lebih tipis
- menggigil
- suhu tubuh dibawah nilai normal Kehilngan panas melalui
Gejala dan tanda minor : kulit
DS :
15

DO : Hipotermia
- akrosianosis
- bradkikardi
- dasar kuku sianotik
- Hipoglikemia
- pengisisan kapiler > 3 detik
3. Faktorrisiko : BBLR Risiko deficit
- ketidakmmpuan menelan makanan nutrisi
- ketidakmampuan mencerna makanan Prematuritas
- ketidakmampuan mengabsorpsi
nutrient Fungsi organ-organ
- peningkatan kebutuhan metabolisme belumbaik
- Faktor ekonomi
- faktor psikologis Otak

Imaturitas sentrum2 vital

Reflek menelan belum


sempurna

Risiko defisit nutrisi


4. Faktor risiko : BBLR Risiko infeksi
- penyakit kronis
- efek prosedur invasive Prematuritas
- malnutrisi
- Peningktan paparan organisme Peurunandayatahan
patogenl ingkungan
- ketidakadekuatan pertahanan tubuh RisikoInfeksi
primer
- ketidkadekuatan pertahanan tubbuh
sekunder
16

11. RencanaAsuhanKeperawatan
DiagnosaKeper KriteriaHasil/ Intervensi Aktivitas
awatan Tujuan (Slki) (Siki) (Siki)
Pola napas tidak Setelah dilakukan Menejemen Observasi :
efektif asuhan keperawatan jalan napas - monitor pola napas
selama 2x4 jam - monitor bunyi napas
maka pola napas - monitor sputum
membaik dengan Terapeutik
criteria hasil : - pertahankan kepatenan jalan
- ventilasi se menit napas dengan head till chin-lift
meningkat - posisikan semi flower
- kapasitas vital - berikan oksigen jika perlu
meningkat Edukasi
- diameter thoraks - anjurkan asupan cairan 200 ml
anterior-posterior perhari
meningkat
- tekanan ekspirasi
meningkat
- tekanan inspirasi
menngkat
- dipsnea menurun
- frekuensi napas
membaik
- kedalamaan napas
membaik
Hipotermia Setelah dilakukan Menejemen Observasi
asuhan keperawatan hipotermia - monitor suhu tubuh
selama 2x4 jam - identifikasi penyebab hipotermi
maka termogregulasi - monitor tanda dan gejala
membaik dengan hipotermi
criteria hasil : Terapeutik
- menggigil menurun - sediakan lingkungan yang hangat
- Kulit merah - ganti pakaian atau limen yang
17

meurun baasah
- Kejang menurun - lakukan penghangatan pasif
- suhu tubuh - lakukan penghangatan aktif
membaik eksternal
- suhu kulit membaik Lakukan penghaaangatan aktif
internal
-
Risiko deficit Setelah dilakukan Menejemenn Observasi
nutrisi asuhan keperawatan utrisi - identifikasi status nutrisi
selama 2x4 jam - identifikasi alergi dan intoleransi
maka status nutrisi makanan
membaikd engan -
criteria hasil : Identifikasi kebutuhan kalori dan
- porsi makan yang jenis nutrient
dihabiskan - identifikasi perlunya penggunaan
meningkat OGT
- berat badan - monitor berat badan
membaik - monitor hasil laboratorium
- indeks massa tubuh Terapeutik
(IMT) membaik - sesuai
- nafsu makan - berikan makanan tinggi kaloridan
membaik protein
- frekuens imakan - berikan suplemen makanan, jika
membaik perlu
Kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi
Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahanin Observasi
asuhan keperawatan feksi - monitor tanda dan gejala infeksi
selama 2x4 jam local dan sistemik
maka tingkat infeksi Terapeutik
menurun dengan - batasi jumlah pengunjung
criteria hasil : - cucitangan sebelum dan sesudah
- demam menurun kontak d engan pasien dan
18

- kemerahanmenurun lingkugan psaien


Nyeri menurun - pertahankan teknik septic padap
- bengkak menurun asien beresiko tinggi
- Tidak ada tanda – Edukasi
tanda REEDA - jelaskaan tanda dana gejala
infeksi
- ajarkan cuci tangan dengan
benaar
- anjurkn meningktkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningktkn asupn
cairaan
Kolaborsi
-kolaborsi pemberian imunisasi

-
19

DAFTAR PUSTAKA

Amru sofian,2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif Obstetri


Social edisi 3 jilid 1 & 2 .EGC : Jakarta
Ambarwati, E.R. dan Rismintari, Y.S., 2011, ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS,
Cetakan Kedua, Nuha Medika, Yogjakarta.
Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta:Nuha Offset.
Jumiarni.2006. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta :
YBP –SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan
Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2005. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta:
EGC
Tambayong. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan, Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai