DOSEN PENGAMPU:
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah khasanah
keilmuan dalam bidang kesehatan dan dapat membantu para perawat maupun
mahasiswa perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
sindrom potter.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Definisi ....................................................................................................... 3
B. Etiologi........................................................................................................ 4
C. patofisiologi ................................................................................................ 4
E. Mnifestasi Klinis.......................................................................................... 6
G. Komplikasi .................................................................................................. 7
BAB III................................................................................................................ 9
BAB IV ............................................................................................................. 13
ii
PENUTUP ......................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ............................................................................................... 13
B. Saran ......................................................................................................... 13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air ketuban memegang peran penting untuk melindungi dan
mendukung tumbuh kembang janin dalam kandungan. Jumlah cairan ketuban
dipengaruhi oleh jumlah urin yang dihasilkan janin. Ketika ginjal dan saluran
kemih janin mengalami gangguan, maka produksi urin janin akan menurun dan
umlah cairan ketuban pun jadi berkurang.
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan
dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter).
Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh
menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi
abnormal. Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan
paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak
1
berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama
adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal
(agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang
menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari syndrome potter?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahani definisi dari syndrome potter
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Sindroma potter adalah kondisi langka yang mengacu pada kelainan
fisik terutama pada struktur wajah. Kelainan fisik ini bisa terjadi karena terlalu
sedikitnya air ketuban di dalam rahim selama masa kehamilan. Kondisi jumlah
air ketuban tidak mencukupi kebutuhan janin selama masa kehamilan biasa
disebut oligohidramnion.
Sindrom potter adalah penampakan pada kelainan fisik bayi yang khas
akibat oligohidramnion yang dialami saat berada di dalam rahim.
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan
dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter).
Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh
menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi
abnormal. Namun, pada sebagian kasus, kondisi ini juga bisa disebabkan kedua
ginjal bayi yang tidak bisa bekerja dengan baik (agenesis ginjal bilateral). Hal
ini sering disebut sebagai sindrom Potter klasik.
3
B. Etiologi
Penyebab utama sindrom Potter adalah kelainan pada ginjal dan saluran
kemih janin, sehingga produksi urine janin dan volume air ketuban sangat
sedikit. Kelainan ini paling sering disebabkan oleh tidak terbentuknya ginjal
dengan sempuna akibat kelainan kromosom pada janin. Sindrom Potter juga
dapat terjadi akibat gangguan pembentukan ginjal, penyakit ginjal polikistik,
atau sumbatan pada saluran kemih.
Selain itu, etiologi sindrom potter ialah akibat terlalu sedikitnya cairan
ketuban (oligohidramnion) dan gagal ginjal bawaan yang berkembang saat bayi
tumbuh dalam rahim.
C. patofisiologi
Mekanisme atau patofisiologi adanya sindrom potter dapat dikaitkan
dengan terjadinya oligohidromnion. Oligohidramnion adalah kondisi di mana
cairan ketuban terlalu sedikit, yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion
(AFI) di bawah persentil 5. Volume cairan ketuban meningkat selama masa
kehamilan, dengan volume sekitar 30 ml pada 10 minggu kehamilan dan
puncaknya sekitar 1 L di 34-36 minggu kehamilan. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan
dari dinding rahim mengakibatkan terbentuknya gambaran wajah yang khas
pada bayi (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka
anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku
pada posisi abnormal.
4
sehingga membatasi perkembangan paru. Derajat hypoplastik bergantung pada
lamanya kondisi oligohidramnion.
Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan,
baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun
karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar
lebih jelas.
7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang
keluar.
F. Pemeriksaan Penunjang
1) USG (ultrasonography)
2) Tes Genetik
3) Tes Urin
6
4) X-ray
5) CT-Scan
6) Tes Darah
7) Ekokardiogram
G. Komplikasi
Akibat kekangan cairan ketuban selama kehamilan, maka dapat
meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan
pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan
kematian janin. Wanita yang mengalami oligohydramnion lebih cenderung
harus mengalami operasi caesar disaat persalinannya .
2) Pertumbuhan terhambat
4) Hipoplasia paru
5) Tungkai abnormal
7
6) Kematian
8
BAB III
A. Pengkajian
a. Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat.
b. Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
c. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita
penyakit yang sama.
d. Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin
e. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
f. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang
menggunakan obat intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat
stress yang tinggi.
g. Pemeriksaan fisik bagian luar,
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung
bradi cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola
dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan
pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
9
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi
uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang
vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum
: Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema,
drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi ,
1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan
trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila
dipalpasi, kekuatan otot.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau
status kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi
(resiko) dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang
mungkin muncul antara lain :
1. Ketidakseimbangan nutrusi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan
pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana
asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat
mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan
pada klien Sindroma Potter (Dongoes, 1994 : 417).
1. Ketidakseimbangan nutrusi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
10
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi:
keperawatan, klien dapat 1. Kaji adanya alergi makanan
mencapai status nutrisi yang 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
adekuat dengan indikator: menentukan jumlah kalori dan nutrisi
1. Berat badan dalam rentang yang dibutuhkan klien.
normal 3. Berikan makanan yang terpilih (sudah
2. Tidak ada tanda-tanda dikonsultasikan dengan ahli gizi)
malnutrisi 4. Ajarkan klien bagaimana membuat
3. Intake nutrisi adekuat catatan makanan harian.
4. Intake cairan adekuat 5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori.
Keterangan skala: 6. Berikan informasi tentang kebutuhan
1: Sangat berat nutrisi.
2: Berat 7. Kaji kemampuan klien untuk
3: Sedang mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
4: Ringan
5: Tidak ada Monitoring Nutrisi:
1. Monitor adanya penurunan berat
badan.
2. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan.
3. Monitor lingkungan selama makan.
4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan.
5. Monitor turgor kulit.
6. Monitor mual dan muntah.
7. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb dan kadar hematokrit.
8. Kaji makanan kesukaan.
11
9. Monitor adanya pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva.
10. Monitor kalori dan intake nutrisi.
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindroma potter adalah kondisi langka yang mengacu pada kelainan
fisik terutama pada struktur wajah. Kelainan fisik ini bisa terjadi karena terlalu
sedikitnya air ketuban di dalam rahim selama masa kehamilan. Kondisi jumlah
air ketuban tidak mencukupi kebutuhan janin selama masa kehamilan biasa
disebut oligohidramnion.
Penyebab utama sindrom Potter adalah kelainan pada ginjal dan saluran
kemih janin, sehingga produksi urine janin dan volume air ketuban sangat
sedikit. Kelainan ini paling sering disebabkan oleh tidak terbentuknya ginjal
dengan sempuna akibat kelainan kromosom pada janin. Sindrom Potter juga
dapat terjadi akibat gangguan pembentukan ginjal, penyakit ginjal polikistik,
atau sumbatan pada saluran kemih.
Selain itu, etiologi sindrom potter ialah akibat terlalu sedikitnya cairan
ketuban (oligohidramnion) dan gagal ginjal bawaan yang berkembang saat bayi
tumbuh dalam rahim.
B. Saran
Kami selaku mahasiswa berharap dengan pembuatan makalah ini, dapat
memberikan manfaat dalam proses belajar mengajar. Dan tetap mengharapkan
bimbingan lebih dalam lagi dari para dosen pengampu mengenai Asuhan
Keperawatan Syndrome Potter.
13
DAFTAR PUSTAKA
14