Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN

“BERAT BAYI LAHIR RENDAH


(BBLR) “
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
Revita Meily Lestari
4006190003

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG
2019
A. Definisi
Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir (Huda dan Hardhi, 2013).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat saat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir (Manuaba , 2012 )Acuan lain dalam pengukuran
BBLR juga terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Dalam
pedoman tersebut bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir
(Putra, 2012).

B. Anatomi &Fisiologi
C. Tanda & Gejala
1. Sebelum bayi lahir

a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan

lahir mati

b. Pembesaran uterus tidak sesuai usia kehamilan

c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat,gerakan janin lebih lambat

walaupun kehamilannya sudah agak lanjut

d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang

seharusnya dan sering dijumpai kehamilan dengan oligolidramnion

gravidarum atau perdarahan antepartum.

2. Setelah bayi lahir

a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin

b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu

c. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram

d. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama

dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30

cm
e. Rambut lanugo masih banyak

f. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang

g. Tumit mengkilap dan telapak kaki halus

h. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah

(Sacharin, 2006).

Menurut Merenstein (2012) tanda dan gejala dari BBLR meliputi:

1. Berat badan lahir  2500 gram, panjang badan  45 Cm, lingkar dada  30 Cm,

lingkar kepala  33 Cm.

2. Masa gestasi  37 minggu

3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala

relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan

sedikit, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genetalia immatur,

otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan

kepala menghadap satu jurusan.

4. Lebih banyak tidur dari pada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan

sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna

D. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010).
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010).
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
4) Keadaan sosial ekonomi
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
a. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. BBLR menyebabkan bayi lahir
premature. Prematuritas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor ibu,
faktor plasenta dan faktor janin, akan menyebabkan dinding otot rahim bagian bawah
rahim lemah sehingga rahim terbuka sebelum usia kehamilan dan bayi lahir premature
dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BB <2500 gram). Bayi yang lahir
premature akan mengalami imatur fungsi mekanis pencernaan seperti refleks
menghisap dan menelan lemah, gangguan digestif dan absorbsi yang mengakibatkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Paru belum matang akan
mengakibatkan pola nafas tidak efektif, asfiksia, kulit tipis, transparan dan lemak
subkutan sedikit sehingga dapat terjadi risiko gangguan integritas kulit, thermoregulasi
tidak efektif dan pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur sehingga system
immunologi belum berkembang dengan baik dan dapat terjadi imatur system saraf
pusat (Hardi Kusuma & Amin Huda, 2012:68).
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang

banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil

(Surasmi, dkk., 2012).

1. Termoregulasi

Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan segera

setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.

Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.

Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk mempertahankan panas dan

kesanggupan menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan

otototot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk menggigil, sedikitnya

lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak

memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan

tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

2. Gangguan pernafasan

Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang

lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek

batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.

3. Imaturitas imunologis

Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta

selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu

ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan

pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir

membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi

mudah menderita infeksi.

4. Masalah gastrointestinal dan nutrisi Lemahnya reflek menghisap dan menelan,

motilitas usus yang menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin

yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus,

menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh,
meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi

yang tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.

5. Imaturitas hati

Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan timbulnya

hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi perdarahan. Kurangnya

enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi bilirubin direk belum sempurna

dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan

ke hepar berkurang.

6. Hipoglikemi

Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena

terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya pemberian

glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72

jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang

belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena

stress dingin akan direspon bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang

menyebabkan vasokonstriksi paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga

kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan

menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih

banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan

pemasukan kalori yang rendah juga dapat memicu timbulnya hipoglikemi.


F. Pathway
G. Klasifikasi
Klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa gestasinya.
Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, antara lain:
1. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan berat lahir
1500 – 2499 gram.
2. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight (VLBW)
dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram.
3. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth weight
(ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram (Meadow & Newell, 2005).
Berdasarkan masa gestasinya, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK) Bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan
untuk usia kehamilan. Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis,
transparan, lemak subkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang,
2. Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK) Bayi dengan berat badan kurang
dari berat badan yang seharusnya untuk usia kehamilan, hal tersebut
menunjukkan bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin (Surasmi et al.,
2003; Syafrudin & Hamidah, 2009; Rukmono, 2013).

H. Pemeriksaan penunjang
Menurut Masjoer, dkk (2007) ada beberapa pemeriksaan penunjang dari BBLR
meliputi:
1. Radiologi
b. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan
penyakit membran hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya
retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat
hanya tampak gambaran white lung (Masjoer, dkk, 2007).
c. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial
dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka (Merenstein, 2012).
2. Laboratorium
a. Darah rutin
b. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan
amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan
amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95%
dicampur dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15
menit dengan tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya
surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2) (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan
artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang.

I. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Adapun penatalaksanaan medis dari BBLR antara lain:
1. Pemberian O2 (oksigen)
2. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah mengalami hipotermi,
oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat
3. Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan infeksi, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang
bayi
4. Pengawasan nutrisi/ASI. Reflex menelan BBLR belum sempurna, oleh sebab itu
pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat
5. Penimbangan ketat. Adanya perubahan berat badan mencerminkan kondisi
gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat
6. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan
bersih,pertahankan suhu tetap hangat
7. Tali pusat harus dalam keadaan bersih
8. Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI
9. Bila tidak mungkin infuse dekstrose 10 % + bikarbonat natrikus 1,5 % = 4:1, hari
1 = 60 cc/kg/hari ,kolaborasi dengan dokter dan berikan antibiotic (Sacharin,
2006).
Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Wong (2003), penatalaksanaan BBLR konsekuensi dari anatomi dan fisiologi
yang belum matang menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang
bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan
yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis. Adapun
penatalaksanaan BBLR meliputi:
1. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan
bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk
memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko mengalami defisiensi
surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan
jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi,
posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi
yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi.
Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of
prematurity.
2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah
pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress
sangat dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang
melibatkan sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat
dalam suhu lingkungan yang netral Neutral Thermal Environment/NTE yaitu suhu
yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Menurut
Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C –
37,3°C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui
beberapa cara menurut Kosim Sholeh (2005) antara lain:
a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan
ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya.
b. Pemancar pemanas
c. Ruangan yang hangat
d. Inkubator
Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat Berat bayi
Suhu inkubator (°C)

3. Perlindungan terhadap infeksi


Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi
baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler
dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara lain :
a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci
tangan terlebih dahulu.
b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur.
Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
c. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk
memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah
penularan
4. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan
kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm
karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan
sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih
luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum
berkembang sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan
cairan.
5. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme
ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan
metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat
diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya. Bayi
preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian makan
dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha
memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan
atau melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang
berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi
status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal
dapat menunjukkan stress dan keletihan. Bayi akan mengalami kesulitan dalam
koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi,
dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan
yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung. Kapasitas lambung
bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat
mempengaruhi pernafasan.
6. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat energi,
Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang dirawat di dalam
inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya membutuhkan popok atau
alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu
dilakukan. Selain itu, observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas bernafas, minum,
dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan
dan perkembangan. Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dan cahaya yang
tidak terlalu terang meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat
beristirahat lebih banyak. Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayi
preterm dan menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan,
pola tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan
penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup. PMK akan memberikan
rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur bayi akan lebih lama dan mengurangi
stress pada bayi sehingga mengurangi penggunaan energi oleh bayi.
7. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan
gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam unit
perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan volume rendah,
suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan stimulasi pendengaran.
Rangsangan suara yang paling baik adalah suara dari orang tua atau keluarga, suara
dokter, perawat yang berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau
membelai memberikan rangsang sentuhan. Rangsangan suara dan sentuhan juga
dapat diberikan selama PMK karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan
untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau
dengan memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
8. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan
membuat stress bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya memiliki
kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di unit perawatan
khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya. Selain cemas, orang tua
mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi bayinya, takut, depresi, dan bahkan
marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi memerlukan dukungan dari perawat. Perawat
dapat membantu keluarga dengan bayi BBLR dalam menghadapi krisis emosional,
antara lain dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk melihat, menyentuh,
dan terlibat dalam perawatan bayi. Hal ini dapat dilakukan melalui metode kanguru
karena melalui kontak kulit antara bayi dengan ibu akan membuat ibu merasa lebih
nyaman dan percaya diri dalam merawat bayinya. Dukungan lain yang dapat
diberikan perawat adalah dengan menginformasikan kepada orang tua mengenai
kondisi bayi secara rutin untuk meyakinkan orang tua bahwa bayinya memperoleh
perawatan yang terbaik dan orang tua selalu mendapat informasi yang tepat
mengenai kondisi bayinya.
Penatalaksanaan keperawatan lain berdasarkan hasil penelitian dalam beberapa jurnal
diantaranya :
1. Pemberian posisi pronasi pada BBLR
Pengaturan posisi tidur pronasi dengan meninggikan bagian kepala tempat tidur
30 derajat dapat menurunkan frekuensi muntah, menurunkan terjadinya desaturasi,
dan distensi abdomen. Berdasarkan jurnal yang berjudul “Pengaturan Posisi Tidur
Bayi Berat Lahir Rendah Dapat Menurunkan Kejadian Intoleransi Pemberian
Minum Enteral” dalam Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah Astuti, D(2018).
2. Kombinasi pemberian ASI dengan susu formula untuk BBLR, pemberian
suplemen zat besi (Fe)
Pemberian nutrisi yang tepat secara dini dapat membantu mencegah gangguan
tumbuh kembang pada bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Nutrisi bagi Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) untuk Mengoptimalkan Tumbuh Kembang” dijelaskan bahwa Selain
pemberian nutrisi tersebut, pada beberapa penelitian terakhir disebutkan bahwa zat
besi juga merupakan mikronutrien yang dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan bayi BBLR. Zat besi adalah mikronutrien esensial yang
memegang peran penting dalam beragam fungsi seluler dan berbagai proses tubuh,
termasuk pertumbuhan dan perkembangan.
3. Terapi komplementer (terapi musik gamelan terhadap suhu tubuh berat
badan lahir rendah/BBLR)
Hasil penelitian yang menggunakan musik sebagai terapi untuk mempengaruhi
suhu tubuh bayi dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik Gamelan
Terhadap Suhu Tubuh Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Rsud Sunan
Kalijaga Demak”didapat hasil bahwa kenaikan suhu tubuh bayi yang diberi musik
gamelan lebih tinggi bila dibanding meggunakan musik klasik. Riset di Jepang
menunjukkan bahwa musik gamelan banyak memproduksi gelombang supersonic.
Gelombang supersonic mampu menstimulasi peningkatan produksi beberapa
hormon penting.
J. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
1. Hipotermia
2. Hipoglikemia
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindroma gawat nafas
6. Paten duktus arteriosus
7. Infeksi
8. Perdarahan intraventrikuler
9. Apnea of Prematurity
10. Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan (Retinopati)
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Komplikasi BBLR sangat tergantung dari klasifikasi dari BBLR itu sendiri yaitu :
1. Pada bayi kurang bulan, system fungsi dan struktur organ tubuh masih sangat
muda/imatur,muda /premature belum berfungsi optimal sehingga akan muncul
komplikasi/penyakit sebagai berikut :
a. Asfiksia perinatal
b. Komplikasi pada saluran pernafasan seperti penyakit membrane hialin , apnea
rekuren, sindroma kebocoran udara, bronkopulmonary dysplasia
c. Termoregulator dan pusat panas seperti hipertermi dan hipotermi
d. Pada saluran kardiovaskuler seperti hipertensi
e. Pada saluran pencernaan seperti prematuritas dan imaturitas menyebabkan
terjadi enterokolitis nekrotikan (EKN)
f. Komplikasi hematologis seperti anemia prematuritas.
2. BBLR yang mengalami gangguan pertumbuhan intrauterine dapat berhubungan
dengan adanya kelainan congenital,selama intrauterine tidak tumbuh optimal dan
lahir BBLR. Komplikasi yang muncul pada BBLR kecil masa kehamilan sebagai
berikut :
a. Depresi perinatal
b. Aspirasi mekonium
c. Perdarahan paru
d. Hipertensi paru-paru persisten (HPP)
e. Hipoksemia,hiperglikemi,hipokalsemia,hiponatremia,polisitemia
(Erlina,2008).
K. Diagnosa Banding
L. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

M. Data Fokus Pengkajian

Hal -hal yang perlu dikaji pada pasien dengan diagnosa medis BBLR adalah sebagai
berikut :
1. Identitas pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, dan anak ke berapa.
2. Identitas penanggung jawab meliputi nama orang tua, pekerjaan orang tua,
alamat, jenis kelamin, pendidikan, dan usia orang tua.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh
klien sehingga dibawa ketempat pelayanan kesehatan.
b. Keluhan saat ini : keluhan yang dirasakan oleh klien disaat melakukan
pengkajian.
c. Riwayat kesehatan dahulu :Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa
dahulu.
d. Riwayat kesehatan keluarga : pengkajian tentang riwayat kesehatan keluarga,
apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit.
4. Riwayat Kehamilan / persalinan.
a. Prenatal
1) Menanyakan riwayat sebelum melahirkan yang berkaitan dengan
kebutuhan pemenuhan nutrisi, vitamin penambah darah, dan kalisium
laktat.
2) Menanyakan kondisi kehamilan pada saat sebelum persalinan.
3) Perubahan berat badan sebelum melahirkan.
4) Riwayat imunisasi TT.
5) Keluhan ibu pada saat ANC.
6) Riwayat antenatal care.
b. Natal
1) Menanyakan riwayat persalinan yang meliputi dimana tempat
melahirkan, dibantu oleh siapa.
2) Berat bayi, cacat apa tidak, anus ada/tidak, panjang badan bayi saat
baru lahir.
3) Apakah bayi langsung menangis atau tidak. Nilai APGAR skor
4) Umur kehamilan, lahir secara normal, VE atau SC, ada atau tidaknya
lubang anus, dan ada atau tidaknya cacat aat lahir.
5) Lingkar lengan atas dan lingkar kepala, lingkar dada.

c. Post Natal
Menanyakan kondisi ibu setelah melahirkan, apakah ada masalah
kesehatan atau tidak.
5. Riwayat Imunisasi

Pengkajian tentang imunisasi apakah klien sudah mendapatkan imunisasi lengkap


atau tidak.

N. Pemeriksaan Fisik

1. Pengkajian umum
a. Berat badan lahir  2500 gram, panjang badan  45 Cm, lingkar dada  30 Cm,
lingkar kepala  33 Cm.
b. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala
relatif lebih besar dari badan.

2. Pernafasan

a. Pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea.

b. Refleks batuk belum sempurna.

c. Tangisan lemah.

d. Gambarkan bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang

dada, atau penyimpangan lain.

e. Gambarkan otot aksesori: pernafasan cuping hidung atau substansial,

interkostal, atau retraksi subklavikular.

f. Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.


g. Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan: stridor, krekels, mengi, ronki

basah, area yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk,

keseimbangan bunyi nafas.

h. Tentukan apakah penghisapan diperlukan.

i. Gambarkan tangisan bila tidak diintubasi.

j. Gambarkan oksigen ambien dan metode pemberian, bila diintubasi gambarkan

ukuran selang, jenis ventilator dan penyiapannya, serta metode pengamanan

selang.

k. Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen

dan karbon dioksida dengan oksigen transkutan dan karbondioksida transkutan.

3. Kardiovaskuler

a. Pengisian kapiler (< 2 sampai 3 detik), perfusi perifer.

b. Bayi dapat tampak pucat/sianosis.

c. Dapat ditemui adanya bising jantung atau murmur pada bayi dengan kelainan

jantung/penyakit jantung bawaan.

d. Tentukan frekuensi dan irama jantung.

e. Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur.

f. Tentukan titik intensitas maksimum, titik di mana bunyi dan palpasi denyut

jantung yang terkeras (perubahan pada titik intensitas maksimum dapat

menunjukkan pergeseran mediastinal).

g. Gambarkan warna bayi: sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling.

h. Kaji warna kuku, membran mukosa, bibir.

i. Tentukan tekanan darah. Tunjukkan ekstremitas yang digunakan dan ukutan

manset, periksa setiap ekstremitas setidaknya sekali.

j. Gambarkan monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi “on”.

4. Gastrointestinal

a. Refleks menghisap dan menelan belum sempurna sehingga masih lemah.

b. Gambaran belum maturnya fungsi hepar berupa ikterik dan fungsi pankreas

berupa hipoglikemia.
c. Gambarkan jumlah, warna, konsistensi dan bau dari adanya muntah.

d. Tentukan distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit mengkilat, tanda-

tanda eritema dinding abdomen, peristaltik yang dapat dilihat, lengkung susu

yang dapat dilihat, status umbilikus.

e. Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan dengan

pemberian makan.

f. Gambarkan jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.

g. Gambarkan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah samar

dan atau penurunan substansibila diinstruksikan atau diindikasikan dengan

tampilan feses.

h. Gambarkan bisisng usus, ada atau tidak ada.

5. Genitourinaria

a. Genetalia immature

b. Gambarkan adanya abnormalitas genetalia.

c. Gambarkan jumlah urin (warna, pH, dll).

d. Periksa BB (pengkajian paling akurat untuk hidrasi).

6. Neurologis-Muskoloskeletal

a. Otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan

kepala menghadap satu jurusan.

b. Lebih banyak tidur daripada bangun.

c. Refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna (lemah).

d. Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar.

7. Suhu

Pusat pengaturan suhu tubuh (hipothalamus) belum matur dimanifestasikan dengan

adanya hipotermi atau hipertermi.

8. Kulit

a. Kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit. Tekstur dan

turgor kulit; kering dan pecah terkelupas, turgor kulit dalam rentang baik sampai

dengan jelek.
b. Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh,

abrasi atau area gundul, khususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat lain

lontak dengan kulit, periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit yang

digunakan (misal plester,, providin-iodin).

c. Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-pecah, terkelupas, dll.

d. Gambarkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.

e. Tentukan apakah kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya dan

amati adanya tanda-tanda infiltrasi.

f. Gambarkan jalur pemadangn kateter infus intravena, jenis (arteri, vena, perifer,

umbilikus, sentral, vena sentral perifer), jenis infus (obat, salin, dekstrosa,

elektrolit, lemak, nutrisi parenteral total), jenis pompa

9. Tanda stress atau keletihan pada neonatus


a. Stres otonomik: Akrosianosis, Pernafasan dalam dan cepat, Frekuensi jantung
reguler dan cepat.
b. Perubahan pada status: Status tidur atau dangkal. Menangis atau rewel.Mata
berkaca-kaca atau kewaspadaan tegang.
c. Perubahan perilaku
1) Mata tidak berfokus atau tidak terkoordinasi.
2) Lengan dan kaki lemas.
3) Bahu flaksid turun ke belakang.
4) Cegukan.
5) Bersin.
6) Menguap.
7) Mengejan, buang air besar.
O. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


P. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,


keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan
metabolik.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan mencerna nutrisi karena imaturitas.
3. Ketidakseimbangan temperatur tubuh(hipotermi) berhubungan dengan kontrol
suhu yang imatur dan penurunan lemak tubuh subkutan.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan imaturitas fungsi imunologik pertahanan
imunologis yang kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nurul. 2015. “Nutrisi bagi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) untuk
Mengoptimalkan Tumbuh Kembang”. Diperoleh dari https://www.
ejournal.stikestelogorejo.ac.id. Di akses pada hari rabu tanggal 2 Oktober 2019 pukul
14.42 WIB

Astuti Dwi, dewi rustina dan Fajar Tri Waluyanti. 2018. “Pengaturan Posisi Tidur Bayi Berat
Lahir Rendah Dapat Menurunkan Kejadian Intoleransi Pemberian Minum Enteral”.
Diperoleh dari https://www. jurnal.unissula.ac.id. di akses pada hari rabu tanggal 2
Oktober 2019 pukul 14.20 WIB.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2010. Bayi berat lahir rendah. Dalam : standar

pelayanan medis kesehatan anak. Ed I. Jakarta.

Mansjour, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media AeusCalpius.

Manuaba I. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta: EGC.
Merenstein, G.B. et all. 2012. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta

Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. 2010. BBLR : Berat Badan Lahir Rendah.

Yogyakarta: Nuha Medika

Putra,SR. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan Kebidanan.
Jogjakarta :D-Medika.
Septira, salsabilla. 2016. “Pengaruh Terapi Musik Gamelan Terhadap Suhu Tubuh Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Rsud Sunan Kalijaga Demak”. Diperoleh dari https://
www. repository.lppm.unila.ac.id. Diakses pada hari rabu tanggal 2 Oktober 2019 pukul
14.52 WIB

Surasmi, Asrining. 2012 Perawatan Bayi Beresiko Tinggi. Jakarta : EGC.

Wong, L. D. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. EGC. Jakarta

Wilkinson. J.M, dan Ahern. N.R, 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis

NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC, Jakarta: EGC


LAMPIRAN JURNAL

Anda mungkin juga menyukai