Disusun Oleh :
Revita Meily Lestari
4006190003
B. Anatomi &Fisiologi
C. Tanda & Gejala
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan
lahir mati
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat,gerakan janin lebih lambat
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang
d. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30
cm
e. Rambut lanugo masih banyak
h. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
(Sacharin, 2006).
1. Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada 30 Cm,
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala
relatif lebih besar dari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan
sedikit, osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar, genetalia immatur,
otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan
4. Lebih banyak tidur dari pada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan
sering terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna
D. Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta factor janin juga merupakan penyebab terjadinya
BBLR (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010).
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010).
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
4) Keadaan sosial ekonomi
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
a. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.
E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang
masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. BBLR menyebabkan bayi lahir
premature. Prematuritas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor ibu,
faktor plasenta dan faktor janin, akan menyebabkan dinding otot rahim bagian bawah
rahim lemah sehingga rahim terbuka sebelum usia kehamilan dan bayi lahir premature
dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BB <2500 gram). Bayi yang lahir
premature akan mengalami imatur fungsi mekanis pencernaan seperti refleks
menghisap dan menelan lemah, gangguan digestif dan absorbsi yang mengakibatkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Paru belum matang akan
mengakibatkan pola nafas tidak efektif, asfiksia, kulit tipis, transparan dan lemak
subkutan sedikit sehingga dapat terjadi risiko gangguan integritas kulit, thermoregulasi
tidak efektif dan pusat pengaturan suhu tubuh yang belum matur sehingga system
immunologi belum berkembang dengan baik dan dapat terjadi imatur system saraf
pusat (Hardi Kusuma & Amin Huda, 2012:68).
BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai permasalahan yang
banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi tubuh yang belum stabil
1. Termoregulasi
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan segera
setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah.
Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan panas tubuh bayi.
lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak
memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh, rasio luas permukaan
tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan sehingga mudah kehilangan panas.
2. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang
lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu lemahnya reflek
3. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui plasenta
selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi kekebalan dari ibu
ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan
pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan selaput lendir
membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi cukup bulan sehingga bayi
yang larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus,
menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh,
meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi
5. Imaturitas hati
dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan
ke hepar berkurang.
6. Hipoglikemi
Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena
glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72
jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang
kadar oksigen darah berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan
banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat menyebabkan
H. Pemeriksaan penunjang
Menurut Masjoer, dkk (2007) ada beberapa pemeriksaan penunjang dari BBLR
meliputi:
1. Radiologi
b. Foto thoraks/baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan, dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto thoraks pada bayi dengan
penyakit membran hyalin karena kekurangan surfaktan berupa terdapatnya
retikulogranular pada parenkim dan bronkogram udara. Pada kondisi berat
hanya tampak gambaran white lung (Masjoer, dkk, 2007).
c. USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intrakranial
dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka (Merenstein, 2012).
2. Laboratorium
a. Darah rutin
b. Tes kocok/shake test
Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1 jam dengan mengambil cairan
amnion yang tertelan di lambung dan bayi belum diberikan makanan. Cairan
amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 c, kemudian ditambah 1 cc alkohol 95%
dicampur dalam tabung kemudian dikocok 15 detik, setelah itu didiamkan 15
menit dengan tabung tetap berdiri.
Interpretasi hasil:
1) (+) : Bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya
surfaktan terdapat dalam paru dengan jumlah cukup.
2) (-) : Bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan
artinya paru-paru belum matang/tidak ada surfaktan.
3) Ragu : Bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin.
Jika hasil menunjukkan ragu maka tes harus diulang.
Hal -hal yang perlu dikaji pada pasien dengan diagnosa medis BBLR adalah sebagai
berikut :
1. Identitas pasien yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, dan anak ke berapa.
2. Identitas penanggung jawab meliputi nama orang tua, pekerjaan orang tua,
alamat, jenis kelamin, pendidikan, dan usia orang tua.
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh
klien sehingga dibawa ketempat pelayanan kesehatan.
b. Keluhan saat ini : keluhan yang dirasakan oleh klien disaat melakukan
pengkajian.
c. Riwayat kesehatan dahulu :Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa
dahulu.
d. Riwayat kesehatan keluarga : pengkajian tentang riwayat kesehatan keluarga,
apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit.
4. Riwayat Kehamilan / persalinan.
a. Prenatal
1) Menanyakan riwayat sebelum melahirkan yang berkaitan dengan
kebutuhan pemenuhan nutrisi, vitamin penambah darah, dan kalisium
laktat.
2) Menanyakan kondisi kehamilan pada saat sebelum persalinan.
3) Perubahan berat badan sebelum melahirkan.
4) Riwayat imunisasi TT.
5) Keluhan ibu pada saat ANC.
6) Riwayat antenatal care.
b. Natal
1) Menanyakan riwayat persalinan yang meliputi dimana tempat
melahirkan, dibantu oleh siapa.
2) Berat bayi, cacat apa tidak, anus ada/tidak, panjang badan bayi saat
baru lahir.
3) Apakah bayi langsung menangis atau tidak. Nilai APGAR skor
4) Umur kehamilan, lahir secara normal, VE atau SC, ada atau tidaknya
lubang anus, dan ada atau tidaknya cacat aat lahir.
5) Lingkar lengan atas dan lingkar kepala, lingkar dada.
c. Post Natal
Menanyakan kondisi ibu setelah melahirkan, apakah ada masalah
kesehatan atau tidak.
5. Riwayat Imunisasi
N. Pemeriksaan Fisik
1. Pengkajian umum
a. Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 45 Cm, lingkar dada 30 Cm,
lingkar kepala 33 Cm.
b. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala
relatif lebih besar dari badan.
2. Pernafasan
c. Tangisan lemah.
basah, area yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk,
selang.
k. Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen
3. Kardiovaskuler
c. Dapat ditemui adanya bising jantung atau murmur pada bayi dengan kelainan
f. Tentukan titik intensitas maksimum, titik di mana bunyi dan palpasi denyut
j. Gambarkan monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi “on”.
4. Gastrointestinal
b. Gambaran belum maturnya fungsi hepar berupa ikterik dan fungsi pankreas
berupa hipoglikemia.
c. Gambarkan jumlah, warna, konsistensi dan bau dari adanya muntah.
tanda eritema dinding abdomen, peristaltik yang dapat dilihat, lengkung susu
pemberian makan.
g. Gambarkan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah samar
tampilan feses.
5. Genitourinaria
a. Genetalia immature
6. Neurologis-Muskoloskeletal
a. Otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan
7. Suhu
8. Kulit
a. Kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit. Tekstur dan
turgor kulit; kering dan pecah terkelupas, turgor kulit dalam rentang baik sampai
dengan jelek.
b. Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh,
abrasi atau area gundul, khususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat lain
lontak dengan kulit, periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit yang
c. Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-pecah, terkelupas, dll.
e. Tentukan apakah kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya dan
f. Gambarkan jalur pemadangn kateter infus intravena, jenis (arteri, vena, perifer,
umbilikus, sentral, vena sentral perifer), jenis infus (obat, salin, dekstrosa,
Astuti Dwi, dewi rustina dan Fajar Tri Waluyanti. 2018. “Pengaturan Posisi Tidur Bayi Berat
Lahir Rendah Dapat Menurunkan Kejadian Intoleransi Pemberian Minum Enteral”.
Diperoleh dari https://www. jurnal.unissula.ac.id. di akses pada hari rabu tanggal 2
Oktober 2019 pukul 14.20 WIB.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).2010. Bayi berat lahir rendah. Dalam : standar
Mansjour, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media AeusCalpius.
Manuaba I. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB, Jakarta: EGC.
Merenstein, G.B. et all. 2012. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta
Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction Publishing.
Proverawati Atikah, & Ismawati Cahyo, S. 2010. BBLR : Berat Badan Lahir Rendah.
Putra,SR. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan Kebidanan.
Jogjakarta :D-Medika.
Septira, salsabilla. 2016. “Pengaruh Terapi Musik Gamelan Terhadap Suhu Tubuh Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) Di Rsud Sunan Kalijaga Demak”. Diperoleh dari https://
www. repository.lppm.unila.ac.id. Diakses pada hari rabu tanggal 2 Oktober 2019 pukul
14.52 WIB
Wilkinson. J.M, dan Ahern. N.R, 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis