Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

BAYI PREMATUR DAN BERAT BADAN LAHIR SANGAT RENDAH


(BBLSR) DI RUANG KBBL RS SAMARINDA MEDIKA CITRA

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Bahtari Aprilia Milanda : P2003006


2. Efriyani : P2003010
3. Gabriella Krisanta Palayukan : P2003013
4. Helviani Sambo Karaeng : P2003014
5. Insan Kristiyaningsih : P2003016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS INSTITUT TEKNOLOGI


KESEHATAN & SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dan United
Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), adapun
presentase bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di negara berkembang
(16,5 %) dua kali lebih besar dari pada negara maju(7%). Tahun 2013 sekitar
22 juta bayi dilahirkan di dunia, dimana 16% diantaranya lahir dengan berat
badan lahir rendah (Septiani, R, 2015:1). Menurut data Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) dan WHO, Indonesia
adalah salah satu negara berkembang yang memiliki peran penting dalam
perekonomian dunia, menempati urutan ketiga sebagai negara dengan
prevalensi BBLR tertinggi (11,1%), setelah India (27,6%) dan Afrika Selatan
(13,2%).Selain itu, Indonesia (11,1%) turut menjadi negara kedua dengan
prevalensi BBLR tertinggi diantara negara Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) lainnya, setelah Filipina (21,2%) (OECD, dkk, 2013).
Menurut data WHO kematian bayi yang baru lahir atau neonatal
mencakup 45% kematian diantara anak-anak dibawah 5 tahun. Mayoritas dari
semua kematian neonatal, 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan
antara 25% sampai 45% terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
kematian bayi 2 baru lahir adalah prematuritas 28% dari berat lahir rendah,
infeksi 36%, asfiksia23% dan trauma kelahiran. Penyebab ini menyebabkan
hampir 80% kematian pada kelompok usia ini (WHO, 2016:3).
Kelahiran prematur adalah penyebab langsung kematian bayi yang
paling umum. Kelahiran prematur dan kecil usia gestasi penyebab Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR menyumbang 60% sampai 80% dari
semua kematian neonatal. Prevalensi global BBLR adalah 15,5% yang
berjumlah sekitar 20 juta bayi BBLR yang lahir setiap tahun, 96,5% di negara-
negara berkembang (WHO, 2016:3). Berdasarkan hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN)
pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan
AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding
SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,
2016:125).
Hasil pengumpulan data profil kesehatan tahun 2014 jumlah kematian
bayi menjadi 1.056 bayi atau 7.23 per 1000 kelahiran hidup maka masih perlu
peran dari semua pihak yang terkait dalam rangka penurunan angka tersebut
sehingga target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya penurunan
angka kematian dapat tercapai. Berdasarkan data angka kematian neonatal
atau baru lahir hingga usia 28 hari, bayi dan balita di Indonesia, sekitar 56
persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal dan beberapa penyebab
kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan (Dinas Kesehatan Sulawesi
Selatan, 2015:20&24). 4 Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah
disebabkan karena pertumbuhan janin yang lambat,kekurangan gizi pada
janin, kelahiran prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sedangkan
penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya
oksigen dalam rahim (hipoksia intra uterus) dan kegagalan nafas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia
lahir) (Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2015:20).
Indonesia kejadian BBLR bervariasi, secara nasional berdasarkan hasil
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 – 2003 kejadian
BBLR sebesar 6%. Di Kabupaten Gowa pada tahun 2012 tercatat bahwa
jumlah Bayi 5 Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 255 orang (2% dari total
bayi lahir) yang tertangani sebanyak 255 orang (100%). Pada tahun 2013
tercatat bahwa jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 286 dari
8.139 Bayi Baru Lahir (BBL) yang ditimbang (3,5%). Sedangkan pada tahun
2014 jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 342 dari 9.828 Bayi
Baru Lahir (BBL) yang ditimbang (3,5%) (Dinas Kesehatan Kabupaten
Gowa,2015:44-45). Mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi
preterm/prematur masih sangat tinggi.
Penyebab persalinan preterm seperti faktor pada ibu, faktor janin dan
plasenta, ataupun faktor lain seperti seperti sosioekonomik. Angka kejadian
persalinan preterm pada umumnya adalah sekitar 6-10%. Hanya 1,5%
persalinan terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu dan 0,5% pada
kehamilan kurang dari 28 minggu. Namun, kelompok ini merupakan
duapertiga dari kematian neonatal (Saifuddin, AB, dkk, 2014:667-668).
Penelitian lain menunjukkan bahwa umur kehamilan dan berat bayi lahir
saling berkaitan dengan risiko kematian perinatal.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi BBLSR
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep premature
b. Mengidentifikasi konsep BBLSR
c. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada bayi BBLSR
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP BAYI PREMATUR


1. Definisi
Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang
atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir.
Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelu minggu ke 37, dihitung dari
mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode
kehamilan memendek. Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup
bulan. Berasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi
menjadi 3, yaitu :
a. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37
minggu.
b. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34
minggu.
c. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang
dari 28 minggu.
Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan,
terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir.
Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan
mortalitas neonatus.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya kelahiran prematur biasanya tidak diketahui.
15% dari kelahiran prematur ditemukan pada kehamilan ganda (di dalam
rahim terdapat lebih dari 1 janin). Di negeri maju angka kejadian kelahiran
bayi prematur ialah sekitar 6% - 7%, sedangkan di negeri yang sedang
berkembang angka kematian ini kurang lebih 3X lipat.
a. Faktor Maternal Toksenia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik,
misalnya diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan
adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus,
misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark
dari plasenta.
b. Faktor Fetal Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi antosomal),
fetus multi ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996). Faktor yang
berhubungan dengan kelahiran premature :
1) Kehamilan
a) Malformasi Uterus
b) Kehamilan ganda
c) TI. Servik Inkompeten
d) KPD
e) Pre eklamsia
f) Riwayat kelahiran premature
g) Kelainan Rh
2) Penyakit
a) Diabetes Maternal
b) Hipertensi Kronik
c) UTI
d) Penyakit akut lain
3) Sosial Ekonomi
a) Tidak melakukan perawatan prenatal
b) Status social ekonomi rendah
c) Malnutrisi
d) Kehamilan remaja

Faktor Resiko Persalinan Prematur :

1) Resiko Demografik
a) Ras
b) Usia (40 tahun)
c) Status sosio ekonomi rendah
d) Belum menikah
e) Tingkat pendidikan rendah
2) Resiko Medis
a) Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
b) Abortus trimester kedua (lebihdari 2x abortus spontan atau
elektif)
c) Anomali uterus
d) Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
e) Resiko kehamilan saat ini : Kehamilan multi janin,
Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah plasenta
(misal :plasentaprevia, solusioplasenta), pembedahan abdomen,
infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks,
KPD, anomaly janin.
3) Resiko Perilaku dan Lingkungan
a) Nutrisi buruk
b) Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
c) Penyalah gunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
d) Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
4) Faktor Resiko Potensial
a) Stres
b) Iritabilitas uterus
c) Peristiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
d) Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
e) Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
f) Defisiensi progesteron
g) Infeksi
c. Permasalahan pada ibu saat kehamilan :
1) Penyakit/kelainan seperti hipertensi, toxemia, placenta previa,
abruptio placenta, incompetence cervical, janin kembar, malnutrisi
dan diabetes mellitus
2) Tingkat sosial ekonomi yang rendah dan prenatal care yang tidak
adekuat
3) Persalinan sebelum waktunya atau induced aborsi
4) Penyalahgunaan konsumsi pada ibu seperti obat-obatan terlarang,
alkohol, merokok dan caffeine.
3. Klasifikasi
a. Persalinan prematur murni sesuai dengan definisi WHO
Batasan Kriteria Keterangan
Sangat premature  Usia kehamilan 24-30 Sangat sulit untuk hidup,
minggu kecuali dengan inkubator
 BB bayi 1000-1500 g canggih. Dampak sisanya
menonjol,terutama pada IQ
nerologis dan pertumbuhan
fisiologis
Premature sedang  Usia kehamilan 31-36 Dengan perawatan cangih
minggu masih mungkin hidup tanpa
 BB bayi 1501-2000 g dampak sisa yang berat
Premature  Usia kehamilan 36-38 Masih sangat mungkin
borderline mingu hidup tampa dampak sisa
 Berat bayi 2001-2499 yang berat.
g Perhatikan kemungkinan :
 Lingkaran kepala 33 - Ganguan napas
cm - Daya isap lemah

 Lingkaran dada 30 cm - Tidak tahan terhadap

 Panjang badan sekitar hipotermia

45cm - Mudah terjadi infeksi

b. Persalinan prematur berdasarkan pengolangan faktor penyebab


Penggolongan Kriteria Keterangan
Golongan 1 Dapat terjadi prematur Kejadian persalinan
teratur tidak menimbulkan prematur sangat jarang
proses “rekuren” berulang dengan sebab yang
- solusio plasenta sama.
- plasenta previa
- hidramnion
/oligohidromnion
- kehamilan ganda
Golongan 2 - resiko kejadian - sebagian masih dapat
persalinan prematur diupayakan untuk
tidak dapat dikontrol dikendalikan
oleh penderita sendiri - anomali alat reproduksi
- hamil usia muda ,tua sebagian sulit
(umur kurang 18 tahun dikendalikan sekalipun
atau diatas 40tahun ) dengan tindakan operasi
- terdapat anomali alat
reproduksi
Golongan 3 faktor yang menimbulkan Permasalahan yang dihadapi
pesalinan prematur dapat golongan 3, sebagian besar
dikendalikan sehinga beraspek sosial sehingga
kejadian prematur dapat perannya sebagai faktor
diturunkan : pemicu persalinan prematur
1. Kebiasaan : dapat dikendalikan:
a. Merokok - Kemampuan
b. Kebiasaan kerja pengendalian faktor
keras, kurang tidur sosial yang berada
dan istirahat ditengah masyarakat
2. Keadaan social ,merupakan program
ekonomi yang obstetri sosial
menyebabkan - Keberhasilann ya akan
konsumsi gizi nutrisi dapat dirasakan
rendah. masyarakan dan
3. Kenali berat badan ibu mempunyai nilai untuk
hamil yang kurang meningkatkan
4. Anomali serviks, kemampuan
serviks inkompeten memberikan pelayanan
bermutu dan
menyeluruh , sebagai
stategi sosial.

4. Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara
jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada
ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya
perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama
kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi
pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus
kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda,
mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga
menyebabkan terjadinya bayi prematur.
Faktor tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta
menurun dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi
lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum
matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat
khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.
Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat
menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal ini disebabkan
karena respon menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat
menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stress dingin atau suhu
lingkungan rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respons
terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin
yang menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak cokelat untuk
menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Sterss
dingin dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan
hipoglikemia.
Peningkatan metabolisme sebagai respons terhadap stress dingin akan
meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia
tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang ( hipoksia)
dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun
akibat berkurangnya oksigen darah dan kelaina paru (paru yang imatur).
Keadaan ini dapat sedikit terolong oleh haemoglobin fetal ( HbF) yang
dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lebih
lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stress akan direspons oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan
ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaan ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob
yang menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaandengan
metabolisme lemak cokelat yang menghasilkan asam sehingga
meningkatkan konstribusi terjadinya asidosis. Kegiatan metabolisme
anaerob menghilangkan glikogen lebih banyak dari pada metabolisme
aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini terjadi
terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit, sesudah kelahiran
pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat.
Bayi prematur umurnya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup
karena struktur anatomi atau fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya
belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut
berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan
mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi prematur dan
imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal,
karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur, kurangnya
cadangan glikogen dan lemak cokelat sebagai sumber kalori. Tidak ada
atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih
luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak.
Respons menggigil pada bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak
dapat meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol
refleks kapiler kulit juga masih kurang.
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Bayi Prematur adalah :
a. Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
b. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
c. Lingkaran dada kurang dari 30 cm
d. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala relative lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltic
usus
g. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul
apnea
h. Reflek tonik leher lemah danr efleks morro positif
i. Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora belum tertutup labia mayora
j. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya
lemah.
k. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit
l. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan reflex
hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif
m. Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
sehingga seolah- olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga
(Surasmi, 2003)
n. Pergerakannya kurang dan masih lemah, pernapasan belum teratur
o. Otot-otot masih hipotonik
p. Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit
q. Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit
r. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagalnapas)
s. Kepala tidak mampu tegak
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
b. Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
c. Pemantauan gas darah arteri
d. Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg
dan kadar PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94
%.
e. Kimia darah sesuai kebutuhan
1) Hb (Hemoglobin) Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 –
22,5 gr/dl
2) Ht (Hematokrit) Ht normal berkisar 45% - 53%
3) LED darah lengkap untuk anak – anak Menurut :  Westerfreen : 0
– 10 mm/jam  Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
4) Leukosit (SDP) Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm
jumlah SDP bervariasi dari 6.000 – 225.000/ mm³.
5) Trombosit Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
6) Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu) Adalah 14 –
27 mEq/ L
7) Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari) Adalah 4,0
– 6,6 juta/mm³
8) MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel MCV darah lengkap : 95 –
121 µm³
9) Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
10) Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
11) Penyimpangan darah tali pusat
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan
suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian
oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan vitamin dan zat
besi.
1) Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia
bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas
disebabkan oleh permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila
dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk
mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup
hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen
paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.
Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi
dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator
berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu
incubator dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat
badan 2 kg dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di
dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C.
Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol – botol hangat
disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat
tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh
bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan memakai alat “perspexheat
shield” yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini
digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir –
akhir ini telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan
alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di
kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism.
Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat
yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat
untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini
mungkin untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan
tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya
sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan
tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
2) Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat
diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature.
Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature
berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama
kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangant premature.
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan
premature.
Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan
bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi
prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi
untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi
refluks, peristaltik lambat. Agar ibu yang melahirkan prematur
dapat berhasil memberikan ASI perlu dukungan dari keluarga dan
petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan ASI perah
dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan
sendok, pipet ataupun pipa lambung. Bayi prematur dengan berat
lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat langsung disusukan
kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI belum
mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 –
10 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram
(32 – 34 minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan
sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12
kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30
– 31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu
diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
3) Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum
sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim
pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan
protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar
berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi
dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai
pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum
pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung. Hal ini perlu
untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah
muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap
sebelum pemberian minum berikutnya.
Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih
dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari
1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol,
terutama pada hari – hari pertama, maka bayi diberi minum melalui
sonde lambung (orogastrik intubation). Jumlah cairan yang
diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan jumlahnya
dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya
cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari
dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
4) Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini
disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang,
relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis
serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal
memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi,
kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal
dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi
tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin
kebersihannya.
Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik
dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering
terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan,
dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah
itu maka perlu dilakukan :
a) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan
bayi yang tidak terkena infeksi
b) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang
bayi
c) Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai
lagi (paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1
minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)
d) Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
e) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
f) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian
yang telah disediakan
g) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat
bayi
h) Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
i) Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
5) Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi
mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum
bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan
menggunakan pipet.
6) Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada
bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu
menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih
cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
7) Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan
membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah
suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya
sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang
menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh
pulang kalau beratnya mencapai 2 kg kendati sebenarnya berat
badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara
umum.(Didinkaem, 2007).
b. Perawatan di rumah
1) Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun
dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi
prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang
proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan
ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum
ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat
pertumbuhan berat anak
2) Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh
yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan
supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau
penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati
kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
3) Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi.
Karenanya orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil
supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan
terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum
memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar
4) BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah
disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi
tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan
BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera
membawanya ke dokter.
5) Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat,
mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan
perbedaan warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan
berwarna cerah.
9. Komplikasi
a. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera menangis
secara spontan dan teratur stelah lahir.
b. Hipotermia
Hipotermia adalah peristiwa kehilangan panas yang terjadi bila suhu
tubuh bayi turun di bawah suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5oC
- 37oC (suhu aksila).Gejala hipotermia apabila suhu < 36 oC atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin.Hipotermia menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan
terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen,
mengakibatkan hipoksemia dapat berlanjut dengan kematian.
c. Infeksi
Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi.Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatifbelum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan belum baik.
d. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis,
peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi
dan syok.
e. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea,
dan faring.
f. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
g. Necrotizing Enterocolitas (NEC)

B. KONSEP BBLSR (BERAT BADAN LAHIR SANGAT RENDAH)


1. Definisi
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan dibawah kurang dari 1500 gram (Indrasanto, 2018).
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (Idai,
2012).
2. Etiologi
Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur
kehamilan antara 28-36 minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan
(KMK) karena adanya hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan
(janin tumbuh lambat/intra uterine growth retardation) atau kombinasi
keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan
walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan, fungsi
organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang
baik (Gomella TL, 2019).
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang
rendah, usia ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur,
perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi
kecil masa kehamilan antara lain ibu kurang gizi, hipertensi, toksemia,
anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan merokok. Retardasi
pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin bervariasi
tergantung dari cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat
gangguan tersebut terjadi (Kiess N, 2019).
3. Patofisiologi
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor
janin, faktor plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat
menyebabkan sindrom aspirasi mekonium yaitu bayi bisa mengalami
asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus, cairan amnion bercampur
dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat
beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas.
Dapat terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan
defesiensi albumin gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin
pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh
dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan
lamanya asfiksia.
4. Pathway

WOC BBLSR

5. Manifestasi Klinis
a. Sebelum bayi baru lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
3) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia
menurut yang seharusnya
4) Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
2) Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
3) Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterine
4) Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya (Nanda, 2013).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
b. Urinalisis
c. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta.
d. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti
rasio lesitin sfingomielin, surfaktan.
7. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang
dapat terjadi maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas ditujukan
pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi, dan menghindari
infeksi.
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas
badannya mendekati dalam rahim.
b. Makanan bayi prematur/BBLSR
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan mengisap cairan lambung. Reflek mengisap masih lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang
paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila
faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60
cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200
cc/kgBB/hari.
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLSR).
d. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh
8. Komplikasi
a. Hipotermi
b. Hipoglikemia
c. Ikterus / hiperbilirubin
d. Masalah nutrisi
e. Sepsis
f. MAS (Syndroma Aspirasi Meconium)

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian Fokus
a. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan.
b. Tanda-tanda Vital
Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh <
36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal
antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40-60 kali
permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur
(Potter Patricia A, 1996 : 87).
c. Kardiovaskuler
1) Denyut jantung rata - rata 120 - 16 permenit pada bagian apekal
dengan ritme yang teratur.
2) Pada saat kelahiran : kebisingan jantung terdengar pada setengah
bagian interkostal yang menunjukan aliran dari kanan ke kiri
karena hipertensi atau atetektasis paru.
d. Gastrointestinal
1) Penonjolan abdomen dan pengeluaran mekonuim terjadi dalam
waktu 12 jam
2) Reflek menelan dan menghisap lemah - Ada atau tidaknya anus,
ketidak normalan kogenital lain.
e. Integumen
1) Kulit berwarna merah, merah muda, kekuning – kuningan. sianosis
atau campuran bermacam warna.
2) Sedikit vernik kaseosa
3) Rambut lanugo disekitar / disekujur tubuh
4) Kurus, kulit tampak transparan, halus dan mengkilap
5) Edema yang menyeluruh ,atau dibagian tertentu yang terjadi saat
kelahiran.
6) Kuku pendek,belum melewati ujung jari, rambut jarang mungkin
tidak ada sama sekali
7) Pteki atau ekimosis
f. Muskuloskeletal
1) Tulang kjatilago telinga belum tumbuh denagn sempurna,lembut
dan lunak
2) Tulang tengkorak dan tulang rusuk lunak
3) Gerakan lemah dan tidak agresif
g. Neurologis
1) Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten,
gerak kembalinya hanya berkembang sebagian.
2) Menelan,menghisap dan batuk sangat lemah atau tidak efektif
3) Tidak ada atau menurunnya tanda neurologis
4) Mata mungkin tertutup atau mengatup apabila umur kehamilan
belum mencapai 25 – 26 minggu
5) Suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermi
6) Gemetar, kejang dan mata berputar-putar biasaya bersifat
sementara tetapi mungkin juga ini mengindikasikan adanya
kelainan neurologis.
h. Pernafasan
1) Jumlah penafasan rata - rata 40 – 60 permenit dibagi dengan
periode apnea
2) Pernafasan tidak teratur dengan flaring nasal (nasal melebar)
dengkuran, retraksi (interkostal,supra sternal,substernal)
3) Terdengar suara gemerisik pada auskultasi paru – paru
i. Ginjal
1) Berkemih setelah 8 jam kelahiran
2) Ketidak mampuan untuk melarutkan ekskresi kedalam urine
j. Reproduksi
1) Bayi perempuan klitoris menonjol, labia mayora belum
berkembang
2) Bayi laki – laki skrotum yanag menonjol dengan rugae kecil.testis
belum turun di skrotum
k. Aktivitas / Istirahat
Bayi sadar mungkin 2 – 3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-
rata 20 jam dan tangis masih lemah, tidak aktif, tremor.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
ekspansi paru
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
c. Defisit nutrisi berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat
besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang
adekuat
d. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh
e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
3. Intervensi Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif (D.0005)
Luaran : Pola Napas Membaik (L.01004)
Intervensi : Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi :
1) Monitor frekuensi, irama kedalaman dan upaya napas
2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kusmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
3) Monitor kemampuan batuk efektif
4) Monitor adanya produksi sputum
5) Monitor adanya sumbatan jalan napas
6) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7) Auskultasi bunyi napas
8) Monitor saturasi oksigen
9) Monitor nilai AGD
Terapeutik :
10) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
11) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi :
12) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
13) Informasikan hasil pemantauan
b. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
Luaran : Pertukaran Gas Meningkat (L.01003)
Intervensi : Terapi Oksigen (01026)
Observasi :
1) Monitor kecepatan aliran oksigen
2) Monitor posisi alat terapi oksigen
3) Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.oxymetri, analisa gas
darah), jika perlu
4) Monitor tanda-tanda hipoventilasi
5) Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik :
6) Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
7) Pertahankan kepatenan jalan napas
8) Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
9) Berikan oksigen tambahan, jika perlu
Kolaborasi :
10) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
11) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
c. Defisit nutrisi (D.0019)
Luaran : Status Nutrisi Membaik (L.03030)
Intervensi : Konseling Laktasi (I.03093)
Observasi :
1) Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan konseling
menyusui
2) Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui
3) Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui
Terapeutik :
4) Gunakan teknik mendengarkan aktif
5) Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar
Edukasi :
6) Ajarkan teknik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu
d. Hipotermi (D.0131)
Luaran : Termoregulasi Membaik (L.14134)
Intervensi : Manajemen Hipotermia (I.14507)
Observasi :
1) Monitor suhu tubuh
2) Identifikasi penyebab hipotermia
3) Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia
Terapeutik :
4) Sediakan lingkungan yang hangat
5) Ganti pakaian dan/atau linen yang basah
6) Lakukan penghangatan pasif (mis.selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
7) Lakukan penghangatan, aktif eksternal
8) Lakukan penghangatan aktif internal
Edukasi :
9) Anjurkan makan/minum hangat
e. Risiko infeksi (D.0142)
Luaran : Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)
Intervensi : Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi :
1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Terapeutik :
2) Batasi jumlah pengunjung
3) Berikan perawatan kulit pada area edema
4) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
5) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi :
6) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
8) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
9) Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan bedasarkan analisis dan kesimpulan
perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.Tindakan
kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain (Mitayani,
2012).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan ibu dengan
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. (Miyatani,
2012)
DAFTAR PUSTAKA

Hanifah. 2014. Perawatan Pediatric. Jakarta : TUSCA

Hidayat, Alimul A. 2015. Pengantar IlmuKeperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba


Medica.

NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification.

Philadelphia Prawirohardjo, 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria


Hasil, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi I. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai