OLEH
ROSWITA ULE
NIM : 60302820
1.1. Pengertian
1.2. Klasifikasi
1.3. Etiologi
1. Faktor ovum : Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tapi
terlambat dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari trofoblas
3. Kekurangan Vitamin A
4. Kekurangan Protein
5. Keadaan sosio ekonomi yang rendah.
6. Infeksi virus dan kromosom yang belum jelas.
( Menurut Himawan, 2015 )Pada stadium awal, tanda dan gejal mola
hidatidosa tidak dapat dibedakan dari kehamilan normal, kemudian
perdarahan pervagina terjadi pada hampir setiap kasus. Pengeluaran
pervagina mungkin berwarna coklat tua (menyerupai juice prune) atau
merah terang, jumlahnya sedikit-sedikit atau banyak, itu berlangsung
hanya beberapa hari atau terus-menerus untuk beberapa minggu. Pada
awal kehamilan beberapa wanita mempunyai uterus lebih besar dari pada
perkiraan menstruasi berakhir, kira-kira 25% wanita akan mempunyai
uterus lebih kecil dari perkiraan menstruasi terakhir.
Pada penderita mola dapat ditemukan beberapa gejala-gejala sebagai
berikut:
1. Terdapat gejala - gejala hamil muda yang kadang - kadang lebih nyata
dari kehamilan biasa dan amenore
2. Terdapat perdarahan per vaginam yang sedikit atau banyak, tidak teratur,
warna tungguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak.
3. Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dengan tua kehamilan
seharusnya.
4. Tidak teraba bagian - bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin serta
tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.
1. 5 Komplikasi
1. Anemia
2. Syok
3. Preeklampsi atau Eklampsia
4. Tirotoksikosis
5. Infeksi sekunder.
6. karena keganasan dan karena tindakan.
7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan menjadi
mola destruens atau koriokarsinoma.
1.6 Patofisiologi
Sel – sel Langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang dengan
adanya sel sinsisial giantik ( Syncytial Giant Cells). Pada kasus mola banyak
kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau iebih
( 25-60%). Kista lutein akan berangsur – angsur mengecil dan kemudian
hilang setelah mola hidatidosa sembuh.
1. Reaksi kehamilan : karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan
uji imunologik ( galli mainini dan planotest ) akan positif setelah
pengenceran (titrasi):
b. Galli mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau
hamil kembar.Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau
imunologik cairan serebrospinal dapat menjadi positif.
1.8 Penatalaksanaan
(Farrer, Helen, 2011) ada beberapa penatalaksanaan yang harus di lakukan yaitu
sebagai berikut.
1. Terapi
a. Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, atasi syok dan
perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan transfusi
darah. Tindakan pertama adalah melakukan manual digital untuk pengeluaran
sebanyak mungkin jaringan dan bekuan darah; barulah dengan tenang dan hati
– hati evaluasi sisanya dengan kuretase.
2). Setelah pasang infus Dectrosa 5 % yang berisi 50 satuan oksitosin ( pitosin
atau sintosinon ); cabut laminaria, kemudian setelah itu lakukan evakuasi isi
kavum uteri dengan hati – hati. Pakailah cunam ovum yang agak besar atau
kuret besar : ambillah dulu bagian tengah baru bagian – bagian lainnya pada
kavum uteri. Pada kuretase pertama ini keluarkanlah jaringan sebanyak
mungkin, tak usah terlalu bersih.
3). Kalau perdarahan banyak, berikan tranfusi darah dan lakukan tampon utero
– vaginal selama 24 jam.
c. Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo – patologik dalam 2 porsi:
f. Kalau mola terlalu besar dan takut perforasi bila dilakukan kerokan,
ada beberapa institut yang melakukan histerotomia untuk
mengeluarkan isi rahim ( mola).
g.. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi ( high risk mola)
: usia lebih dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat
besar (mola besar) yaitu setinggi pusat atau lebih.
Ibu dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil.
Kehamilan, dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan
observasi. Juga dinasehatkan untuk mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3
tahun:
d. Setiap 2 bula pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
Kalau reaksi titer tetap (+), maka harus dicurigai adanya keganasan.
Keganasan masih dapat timbul setelah 3 tahun pasca terkenanya mola
hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor timbul 34,5 % dalam 6 minggu, :
62,1% dalam 12 minggu dan 79,4% dalam 24 minggu serta 97,2 % dalam 1
tahun setelah mola keluar.
Kekurangan volume
cairan Motalitas usus
pendarahan
Terputusnya Distensi
jaringan saraf abdomen
Penurunan TD:
anemis
Nyeri luka
operasi Mual muntah
2.1 PENGKAJIAN
1 Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya
terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan
penghidung. Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap
warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan
terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
2 Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan
dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
3 Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu kontraksi dinding perut atau tidak perkusi : ketuk lutut
dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks
kulit perut apakah ada
4 Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin. (Johnson & Taylor, 2013)
Keperawatan
TERAPEUTIK
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, TENS,hipnosis,
akupresus,terapi musik ,terapi
pijat,aromatherapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangan /dingin
,terapi bermain )
EDUKASI
Anjurkan meredakan
menggunakan analgetik
secara tepat
KOLABORASI
Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu
Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis, TENS,hipnosis,
akupresus,terapi musik ,terapi
pijat,aromatherapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangan /dingin
,terapi bermain )
Anjurkan meredakan
menggunakan analgetik
secara tepat