Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus

Asuhan Keperawatan Post Partum Pada Ny.C


dengan Vacum ekstraksi di Ruang VK
Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Cirebon

Nama : Ai Nur Holillah


NIM : CKR0180042

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM
VACUM
A. Konsep Penyakit

I. Definisi

Ekstraksi vakum adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan ekstraksi
tenaga negatif (vakum) di kepalanya. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau ventouse.

Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi. Oleh karena
itu, kerjasama dan kemampuan ibu untuk mengekspresikan bayinya, merupakan faktor
yang sangat penting dalam menghasilkan akumulasi tenaga dorongan dengan tarikan ke
arah yang sama.

Tarikan pada kulit kepala bayi, dilakukan dengan membuat cengkraman yang dihasilkan
dari aplikasi tekanan negatif (vakum). Mangkuk logam atau silastik akan memegang kulit
kepala yang akibat tekanan vakum, menjadi kaput artifisial. Mangkuk dihubungkan
dengan tuas penarik (yang dipegang oleh penolong persalinan), melalui seutas rantai.

Ada 3 gaya yang bekerja pada prosedur ini, yaitu tekanan interauterin (oleh kontraksi),
tekanan ekspresi eksternal (tenaga mengedan), dan gaya tarik (ekstraksi vakum).

II. Etiologi

1. Teori-teori terjadinya persalinan menurut Manuaba (1998 : 158) :

a) Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu tertentu. Setelah
melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.

b) Teori penurunan progesterone


Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif
terhadap oksitosin.Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.

c) Teori oksitosin internal


Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posteriorPerubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim,
sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya
konsentrasi progesteron akibat besarnya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan
aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai
d) Teori prostaglandin
Teori prostaglandin meningkat sejak umur 15 minggu, yang dikeluarkan
oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot
rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan
terjadinya persalinan

e) Teori hipotalamus-pituatri dan glandula suprarenalis


Teori menunjukkan pada kehamilan dengan anersefalus, sering terjadi kelambatan
persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.Pemberian kortikosteroid yang dapat
menyebabkan maturitas janin, induksi mulainya persalinan. Glandula
suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.

2. Indikasi dilakukan vakum ekstraksi menurut (Prawirohardjo, 2000 : 82)


a) Untuk mempercepat kala II misalnya : penyakit jantung kompensta, penyakit paru-
paru fibrotik.
b) Waktu kala II yang memanjang
c) Gawat janin (masih kontroversi)
d) Kelelahan ibu
e) Partus tak maju
3. Penyebab lambatnya kala II menurut (Simkin, 2005 : 13)
a) Posisi dan strategi lain untuk dugaan janin oksiput posterior atau oksiput
transversal menetap.
b) Diduga disproporsi kepala panggul (CPD).
c) Diduga terjadi distasia emosional

III. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis masa nifas menurut Depkes (2004 : 6)


1. Adaptasi fisik
a) Tanda-tanda vital
Pada 24 jam pertama suhu meningkat hingga 38°C sebagai akibat efek dehidrasi selama
persalinan. Pada hari ke-2 sampai sepuluh suhu meningkat karena adanya infeksi
kemungkinan mastitis infeksi infeksi traktus urinarius. Periode 6-8 hari sering terjadi
bradikadi.
b) Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah ibu harus kembali stabil sesudah melahirkan. Berkeringat dan menggigil
disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, komponen darah yang meliputi haemoglobin,
hematokrit, dan eritrosit ibu post partus sesuai sebelum melahirkan.
c) Sistem tractus urinarius
Selama proses persalinan kandung kemih merupakan sasaran untuk mengalami trauma
yang dapat disebabkan karena tekanan dan edema. Perubahan ini dapat menimbulkan
overdistensi dan pemenuhan kandung kemih yang terjadi selama 2 hari post
partum.Hematuri pada periode early post partum menunjukkan adanya trauma pada
kandung kemih selama persalinan, selanjutnya bisa terjadi infeksi pada saluran kemih.
Aseton dapat terjadi karena dehidrasi setelah persalinan lama, aliran darah ke ginjal
glomerular filtration dan ureter dalam waktu sebulan secara bertahap akan kembali seperti
keadaan sebelum hamil.
d) Sistem endokrin
Mengikuti lahirnya placenta maka segera terjadi penurunan estrogen, progesteron dan
prolaktin dengan cepat. Pada wanita tidak menyusui prolaktin akan terus menurun sampai
normal pada minggu pertama. Perubahan payudara kolostrum sebelum produksi susu
dapat muncul pada trimester III kehamilan dan dilanjutkan pada minggu pertama post
partum.
e) Sistem gastrointestinal
Kembalinya fungsi normal usus besar biasanya pada minggu pertama post partum.
f) Sistem muskuloskeletal
Otot abdomen secara bertahap atau melebar selama kehamilan, menyebabkan pengurangan
tonus otot yang akan terlihat jelas pada periode post partum.
g) Sistem reproduksi
 Involusi uteri
Pada akhir kala III ukuran uterus panjang 14 cm, lebar 12 cm, tebal 10 cm, berat
kurang lebih 1000 gram sama dengan umur 16 minggu kehamilan.
 Kontraksi uterus
Dengan adanya kontraksi uterus akan menjepit pembuluh darah uterus sehingga
perdarahan dapat terhenti.
 Lochea
 Adalah sekret yang berasal dari kavum uteri yang dikeluarkan melalui vagina pada
masa nifas. Macam-macam lochea antara lain : lochea rubra, lochea serosa, lochea
alba, lochea purulenta, lochiostatis.
 Cervix
Servik dan segmen uterus dengan bawah akan tampak edema tipis dan terbuka pada
beberapa hari setelah melahirkan.
 Vagina dan perineum
Secara bertahap akan kembali ke sebelum hamil dalam 6-8 minggu setelah post
partum.

2. Adaptasi psikologi; menurut (Bobak, 2000 : 740)


a) Proses parenting (proses menjadi orang tua) adalah masa menjadi orang tua secara
biologis mulai sat terjadinya penemuan antara ovumdan sperma.
b) Attachment dan bonding adalah proses terjadinya rasa cinta dan menerima anak dan anak
menerima serta mencintai orang tua.
c) Peran tugas dan tanggung jawab orang tua sesudah kelahiran.
Ada 3 periode tugas dan tanggung jawab menurut (Bobak, 2000 : 745)
- Periode awal
Periode ini orang tua akan mengorganisir hubungan orang tua dengan anaknya.
- Periode konsol idasi
Mencakup egoisasi terhadap peran (suami-istri, ayah, ibu, orang tua, anak, saudara-
saudara).
- Periode pertumbuhan
Orang tua-anak akan berkembang dalam peranannya masing-masing sampai dengan
dipisahkan oleh kematian.
d) Penyesuaian ibu (maternal adjustment)
Ada 3 fase perilaku ibu, menurut (Bobak, 2000 : 743)
- Fase dependent (taking in)
Pada hari 1-2 pertama ibu lebih memfokuskan pada dirinya sendiri.
- Fase dependent-independen (taking hold)
Ibu mulai menunjukkan perluasan, fokus intervensi yaitu memperlihatkan bayinya.
- Fase dependen
Dalam fase ini terjadi ketidaktergantungan dalam merawat diri dan bayi lebih meningkat.

IV. Penatalaksanaan

Persiapan Tindakan

Persiapkan ibu dalam posisi litotomi, kosongkan kandung kemih dan rektum, bersihkan
vulva dan perineum dengan antiseptik, dan beri infus bila diperlukan. Siapkan alat-alat
yang diperlukan.

A. Persetujuan Tindakan

B. Persiapan Sebelum Tindakan

I. Pasien

1. Cairan dan slang infus sudah terpasang, Perut bawah dan lipat paha sudah dibersihkan
dengan air dan sabun.

2. Uji fungsi dan perlengkapan perlatan ekstraksi vakum.

3. Siapkan alas bokong, sarung kaki dan penutup perut bawah.

4. Medikamentosa

a. Oksigen

b. Ergometrin

c. Prokain 1%

5. Larutkan antiseptik (Povidon lodin 10%)

6. Oksigen dengan regulator

7. Instrumen

a. Set partus : 1 set

b. Vakum ekstraktor : 1 setc. Klem ovum : 2

c. Cunam tampon : 1

d. Tabung 5 ml dan jarum suntik No. 23 (sekali pakai) : 2


e. Spekulum Sim’s atau L dan kateter karet : 2 dan 1

II. Penolong (operator dan asisten)

1. Baju kamar tindakan, pelapis plastik, masker dan kacamata pelindung : 3 set

2. Sarung tangan DTT/steril : 4 pasang

3. Alas kaki (sepatu/”boot” karet) : 3 pasang

4. Instrumen

a. Lampu sorot : 1

b. Monoaural stetoskop dan stetoskop, tensimeter : 1

III. Bayi

1. Instrumen

a. Penghisap lendir dan sudep/penekan lidah : 1 set

b. Kain penyeka muka dan badan : 2

c. Meja bersih, kering dan hangat (untuk tindakan) : 1

d. Inkubator : 1 set

e. Pemotong dan pengikat tali pusat : 1 set

f. Tabung 20 ml dan jarum suntik No. 23/ insulin (sekali pakai) : 2

g. Kateter intravena atau jarum kupu-kupu : 2

h. Popok dan selimut : 1

i. Alat resusitasi bayi

2. Medikamentosa

a. Larutan Bikarbonas Natrikus 7,5% atau 8,4%

b. Nalokson (Narkan) 0,01 mg/kg BB

c. Epinefrin 0,01%

d. Antibiotika
e. Akuabidestilata dan Dekstrose 10%

3. Oksigen dengan regulator

C. Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan

D. Tindakan

1. Instruksikan asisten untuk menyipakan ekstraktor vakum dan pastikan petugas dan
persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.

2. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan ekstraksi vakum.

▪ Bila penurunan kepala di atas H IV (0/5), rujuk ke Rumah Sakit.

3. Masukkan tangan ke dalam wadah yang mengandung larutan klorin 0,5%, bersihkan darah
dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan secara terbalik dan rendam
dalam larutan tersebut.

4. Pakai sarung tangan DTT/Steril yang baru.

E. Pemasangan Mangkok Vakum

1. Masukkan mangkok vakum melalui introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar
tepi mangkok tidak terpasang pada bagian yang tidak rata/moulage di daerah ubun-ubun
kecil).

2. Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisisnya dan dengan jari tengah
dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok untuk
memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit di antara mangkok dan
kepala.

3. Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tanan pemeriksaan dan tangan
penahan mangkok tetap pada posisinya.

4. Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam mangkok) secra
bertahap.

5. Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (Malmstroom) setelah 2 menit, naikkan
hingga skala 60 (silastik) atau -6 (Malmstroom) dan tunggu 2 menit.

▪ Ingat : Jangan gunakan tekanan maksimal pada kepala bayi, lebih dari 8 menit.)

6. Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase acme) pasien
harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut dengan lipat siku agar
tekanan abdomen menjadi lebih efektif.

F. Penarikan
1. Pada fase acme (puncak) dari his, minta pasien untuk mengedan, secara simultan lakukan
penarikan dengan perineum yang baku) dilakukan pada saat kepala mendorng perineum
dan tidak masuk kembali.

2. Bila belum berhasil pada tarikan pertama, ulangi lagi pada tarikan kedua. Episiotomi pada
pasien dengan perineum yang kaku) dilakukan pada saat kepala mendorong perineum dan
tidak masuk kembali.

Bila tarikan ketiga dilakukan dengan benar dan bayi belum lahir, sebaiknya pasien dirujuk
(ingat : penatalaksanaan rujukan).

Apabila pada penarikan ternyata mangkuk terlepas hingga dua kali, kondisi ini juga
mengharuskan pasien dirujuk.

3. Saat subosiput berada di bawah simfisis, arahkan tarikan ke atas hingga lahirlah berturut-
turut dahi, muka dan dagu.

G. Melahirkan Bayi

1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakkan ke bawah untuk melahirkan bahu depan,
kemudian gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang, kenudian lahirkan seluruh
tubuh bayi.

2. Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong tali pusat dan
serahkan bayi pada petugas bagian anak.

H. Lahirkan Plasenta

1. Suntikkan oksigen, lakukan traksi terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat
dan mendorong uterus ke arah dorsokranial.

2. Periksa kelengkapan plasenta (perhatikan bila terapat bagian-bagian yang lepas atau tidak
lengkap).

3. Masukkan plasenta ke dalam tempatnya (hindari percikan darah).

I. Eksplorasi Jalan Lahir

1. Masukkan spekulum Sim’s/L atas dan bawah pada vagina.

2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomi atau robekan pada
dinding vagina di tempat lain.

3. Ambil klem ovum sebanyak 12 buah, lakukan penjepitan secara bergantian ke arah
samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.

4. Bila terjadi robekan di luar luka episiotomi, lakukan penjahitan dan lanjutkan ke langkah K.
5. Bila dilakukan episiotomi, lanjutkan ke langkah J.

J. Penjahitan Episiotomi

1. Pasang penopang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang telah disiapkan dalam
tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot, jaringan, submukosa dan subkutis)
bagian atas dan bawah.

2. Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestasi dengan pinset bergigi.

3. Masukkan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain penutup perut
bawah dengan kocher.

4. Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam jahit otot dan mukosa secara jelujur
bersimpul ke arah luar kemudian tautkan kembali kulit secara subkutikuler atau jelujur
matras.

5. Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon dapat dikeluarkan,
kemudian kosongkan kandung kemih.

6. Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang telah diberi larutan
antiseptik.

7. Pasang kasa yang dibasahi dengan Povidon lodin pada tempat jahitan episiotomi.

K. Dekontaminasi

L. Cuci Tangan Pascatindakan

M. Perawatan Pascatindakan

1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila
diperlukan.

2. Catat kondisi pasien pascatindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang tersedia
dalam status pasien.

3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan
perawatan serta laporkan segera bila pada pemamantauan lanjutan terjadi perubahan-
perubahan yang harus diwaspadai.

V. Pathofisiologi

Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi
forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit
jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal
distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan
tidak dapat dilakukan secara normal.
Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep.
Tindakan ekstraksi foesep/vacuum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan
vagina ibu. Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan
perdarahan intrakranial.

A. Pathway
B. Pengkajian

I.Wawancara

a. Identitas

Nama :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Suku/ bangsa :

Tanggal MRS :

Tanggal Pengkajian :

No. Register :

Nama Suami :

Umur :

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Suku/ Bangsa :

B. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Dahulu :

b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Distosia (kesulitan persalinan),Ketidakmampuan


mengejan, Keletihan, Kala II yang lama.

c.Riwayat Kesehatan Keluarga :


d. Riwayat Obstetri.

e. Riwayat Sosial.

II. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.

Eliminasi : Retensi urine, Makanan/cairan.

Seksualitas : adanya laserasi servik uteri dan vagina

Pada janin/bayi ;

DJJ sebelum forsep dipasang.

DJJ sebelum traksi dipasang setelah forsep dipasang.

Fraktur tengkorak, subdural hematoma, edema.

Perdarahan intrakranial

Adanya lecet dan abrasi pada pemasangan bilah/laserasi kulit kepala.

Paralisis facial

III.Pemeriksaan Diagnostik

Penatalaksanaan post partum spontan dengan vakum ekstraksi menurut Mochtar (1998 : 112)
adalah :

1. Pada robekan perinium lakukan penjahitan dengan baik lapis demi lapis, perhatikan jangan
sampai terjadi ruang kosong terbuka ke arah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-
bekuan darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka.
2. Segera mobilisasi dan realimentasi.
3. Konseling keluarga berencana.
4. Berikan antibiotika cukup.
5. Pada luka perinium lama lakukan perineoplastik dengan membuka luka dan menjahitnya
kembali sebaik-baiknya.

C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.


2. Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan Hb, pemajanan terhadap
patogen.

3. Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas, efek-efek obat/penurunan sensasi.

4. Kurang pengetahuan.

D. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa I : Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskular berlebihan.

Batasan Karakteristik:

Subjektif;

Haus

Objektif:

Hipotensi

Peningkatan frekuensi nadi

Penurunan tekanan nadi

Urin menurun/terkonsentrasi

Penurunan pengisian vena

Perubahan mental

Tujuan :

Mendemonstrasikan kestabilan/ perbaikan keseimbangan cairan.

Kriteria hasil :

TTV stabil,

Pengisian kapiler cepat,

Sensorium tepat, dan

Haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.


Intervensi dan Rasionalisasi

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Mandiri Membantu dalam membuat
rencana perawatan yang tepat
Tinjau ulang catatan kehamilan dan dan memberikan kesempatan
persalinan/kelahiran, perhatikan untuk mencegah atau membatasi
factor-faktor penyebab atau pemberat terjadinya komplikasi.
pada situasi hemoragi (mis: laserasi,
fragmen plasenta tertahan, sepsis,
abrupsio plasenta, emboli cairan
amniotic, atau retensi janin mati
selama lebih dari 5 mgg).
2. Kaji dan catat jumlah, tipe, dan sisi Membantu dalam membuat
perdarahan; timbang dan hitung rencana perawatan yang tepat
pembalut; simpan bekuan dan dan memberikan kesempatan
jaringan untuk dievaluasi oleh dokter. untuk mencegah atau membatasi
terjadinya komplikasi.
3. Kaji lokasi uterus dan derajat Derajat kontraktilitas uterus
kontraktilitas uterus. Dengan perlahan membantu dalam diagnosa
masase penonjolan uterus dengan banding. Peningkatan
satu tangan sambil menempatkan kontraktilitas miometrium dapat
tangan kedua tepat di atas simfisis menurunkan kehilangan
pubis. darah.Penempatan satu tangan di
atas simfisis pubis mencegah
kemungkinan inversi uterus
selama masase.
4. Perhatikan hipotensi atau takikardi, Tanda-tanda ini menunjukkan
pelambatan pengisian kapiler, atau hipovolemik dan terjadinya syok.
sianosis dasar kuku, membrane Perubahan pada TD tidak dapat
mukosa, dan bibir. dideteksi sampai volume cairan
telah menurun sampai 30%-
50%. Sianosis adalah tanda akhir
dari hipoksia.
5. Pantau parameter hemodinamik, Memberikan pengukuran lebih
seperti tekanan vena sentral atau langsung dari volume sirkulasi
tekanan baji arteri pulmonal, bila ada. dan kebutuhan pengisian.
6. Lakukan tirah baring dengan kaki Perdarahan dapat menurunkan
ditinggikan 20-30 derajat dan tubuh atau menghentikan reduksi
horizontal. aktivitas. Pengubahan posisi yang
tepat meningkatklan aliran balik
vena, menjamin persediaan darah
ke otak dan organ vital lainnya
lebih besar.
7. Pertahankan aturan puasa saat Mencegah aspirasi isi lambung
menentukan status/kebutuhan klien. dalam kejadian di mana
sensorium berubah dan atau
intervensi pembedahan
diperlukan.
8. Pantau masukan dan haluaran; Bermanfaat dalam
perhatikan berat jenis urin. memperkirakan luas/ signifikansi
kehilangan cairan. Volume
perfusi/ sirkulasi adekuat
ditunjukkan dengan haluaran 30-
50 ml/jam atau lebih besar.
9. Berikan lingkungan yang tenang dan Meningkatkan relaksasi,
dukungan psikologis. menurunkan ansietas dan
kebutuhan metabolik.
10. Kaji terhadap nyeri perineal menetap Hematoma sering merupakan
atau perasaan penuh pada vagina. akibat dari perdarahan lanjut pada
laserasi jalan lahir.
11. Berikan tekanan balik pada laserasi Dapat meningkatkan hemoragi
labial atau perineal. bila laserasi servikal, vaginal atau
perineal atau hematoma terjadi.
12. Pantau klien dengan akreta plasenta Tromboplastin dilepaskan selama
(penetrasi sedikit dari miometrium upaya pengangkatan plasenta
dengan jaringan plasenta), HKK, atau secara manual yang dapat
abrupsio plasenta terhadap tanda- mengakibatkan koagulopati.
tanda KID.
13. Kolaborasi Mulai infuse 1 atau 2 I.V. Perlu untuk infus cepat atau multipel
dari cairan isotonic atau elektrolit dari cairan atau produk darah untuk
dengan kateter 18G atau melalui jalur meningkatkan volume sirkulasi dan
vena sentral. mencegah pembekuan.
14. Berikan darah lengkap atau produk Membantu menentukan beratnya
darah (missal: plasma, kriopresipitat, masalah dan efek dari terapi.
trombosit) sesuai indikasi.
15. Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antibiotik bertindak secara
profilaktik untuk mencegah infeksi
oksitosin, metilergononovin maleat, atau mungkin diperlukan untuk
prostaglandin F2ά. infeksi disebabkan atau diperberat
pada subinvolusi uterus atau
Magnesium sulfat (MgSO4) hemoragi.

Heparin

Terapi antibiotic (berdasarkan pada


kultur dan sensitivitas terhadap
lokhia)

Natrium bikarbonat.
16. Pantau pemeriksaan laboratorium Membantu dalam menentukan
sesuai indikasi: jumlah kehilangan darah. Setiap
ml darah membawa 0,5
Hb dan Ht mgHb. Pada syok lama, hipoksia
jaringan dan asidosis dapat terjadi
Kadar pH serum sebagai respon terhadap
metabolisme anaerobik.
Trombosit, FDP, fibrinogen, dan
APTT.

Pasang kateter urinarius


indwelling.
17. Bantu dengan prosedur-prosedur Perbaikan pembedahan terhadap
lasersi/episiotomi, insisi/evakuasi
sesuai indikasi: hematoma, dan pengangkatan
jaringan tertahan akan
separasi manual dan penglepasan menghentikan
plasenta. perdarahan. Histerektomi
abdominal segera diindikasikan
pemasangan kateter indwelling untuk perlekatan plasenta
besar ke dalam kanal servikal. abnormal.

Penempatan kembali uterus atau


tampon bila inverse kira-kira akan
terjadi.

Diagnosa 2 : Resti infeksi b.d prosedur invasif, kerusakan kulit, penurunan


Hb, pemajanan terhadap patogen.

Batasan Karakteristik:

Objektif :

Laserasi kemerahan

Adanya pus pada laserasi

Leukosit meningkat

Tujuan :

Bebas dari infeksi.

Pencapaian tepat waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.

Intervensi dan Rasionalisasi

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Mandiri Tinjau ulang kondisi/faktor Kondisi dasar ibu, seperti
risiko yang ada sebelumnya. diabetes atau hemoragi,
menimbulkan potensial risiko
infeksi atau penyembuhan luka
yang buruk. Infeksi dapat
mengubah penyembuhan luka.
2. Kaji terhadap tanda/gejala infeksi Menurunkan resiko infeksi
(mis. peningkatan suhu, nadi, jumlah asenden.
sel darah putih, atau bau/warna rabas
vagina. Berikan perawatan perineal
sedikitnya setiap 4 jam.
3. Kolaborasi Lakukan persiapan kulit Menurunkan resiko kontaminan
praoperatif, scruc sesuai protokol. kulit memasuki insisi,
menurunkan risiko infeksi
pascaoperasi.
4. Dapatkan kultur darah, vagina, dan Mengidentifikasi organisme yang
plasenta sesuai indikasi. menginfeksi dan tingkat
keterlibatan.
5. Catat hemoglobin (Hb) dan hematokrit Risiko infeksi pasca-melahirkan
(Ht), catat perkiraan kehilangan darah dan penyembuhan buruk
selama prosedur pembedahan. meningkat bila kadar Hb rendah
dan kehilangan darah berlebihan.
6. Berikan antibiotik spektrum luas Antibiotik profilaktik dapat
parenteral pada praoperasi. dipesankan untuk mencegah
terjadinya proses infeksi, atau
sebagai pengobatan pada infeksi
yang teridentifikasi.

Diagnosa 3 : Resti cedera b.d trauma jaringan, perubahan motilitas,efek-


efek obat/penurunan sensasi

Batasan Karakteristik :

Objektif :

Adanya perdarahan

Adanya laserasi serviks uteri dan vagina

Tujuan :

Bebas dari cedera

Intervensi dan Rasionalisasi

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Mandiri Lepaskan alat prostetik (mis, Menurunkan resiko cedera
lensa kontak, gigi palsu/kawat gigi) kecelakaan.
dan perhiasan.
2. Tinjau ulang catatan persalinan, Dapat menandakan retensi urin
perhatikan frekuensi berkemih, atau menunjukkan keseimbangan
haluaran, penampilan, dan waktu cairan atau dehidrasi pada klien
berkemih pertama. yang sedang bersalin.
3. Pantau haluaran dan warna urin Menunjukkan tingkat hidrasi,
setelah insersi kateter indwelling. status sirkulasi dan kemungkinan
Perhatikan adanya darah dan urin. trauma kandung kemih.
4. Kolaborasi Dapatkan specimen urin Risiko meningkat pada klien bila
untuk analisis rutin, protein, dan berat proses infeksi atau keadaan
jenis. hipertensif ada.

Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan

Batasan Karakteristik:

Objektif:
Meminta informasi

Pernyataan salah konsep

Perilaku berlebihan

Tujuan :

Mengungkapkan pemahaman tentang indikasi ekstraksi


forsep/vakum.

Mengenali ini sebagai metode alternatif kelahiran bayi.

Intervensi dan Rasionalisasi

No. Intervensi Rasionalisasi


1. Mandiri Kaji kebutuhan belajar. Metode kelahiran ini didiskusikan
pada kelas persiapan melahirkan
anak, tetapi banyak klien gagal
untuk menyerap informasi karena
ini tidak mempunyai makna
pribadi pada waktunya. Klien
yang mengalami lagi kelahiran
melalui ekstraksi forsep/vakum
tidak dapat mengingat dengan
jelas atau memahami detil-detil
melahirkan sebelumnya.
2. Catat tingkat stress dan apakah Mengidentifikasi kesiapan klien/
prosedur direncanakan atau tidak. pasangan untuk menerima
informasi.
3. Berikan informasi akurat dengan Memberikan informasi dan
istilah-istilah sederhana. Anjurkan mengklarifikasi kesalahan
pasangan untuk mengajukan konsep. Memberikan kesempatan
pertanyaan dan mengungkapkan untuk mengevaluasi pemahaman
pemahaman mereka. klien/ pasangan terhadap situasi.
4. Tinjau ulang indikasi-indikasi terhadap Perkiraan satu dari 5 atau 6
pilihan alternatif kelahiran. kelahiran melalui ekstraksi
forsep/vakum, seharusnya dilihat
sebagai alternative bukan cara
yang abnormal, untuk
meningkatkan keselamatan dan
kesejahteraan maternal/ janin.
5. Gambarkan prosedur sebelum Informasi memungkinkan klien
tindakan dengan jelas, dan berikan mengantisipasi kejadian dan
rasional dengan tepat. memahami alasan intervensi/
tindakan.
6. Berikan penyuluhan setelah tindakan, Memberikan teknik untuk
termasuk instruksi latihan kaki, batuk mencegah komplikasi yang
dan napas dalam. berhubungan dengan stasis vena
dan pneumonia hipostatik.
7. Diskusikan sensasi yang diantisipasi Mengetahui apa yang dirasakan
selama melahirkan dan periode dan apa yang “normal” membantu
pemulihan mencegah masalah yang tidak
perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4. 2004. Jakarta:EGC.

Doenges, Marilynn E. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2. 2001.


Jakarta:EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. 2006. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakrta : EGC.

Internet:

www.google.com

(diakses tanggal 22 Maret 2009)

www.scribd.cm

(diakses tanggal 22 Maret 2009)

http://kuliahbidan.blogspot.com

(diakses tanggal 22 Maret 2009)

http://asuhankeperawatan.blogspot.com

(diakses tanggal 22 Maret 2009)

Anda mungkin juga menyukai