Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.F (GIP00)


DENGAN MASALAH “KETUBAN PECAH PREMATUR (KPP)”
Di Ruangan VK RSUD SIDOARJO
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Ners
Departemen Keperawatan Maternitas

Oleh:
Yustina mete
2007 1490 1813

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

PADA NY.F DENGAN “KEBUTUHAN PECAH PREMATUR (KPP)”

Oleh:

YUSTINA METE

200714901301813

Mengetahui,

Penguji Pendidikan

Penguji Lahan

_________________
A. Definisi KPP (Ketuban Pecah Prematur)
Ketuban pecah premature adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu
yaitubila pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 
cm ( Prawirohardjo.2011). Sedangkan menurut Yulaikhah (2011), ketuban
pecah premature adalah pecahnyaketuban sebelum terdapat tanda
persalinan, kondisi ini merupakan penyebab terbesar persalinan premature
dengan segala akibatnya.
Ketuban pecah prematur didefinisikan sebagai kebocoran spontan
cairan dari kantong amonium sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian
KPP dapat terjadi sebelum atau sesudah masa kehamian 40 minggu
(Yulaikah.2011)

B. Etiologi
Penyebab KPP masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara
pasti beberapalaporan menyebutkan factor-faktor yang berhubungan erat
dengan KPP, namun factor yanglebih berperan sulit diketahui (Nugroho,
2000 : Yanti.,2015).
1. Infeksi vagina atau serviks seperti : gonorrhea, stertococcus, group B
dan grandelavaginalis bacteriolis fragilis, lactobacilli, shaphylococus.
Bakteri ini melepaskanmediator inflamasi yang menyebabkan adanya
pembukaan dan perubahan serviksdan pecahnya selaput ketuban.
(Verney, 2002 )
2. Infeksi korroammomtis : demam korion dan amnion dini cairan ketuban
terkenainfeksi bakteri karioammomtis ini termasuk komplikasi yang dapat
berlanjut menjadisepsis ( Prawirohardjo, 2008 )
3. Riwayat KPP : beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali
akibatadanya penurunan kandungan kolagen dalam membrane sehingga
memicu terjadinyaKPP. ( Nugroho, 2011 )
4. Tekanan intra uterin yang mengangkat secara berlebihan (overdistensi
uterus),misalnya hidraminion dan gemeli, pada kehamilan kembar
sebelum 37 minggusering terjadikelahiran premature, sedangkan bila
lebih dari 37 minggu lebih seringmengalami KPP. ( Nugroho, 2011) 
5. Keadaan fetus yang abnormal, kelainan letak janin dan rahim. Misal :
letaksungsang/lintang.
6. Makrosomia : BB neonates > 4000 gram. Menimbulkan
overdistensi/uterus yangmenimbulkan uterus menipis/selaput
merangsang dan pecah. ( Winkjo, Sastro. 2006).
7. Faktor golongan darah
Gabungan darah ibu dan anak yang tidak sesuai dengan menimbulkan
kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan kulit ketuban
8. Hipermoftalitas uterus : kontraksi otot uterus rahim menjadi meningkat
yangmenekan selaput amnion

C. Tanda dan Gejala


Manifestasi ketuban pecah premature adalah (Yulaikah.2011):
1. Keluar air ketuban keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan sedekit-
sedikit atau banyak
2. Dapat disertai demam, demam bila sudah terjadi infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tidak ada dan air
ketuban kering
5. Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban/selaput
ketuban tidakada dan air ketuban sudah kering
6. Usia kehamilan vible (> 20 minggu)
7. Bunyi jantung bisa tetap normal
8.
D. Patofisiologi

Mekanisme ketuban pecah dini adalah diawali dengan terjadi


pembukaan prematureserviks lalu selaput ketuban menjadi tidak kuat
sebagai akibat kurangnya jaringan ikatdan vaskularisasi. Bila terjadi
pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemahdan mudah pecah
dan terjadi pengeluaran air ketuban dapat di percepat dengan infeksiyang
mengeluarkan enzim proteotik dan kolagenase.Banyak teori mulai dari defect
kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Padasebagian besar kasus
ternyata berhubungan dengan infeksi ( sampai 65%) hight
virulensi: bacteroides, how virulensi, lactobacillus. Kolagen terdapat pada
lapisan terdapat pada lapisan kompaktaamnion, fibroblast, jaringan retikuler
korion dan trofoblas. Sintesis degradasi jaringankolagen di control oleh
system aktifitas dan inhalasi interleukin –a (iL-1) dan prostaglandin. Jika ada
infeksi dan inflamasi terjadi peningkatan aktifitas iL-a dan prostaglandin,
menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi dipolimerasi kolagen
pada selaput korion 1 amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan (Taylor,2006 ; Yanti.,2015).
WOC Ketuban Pecah Prematur (KPP)

InkompetensiS ↑ Tekanan Kelainan letak PenyakitInfe Riwayat KPD


erviks Intrauteri janin dan rahim ksi sebelumnya

Dilatasi berlebih Ketegangan Tidak ada bagian yang Proses biomekanik


Komposis imembran
serviks uterus berlebih terendah yang bakteri mengeluarkan
menjadi mudah rapuh
menutupi pintu atas enzim proteolitik

Selaput ketuban Serviks tidak bisa panggul yang


menghalangi tekanan Kandungan kolagen yang
menonjol dan menahan tekanan
terhadap membrane Selaput ketuban semakin menurun pada
mudah pecah intrauteri
bagian bawah mudah pecah kehamilan berikutnya

Ketuban Pecah Prematur (KPP)

Air ketuban terlalu banyak keluar Kecemasan ibu Klien tidak Tidak adanya
terhadap mengetahui pelindung dunia
keselamatan janin penyebab dan luar dengan daerah
Distoksia (partus kering)
dan dirinya akibat KPP rahim

Laserasi pada jalan lahir


MK: Ansietas MK: Mudahnya
DefisiensiPen mikroorganisme
Mengiritasi nervuspudendalis MK:
getahuan masuk secaraa
ResikoInfek
sendens
Stimulus nyeri MK: NyeriAkut
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut (Adhadiat 2004 dalam Yanti.,2015) adalah:
1. Pemeriksaan leokosit/wbc, bila > 15000/ul kemungkinan telah terjadi infeksi
2. Ultrasonografi (usg)sangat membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak,
atau presentasi janin , berat janin, letak dan gradasi plasenta serta jumlah air
ketuban.
3. Monitor djj dengan funanduskup atau dopler atau dengan melakukan
pemeriksaankardiotokografi ( bila usia kehamilan >32 minggu )
4. Memeriksa adanya cairan yang berisi meconium, verniks kasseosa, rambut
lanugo/telah terinfeksi atau berbau
5. Inspekkulo
6. Gunakan kerta lakmus: bila menjadi baru(basa); air ketuban, merah(asam):urine
7. Pemeriksaan ph ferniks posterior pada prom ph adalah basa air ketuban
8. Pemeriksaan hispatologi air (ketuban)
9. Aborization dan sitology air ketuban

F. Penatalaksanaan
1. Pada kehamilan preterm berupa penanganan konservatif ntara lain:
a. Rawat di RS di tidurkan dalam posisi trendernbeg, tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjainya infeksi dalam kehamilan 
dirasakan bias mencapai 37 minggu
b. Berikan atibiotik ( ampicillin 4x500mg atau eritromisin bila tidak tahan
ampisilindan metronidazole 2x500 mg selama 7 hari.
c. Jika umur kehamilan <32-37 minggu berikan steroid, untuk memacu
kematangan paru janin, dan kaku memungkinkan periksa kadar lesitin dan sping
omielin tiapminggu. Sediaan terdiri atas betametason im 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali
d. Jika umur kehamilan <32 – 34 minggu di rawat selama air ketuban masih
keluar,atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
e. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum impart tidak ada infeksi, tes basa
( - ) beri dexametason, observasi tanda tanda infeksi, dan kesejahteraan janin.Te
rminasi pada usia kehamilan 37 minggu
f. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu tidak ada infeksi berikan
tokolitik( salbutamol), dexametason dan indikasi sesudah 24 jam
g. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu ada infeksi beri antibiotic dan lakukan
induksi
h. Nilai tanda tanda infeksi ( suhu leukosit tanda tanda infeksi intra uteri )
2. Pada kehamilan aterem berupa penanganan aktif antara lain :
a. Kehamilan lebih dari 37 minggu, induksi dengan oksitoksin, bila gagal
secsiocesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravagina tiap 6 jam
maksimal 4x
b. Bila ada tanda tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan di akhiri
1) Bila score pelviks kurang dari 5 lakukan pemotongan serviks kemudian
induksi, jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan secsio secaria
2) Bila score pelviks lebih dari 5 induksi persalinan partus per vagina.
3. Penatalaksanaan lanjutan
a. Kaji djj setiap jam dan suhu nadi setiap 2 jam, kenaikan suhu, seringkali di
ketahidengan kondisi ibu yang menggigil.
b. Lakukan djj , pemeriksaan djj setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan
yangadekuat sepanjang djj dalam batas normal.
c. Hindari pemeriksaan dalam yang tak perlu meminimalkan terjadinya infeksi
1) Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
2) Identifikasi bau, warna cairan yang ada di sarung tangan anda
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
A. Anamnesa
1. Data Demografi Klien:
Menanyakan Identitas klien seperti : nama, usia, jenis kelamin, suku / bangsa,
alamat, agama,tanggal MRS, jam MRS, nama suami, pendidikan, pekerjaan,
tanggal pengkajian.
2. Keluhan utama :
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau/ kecoklatan sedikit/
banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering,
inspeksikula tampak air ketuban mengalir/ selaput ketuban tidak ada dan air
ketuban sudah kering.
3. Riwayat haid :
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
4. Riwayat Perkawinan :Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa,
apakah perkawinan sah atau tidak, atautidak direstui dengan orang tua
5. Riwayat Obstetris :
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine,
keluhanselama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya
mengatasi keluhan, tindakandan pengobatan yang diperoleh
6. Riwayat penyakit dahulu:
Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang.
7. Riwayat kesehatan keluarga :
Riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yang menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh
keluarga.
8. Kebiasaan sehari-hari:
a. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan nafsu
makan,frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
b. Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah
pinggangsehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia(hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol blas,
terjadi over distensi blassatau tidak atau retensi urine karena rasa takut luka
episiotomi, apakah perlu bantuan saatBAK. Pola BAB, freguensi,
konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan
toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dankebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias
rambut dan wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD di
anjurkanuntuk bedresh total
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuatfresh dan relaks
B. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi
peningkatankarena respon dari terjadinya ketuban pecan prematur atau tanda-
tanda persalinan.
2. Head to toe
a. Rambut :  warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet2) 
b. Mata : sklera nya apakah ikterik/tdk, konjungtiva anemis/tidak, apakah
palpebraoedema/tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik/tidak, apakah
klien menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada umumnya ibu hamil
konjungtiva anemis3) 
c. Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen/tidak,
apakah klienmenggunakan alat bantu pendengaran/tidak, bagaimana fungsi
pendengaran klien baik/tidak 
d. Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung/tidak, apakah
terdapat serumen/tidak,apakah fungsi penciuman klien baik/tidak
e. Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab atau
kering,keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan,
apakah ada karies gigi/tidak,keadaan lidah klien bersih/tidak, apakah keadaan
mulut klien berbau/tidak. Pada ibu hamil padaumum nya berkaries gigi, hal itu
disebabkan karena ibu hamil mengalami penurunan kalsium
f. Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tiroid
g. Paru-paru
I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan,
apakah ada terdapatluka memar/lecet, frekuensi pernafasannya
P : apakah ada teraba massa/tidak , apakah ada teraba pembengkakan/tidak,
getaran dindingdada apakah simetris/tidak antara kiri dan kanan
P : bunyi Paru
A : suara nafas
h. Jantung
I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah terlihat/tidak
P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS%
Midclavikula
P : bunyi jantung
A : apakah ada suara tambahan/tidak pada jantung klien
i. Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk
PAP/belum
P : bunyi abdomen
A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar/tidak
j. Payudara : puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna aerola, kondisi
mamae, kondisiASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum

k. Ekstremitas
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada oedema/tidak
Bawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah oedema/tidak
l. Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema/tidak
pada daerah genitaliaklien
m. Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik/tidak
C. Pemeriksasan Penunjang
1. Pemeriksaan pH cairan ketuban
Cairan yang merembes tersebut diperiksa dengan kertas nitrazine, kertas ini
mengukur pH(asam-basa). pH normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH
cairan ketuban adalah 7,1-7,3.Tes tersebut dapat memiliki hasil positif yang
salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas,darah, semen, lendir leher rahim,
dan air seni.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
jumlah air ketubanyang terdapat di dalam rahim

II. DiagnosaKeperawatan
A. Resiko infeksi b.d jaringan yang terbuka
B. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d ketegangan otot rahim
C. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan tentang kondisi persalinan
D. intoleransi aktivitas b.d bedrest total

III. Intervensi
A. Resiko infeksi b.d jaringan yang terbuka
1. Tujuan: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan
masalah dapatteratasi
2. KH :
a. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Tidak demam, cairan amnion keluar, tidak berbau
3. Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan vagina awal
R: pemeriksaan berperan dalam insfeksi saluran asenden2.
b. Gunakan tehnik aseptic dalam pemeriksaan vagina
R: mencegah pertumbuhan bakteri dan kontaminasi vagina
c. Anjurkan perawatan perineum tiap 4 jam
R: menurunkan resiko infeksi
d. Pantau dan gambarkan karakteritik cairan amnion
R: pada infeksi, cairan amnion menjadi lebih kental dan kuning pekat
e. Observasi tanda-tanda vital
R: mengetahui keadaan umum klien
f. Berikan antibiotic sesuai indikasi
R: mengrasi resiko infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Yanti.,2015. KejadianKetubanPecahPremature.JurnalKebidanan. Vol 3 No 4
Achadiat. 2004. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta :EGC

Maunaba. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Nugroho. 2011. Sinopsis Obstetri Buku Kedokteran. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: FKUI

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed 4, Vol 1. Jakarta: EGC

Yulaikhah. 2009. Panduan Lengkap Kebidanan. Yogyakarta: Pallmall

Anda mungkin juga menyukai