OLEH :
Pembimbing :
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 2030068
Serta perbaikan-perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat menyetujui bahwa
Laporan pendahuluan ini dinyatakan layak
Mahasiswa :
CA ENDOMETRIUM
A. Definisi
Kanker endometrium adalah keganasan yang berasal dari sel-sel epitel yang
meliputi rongga rahim (endometrium). Kanker ini terjadi pada endometrium, lapisan
paling dalam dari dinding uterus, dimana sel-sel endometrium tumbuh secara tidak
terkontrol, menginvasi dan merusak jaringan di sekitarnya. Kanker endometrium
dalam perjalanan etiologinya di dahului oleh proses prakanker yaitu hiperplasia
endometrium. Hiperlasia endometrium yang atipik merupakan lesi prakanker dari
kanker endometrium, sedangkan hiperlasia yang nonapitik saat ini dianggap bukan
merupakan lesi prakanker endometrium (American Cancer Society, 2012).
Kanker endometrium merupakan tipe kanker uterus yang paling sering. Walaupun
penyebab pasti k anker endometrium belum diketahui, peningkatan kadar estrogen
memainkan peran dominan. Estrogen diketahui membantu menstimulasi penebalan
dari dinding uterus (Grady & Ernster, 2013). Terjadinya kanker ini diduga karena
adanya rangsangan estrogen terus menerus. Kebanyakan sel kanker endometrium
terdiri atas reseptor estrogen dan/atau progesteron di permukaannya. Interaksi reseptor
dengan hormon memicu peningkatan pertumbuhan (hiperplasia) endometrium, ini
merupakan tanda awal kanker. Peningkatan pertumbuhan (hiperplasia) dapat terjadi
lebih abnormal sampai berkembang menjadi kanker (American Cancer Society,
2012).
B. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker endometrium,
tetapi beberapa penelitiian menunjukkan bahwa rangsangan estrogen yang berlebihan
dan terus menerus bisa menyebabkan kanker endometrium. Berikut ini beberapa
faktor resiko yang bisa meningkatkan munculnya kanker endometrium :
1. Obesitas atau kegemukan.
Pada wanita obesitas dan usia tua terjadi peningkatan reaksi konversi
androstenedion menjadi estron. Pada obesitas konversi ini ditemukan sebanyak
25- 20 kali. Obesitas merupakan faktor resiko utama pada kanker endometrium
sebanyak 2 sampai 20 kali. Wanita dengan berat badan 10-25 Kg diatas berat
badan normal menpunyai resiko 3 kali lipat dibanding dengan wanita dengan
berat badan normal. Bila berat badan lebih dari 25 Kg diatas berat badan normal
maka resiko menjadi 9 kali lipat.
2. Haid pertama (menarche).
Wanita mempunyai riwayat menars sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko 1,6
kali lebih tinggi daripada wanita yang mempunyai riwayat menars setelah usia
lenih dari 12 tahun. Menstruation span merupakan metode numerik untuk
menentukan faktor resiko dengan usia saat menarche, usia menopause dari jumlah
paritas. Menstruasion span (MS) = usia menars – (jumlah paritas x1,5). Bila MS
39 maka resiko terkena kanker endometrium sebanyak 4,2 kali dibanding MS <
29.
3. Tidak pernah melahirkan.
Memiliki resiko terkena kanker endometrium lebih tinggi baik sudah menikah
atau belum dibanding wanita yang pernah melahirkan. Penelitian menunjukkan
bahwa 25% penderita kanker endometrium tidak pernah melahirkan anak
(nulipara). Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa faktor
ketidaksuburan(infertilitas) lebih berperan daripada jumlah melahirkan (paritas).
4. Penggunaan estrogen.
Estrogen sering digunakan sebagai terapi sulih hormon. Peningkatan penggunaan
hormon ini diikuti dengan meningkatnya resiko kanker endometrium.
5. Hiperplasia endometrium.
6. Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan
selaput lendir rahim disertai peningkatan vaskularisasi akibat rangsangan estrogen
yang berlebihan dan terus menerus. Disebut neoplasia endometrium intraepitel
jika hiperplasia endometrium disertai sel-sel atipikal dan meningkatkan resiko
menjadi kanker endometrium sebesar 23%..
7. Diabetes mellitus (DM).
Diabetes melitus dan tes toleransi glukosa (TTG) abnorml merupakan faktor
resiko keganasan endometrium. Angka kejadian diabetes melitus klinis pada
penderita karsinoma endometrium berkisar antara 3-17%, sedangkan angka
kejadian TTG yang abnormal berkisar antara 17-64%.
8. Hipertensi.
50% dari kasus endometrium menderita hipertensi dibandingkan dengan 1/3
populasi kontrol yang menderita penyakit tersebut, kejadian hipertensi pada
keganasan endometrium menurut statistik lebih tinggi secara bermakna daripada
populasi kontrol.
9. Faktor lingkungan dan diet.
Faktor lingkungan dan menu makanan juga mempengaruhi angka kejadian
keganasan endometrium lenih tinggi daripada di negara-negara yang sedang
berkembang. Kejadian keganasan endometrium di Amerika Utara dan Eropa lebih
tinggi daripada angka kejadian keganasan di Asia, Afrika dan Amerika latin.
Agaknya perbedaan mil disebabkan perbedaan menu dan jenis makan sehari-hari
dan juga terbukti dengan adanya perbedaan yang menyolok dari keganasan
endometrium pada golongan kaya dan golongan miskin. Keadaan ini tampak pada
orang-orang negro yang pindah dari daerah rural ke Amerika Utara. Hal yang
sama juga terjadi pada orang-orang Asia yang pindah ke negara industri dan
merubah menu makanannya dengan cara barat seperti misalnya di Manila dan
Jepang, angka kejadian keganasan endometrium lebih tinggi daripada di negara-
negara lainnya.
10. Riwayat keluarga.
Ada kemungkinan terkena kanker endometrium, jika terdapat anggota keluarga
yang terkena kanker ini, meskipun prosentasenya sangat kecil.
11. Ras
Kanker endometrium sering ditemukan pada wanita kulit putih.
C. PATOFISIOLOGI
Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin kinase yang
berperan dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan pada 10- 12%
dari kanker endometrium identik dengan penemuan yang didapatkan dari kelainan
kraniofasial kongenital. Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan menjadi terapi masa
depan bagi penderita kanker endometrium. Beberapa peneliti menduga terdapat dua
peran FGFR2 dalam mempengaruhi endometrium, yaitu dengan menghambat
proliferasi sel endometrium pada siklus menstruasi dan sebagai onkogen pada
karsinoma endometrial. (Chiang W.2012) . Selain itu, kadar hormon estrogen yang
tinggi juga dapat menyebabkan peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus jika
tidak terdapat cukup progesteron, salah satu hormon sex yang penting pada wanita.
(Chiang W.2012).
Siklus menstrual normal, rata-rata berlangsung 28 hari dan terdapat 2 fase. Pada 2
minggu pertama, estrogen adalah hormon seks yang dominan. Estrogen menyebabkan
lapisan sel uterus bertumbuh dan bertambah jumlahnya. Pada 14 hari selanjutnya,
hormon sex yang dominan adalah progesteron. Progesteron menyebabkan kematangan
sel sehingga lapisan uterus dapat menerima dan menutrisi ovum yang sudah
difertilisasi. Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus
(epitelium) akan bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut
hiperplasia simpleks. Apabila situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar baru
pada lapisan uterus. Hal ini disebut hiperplasia kompleks. Kadar estrogen yang tinggi
tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan pada beberapa kondisi seperti :
anovulasi dalam jangka waktu yang lama, mengkonsumsi estrogen dalam waktu lama,
tumor penghasil estrogen, malfungsi tiroid, penyakit hepar (Koplajar M.2012).
D. WOC
sel normal
rusak
estrogen
terus
sel meningkat
abnorma
l berkembang
menjadi
ganas
Memicu
kanker
CARCINOMA ENDROMETRIUM
0 Karsinoma insitu
Stadium I Proses masih terbatas pada korpus uteri Telah
Stadium Ia (TIa,N0,M0) tumbuh dari endometrium kurang dari setengah
jalan melalui (invasi) miometrium. Tidak ada
penyebaran ke kelenjar getah bening dan ke
organ lainnya.
Stadium Ia (TIb,N0,M0) Telah tumbuh dari endometrium lebih dari
setengah jalan melalui (invasi) miometrium.
Tidak ada penyebaran ke kelenjar getah bening
dan ke organ lainnya.
Stadium II (T2,N0,M0) Karsinoma menyebar ke stromal serviks, tetapi
tidak melebihi uteri. Tidak ada penyebaran ke
kelenjar getah bening dan ke organ lainnya
Stadium III (T3, N0, M0) Karsinoma menyebar ke luar uterus atau ke
jaringan dekat pelvis.
Stadium IIIa (T3a, N0, M0) Karsinoma menyebar ke serosa dan/atau tuba
fallopi atau ovari (adnexa). Tidak ada
penyebaran ke kelenjar getah bening dan ke
organ lainnya.
Stadium IIIb (T3b, N0, M0) Karsinoma telah menyebar ke vagian atau
jaringan sekitar uterus (parametrium). Tidak ada
penyebaran ke kelenjar getah bening dan ke
organ lainnya.
Stadium IIIc1 (T1-3, N1, M0) Karsinoma tumbuh di badan uteri, mungkin
menyebar ke jaringan sekitar. Karsinoma telah
menyebar ke kelenjar getah bening pelvis, tetapi
tidak ke kelenjar getah bening aorta dan organ
lainnya.
Stadium IIIc2 (T1-3, N2, M0) Karsinoma tumbuh di badan uteri, mungkin
menyebar ke jaringan sekitar. Karsinoma telah
menyebar ke kelenjar getah bening aorta, tidak
ada penyebaran ke organ lainnya
Stadium IV Stadium Iva Karsinoma menyebar ke dalam
buli-buli atau rektum (bagian bawah usus
besar), ke kelenjar getah bening di paha
dan/atau organ yang lebih jauh seperti tulang,
omentum, paru. Karsinoma telah menyebar ke
buli-buli atau rektum
F. Manifestasi Klinis
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah perdarahan pasca
menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi
pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan keluhan yang paling
banyak menyertai keluhan utama. Gejalanya bisa berupa:
a. Perdarahan rahim yang abnormal
b. Siklus menstruasi yang abnormal
c. Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih mengalami
menstruasi)
d. Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
e. Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang berusia
diatas 40 tahun)
f. Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
g. Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca menopause).
h. Nyeri atau kesulitan dalam berkemih.
i. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (Isdaryanto: 2010).
G. Komplikasi
a. Anemia disebabkan oleh sifat fagosit sel tumor atau adanya perdarahan.
b. Obstruksi khusus disebabkan pembesaran sel-sel tumor yang dapat menekan
usus.
c. Depresi sum-sum tulang disebabkan faktor penghasil sel darah merah dari
sum-sum tulang sebagai sistem imun. Sel darah merah berusaha untuk
menghancurkan sel-sel tumor sehingga kerja sel-sel tumor optimal.
d. Perdarahan disebabkan pembesaran tumor pada ovarium yang dapat
menyebabkan ruptur
e. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena
endometrioma
f. Calamenial seizure atau pneumotoraks karena eksisi endometriosis
g. Infertilitas, ditemukan pada 30% – 40% kasus. Endometriosis merupakan
penyebab infertilitas kedua terbanyak pada wanita. (Isdaryanto, 2012).
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pap Smear
adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias Papanikolaou,
untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papilomavirus.
Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop
(PA). Cara untuk mendapatkan sampel adalah dengan aspirasi sitologi dan
biopsy hisap (suction biopsy) menggunakan suatu kanul khusus. Alat yang
digunakan adalah novak, serrated novak, kovorkian, explora (mylex), pipelly
(uniman), probet.
b. Dilatasi dan Kuretase (D&C) Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan
dilatator kemudian hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalu di cek di lab
Patologi. Memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat vagina.
Dilakukan juga pengambilan sampel untuk di cek di lab Patologi.
c. Biopsi endometrium Endometrial biopsi, teknik pengambilan dan pemeriksaan
sampel sel jaringan rahim yang bertujuan menemukan kanker endometrial dan
hanya dilakukan pada pasien yang beresiko tinggi.
d. Pelvic exam, dokter memeriksa daerah sepanjang kandungan apakah terdapat
lesi, benjolan, atau mengetahui daerah mana yang terasa sakit jika diraba.
Untuk daerah kandungan bagian atas dokter menggunakan alat speculum.
Teknik pemeriksaan ini sebenarnya harus rutin dilakukan oleh wanita untuk
mengetahui kondisi vaginanya
I. Penatalaksanaan
a. Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan
pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi,
sedangkan staging surgical yang meliputi histerektomi simple dan
pengambilan contoh kelenjar getah bening para-aorta adalah penatalaksanaan
umum adenokarsinoma endometrium.
b. Pembedahan Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi
(pengangkatan rahim). Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat
(salpingo-ooforektomi bilateral) karena selsel tumor bisa menyebar ke
ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak aktif) yang mungkin tertinggal
kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.
Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah bening di sekitar tumor,
maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel kanker telah
ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jika sel kanker belum menyebar ke luar
endometrium (lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani
pengobatan lainnya.
c. Radioterapi Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya
menyerang sel-sel kanker di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III
dilakukan terapi penyinaran dan pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun
pada pasien kanker endometrium menurun 20-30% dibanding dengan pasien
dengan operasi dan penyinaran. Penyinaran bisa dilakukan sebelum
pembedahan (untuk memperkecil ukuran tumor) atau setelah pembedahan
(untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa). Stadium I dan II secara medis
hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan risiko rendah (stadium IA
grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca operasi.
d. Kemoterapi Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi
merupakan terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel
kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain.
Tujuan Kemoterapi:
a) Membunuh sel-sel kanker.
b) Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
c) Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun
e. Terapi Hormonal
a) Terapi primer Salah satu keunikan kanker endometrium adalah
merespon terapi hormon. Progestin digunakan sebagai terapi primer
wanita yang mempunyai resiko tinggi operasi. Namun terapi ini jarang
dilakukan. Ini bisa saja merupakan satu-satunya pilihan terapi paliatif
dalam beberapa kasus. Pada kasus yang jarang lainnya, pada
adenocarcinoma stadium 1 yang sulit di operasi, intrauterine
progestional dapat membantu. Namun terapi ini harus digunakan
dengan hati-hati.
b) Terapi Hormonal Adjuvan Single-agent progestin telah menunjukkan
aktifitas pada penderita dengan stadium lanjut. Tamoxifen memodulasi
ekspresi dari progesteron reseptor dan meningkatkan efikasi progestin.
Tamoksifen dan progestin sebagai terapi adjuvan telah menunjukkan
tingkat respon yang tinggi. Secara umum, toksisitas sangat rendah,
kombinasi ini paling sering digunakan untuk penyakit rekuren.
c) Terapi Pengganti Estrogen Karena dugaan kelebihan estrogen sebagai
penyebab perkembangan kanker endometrium, ada kekhawatiran
bahwa penggunaan estrogen pada wanita dengan kanker endometrium
dapat meningkatkan resiko kekambuhan atau kematian. Namun, efek
seperti itu belum ada penelitiannya. Gog meneliti efek terapi pengganti
estrogen secara acak pada 1236 wanita yang telah menjalani operasi
kanker stadium I dan II dengan memberikan estrogen atau plasebo.
Hasilnya terdapat kekambuhan yang rendah. Karena beresiko dan
keamanannya belum terbukti, pasien harus diberi konseling hati-hati
sebelum memulai rejimen estrogen pasca operasi (Schorge JO, et al.
2014)
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas Nama Ibu : Selain sebagai identitas, upayakan agar bidan
memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara
bidan dan pasien menjadi lebih akrab.
b) Umur : Wanita yang menopause Umur : secara alami diatas 52 tahun 2,4
kali lebih beresiko jika dibandingkan sebelum usia 49 tahun.
c) Suku /bangsa dan agama : Data ini berhubungan dengan sosial budaya
yang dianut oleh pasien dan keluarga.
d) Pendidikan : Pendidikan dan status social ekonomi diatas rata-
ratameningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium akibat konsumsi
terapi penggantiestrogen dan rendahnya paritas.
e) Pekerjaan : Mengetahui pekerjaan pasien adalah penting untuk
mengetahui apakah klien berada dalam keadaan utuh dan untuk mengkaji
potensi kelahiran prematur dan pajanan terhadap bahaya lingkungan kerja
yang dapat merusak janin.
f) KeluhanUtama
Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah
perdarahan pascamenopause bagi pasien yang telah menopause dan
perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan
keputihan merupakan keluhan yang paling banyak menyertai keluhan
utama.
g) Riwayat Menstruasi
1) Menarche : Usia menarch dini (<12 tahun) berkaitan dengan
meningkatnya resiko kanker endometrium walaupun tidak selalu
konsisten.
2) Siklus: dapat mengalami perdarahan diluar siklus haid dan lebih
panjang (banyak atau bercak)
3) Jumlah : lebih banyak
4) Lamanya : dapat memanjang
5) Sifar Darah : encer atau bergumpal
6) Teratur/tidak : mengalami perubahan
7) Dismenorhea : dapat terjadi
8) Flour albus : berlebihan, berbau, purulen, bercampur darah
9) HPHT
h) Riwayat Penyakit dahulu: Menggali riwayat penyakit yang pernah dan
sedang diderita oleh ibu khususnya penyakit ginekologi,diabetes dan
hipertensi.
i) Riwayat penyakit keluarga: Menggali riwayat penyakit keluarga, karena
kanker endometrium berisiko pada wanita yang memiliki riwayat genetik.
j) Riwayat Sosial Budaya :
Status emosional: Menggali kondisi emosional ibu yang berkaitan dengan
penyakitnya.
Tradisi: Menggali kebiasaan-kebiasaan terhadap penyakitnya (merokok
atau perokok pasif), sirkumsisi.
k) Riwayat penyakit sekarang: Masalah yang mungkin terjadi
ketidaknyamanan yang berkaitan dengan perubahan pola menstruasi
(perdarahan banyak), nyeri, adanya keputihan, keluhan lain yang
disebabkan oleh penekanan tumor pada vesika urinaria, uretra, ureter,
rectum, pembuluh darah dan limfe.
l) Pola Fungsional Gordon
1) Pola Nutrisi
Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh
peran nutrisi, terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam
diet. Konsumsi sereal,kacang-kacangan, sayuran dan buah terutama
yang tinggi lutein, menurunkan risiko kanker yang memproteksi
melalui fitoestrogen.
2) Pola Eliminasi
Pola eliminasi yang dialami oleh ibu. Apakah ibu mengalami
obstipasi, retensi urine, poliuri yang dapat disebabkan metastase sel
kanker.
3) Pola Istirahat
4) Pola istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri
akibat progresivitas dari kanker endometrium gangguan pola tidur
juga dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh pasien
5) Pola Aktivitas
Kaji apakah penyakit serta kehamilan pasien mempengaruhi pola
aktivitas dan latihan. Dengan skor kemampuan perawatan diri (0=
mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain, 3= dibantu orang lain
dan alat, 4= tergantung total).
Pasien dengan kanker endometrium wajar jika mengalami perasaan
sedikit lemas akibat dari asupan nutrisi yang berkurang akibat dari
terapi yang dijalaninya, selain itu pasien juga akan merasa sangat
lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah dan tidak dapat
melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas kanker
endometrium sehingga harus beristirahat total.
6) Pola Seksual
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi
pasien selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas
pasien akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu dirasakan
pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya
perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer
(keputihan) yang berbau busuk dari vagina. Kaji riwayat
penggunaan kontrasepsi, menggali jenis dan lama kontrasepsi yang
digunakan (pemakaian KB suntik 3 bulan lebih dari 6 tahun, KB
IUD).
7) Pola Kognitif dan Perceptual
Biasanya pada pola ini klien tidak mengalami gangguan, karena
klien masih dapat berkomunikasi.
8) Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Sikap penerimaan klien terhadap tubuhnya, persepsi klien tentang
tubuhnya dan penyakitnya.
9) Pola Peran dan Hubungan Peran klien sebagai ibu dan istri biasanya
akan terganggu karena penyakit yang dideritanya, begitu juga
hubungannya dengan orang lain disekitarnya.
10) Seksual Reproduksi Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan
pasangan meliputi : frekuensi koitus atau hubungan intim,
pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan
skes, kontinuitas hubungan seksual.
11) Pola Nilai dan Kepercayaan Tanyakan pada klien tentang nilai dan
kepercayaan yang diyakininya. Ini sering kali berpengaruh terhadap
intervensi yang akan diberikan.
12) Data Psikososial dan Spiritual Dampak psikologis yang dialami oleh
tiap orang berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan
(stadium), jenis pengobatan yang dijalani dan karakteristik masing –
masing penderita. Sekitar 30,0% penderita kanker mengalami
permasalahan penyesuaian diri dan 20,0% didiagnosis mengalami
depresi. Dampak psikologis yang sering dirasakan oleh pasien yaitu
berupa ketidakberdayaan, kecemasan, rasa malu, harga diri
menurun, stress dan amarah (Rayburn, F. William.2012)
m) Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan laporkan dengan
kriteria:
- Baik.
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain.
- Lemah.
Pasien dimasukkan dalam kriteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respon yang baik terhadap lingkungan dan
orang lain.
2) Kesadaran
Untuk dapat mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan compos mentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma
(pasien tidak dalam keadaan sadar).
3) Tekanan Darah
4) Nadi: 60-90 x/menit
5) Pernapasan: 16-24 x/menit.
6) Suhu: 36,5-37,5
7) Berat Badan Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker
endometrium.Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan meningkatkan
risiko sampai 3 kali lipat. Sedangkan kelebihan di atas 23 kg akan
meningkatkan risiko sampai 10 kali lipat.
8) Pemeriksaan Fisik
- Kepala : bersih atau kotor, warna, mudah rontoh atau tidak
- Muka : pucat atau tidak
- Mata : sklera putih atau tidak, konjungtiva merah atau pucat,
ada gangguan penglihatan atau tidak.
- Telinga : ada sekret atau tidak , ada gangguan pendengaran
atau tidak
- Hidung : ada sekret atau tidak , ada polip atau tidak.
- Mulut : warna, integritas jaringan (lembab , kering atau
pecah – pecah ), kebersihan, caries.
- Leher : apakah vena terbendung di leher (misalnya pada
penyakit jantung), apakah kelenjar gondok membesar ,
apakah kelenjar limfa membengkak.
- Abdomen: warna, bentuk, adanya massa atau tidak, adanya
nyeri tekan atau tidak.
- Genitalia : warna, keputihan, oedem atau tidak, ada bekas
tidak, ada kelainan atau tidak, ada varises atau tidak.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Pre Operasi
- Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis: neoplasma
- Resiko perdarahan
- Gangguan eliminasi urin : kelemahan otot pelvis
- Defisit pengetahuan tentang prosedur operasi b.d kurang terpapar
informasi
- Ansietas b.d kurang terpapar informasi
b) Intra Operasi
- Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
- Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
c) Post Operasi
- Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik : prosedur operasi
- Resiko infeksi
3. Intervensi Keperawatan
Anderton 2012. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi jilid 2. Jakarta :Salemba
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC NOC Jilid 3. Jakarta : EGC
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Schorge JO, et al. 2012 Buku Obstetri dan Ginekologi.halaman 145 Jakarta : Widya medika
Scott, R James, dkk. 2012. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Jakarta :Widya Medica
Whoellan, 2014 Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipokrates Winkjosastro, Hanifa.
2014. Ilmu Kandungan. Jakarta : EGC