Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN LAPORAN KASUS

PADA BY. NY. N DENGAN DIAGNOSA MEDIS

BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Disusun oleh:

Amelia Yulia Ningsih (102018021)

UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG

K.H Ahmad Dahlan Jln.Banteng No.6 Bandung

2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berta kurang dari 2.500 gram, tanpa memandang
usia kehamilan. BBLR dibedakan menjadi dua bagian yaitu BBL sangat rendah bila berat
badan kurang dari 1.500 gram dan BBLR bila berat badan lahir antara 1.501-2.499 gram.
Istilah BBLR digunakan oleh WHO untuk mengganti istilah bayi prematur. Untuk
mendapatkan keseragaman dan karena disadari tidak semua dari 2.500 gram pada waktu
lahir adalah bayi prematur. (Marmi dan Rahardjo, 2015: 225)
Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada Pedoman Pemantauan
Wilayah Setempat (PWS) gizi. Pedoman tersebut mengatakan bayi berat lahir rendah
(BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat
lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Triana, 2015).

B. Etiologi
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
1. Faktor ibu
a. Penyakit
1) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
2) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, penyakit jantung.
3) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
b. Ibu
1) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
2) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
c. Keadaan sosial ekonomi
1) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
d. Aktivitas fisik yang berlebihan.
2. Faktor janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.

C. Klasifikasi
Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan yaitu:
1. Bayi Kurang Bulan (BKB) Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi 42 minggu
(294 hari).
2. Bayi Cukup Bulan (BCB) bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42
minggu (259-293 hari)
3. Bayi Lebih Bulan (BLB) Bayi dilahirkan dengan masa gestasi >42 minggu (294
hari).
4. Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan disebut juga “Small for Gestational
Age/SGA” Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 10 persentil menurut grafik
Lubchenco.
5. Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan disebut juga “Large for Gestational
Age/LGA” Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir >10 persentil menurut grafik
Lubchenco (Kosim, dkk, 2014: 12-13).
6. Bayi Kurang Bulan/ Preterm: < 37 minggu.
7. Bayi Cukup Bulan/ Aterm : 37-42 minggu.
8. Bayi Lebih Bulan/ Postrem : > 42 minggu. (Medical Mini Notes, 2014: 22).

Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi lahir kecil akibat kurang bulan, dan yang
kedua adalah bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi
(dismatur) (Dwienda, 2014):
1. Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (prematur)
Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (prematur) masa gestasi < 37 minggu. Faktor
penyebabnya meliputi:
a. ibu mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik/ psikologis atau usia ibu
masih terlalu muda (< 20 tahun) dan multigravida dengan jarak kehamilan
yang dekat.
b. keadaan sosial ekonomi yang rendah.
c. kehamilan ganda atau hidramnion. Ciri-ciri bayi prematur yaitu berat < 2500
gr, lingkar dada < 30 cm, panjang badan < 45 cm, lingkar kepala < 33 cm,
kepala lebih besar dari badannya, kulitnya tipis transparan dan banyak lanugo,
lemak subkutan minimal.
2. Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi
(dismatur)
Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterm, maupun posterm. Bayi yang lahir dengan
berat sangat kecil (BB < 1500 gram atau usia < 32 minggu) sering mengalami
masalah berat seperti susah bernapas, sulit minum, ikterus berat, infeksi, dan
rentan hiportermi.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir rendah (Mitayani, 2009):
1. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar
dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari 33cm.
2. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
3. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit.
4. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
5. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
6. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mendapatkan serangan apnea.
7. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan belum
sempurna.
E. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit
ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal.
Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak
ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi
lebih besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu
dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,
vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi
sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan morbiditas
dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga
kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).
F. Penatalaksanaan
Langkah-langkah penanganan BBLSR Secara Umum :
1. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat Karena bayi BBLSR mudah mengalami
hipotermia, maka itu suhu tubuhnya harus di pertahankan dengan ketat. Cara
mempertahankan suhu tubuh bayi BBLSR dan penangannya jika lahir di puskesmas
atau petugas kesehatan yaitu:
a. Keringkan badan bayi BBLSR dengan handuk hangat.
b. Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat dan
pertahankan tubuhnya dengan tetap.
c. Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan bungkus
bayi BBLSR dengan kain hangat.
d. Beri lampu 60 watt denga jarak minimal 60 cm dari bayi.
e. Beri oksigen.
f. Tali pusat dalam keadaan bersih.
2. Mencegah infeksi dengan ketat
Bayi BBLSR sangat rentan akan infeksi, maka prinsip-prinsip pencegahan infeksi
termasuk cuci tangan sebelum memegang bayi. Pencegahan infeksi, yaitu:
a. Cara kerja aseptik, cuci tangan setiap akan memegang bayi.
b. Mencegah terlalu banyak bayi dan petugas dalam satu ruangan.
c. Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke tempat bayi dirawat.
d. batasi tindakan seminimal mungkin (SudartAntibiotik disesuaikan dengan
pola kuman. (Memi dan Afroh, 2013:6).
3. Pengawasan nutrisi (Air Susu Ibu (ASI) Refleks menelan bayi BBLSR belum
sempurna dan sangat lemah, sehingga pemberian nutrisi harus di lakukan dengan
cermat. Sebagai langkah awal jika bayi BBLSR bisa menelan adalah tetesi ASI
dan jika bayi BBLSR belum bisa menelan segera rujuk (rujuk ke rumah sakit jika
bayi BBLSRnya di tangani di puskesmas). Prinsip umum pemberian cairan dan
nutrisi, yaitu:
a. Prinsip diberikan minum peroral sesegera mungkin.
b. Periksa refleks hisap dan menelan.
c. Motivasi ASI.
d. Pemberian nutrisi intarvena jika ada indikasi. e) Berikan multivitamin jika
minum enteral dapat diberikan secara kontinyu (Sudarti dan Afroh, 2013: 6).

Kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150 ml/kg/hari atau 100-120
cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan bayi untuk
sesegera mungkin mencukupi kebutuhan cairan/kalori. Kapasitas lambung BBLR
sangat kecil sehingga minum harus diberikan tiap jam. Perhatikan apakah selama
pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau perut
membesar/kembung (Saifuddin, 2009: 377-378).

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009):
1. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-24gr/dL), Ht (normal: 33
-38% ) mungkin dibutuhkan.
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
3. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahandistres pernafasan bila ada.
Rentang nilai normal:
a. pH : 7,35-7,45
b. TCO2 : 23-27 mmol/L
c. PCO2 : 35-45 mmHg
d. PO2 : 80-100 mmHg
e. Saturasi O2 : 95 % atau lebih
4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
Bilirubin normal:
a. bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
b. bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
6. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
7. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter): Trombositopenia mungkin
menyertai sepsis.
8. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi

H. Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
1. Hipotermi
2. Hipoglikemia simtomatik
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki.Penyebabnya belum jelas, tetapi
mungkin sekali disebabkan persediaan glikogen yang sangat kurang pada bayi
dismaturitas. (Kosim, 2012).
3. Gangguan cairan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia dapat terjadi akibat adanya peningkatan kadar bilirubin pada
tubuh. Hal tersebut dapat ditemukan dalam keadaan dimana terjadi peningkatan
penghancuran sel darah merah (eritrosit) yang berkisar 80-90 hari, dan kadar zat besi
yang tinggi dalam eritrosit. (Radis, Glover, 2012).
5. Sindroma Aspirasi Mekonium
Keadaan hipoksia intrauterineakan mengakibatkan janin mengadakan “gasping”
dalam uterus. Selain itu, mekonuim akan dilepaskan ke dalam likour amnion seperti
yang sering terjadi pada “subacute fetal distress”. Akibatnya, cairan yang
mengandung mekonuiim yang lengket itu masuk ke dalam paru janin karena inhalasi.
Pada saat lahir bayi akan menderita gangguan pernafasan yang sangat menyerupai
sindrom gangguan pernafasan idiopatik. (Momeni, 2017).
6. Infeksi
7. Anemia
8. Asfiksia
Asfiksia disebabkan karena kurangnya surfaktan (ratio lesitin atau sfingomielin
kurang dari2), Pertumbuhan dan pengembangan yang belum sempurna, otot
pernafasan yang masih lemah, dan tulang iga yang mudah melengkung atau pliable
thorax. (Momeni, 2017).
9. Penyakit membrane hialin
Hal ini karena surfaktan paru belum cukup sehingga alveoli selalu kolaps.Sesudah
bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga
selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggal pada pernafasan berikutnya.Akibat
hal iniakan tampak dispnu yang berat, retraksi egigastrium, sianosis, dan pada paru
terjadi atelektasis dan akhirnya terjadi aksudasi fibrin dan lain-lain serta terbentuk
membrane hialin(Momeni, 2017).

I. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian
1. Identitas
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu.
2. Keluhan utama
Menangis lemah,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau suhutubuh rendah
3. Riwayat penyakit sekarang Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24 sampai
37minnggu,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram,apgarpada 1 sampai
5 menit,0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah,4 sampai 6 kegawatan
sedang,dan 7-10 normal.
4. Riwayat penyakit dahuluIbu memliki riwayat kelahiran prematur,kehamilan
ganda,hidramnione.
5. Riwayat penyakit keluarga Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan
seperti DM,TB Paru,Tumor kandungan,Kista,Hipertensif.
6. ADL
a. Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang,daya absorbsi
kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisiterganggu
b. Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
c. Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
d. Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
e. Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalahmekonium,produksi urin
rendah
7. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran compos mentis
2) Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai120-
140X/menit
3) RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai40X/menit
4) Suhu : kurang dari 36,5 C
b. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantungrata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung(murmur/gallop), warna kulit bayi
sianosis atau pucat,pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
2) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung,penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal;frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atauronkhi.
3) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perutbertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,warna, konsistensi dan bau),
BAB (jumlah, warna,karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan
danmegisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia,urin (jumlah,
warna, berat jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi,refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atausikap bayi fleksi, ekstensi,
ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago
telinga belum tumbuhdengan sempurna, lembut dan lunak.
6) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhulingkungan.
7) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir,lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,terkelupas.
8) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurangdari 2500 gram,
panjang badan sama dengan atau kurangdari 46 cm, lingkar kepala sama
dengan atau kurang dari 33cm, lingkar dada sama dengan atau kurang
dari 30 cm,lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan rambut tipis,halus,
lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita klitorismenonjol,
sedangkan pada laki-laki skrotum belumberkembang, tidak menggantung
dan testis belum turun.,nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR (NANDA, 2011):

1. Tidak efektifnya pola pernafasan.

Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan ventilasi yang adekuat.
Batasan karateristik: Napas dalam, perubahan gerakan dada, mengambil posisi tiga
titik, bradipneu, penurunan tekanan ekspirasi, penurunan tekanan inspirasi,p
enurunan ventilasi semenit, penurunan kapasitas vital, dispneu, peningkatan diameter
anterior-posterior, napas cuping hidung, ortopneu, fase ekspirasi yang lama,
pernapasan pursed-lip, takipneu dan penggunaan otot-otot bantu untuk bernapas.

2. Termoregulasi tubuh tidak efektif.

Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.


Batasan karakteristik: Kulit dingin, sianosis, fluktuasi suhu tubuh di atas dan di
bawah kisaran normal, kulit memerah, hipertensi, peningkatan frekuensi napas,
menggigil, pucat, piloereksi, penurunan suhu tubuh di bawah kisaran normal, teraba
hangat.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.


Batasan karakteristik: Kram abnormal, sakit perut, keengganan untuk makan, berat
badan 20% atau lebih di bawah ideal, kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut
yang berlebihan, hiperaktif suara usus, kekurangan makanan, membran mukosa
kering, dan merasa tidak mampu menelan makanan.

4. Resiko infeksi.

Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen.


Faktor resiko: Prosedur invasif, trauma, kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan, ruptur membran amnion, malnutrisi, peningkatan paparan lingkungan
pathogen, ketidakadekuatan sistem imun, penyakit kronik, tidakadekuat pertahanan
tubuh primer ( kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh
statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik), ketidakadekuatan pertahanan
tubuh skunder (penurunan Hb, leucopenia, penekanan respon inflamasi).

Intervensi Keperawatan

1. Tidak efektif pola pernafasan


a. Pantau tingkat pernapasan, kedalaman, dan kemudahan bernafas. Membantu
dalam membedakan periode perputaran pernapasan normal dari serangan
apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi minggu ke-30.
b. Perhatikan pola nafas klien. Mengetahui jika terdapat tanda-tanda yang
menyebabkan dispneu.
c. Tentukan apakah klien dispneu fisiologis atau psikologis. Studi menemukan
bahwa ketika penyebabnya adalah fisiologis memiliki tanda gejala kecemasan
dan kesemutan pada extremitas, sedangkan bila dipsneu itu psikologisl tanda
gejalanya mengi terkait, batuk, dahak, dan palpitasi.
2. Termogulasi tubuh tidak efektif
a. Ukur suhu setiap 2 jam, gunakan termometer elektronik di ketiak pada bayi
dibawah usia 4 minggu. Memantau apakah adanya peningkatan atau penurunan
suhu tubuh.
b. Catat apakah adanya tanda-tanda hipertermi dan atau hipotermi. Hipertemi
dengan peningkatan laju metabolisme kebutuhan O2 dan glukosa serta
kehilangan air dapat terjadi bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
c. Kaji kulit apakah kering, monitor turgor kulit dan perubahan pigmentasi. Untuk
mengetahui adanya tanda-tanda dehidrasi.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
a. Perhatikan gejala kekurangan gizi termasuk perawakan pendek, lengan kurus
dan kaki. Sebagai langkah awal pengkajian untuk melaksanakan intervensi
selanjutnya.
b. Perhatikan adanya penurunan berat badan. Mengidentifikasi adanya resiko
derajat dan resiko terhadap pola pertumbuhan.
6. Resiko infeksi
a. Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh, letargi, apnea, gelisah, dan ikterus. Suhu tubuh
meningkat dan nadi cepat merupakan awal terjadinya infeksi.\
b. Kaji riwayat ibu, kondisi bayi selama kehamilan, dan epidemi infeksi di ruang
perawatan. Mengetahui adanya riwayat infeksi selama kehamilan.
c. Ambil sampel darah. Sampel darah pada pemeriksaan laboraturium seperti
eritrosit, leukosit, diferensiasi, dan immunoglobin. Upayakan pencegahan
infeksi dari lingkungan. Untuk mencegah berpindahnya mikroorganisme dari
lingkungan ke tubuh bayi.
BAB II

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY. NY. N DENGAN DIAGNOSA MEDIS

BERAT BADAN LAHIR RENDAH

I. BIODATA
A. Identitas Neonatus
1. Nama : By. Ny, N
2. Medrek : 82XXXXX
3. Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 15 September 2020
4. Usia : 2 hari jam 13.10
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Tanggal Masuk : 15 September 2020
7. Tanggal Pengkajian : 17 September 2020
8. Diagnosa Medis : Berat badan lahir rendah
9. Jaminan Kesehatan : UMUM
B. Identitas Orangtua
1. Nama Ayah/Ibu : Tn R / Ny N
2. Usia : 45 tahun / 31 tahun
3. Pendidikan : SMA / SMA
4. Pekerjaan : Karyawan Swasta / Ibu rumah tangga
5. Agama : Islam / Islam
6. Alamat : Bandung
7. No. HP :-

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Alasan Masuk Rumah Sakit
Ibu kehamilan G3P2A1 akan melahirkan sc karena indikasi KPD16 jam+PLR denga
n usia kehamilan 30-31 minggu

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Bayi lahir pada tanggal 15 Septembar 2020 pukul 13.10 di RSKAI Bandung ruang
OK lahir dengan operasi caesar dengan indikasi KPD dan PLR dengan jenis kelamin
perempuan, langsung menangis, BB lahir 1510 gram dan panjang badan 40 cm, APGAR
Skor 7/9 , adanya pernapasan cuping hidung dan retraksi dada terpasang cpap, fiO2 30%
PEEP 7, terpasang OGT dan terpasang umbilikal vena kateter.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 September 2020 pukul 10.30 WIB,
sesak tidak ada, retraksi tidak ada, masih terpasang UVC, nampak ikterik kremer 3, masih
terpsang OGT, CPAP sudah di aff, klien masih dipuasakan. Hasil tanda-tanda vital Nadi:
149 x/menit, RR : 48 x/menit, Suhu : 36,1C, saturasi O2 98%. BBS 1415 g, lingkar perut 21 cm, p
anjang badan 40cm. Nilai Ballard Score-61,3
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada tanggal 15 Septembaer 2020 ketuban Ny.N pecah dini dengan G3P2A1
melahirkan sc karena indikasi KPD16 jam+PLR+ bekas SC, dengan usia kehamilan 30-31
minggu lalu. Kemudian skitar Jam 13.10 lahirlah By.Ny. N di usia kehamilan prematur ya
itu 30-31 minggu dengan dengan jenis kelamin perempuan, langsung menangis, BB lahir
1510 gram dan panjang badan 40 cm, APGAR Skor 7/9 , adanya pernapasan cuping hidun
g dan retraksi dada terpasang cpap, fiO2 30% PEEP 7, terpasang OGT terpasang dan umbil
ikal vena kateter.
4. Keluhan Utama
Berat badan bayi lahir rendah

Genogram :
Anak ke

Ny.
Tn . R N

An. Ny. N By. Ny N

Alergi : Ya √ Tidak Riwayat Kesehatan/Pengobatan/Perawatan


Sebutkan: ………………… Sebelumnya :-
Riwayat Imunisasi Pernah dirawat : √ Ya Tidak
Hepatitis B : I II III Kapan : saat akan melahirkan dan sesudah
Polio : I II III melahirkan
DPT : I II III Diagnosa : Pre Sectio Caesaria
BCG : I Riwayat Operasi : √ Ya Tidak
Campak : Kapan : 15/8/20
Lain –lain : Belum imunisasi Diagnosa : Post Sectio Caesaria indikasi KPD16 jam
+PLR

Riwayat Kehamilan : Selama kehamilan ibu mengatakan merasa sehat


Kesehatan ibu saat hamil : Hiperemis Gravidarum Perdarahan Pervagina Anemia
Penyakit infeksi Pre Eklamsi/ Eklamsi Gangguan Kesehatan
Periksa Kehamilan
Diperiksa secara teratur √ Ya Tidak
Tempat pemeriksaan : poli kandungan RSKAI
Diperiksa oleh : dr SpOg
Imunisasi TT √ Ya, 2 kali Tidak
Riwayat Kelahiran
Usia Kehamilan : 30-31 minggu
Berat Badan Lahir 1510 gram , PB : 40 cm
Masalah Post Natal yang lain √Ya Tidak
Persalinan: Spontan √ SC Forcep Ekstraksi Vakum Sebutkan :
…………
Menangis : √ Ya Tidak, Nilai APGAR : 7 pada menit 1, 9 pada menit ke-5
Jaundice : √ Ya Tidak , Dilakukan IMD : Ya Tidak
Pengobatan yang didapat :
vit k dan tetes mata

PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik
TD : - BB : 1415 gram
Nadi : 149 x/menit PB/TB : 40 cm
RR : 48 x/menit LK : 31 cm / LD : 28 cm,
Suhu : 36,1C L.Perut : 21 cm
a. Pernafasan b. Sirkulasi c. Kardiovaskuler

Spontan : √ Ya Tidak Sianosis : Bunyi jantung


Alat bantu nafas : Kanul/ RB/ NRB Ya √ Tidak √ SI √ SII
Oksigen : - Lt/ menit
Irama : Teratur √TidakTeratur Pucat : Ya √ Sebutkan:
Suara Nafas : Vesikuler Tidak …………………………......
Wheezing Ronkhi CRT : √ < 3 detik Suara Jantung tambahan :
Cracles Stidor > 3 detik Ya √ Tidak
Penggunaan Otot bantuan nafas : Akral : √ hangat Sebutkan:
Ya √ Tidak Dingin ……………………………...
Retraksi dada : Ya √Tidak Takikardi Bradikardi
Pernafasan cuping hidung : Kualitas denyut nadi
Ya √Tidak Kuat Lemah

d. Gastrointestinal e. Eliminasi f. Integumen


Mulut : √ Mukosa lembab Kering Defekasi : Warna kulit :
Stomatitis √ Anus Stoma Normal Pucat
Labio/ palatoskisis (Sudah keluar √ Kuning mottled
Pendarahan gusi mekonium) Luka: Ada √ Tidak
Pembesaran Tonsil : Ada √ Tidak
ada Frekuensi : -/hari
Mual : Ya √ Tidak Konsistensi Keras g. Muskuloskeletal
Muntah : Ya √ Tidak Lembek Cair Kelainan tulang : ada √
Abdomen : √ Normal Ascites tidak
Turgor : Elastis Tidak Karekterisitik feses Gerakan anak :
elastis Hijau bebas terbatas
Bising usus : 6x/ menit Terdapat darah Lain-lain:
Diet: Cair Dempul lemah dan tidak aktif atau
√ ASI √ Formula lain-lain Urin : letargik
Cara Pemberian : OGT √Spontan (diapers) h. Genitalia
Kapan mulai diberikan ASI : Kateter urin √ normal
Frekuensi pemberian ASI :8 Cystostomy kelainan
Kesulitan : reflek hisap kurang Frekuensi : x/hari Sebutkan
Mual : - Karakteristik urin ..................................................
Muntah : - √ Kuning jernih .....
Jumlah kebutuhan cairan per hari : Terdapat darah
100x1.415 (BBdlm kg)= 141.5 ml/hari Kuning pekat i. Neurologi
K. Istirahat dan tidur Kesadaran : Compos mentis
Lama tidur : 15-16 jam J. Kelainan yang lain: GCS : 15 (E4 V5 M6)
Apakah bayi tidur nyenyak : Lebih Pembesaran organ : Pupil isokor anisokor
banyak tidur dari pada bangun Ada √ Tidak ada Reflek terhadap cahaya :
Masalah gangguan tidur : Sebutkan : √ Ada Tidak ada
……………………… Ubun-ubun :
… Datar Cembung
Gangguan sensori : √ Cekung
Ada √ Tidak ada Gangguan neurologis :
Sebutkan : √ Normal kelainan
……………………… Sebutkan
…. ..................................................
Lain-lain: ....
………………………

SKRINING NYERI DAN KETIDAKNYAMANAN


Tidak ada nyeri √ Ada nyeri (lampiran formulir pemantauan nyeri)
Scala nyeri :……. Penyebab Nyeri :…………… Karekteristik :…………….
Durasi :……………. Lokasi :………………. Frekuensi :…………………

SKRINING NYERI
Dibutuhkan
KATEGORI PENILAIAN
Intervensi
FISIK Bila :
Postur/tonus Fleksi dan atau tegang 2 Kurang dari
Ekstensi 1 5 : Nursing
Pola tidur Gelisah atau tidak 2 Comfort
Tenang 0 Measure
Ekspresi Meringis 2 (NCM)
Menerutkan dahi 1
Menangis Ya 2
Tidak 0
Warna kulit Pucat/ Kebiruan/ Kemerahan 2
Merah muda 0
FISIOLOGIS
Respirasi Apnoe 2
Tachypnoe 1
Denyut Jantung Fluktuatif 2
Tachycardia 1
Saturasi Desaturasi 2
Normal 0
Tekanan Darah Hipo/Hipertensi 2
Normal 0
PERSEPSI PERAWAT Nyeri 2
Tidak Nyeri 0
SKOR total
Lebih Dari 5 : NCM dan Parasetamol
Lebih dari 10 : NCM, Parasetamol/Narkotik

SKRINING RISIKO TRAUMA KULIT

PARAMETER KRITERIA SKOR


Usia Gestasi < 28 minggu 4
28 minggu - < 33 minggu 3
>38 minggu 1
Status Mental Tidak berespon terhadap stimulus nyeri 4
Hanya berespon pada nyeri 3
Letargi / apatis 2
Sadar dan aktif / composmentis 1
Mobilisasi Tidak mampu bergerak 4
Bergerak sedikit dengan bantuan 3
Bergerak sendiri tanpa bantuan 2
Bergerak aktif 1
Aktifitas Dalam radiant warmer dengan plastik transparan 4
Dalam radiant warmer tanpa plastik transparan 3
Dalam a double walled isolette / incubator dengan 2 jendela 2
Dalam boks terbuka 1
Nutrisi Nutrisi hanya dapat diberikan melalui intravena 4
Mendapatkan nutrisi melalui gastric tube (susu formula/ASI) 3
dan cairan intravena
Mendapatkan nutrisi melalui gastric tube 2
Bayi dapat menyusu langsung atau menggunakan botol 1
setiap kali minum
Kelembaban Kulit bayi selalu lembab, linen sering diganti 4
Kulit bayi selalu lembab, linen sering digantu minimal setiap 3
shift
Kulit bayi selalu lembab, membutuhkan pergantian ekstra 2
linen minimal sehari sekali
Kulit bayi biasanya kering, membutuhkan pergantian linen 1
hanya sekali sehari
Total 12
Jika Skor > 12, lakukan protokol penatalaksanaan risiko trauma kulit pada neonatus

PENGKAJIAN PSIKOSPIRITUAL
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------.

-Harapan orang tua terhadap perawatan dan pengobatan saat ini : -


Aturan dalam agama yang mempengaruhi kesehatan dalam hal : Diet Pengobatan Lain-
lain
Sebutkan:
…………………………………………………………………………………………………………
Penerimaan keluarga :-.

PENGKAJIAN SOSIOKULTURAL
Status sosial
Tempat tinggal : √ Rumah Panti Tempat penitipan anak
Yang merawat klien : √ Ibu Nenek Pengasuh Lain – lain Sebutkan
……………….......
Kerabat terdekat yang dapat dihubungi :
Nama : Tn. R Hubungan : suami Telepon:…………….
Suku : Jawa Batak Madura Betawi √ Lain – lain : Sunda
Aturan dalam budaya yang mempengaruhi kesehatan dalam
hal : .......................................................................
Sebutkan : ...............................................................................................................................................
.................................
Kebutuhan Edukasi
√ Diagnosa Medis Tata laksana penyakit Obat- obatan
Manajemen nyeri Rehabilitasi Penggunaan Alat Kesehatan
Perawatan Luka √ Diet dan Nutrisi
Lain – lain, Sebutkan : edukasi perawatan bblr dengan metode kangguru
.................................................................................................................................................................
.............
PENGKAJIAN LINGKUNGAN PERAWATAN
Kebisingan ruangan : Ya √ Tidak, Alasan :
……………………………………………………………
Pencahayaaan ruang redup ……
: Ya √ Tidak, Alasan :
Suhu ruangan yang bising ……………………………………………………………
……
Interupsi tidur : Ya √ Tidak, Alasan :
……………………………………………………………
Monitoring pemasangan alat invasive ……
: Ya √ Tidak, Alasan :
……………………………………………………………
……
: √ Ya Tidak, Alasan :
……………………………………………………………
Obat yang digunakan

Vision 2x75 mg
Genta 6 mg/36 jam

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil rontgen (15-09-2020):transient respiratory distres of new born

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Tanggal Pemeriksaan : 15-9-2020 2020
No Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
1 Hemoglobin 18,3 15,2 ~ 23,6 gr/dL
2 Leukosit 14430 4000 ~ 10000 Sel/uL
3 Eritrosit 4,9 4.76 ~ 9.65 Juta/ uL
4 Hematokrit 50 31 ~ 55 %
5 Trombosit 322.000 150000 ~ 400000 Sel/uL

KIMIA KLINIK
1 Gula Darah Sewaktu 52 60-160 Mg/dl

A. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : BBLR Defisit Nutrisi

Do : - BB Bayi lahir 1510 


gram, BB bayi 1415 gram
Dinding otot Rahim lemah
- Penurunan BB 95 gr

- Refleks hisap kurang
KPD & PLR
- panjang badan 40 cm

- APGAR score 7/9
Prematuritas
- Bayi dipasang OGT

- Lahir prematur
- GDS 52 Mg/dl Imunitas sistem cerna dan
neurologis

Refleks fisiologis terganggu

Refleks menelan belum sempurna

BBLR < 2500 gr

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Defisit nutrisi
2 DS: - Faktor ibu (usia kehamilan Resiko Infeksi
DO: prematur 30-31 minggu)
- Usia kehamilan
prematur 30-31 Bayi lahir prematur secara sc
minggu
- Bayi dilahirkan Prematuritas
secara sc
- Terdapat indikasi Retardasi pertumbuhan intra uterin
KPD 16 jam + PLR
+ bekas sc Berat badan bayi < 2.500 gram
- Suhu 36,1°C
- BB 1.415 gram Immaturitas jaringan dan organ

- Jumlah leukosit
14.430 sel/uL Daya tahan tubuh lemah

Rentan terhadap infeksi

Resiko infeksi
3 Ds : BBLR Resiko
Termoregulasi
Do : 
Tidak Efektif
- BB 1.415gram Dinding otot Rahim lemah

- suhu 36,1C 

- APGAR score 7/9 KPD & PLR

- Leukosit 14430 sel/uL 

Kehamilan < 37 minggu

Prematuritas


Imaturasi sistem integument

Ketidak efektifan jaringan lemak


subkutan

Permeabilitas kapiler bayi

Resiko ketidak seimbangan suhu


tubuh

Resiko termoregulasi tidak


efektif

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Nutrisi bd ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien
2. Resiko Infeksi bd Immaturitas tubuh
3. Resiko Termoregulasi Tidak efektif bd suplai lemak subkutan tidak memadai
D. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Defisit Nutrisi bd Status Nutrisi Manajeman Nutrisi 1. Untuk mengetahui kebutuhan
ketidak mampuan Observasi status nutrisi pada bayi dalam
mengabsorpsi Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi status nutrisi peningkatan kebutuhan
nutrien keperawatan 7x24 jam 2. Monitor asupan makanan nutrisinya
diharapkan pasien dapat 3. Identifikasi perlunya 2. Untuk memantau keseluruhan
memiliki keadekutan asupan penggunaan selang nasogastrik intake output nutrisi yang
nutrisi untuk memenuhi Terapeutik masuk
kebutuhan metabolisme, 4. Hentikan pemberian makan 3. Dilakukan jika asupan nutrisi
dengan kriteria hasil : melalui oral oral sudah tidak mungkin
1. BB lahir meningkat 5. Berikan diet asi 141,5cc/24 dilakukan
2500-3500 gram jamper sonde 4. Pemasangan OGT dilakukan
2. Kekuatan otot Kolaborasi untuk meningkatkan asupan
menghisap/ menelan 6. Pemberian Vision 2x75 mg nutisi pada bayi
baik 7. Kolaborasi ahli gizi untuk 5. Untuk memenuhi kebutuhan
3. Minum tidak ada mual menentukan diet nutrisi pasien
dan muntah 6. Pemberian vision sebagai
langkah farmakologi yang
berkolaborasi untuk
penanganan defisit nutrisi bayi
7. Untuk menentukan diet yang
tepat

2 Resiko Infeksi bd Status Imun Pencegan Infeksi 1. Dengan memonitor tanda dan
immaturitas tubuh gejala perawat bisa tau infeksi
Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tandan dan gejala sistemik atau lokal dan
keperawatan 4x24 jam infeksi Local dan sitemik tindakan yang perlu diberikan
kekebalan tubuh pasien 2. Batasi jumlah pengunjung 2. Membatasi jumlah pengunjung
terhadap antigen internal dan 3. Cuci tangan sebelum dan merupakan tahapan awal
eksterna meningkat, dengan sesudah kontak dengan pasien pencegahan infeksi bayi
kriteria hasil : dan lingkungan pasien karena merupakan faktor
1. Suhu tubuh dalam 4. Pemberian Genta 6 mg/36 jam primer
rentang normal (36,5- Pada kulit bayi 3. Mencegah penularan langsung
37,5C) dengan mencuci tangan
2. Leukosit dalam nilai sebelum kontak dengan bayi

normal ( 5000-19500 merupakan al yang paling

sel/uL) berpengaruh guna

3. Tidak ada tanda tanda mempertahankan

infeksi kesehatannya
4. Pemberian Genta sebagai
salep antibiotik untuk
mengobati infeksi dari bakteri
pada kulit bayi
3 Resiko Termogulasi Neonatus Regulasi Temperatur Observasi
termoregulasi tidak Observasi 1. Kaji suhu tubuh bayi
efektif bd suplai Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor suhu bayi sampai sesering mungkin dan
lemak subkutan keperawatan 4x24 jam stabil (36,5°C – 37,5°C) pantau perkembangannya
tidak memadai pengaturan suhu tubuh 2. Monitor dan catat tanda dan 2. Bayi cenderung stress jika
neonatus agar tetap berada gejala hipertermia atau mengalami hipotermia
pada rentang normal, dengan hipotermia Terapeutik
kriteria hasil : Terapeutik 1. Mempermudah bayi untuk
1. Suhu tubuh dalam 1. Atur suhu inkubator sesuai beradaptasi dengan
rentang normal (36,5- kebutuhan lingkungannya
37,5C) 2. Hangatkan terlebih dahulu 2. Menjaga tubuh bayi tetap
2. Leukosit dalam nilai bahan-bahan yang akan hangat

normal (5000-19500 kontak dengan bayi (mis. Edukasi

sel/uL) selimut, kain bedongan, 1. Menginformasikan


stetoskop) bagaimana cara
Edukasi mencegah bayi
1. Jelaskan cara pencegahan terpapar dari
hipotermia karena temperatur udara
terpapar udara dingin dingin
2. Demonstrasikan teknik 2. Memberi contoh
perawatan metode teknik perawatan
kangguru untuk BBLR metode kangguru
Kolaburasi dengan benar
1. Kolaburasi pemberian antipiretik, Kolaburasi
jika perlui
1. Antipiretik merupakan obat
yang mampu menekan gejala-
gejala yang menyertai demam
seperti mialgia, kedinginan, nyeri
kepala, dll.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Dx Defisit Nutrisi
Desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan uji klinis acak
terkontrol (randomized controlled trial).
Bayi yang lahir dalam kondisi berat badan lahir rendah memiliki kemampuan yang
kurang dalam koordinasi menghisap dan menelan yang dibutuhkan untuk menyusu ke ibu atau
minum melalui botol. Bayi dengan berat badan lahir rendah masih memiliki sistem
gastrointestinal yang belum matur termasuk pengosongan lambung. Proses pengosongan
lambung masih bersifat imatur meskipun pada bayi yang lahir cukup bulan, sehingga pada bayi
premature pengosongan lambung akan lebih amat (Moore, pickler, 2017). Patofisiologi dari
intoleransi pemberian minum menunjukan bahwa usus bayi premature dan BBLR lebih pendek.
Fungsi absorbs dan motilitas usus belum sempurna dibandingkan bayi aterm (Cresi etal, 2019).
Pada intervensi ajarkan diet yang di program kan bayi akibat kondisi bayi tersebut akan
di puasakanan akan mendapatkan nutrisi parenteral , namun pemberian nutrisi parenteral dalam
jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko komplikasi seperti infeksi dan kolestasis
(luccini et al., 2011)
Intervensi pemberian minum enteral pada bayi prematur sangat penting untuk
menstimulasi sistem gastrointestinal dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi tersebut
(Moore, Pickler, 2017). Pemberian nutrisi secara tepat diperlukan untuk proses maturasi dan
perkembangan saluran pencernaan, penyerapan, dan fungsi motorik (Padila, Agustien, 2019).
Nutrisi dapat diberikan menggunakan orogastric tube (OGT) atau nasogastric tube (NGT)
dengan teknik gravitasi. Pemberian minum enteral secara gravitasi dapat mencegah peningkatan
tekanan dalam perut bayi sehingga menurunkan risiko regurgitasi. Spuit yang digunakan dalam
pemberian makan merupakan salah satu yang berpengaruh terhadap kecepatan dan volume yang
diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan selama praktik di ruang perinatologi, didapatkan bahwa
pemberian minum enteral pada bayi prematur secara gravitasi sebagian besar menggunakan spuit
50 ml. Ukuran spuit yang besar akan menghasilkan kecepatan yang tinggi yang mempunyai
dampak pada peningkatan tekanan intragastrik dan kejadian muntah. Ukuran spuit yang lebih
kecil diperlukan untuk menurunkan tekanan intragastrik sehingga kejadian muntah dapat
dihindari. Selain itu, sampai saat ini belum ada panduan mengenai ukuran spuit yang digunakan
dalam pemberian minum enteral pada bayi yang mengalami intoleransi minum. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan pemberian minum enteral dengan menggunakan spuit
20 ml dan 50 ml terhadap toleransi minum pada bayi prematur.
Jurnal terkait :
Rahmawati, E. A., Rustina, Y., & Efendi, D. (2020). Toleransi Minum Enteral Bayi Prematur
Menggunakan Spuit 20 Ml dan Spuit 50 Ml. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 544-555.

2. Dx Resiko Infeksi
Pada bayi salah satu cara mencegah infeksi nasokomial adalah dengan cara mengeliminasi
mikroba pathogen melalui tindakan aseptic ,disinfeksi , dan sterilisasi. Teknik dasar yang paing
penting dalam mencegah dan penularan infeksi adalah dengan mencuci tanga (Potter&perry,205)
menurut peneliti , resiko terinfeksi terjadi karena petugas kesehatan yang tidak mempunyai
kesadaran dan tanggung jawab. Jika petugas kesehatan melakukan tugas mereka dengan baik
dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien ataupun bersentuhan dengan
benda ataupun lingkungan dengan pasien. Dan menjelaskan kepada pihak keluarga juga ikut
mencuci tangan dengan pedoman 5 momen yang sudah diterapkan di rumah sakit. ( e-journal
keperawatan (e-Kp) volume 4 nomor 2, juli 2016 )

3. Dx Resiko Termoregulasi Tidak Efektif


Salah satu tindakan pencegahan hipotermia pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan
menghangatkan tubuh bayi, yaitu dengan merawat secara konvensional di dalam inkubator,
namun, teknologi inkubator relatif mahal. Penggunaan incubator di negara berkembang
memerlukan perhatian khusus terutama terhadap ketersediaan sumber listrik yang memadai,
tenaga terlatih untuk supervisi, pemeliharaan, dan perbaikan alat, sterilisasi inkubator, dan
jumlah inkubator. Seringkali dijumpai satu inkubator digunakan untuk lebih dari satu bayi karena
jumlahnya terbatas, hal ini meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomial.
Kangaroo Mother Care (KMC) adalah teknik perawatan berbasis bukti yang
direkomendasikan sebagai perawatan standar untuk semua neonatus yang stabil secara klinis /
pra-stabil <2000 g, yang merupakan kriteria yang digunakan dalam uji coba KMC sebelumnya
sebagai indikator untuk kelahiran prematur. Dijelaskan di Kolombia empat dekade lalu, KMC
telah secara luas diadopsi sebagai landasan perawatan neonatal. Komponen kuncinya adalah
kontak kulit-ke-kulit yang berkepanjangan antara neonatus dan pengasuh, memfasilitasi
pemberian ASI eksklusif dan masa rawat inap yang lebih singkat.
Selain itu, para peneliti dari UAB dan Zambia melihat keefektifan perawatan ibu kanguru
segera setelah kelahiran ketika bayi paling berisiko hipotermia. Sebuah penelitian yang
diterbitkan dalam Archives of Disease in Childhood menunjukkan bahwa mempraktikkan durasi
perawatan ibu kanguru yang lebih pendek selama beberapa jam pertama setelah kelahiran tidak
mencegah hipotermia sedang pada bayi. Namun, penelitian ini menunjukkan bayi yang
menerima durasi perawatan ibu kanguru yang lebih lama, lebih dari 80 % tidak terkena
hipotermia dalam beberapa jam pertama setelah kelahiran.
Perawatan dengan metode kanguru (PMK) yaitu dengan melakukan kontak langsung antara
kulit bayi dengan kulit ibu merupakan cara yang efektif untuk memenuhi kebutuhan bayi baru
lahir yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu, perlindungan dari infeksi, stimulasi,
keselamatan dan kasih sayang. Metode ini sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung
kesehatan dankeselamatan bayi yang lahir premature maupun yang aterm. Kehangatan tubuh ibu
merupakan sumber panas yang efektif. Hal ini terjadi bila ada kontak langsung antara kulit ibu
dengan kulit bayi.
Sumber: Malik, S. (2020). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap Pencegahan
Hipotermi pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan Cerdas, 2(2), 66-71.
STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP)
PEMASANGAN SELANG OROGASTRIK TUBE (OGT) PADA BAYI

1. Tujuan
a. Memasukan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan
b. Mengeluarkan cairan / isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
c. Mengirigasi karena perdarahan/ keracunan dalam lambung
d. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau trauma
e. Mengambil specimen pada lambung untuk studi labolatorium

2. Ruang Lingkup
Dilakukan pada bayi yang tidak sadar (koma), tidak mampu makan melalui mulut
atau dengan masalah saluran pencernaan atas (stenosis esophagus, tumor mulut/ faring/
esophagus dll), tidak mampu menelan, pasca operasi pada mulut/ faring/ esophagus.

2. Acuan
a. Wong, Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : ECG.
b. Sudarsono, Ratna S & Elly N. 2000. Buku Saku Prosedur Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : ECG.

3. Definisi
Pemasangan OGT (Orogastrik Tube) adalah melakukan pemasangan OGT dari rongga
mulut ke lambung.

4. Pelaksanaan
a. Pastikan kebutuhan pasien untuk pemasangan OGT
b. Persiapan alat
 OGT no.5 atau 8 (untuk anak lebih kecil)
 Air atau pelumas air ( air steril untuk bayi
 Sudip lidah
 Sarung tangan
 Penlight
 Spuit ukuran 20-50 cc
 Plaster dan gunting
 Stetoskop
 Baskom berisi air (bila tidak ada stetoskop)
 Klem
 Pengalas
 Tissue
 Bengkok
5. Persiapan pasien :
a. Sampaikan salam terapeutik
b. Jelaskan kepada keluarga pasien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan.
c. Dekatkan alat
d. Persiapan lingkungan
e. Jaga privasi pasien dan ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
f. Cuci tangan
g. Tempatkan bayi pada posisi terlentang dengan kepala sedikit hiperfleksi atau
dalam posisi bersin (hidung menghadap ke langit-langit)
h. Pasang pengalas pada dada anak, letakan tissue dalam jangkauan, dan dekatkan
bengkok
i. Memakai sarung tangan
j. Mengukur panjang slang untuk memperkirakan panjang pemasangan dan tandai
titik dengan plester kecil. Dua metode standar pengukuran panjang adalah sebagai
berikut :
 Mengukur dari dihidung ke daun telinga dan kemudian ke ujung prosesus
xifoideus atau
 Mengukur dari hidung ke daun telinga dan kemudian ke titik tengah antara
prosesus xifoideus dan umbilikus
k. Beri tanda pada panjang slang yang sudah diukur dengan menggunakan plester
l. Lumasi OGT dengan air atau pelumas larut air
m. Ingatkan klien bawa slang akan segera dimasukan dan instruksikan klien untuk
mengatur posisi kepala ekstensi, masukan slang melalui rongga mulut
n. Masukan selang yang telah dilumasi dengan air atau pelumas larut air melalui
rongga mulut
 Masukan selang melalui mulut atau arahkan selang kea rah belakang
tenggorokan
 Jika anak mampu menelan sesuai perintah, sesuaikan pemasukan selang
dengan penelanan
o. Lanjutkan memasukan selang, jika terasa agak tertahan, putarlah selang dan
jangan dipaksakan untuk dimasukan
p. Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring, setelah melewati
nasofaring (3-4 cm) anjurkan klien untuk menekuk leher (fleksi) dan menelan.
q. Jangan memaksakan selang untuk masuk, jika ada hambatan atau klien tersedak,
hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang dibelakang tenggorokan dengan
menggunakan sudip lidah dan penlight
r. Jika telah selesai memasang OGT sampai ujung yang telah ditentukan, anjurkan
klien untuk rileks dan bernapas normal
s. Periksa posisi selang dengan menggunakan kedua cara berikut :
 Dengan spuit, injeksikan sedikit udara (0,5 sampai 1 ml untuk bayi
premature atau bayi yang sangat kecil, dan sampai 5 ml untuk anak yang
lebih besar) ke dalam selang sambil secara bersamaan mendengarkan
dengan stetoskop diatas area lambung
 Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung yang
menunjukan penempatan yang tepat. Perhatikan jumlah dan karakter
cairan yang diaspirasi dan kembalikan cairan tersebut ke lambung
t. Lepaskan sarung tangan
u. Fiksaski selang dengan plester pada pipi
v. Mengatur kembali posisi setelah terpasang OGT
w. Rapikan alat-alat
x. Terminasi : tanyakan respon klien, reinforcement, kontrak waktu, salam
y. Cuci tangan
z. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI & Usman A, 2012.Buku Ajar Neonatologi edisi ke 1,
Jakarta: IDAI
Malik, S. (2020). Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap Pencegahan Hipotermi
pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Bidan Cerdas, 2(2), 66-71.

Marmi dan Kukuh Rahardjo. Asuhan Neonatus, Bayi, Balitas dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2015.
Momeni, et al, 2017.Prevalence and Risk Factors of Low Birth Weight in the Southeast of Iran,
International Journal of Preventive Medicine 2017;8:1, (Online) telah diakses pada
tanggal 12 Januari 2020 Pukul:13.11 WIB dari http://www.ncbi.nlm.gov.
Rahmawati, E. A., Rustina, Y., & Efendi, D. (2020). Toleransi Minum Enteral Bayi Prematur
Menggunakan Spuit 20 Ml dan Spuit 50 Ml. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 544-
555.
Saifuddin, AB, dkk. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Ed.4, Cet.S4, 2014.
Sudarti dan Afroh Fauziah. Buku Ajar Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika, 2013.

Anda mungkin juga menyukai