Disusun Oleh :
Kelompok 3
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dan United
Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF), adapun
presentase bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di negara berkembang
(16,5 %) dua kali lebih besar dari pada negara maju(7%). Tahun 2013 sekitar
22 juta bayi dilahirkan di dunia, dimana 16% diantaranya lahir dengan berat
badan lahir rendah (Septiani, R, 2015:1). Menurut data Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) dan WHO, Indonesia
adalah salah satu negara berkembang yang memiliki peran penting dalam
perekonomian dunia, menempati urutan ketiga sebagai negara dengan
prevalensi BBLR tertinggi (11,1%), setelah India (27,6%) dan Afrika Selatan
(13,2%).Selain itu, Indonesia (11,1%) turut menjadi negara kedua dengan
prevalensi BBLR tertinggi diantara negara Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) lainnya, setelah Filipina (21,2%) (OECD, dkk, 2013).
Menurut data WHO kematian bayi yang baru lahir atau neonatal
mencakup 45% kematian diantara anak-anak dibawah 5 tahun. Mayoritas dari
semua kematian neonatal, 75% terjadi pada minggu pertama kehidupan dan
antara 25% sampai 45% terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
kematian bayi 2 baru lahir adalah prematuritas 28% dari berat lahir rendah,
infeksi 36%, asfiksia23% dan trauma kelahiran. Penyebab ini menyebabkan
hampir 80% kematian pada kelompok usia ini (WHO, 2016:3).
Kelahiran prematur adalah penyebab langsung kematian bayi yang
paling umum. Kelahiran prematur dan kecil usia gestasi penyebab Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR menyumbang 60% sampai 80% dari
semua kematian neonatal. Prevalensi global BBLR adalah 15,5% yang
berjumlah sekitar 20 juta bayi BBLR yang lahir setiap tahun, 96,5% di negara-
negara berkembang (WHO, 2016:3). Berdasarkan hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN)
pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan
AKN berdasarkan SDKI tahun 2007 dan hanya menurun 1 poin dibanding
SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,
2016:125).
Hasil pengumpulan data profil kesehatan tahun 2014 jumlah kematian
bayi menjadi 1.056 bayi atau 7.23 per 1000 kelahiran hidup maka masih perlu
peran dari semua pihak yang terkait dalam rangka penurunan angka tersebut
sehingga target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya penurunan
angka kematian dapat tercapai. Berdasarkan data angka kematian neonatal
atau baru lahir hingga usia 28 hari, bayi dan balita di Indonesia, sekitar 56
persen kematian bayi terjadi pada masa neonatal dan beberapa penyebab
kematian bayi dapat bermula dari masa kehamilan (Dinas Kesehatan Sulawesi
Selatan, 2015:20&24). 4 Penyebab kematian bayi yang terbanyak adalah
disebabkan karena pertumbuhan janin yang lambat,kekurangan gizi pada
janin, kelahiran prematur dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sedangkan
penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah kejadian kurangnya
oksigen dalam rahim (hipoksia intra uterus) dan kegagalan nafas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia
lahir) (Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan, 2015:20).
Indonesia kejadian BBLR bervariasi, secara nasional berdasarkan hasil
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 – 2003 kejadian
BBLR sebesar 6%. Di Kabupaten Gowa pada tahun 2012 tercatat bahwa
jumlah Bayi 5 Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 255 orang (2% dari total
bayi lahir) yang tertangani sebanyak 255 orang (100%). Pada tahun 2013
tercatat bahwa jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 286 dari
8.139 Bayi Baru Lahir (BBL) yang ditimbang (3,5%). Sedangkan pada tahun
2014 jumlah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 342 dari 9.828 Bayi
Baru Lahir (BBL) yang ditimbang (3,5%) (Dinas Kesehatan Kabupaten
Gowa,2015:44-45). Mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi
preterm/prematur masih sangat tinggi.
Penyebab persalinan preterm seperti faktor pada ibu, faktor janin dan
plasenta, ataupun faktor lain seperti seperti sosioekonomik. Angka kejadian
persalinan preterm pada umumnya adalah sekitar 6-10%. Hanya 1,5%
persalinan terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu dan 0,5% pada
kehamilan kurang dari 28 minggu. Namun, kelompok ini merupakan
duapertiga dari kematian neonatal (Saifuddin, AB, dkk, 2014:667-668).
Penelitian lain menunjukkan bahwa umur kehamilan dan berat bayi lahir
saling berkaitan dengan risiko kematian perinatal.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi BBLSR
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep premature
b. Mengidentifikasi konsep BBLSR
c. Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada bayi BBLSR
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Resiko Demografik
a) Ras
b) Usia (40 tahun)
c) Status sosio ekonomi rendah
d) Belum menikah
e) Tingkat pendidikan rendah
2) Resiko Medis
a) Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya
b) Abortus trimester kedua (lebihdari 2x abortus spontan atau
elektif)
c) Anomali uterus
d) Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi)
e) Resiko kehamilan saat ini : Kehamilan multi janin,
Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah plasenta
(misal :plasentaprevia, solusioplasenta), pembedahan abdomen,
infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks,
KPD, anomaly janin.
3) Resiko Perilaku dan Lingkungan
a) Nutrisi buruk
b) Merokok (lebih dari 10 rokok sehari)
c) Penyalah gunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain)
d) Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal
4) Faktor Resiko Potensial
a) Stres
b) Iritabilitas uterus
c) Peristiwa yang mencetuskan kontraksi uterus
d) Perubahan serviks sebelum awitan persalinan
e) Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat
f) Defisiensi progesteron
g) Infeksi
c. Permasalahan pada ibu saat kehamilan :
1) Penyakit/kelainan seperti hipertensi, toxemia, placenta previa,
abruptio placenta, incompetence cervical, janin kembar, malnutrisi
dan diabetes mellitus
2) Tingkat sosial ekonomi yang rendah dan prenatal care yang tidak
adekuat
3) Persalinan sebelum waktunya atau induced aborsi
4) Penyalahgunaan konsumsi pada ibu seperti obat-obatan terlarang,
alkohol, merokok dan caffeine.
3. Klasifikasi
a. Persalinan prematur murni sesuai dengan definisi WHO
Batasan Kriteria Keterangan
Sangat premature Usia kehamilan 24-30 Sangat sulit untuk hidup,
minggu kecuali dengan inkubator
BB bayi 1000-1500 g canggih. Dampak sisanya
menonjol,terutama pada IQ
nerologis dan pertumbuhan
fisiologis
Premature sedang Usia kehamilan 31-36 Dengan perawatan cangih
minggu masih mungkin hidup tanpa
BB bayi 1501-2000 g dampak sisa yang berat
Premature Usia kehamilan 36-38 Masih sangat mungkin
borderline mingu hidup tampa dampak sisa
Berat bayi 2001-2499 yang berat.
g Perhatikan kemungkinan :
Lingkaran kepala 33 - Ganguan napas
cm - Daya isap lemah
4. Patofisiologi
Penyebab terjadinya kelahiran bayi prmatur belum diketahui secara
jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada
ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya
perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama
kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi
pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus
kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda,
mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga
menyebabkan terjadinya bayi prematur.
Faktor tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta
menurun dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi
lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum
matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat
khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.
Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat
menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal ini disebabkan
karena respon menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat
menambah aktivitas. Sumber utama kalori bila ada stress dingin atau suhu
lingkungan rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respons
terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin
yang menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak cokelat untuk
menghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Sterss
dingin dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan
hipoglikemia.
Peningkatan metabolisme sebagai respons terhadap stress dingin akan
meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia
tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang ( hipoksia)
dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun
akibat berkurangnya oksigen darah dan kelaina paru (paru yang imatur).
Keadaan ini dapat sedikit terolong oleh haemoglobin fetal ( HbF) yang
dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lebih
lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.
Stress akan direspons oleh bayi dengan melepas norepinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi paru. Akibatnya, menurunkan keefektifan
ventilasi paru sehingga kadar oksigen darah berkurang. Keadaan ini
menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan glikolisis anaerob
yang menyebabkan peningkatan asam laktat, kondisi ini bersamaandengan
metabolisme lemak cokelat yang menghasilkan asam sehingga
meningkatkan konstribusi terjadinya asidosis. Kegiatan metabolisme
anaerob menghilangkan glikogen lebih banyak dari pada metabolisme
aerob sehingga mempercepat terjadinya hipoglikemia. Kondisi ini terjadi
terutama bila cadangan glikogen saat lahir sedikit, sesudah kelahiran
pemasukan kalori rendah atau tidak adekuat.
Bayi prematur umurnya relatif kurang mampu untuk bertahan hidup
karena struktur anatomi atau fisiologi yang imatur dan fungsi biokimianya
belum bekerja seperti bayi yang lebih tua. Kekurangan tersebut
berpengaruh terhadap kesanggupan bayi untuk mengatur dan
mempertahankan suhu badannya dalam batas normal. Bayi prematur dan
imatur tidak dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal,
karena pusat pengatur suhu pada otak yang belum matur, kurangnya
cadangan glikogen dan lemak cokelat sebagai sumber kalori. Tidak ada
atau kurangnya lemak subkutan dan permukaan tubuh yang relatif lebih
luas akan menyebabkan kehilangan panas tubuh yang lebih banyak.
Respons menggigil pada bayi kurang atau tidak ada, sehingga bayi tidak
dapat meningkatkan panas tubuh melalui aktivitas. Selain itu kontrol
refleks kapiler kulit juga masih kurang.
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Bayi Prematur adalah :
a. Berat lahir sama dengan atau kurang dari 2.500 gram
b. Panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm
c. Lingkaran dada kurang dari 30 cm
d. Lingkaran kepala kurang dari 33 cm
e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
f. Kepala relative lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lanugonya banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltic
usus
g. Tangisnya lemah dan jarang, pernafasan tidak teratur dan sering timbul
apnea
h. Reflek tonik leher lemah danr efleks morro positif
i. Alat kelamin pada bayi laki- laki pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis belum turun kedalam skrotum. Untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora belum tertutup labia mayora
j. Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannnya
lemah.
k. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit
l. Fungsi saraf yang belum atau kurang matang mengakibatkan reflex
hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif
m. Tulang rawan dan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
sehingga seolah- olah tidak teraba tulang rawan dan daun telinga
(Surasmi, 2003)
n. Pergerakannya kurang dan masih lemah, pernapasan belum teratur
o. Otot-otot masih hipotonik
p. Pernapasan sekitar 45 sampai 50 kali per menit
q. Frekuensi nadi 100 sampai 140 kali per menit
r. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea (gagalnapas)
s. Kepala tidak mampu tegak
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia
b. Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl
c. Pemantauan gas darah arteri
d. Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg
dan kadar PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94
%.
e. Kimia darah sesuai kebutuhan
1) Hb (Hemoglobin) Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 –
22,5 gr/dl
2) Ht (Hematokrit) Ht normal berkisar 45% - 53%
3) LED darah lengkap untuk anak – anak Menurut : Westerfreen : 0
– 10 mm/jam Wintrobe : 0 – 13 mm/jam
4) Leukosit (SDP) Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm
jumlah SDP bervariasi dari 6.000 – 225.000/ mm³.
5) Trombosit Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³.
6) Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu) Adalah 14 –
27 mEq/ L
7) Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari) Adalah 4,0
– 6,6 juta/mm³
8) MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM
MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel MCV darah lengkap : 95 –
121 µm³
9) Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
10) Pemeriksaan sinar sesuai kebutuhan
11) Penyimpangan darah tali pusat
8. Penatalaksanaan
a. Perawatan di Rumah Sakit
Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan
suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian
oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan vitamin dan zat
besi.
1) Pengaturan suhu
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia
bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas
disebabkan oleh permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila
dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di
bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk
mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup
hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen
paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal.
Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi
dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapta
mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator
berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi
diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu
incubator dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat
badan 2 kg dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di
dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C.
Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan
membungkus bayi dan meletakkan botol – botol hangat
disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat
tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh
bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan memakai alat “perspexheat
shield” yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini
digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir –
akhir ini telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan
alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di
kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism.
Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat
yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat
untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini
mungkin untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan
tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya
sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan
tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
2) Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat
diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature.
Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature
berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama
kurang lebih 4 minggu. Jadi apabila bayi lahir sangant premature.
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan
premature.
Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan
bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi
prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi
untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi
refluks, peristaltik lambat. Agar ibu yang melahirkan prematur
dapat berhasil memberikan ASI perlu dukungan dari keluarga dan
petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan ASI perah
dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan
sendok, pipet ataupun pipa lambung. Bayi prematur dengan berat
lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat langsung disusukan
kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI belum
mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 –
10 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram
(32 – 34 minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan
sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12
kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30
– 31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu
diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
3) Makanan bayi
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum
sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim
pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan
protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar
berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi
dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai
pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita
hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum
pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung. Hal ini perlu
untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah
muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap
sebelum pemberian minum berikutnya.
Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih
dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari
1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol,
terutama pada hari – hari pertama, maka bayi diberi minum melalui
sonde lambung (orogastrik intubation). Jumlah cairan yang
diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan jumlahnya
dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya
cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari
dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
4) Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini
disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang,
relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis
serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal
memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi,
kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal
dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi
tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin
kebersihannya.
Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik
dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering
terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan,
dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah
itu maka perlu dilakukan :
a) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan
bayi yang tidak terkena infeksi
b) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang
bayi
c) Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai
lagi (paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1
minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik)
d) Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
e) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
f) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian
yang telah disediakan
g) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat
bayi
h) Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
i) Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
5) Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi
mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum
bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan
menggunakan pipet.
6) Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada
bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu
menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih
cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
7) Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan
membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah
suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya
sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang
menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh
pulang kalau beratnya mencapai 2 kg kendati sebenarnya berat
badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara
umum.(Didinkaem, 2007).
b. Perawatan di rumah
1) Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun
dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi
prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang
proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan
ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum
ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat
pertumbuhan berat anak
2) Jaga suhu tubuhnya
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh
yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan
supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau
penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati
kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
3) Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi.
Karenanya orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil
supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan
terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum
memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar
4) BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah
disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi
tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan
BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera
membawanya ke dokter.
5) Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat,
mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan
perbedaan warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan
berwarna cerah.
9. Komplikasi
a. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera menangis
secara spontan dan teratur stelah lahir.
b. Hipotermia
Hipotermia adalah peristiwa kehilangan panas yang terjadi bila suhu
tubuh bayi turun di bawah suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5oC
- 37oC (suhu aksila).Gejala hipotermia apabila suhu < 36 oC atau
kedua kaki dan tangan teraba dingin.Hipotermia menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan
terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen,
mengakibatkan hipoksemia dapat berlanjut dengan kematian.
c. Infeksi
Bayi prematur mudah sekali diserang infeksi.Ini disebabkan oleh
karena daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang, relatifbelum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan belum baik.
d. Sindrom Gawat Napas (RDS)
Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis,
peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi
dan syok.
e. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea,
dan faring.
f. Duktus Arteriosus Paten (PDA)
g. Necrotizing Enterocolitas (NEC)
WOC BBLSR
5. Manifestasi Klinis
a. Sebelum bayi baru lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
3) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia
menurut yang seharusnya
4) Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
2) Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
3) Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterine
4) Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya (Nanda, 2013).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
b. Urinalisis
c. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta.
d. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti
rasio lesitin sfingomielin, surfaktan.
7. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang
dapat terjadi maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas ditujukan
pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi, dan menghindari
infeksi.
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas
badannya mendekati dalam rahim.
b. Makanan bayi prematur/BBLSR
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului
dengan mengisap cairan lambung. Reflek mengisap masih lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang
paling utama, sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila
faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan
dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60
cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200
cc/kgBB/hari.
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLSR).
d. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh
8. Komplikasi
a. Hipotermi
b. Hipoglikemia
c. Ikterus / hiperbilirubin
d. Masalah nutrisi
e. Sepsis
f. MAS (Syndroma Aspirasi Meconium)