Disusun Oleh:
2201090364
Dead Conceptus
A. Pendahuluan
B. Etiologi
1. Kelainan Ovum
Menurut Hertik dkk, dari 1000 abortus spontan 48,9 % disebabkan oleh
Ovum yang patologis. Ovum yang abnormal 6 % diantaranya terdapat
degenerasi vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh kelainan ovum
berkurang kemungkinannya terjadi abortus kalau kehamilan sudah lebih
dari 1 bulan, artinya makin muda kehamilan saat abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80 %).
2. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin
atau cacat.
Faktor-faktor yang rnenyebabkan kelainan dalam pertumbuhan hasil
konsepsi adalah :
a. Kelainan Kromosom
Abnormlitas dari kromosom 60% maka terjadi pada trimester pertama
dan kemungkinan hidup lahir hanya 0,6%. Kelainan kromosom yang
sering ditemukan pada abortus spontana dalah Trisomi, Monosomi,
Triploidi, Tetra-ploidi, dan kemungkinan pula kelainan kromosom sek.
b. Lingkungan Endometrium KurangSempurna
Bilalingkungan endometrium di sekitar tempat implamantasi kurang
sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi
terganggu.
c. Pengaruh dari Luar
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik
hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya didalam uterus. Pengaruh
ini dinamakan pengaruh teratogen.
d. Kelainan Genitalia Ibu
1. Anomali Kongenital I (Hipoplasia uteri, Uterus bikornis).
2. Kelainan letak uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
3. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari
ovum seperti kurangnya progesterone atau estrogen, eridometritis
dan mioma submukosa.
4. Servik inkompeten yang disebabkan kelemahan bawaan pada
servik, dilatasi serviks yang berlebihan, konisasi, amputasi atau
robekan servik yang tidak dijahit.
e. Gangguan Sirkulasi Plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi,
toksemia gravidarum, anomaly plasenta dan endateritis yang
menyebabkan oksigen isasi plasenta terganggu sehingga menyebabkan
gangguan pertumbuhan dan kematian janin.
3. Penyakit Ibu
1. Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti
pneumonia, tifoid, pielitis, rubeladan malaria. Kematian fetus yang
di sebabkan karena toksin dan ibu atau invasikumanatau virus
kepada fetus.
2. Keracunan, Nikotin dan Alkohol.
3. Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasikordis, penyakitparu,
dan anemia grafis.
4. Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E danibu yang menderita Diabetes
Melitus.
5. Anthagonis Rhesus
Pada anthagonis rhesus darahibu yang melalui plasenta merusak
fetus dan berakibat meninggalnya fetus.
6. Antiphospolipid Syndrome
Ada dua macam antibodi antifosfolipid yang telah dikenal yaitu :
Lupus Anticoagulant ( LA ), dan Anticardiolipin Antibody ( ACA ).
Sedangkan klasifikasi APS terdiri dari APS tanpa penyebab lain
disebut sebagai APS primer, sedangkan APS karena penyakit lain
seperti SLE dinamakan APS sekunder9.
7. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus misalnya
terkejut, obatuterotonika, ketakutan, lapartatomi, dan dapat juga
trauma langsung terhadap fetus, selaput janin rusak langsung
karena instrumen, benda dan obat-obatan.
4. Penyakit Bapak
Usia lanjut, penyakitkronis, seperti TBC, anemia, dekompensasikordis,
malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan, sinar rontgen dan avitaminosis.
C. Epidemiologi
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
F. Diagnosis
Pemeriksaan Umum
1. Anamnesis
Evaluasi pasien mencakup rincian medis, riwayat bedah, keluarga,
genetik, dan riwayat haid, penggunaan obat-obatan, tembakau, alkohol,
dan kafein, dan riwayat terpapar zat – zat berbahaya. Semua kehamilan
sebelumnya harus diperiksa secara rinci, dengan memperhatikan usia
kehamilan saat terjadinya dead conceptus, komplikasi, ultrasonografi,
laporan patologi, dan analisis kromosom1,2.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus mencakup evaluasi adanya pembesaran
tiroid atau gondok, evaluasi payudara untuk galaktorea, dan
pemeriksaan untuk hirsutisme, yang bisa menunjukkan pasien
memiliki disfungsi tiroid atau hiper prolaktinemia. Pemeriksaan
panggul harus mencakup evaluasi serviks jika pasien telah terkena
DES atau pernah menjalani operasi serviks. Pembesaran ukuran rahim
mungkin terkait dengan fibroid, dan pemesaran ovarium mungkin
mengindikasikan penyakit ovarium polikistik.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) Ultrasonografi
b) Laboratorium Test
Uji laboratorium harus dipilih pada dasar temuan riwayat klinis masing-
masing pasien dan hasil pemeriksaan. Tes darah mungkin termasuk darah
lengkap, jumlah sel darah, antibodi antinuklear, anticardio lipin antibodi, lupus
antikoagulan, kadar prolaktin, dan kadar thyrotropin.
Kromosom kedua orang tua harus dievaluasi. Evaluasi meliputi uji
trombofilia untuk protein C, protein C teraktivasi, faktor V Leiden dan mutasi
protrombin, protein S, antithrombin, dan kadar homosistein puasa. Biopsi
endometrium dapat membantu mengkonfirmasi ovulasi atau mengevaluasi fase
luteal yang cacat. Meskipun prosedur ini kontroversial, tetapi ini merupakan tes
terbaik untuk mengevaluasi kelainan endometrium. Pengujian untuk
sitomegalovirus, listeria, dan toksoplasmosis dapat juga dilakukan mungkin, tetapi
umumnya tidak dianjurkan1.
E. Tata Laksana
1. Antikoagulan Theraphy
Di antara wanita yang mengalami dead conceptus berulang dan
positif terdapat antibodi antifosfolipid tes, dua uji klinis menunjukkan
perbaikan tingkat kelahiran hidup dengan penggunaan dosis profilaksis
unfractionated heparin (misalnya, 5000 U subkutandua kali sehari) dan
aspirin dosis rendah, dibandingkan dengan aspirin alone. Strategi ini
menjadi pengobatan standar karena sindrom antifosfolipid, namun
percobaan yang lebih baru yang melibatkan beberapa wanita dengan
sindrom ini tidak menunjukkan peningkatan angka kelahiran hidup
secara signifikan dengan penggunaan dosis profilaksis rendah heparin
dan aspirin dosis rendah. Dengan demikian, peran perawatan ini
khusus untuk pencegahan keguguran berulang masih kontroversial.
2. Manajemen Kelainan Genetik
Prognosis bervariasi tergantung pada kelainan. Risiko bayi lahir-
hidup dengan translokasi trisomi adalah rendah, umumnya kurang dari
1%. IVF dengan diagnosis genetik praimplantasi telah digunakan
dalam upaya untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Namun,
kemungkinan jumlah keturunan karyotypically yang normal dalam
intervention ini membuat kegunaannya dipertanyakan.
3. Intervensi Imunologic
Meskipun allo immunity telah diduga menjadi kemungkinan
penyebab dead conseptus yang berulang, sebuah uji coba secara acak
dari leukosit ayah immuni-lisasi menunjukkan ada perbaikan dalam
tingkat kelahiran yang hidup.
4. Penanganan Aktif
a. Untuk rahim yang usianya 12 minggu atau kurang dapat
dilakukan dilatasi atau kuretase.
b. Untuk rahim yang usia lebih dari 12 minggu, dilakukan induksi
persalinan dengan oksitosin. Untuk oksitosin diperlukan
pembukaan serviks dengan pemasangan kateter foley intra
uterus selama 24 jam7.
DAFTAR PUSTAKA
1. Branch Ware, Gibson Mark, Robbert Silver. Reccurent Miscarriage. The New
England Journal Of Medicine 2010;363(18) 1740-7. Available at :
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp1005330
2. Kiwi, Robert. Recurrent pregnancy loss: Evaluation and discussion of the
causes and their management.Cleveland Clinic Journal Of Medicine
2007;73(10) 913-20. Available at :
http://www.ccjm.org/content/73/10/913.full.pdf
3. Silver, Robert M. Fetal Death. Obstetric and Gynecology 2007;109 (1) .
Available at :
http://utilis.net/Morning%20Topics/Obstetrics/Fetal%20Death.pdf
4. Pharoah POD, S.V. Glinianaia, J. Rankin. Congenital anomalies in multiple
births After early loss of a conceptus. Human Reproduction, 2009;24, (3) pp.
726–731. Available at :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2646789/pdf/den436.pdf
5. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ. In: William’s Obstetrics. Ed 23. The
Mc Graw-Hill Companies. New York, 2010
6. Salker, et al. Natural Selection Of Human Embryos: Impaired Decidualization
Of Endometrium Disables Embryo-Maternal Interactions And Causes
Recurrent Pregnancy Loss. Plos One 2010;5 1-7. Available at :
http://www.plosone.org/article/fetchObjectAttachment.action?uri=info%3Adoi
%2F10.1371%2Fjournal.pone.0010287&representation=PDF
7. Manuaba. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial
untuk profesi bidan. Jakarta : EGC ; 2008
8. Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu bedah Kebidanan. Jakarta: Bina PustakA ; 2010
9. Haram Kjell, Eva-Marie Jacobsen and Per Morten Sandset. Antiphospholipid
Syndrome in Pregnancy,Antiphospholipid Syndrome. Intech (Ed);2012.
Available at:
http://www.intechopen.com/books/antiphospholipid-yndrome/antiphospholipid-
syndrome-in-pregnancy
10. Erkan D, Patel S, Nuzzo M, Gerosa M, Meroni PL, Tincani A, et al.
Management Of The Controversial Aspects Of The Antiphospholipid Syndrome
Pregnancies: A Guide For Clinicians And Researchers. Rheumatology
(Oxford) 2008 Jun;47 Suppl 3:iii23-iii27.