Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Taufiq Bravitana NIM. 2012030
2. Estiningsih NIM. 2012034
3. Bahrul Herdianto NIM. 2012036
4. Ajib NIM. 2012037
5. Nunik Zulfa Imaroh NIM. 2012041
6. Eni Widiastuti NIM. 2012042
7. Istin Yulia Susana NIM. 2012043
8. Eva Balgist Rizami NIM. 2012044
9. Jida Yajid Turjal Amin NIM. 2012052
2020
A. Konsep BBLR
1. Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009). BBLR adalah bayi
baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief dan Weni, 2016).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat
pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)gizi. Dalam pedoman tersebut
bayi berat lahir rendah (BBLR) bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram
diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra,2012).
2. Klasifikasi BBLR
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), ada beberapa cara mengelompokan
bayi BBLR, yaitu:
a. Menurut harapan hidupnya:
1) Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yaitu bayi yang lahir dengan berat lahir
1.500-2.500 gram
2) Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir <1.500 gram.
3) Berat Badan Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), yaitu bayi yang lahir dengan
berat lahir <1.000 gram
b. Menurut masa gestasinya:
1) Prematur murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasinya berat atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
2) Dismatur Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) adalah bayi lahir dengan
berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan di
karenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
c. Menurut Renfield dalam Maryunani(2013) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Proportionate IUGR merupakan janin yang menderita distres yang lama
dimana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-
bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dada lingkaran kepala
dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih dibawah
masa gestasi yang sebenarnya.
2) Disporpotionate IUGR merupakan janin yang terjadi karena distres sub akut
gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati dan Sulistyorini (2010), bayi yang lahir dengan berat badan
rendah mempunyai ciri-ciri:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepalasama dengan
atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
d. Rambut lanugo masih banyak
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
g. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
h. Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora,
klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum,
pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki)
i. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
j. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah
k. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang
l. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
9. Penatalaksanaan
Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati (2010), dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena
pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah,
dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum
memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan metode kangguru
yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat
Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap
cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI
merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu
diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan
bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu .
Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena
hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering
dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah
coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda-
tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau
tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi
usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur.
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
depresi pusat pernafasan.
b. Resiko hipotermi berhubungan dengan factor resiko bayi baru lahir, BBLR.
c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi
karena imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan factor resiko efek prosedur invasif.
e. Resiko jatuh berhubungan dengan factor resiko usia ≤ 2 tahun (pada anak).
3. Rencana Keperawatan (SIKI DPP PPNI. 2016)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan asuhan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan
keadaan pasien dan intervensi yang telah direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi didokumentasikan sesuai dengan hasil dari implementasi yang telah
dilakukan pada pasien dan sesuai dengan keadaan pasien dan berisi tentang
discharge planning pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Arief dan Weni Kristiyanasari. 2016. Neonatus Dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta:
Nuha Offset.
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Bidan Psikologi Ibu dan Anak. Jakarta: EGC Bobak. 2004. Buku
Ajar Keperawatan. Maternitas. Jakarta : EGC
Maryunani, A dan Nurhayati. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada Neonatus.
Trans Info Media : Jakarta.
Maryunani, A. 2013a. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).Jakarta:Trans
Info Media.
Maryunani, Anik I dan Eka Puspita Sari. 2013b. Asuhan Kaperawatan Daruratan Maternitas
& Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.
Nurbani, Susi dan Sri Yanniarti. 2013. Faktor Resiko Kejadian Berat Badan Lahir Rendah.
Jurnal Media Kesehatan. Vol 6 Nomor 1 Halaman 80-87.
Pantiawati, Ika.2010. Bayi dengan BBLR (Berat badan Lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Proverawati, A & Sulistyorini, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) Dilengkapi dengan
ASUHAN PADA BBLR dan PIJAT BAYI. Yogyakarta: Nuha Medika.
Proverawati, Atikah dan Ismawati Cahyo. 2010. BBLR: Berat Badan Lahir Rendah. Nuha
Medika:Yogyakarta.
Putra, S R. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan Kebidanan.
Yogyakarta: D-Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (Definisi dan
Tindakan Diagnostik). Dewan Pengurus Pusat PPNI: Jakarta