Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 2

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SINDROM POTTER

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Siti Aisyah Nur, M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3:

WIDYA RAHMAH 1902020

AINIL HAMNI 1902003

DIVAH NAHDYA 1902006

RATNA SOFIANTI 1902014

NATASYA FADILA ZAHARA 1902026

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes SYEDZA SAINTIKA PADANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


karunia serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Sindrom Potter”
dengan sebaik-baiknya.

Makalah ini, kami susun untuk memberikan informasi kepada pembaca


mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi,
penatalaksanaan medis, penatalaksanaan diagnostik, dan asuhan keperawatan pada
klien dengan sindrom potter. Disamping itu penulisan makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak STIKes SYEDZA SAINTIKA
Program Studi S1 Ilmu Keperawatan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekuranga dari penyususnan


makalah ini dan masih banyak bagian-bagian yang harus diperbaiki. Maka dari itu
kami harap agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik dan maksimal
lagi.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah khasanah
keilmuan dalam bidang kesehatan dan dapat membantu para perawat maupun
mahasiswa perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
sindrom potter.

Padang, 2 Juni 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2

BAB II ................................................................................................................. 3

PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

A. Definisi ....................................................................................................... 3

B. Etiologi........................................................................................................ 4

C. patofisiologi ................................................................................................ 4

D. Tanda dan gejala ......................................................................................... 5

E. Mnifestasi Klinis.......................................................................................... 6

F. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 6

G. Komplikasi .................................................................................................. 7

H. Penatalaksanaann ........................................ Error! Bookmark not defined.

BAB III................................................................................................................ 9

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN .................................................................. 9

B. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 10

C. Intervensi Keperawatan ............................................................................. 10

BAB IV ............................................................................................................. 13

ii
PENUTUP ......................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ............................................................................................... 13

B. Saran ......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air ketuban memegang peran penting untuk melindungi dan
mendukung tumbuh kembang janin dalam kandungan. Jumlah cairan ketuban
dipengaruhi oleh jumlah urin yang dihasilkan janin. Ketika ginjal dan saluran
kemih janin mengalami gangguan, maka produksi urin janin akan menurun dan
umlah cairan ketuban pun jadi berkurang.

Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit.


Kondisi ini disebut dengan Oligohidramnion. Oligohidramnion adalah suatu
keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
Oligohidramnion dapat terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walaupun
pada umumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir.

Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat


dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan fenotip potter, dimana, Sindroma
Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan
dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan
ketuban yang sedikit).

Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan
dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter).
Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh
menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi
abnormal. Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan
paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak
1
berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama
adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal
(agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang
menyebabkan ginjal gagal berfungsi.

Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air


kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas
dari sindroma Potter.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari syndrome potter?

2. Bagaimana tinjauan teori dari syndrome potter?

3. Bagaimana asuhan keperawatan dari syndrome potter?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahani definisi dari syndrome potter

2. Untuk mengetahui dan memahani tinjauan teori dari syndrome potter

3. Untuk mengetahui dan memahani asuhan keperawatan dari syndrome


potter

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Sindroma potter adalah kondisi langka yang mengacu pada kelainan
fisik terutama pada struktur wajah. Kelainan fisik ini bisa terjadi karena terlalu
sedikitnya air ketuban di dalam rahim selama masa kehamilan. Kondisi jumlah
air ketuban tidak mencukupi kebutuhan janin selama masa kehamilan biasa
disebut oligohidramnion.

Sindrom potter adalah penampakan pada kelainan fisik bayi yang khas
akibat oligohidramnion yang dialami saat berada di dalam rahim.

Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks


yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).

Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru
lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan
dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter).
Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh
menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi
abnormal. Namun, pada sebagian kasus, kondisi ini juga bisa disebabkan kedua
ginjal bayi yang tidak bisa bekerja dengan baik (agenesis ginjal bilateral). Hal
ini sering disebut sebagai sindrom Potter klasik.

3
B. Etiologi
Penyebab utama sindrom Potter adalah kelainan pada ginjal dan saluran
kemih janin, sehingga produksi urine janin dan volume air ketuban sangat
sedikit. Kelainan ini paling sering disebabkan oleh tidak terbentuknya ginjal
dengan sempuna akibat kelainan kromosom pada janin. Sindrom Potter juga
dapat terjadi akibat gangguan pembentukan ginjal, penyakit ginjal polikistik,
atau sumbatan pada saluran kemih.

Selain itu, etiologi sindrom potter ialah akibat terlalu sedikitnya cairan
ketuban (oligohidramnion) dan gagal ginjal bawaan yang berkembang saat bayi
tumbuh dalam rahim.

C. patofisiologi
Mekanisme atau patofisiologi adanya sindrom potter dapat dikaitkan
dengan terjadinya oligohidromnion. Oligohidramnion adalah kondisi di mana
cairan ketuban terlalu sedikit, yang didefinisikan sebagai indeks cairan amnion
(AFI) di bawah persentil 5. Volume cairan ketuban meningkat selama masa
kehamilan, dengan volume sekitar 30 ml pada 10 minggu kehamilan dan
puncaknya sekitar 1 L di 34-36 minggu kehamilan. Oligohidramnion
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan
dari dinding rahim mengakibatkan terbentuknya gambaran wajah yang khas
pada bayi (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka
anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku
pada posisi abnormal.

Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-


paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Hypoplastik paru terjadi terutama karena
oligohidramnion menyebabkan terbatasnya perkembangan dinding dada

4
sehingga membatasi perkembangan paru. Derajat hypoplastik bergantung pada
lamanya kondisi oligohidramnion.

Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan,
baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun
karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.

D. Tanda dan gejala


Sindrom potter ditandai dengan agenesis renal bilateral, hypoplasia
pulmoner, deformitas ekstremitas, dan penampakan wajah yang khas. Kelainan
utama pada sindrom Potter adalah agenesis renal. Agenesis renal adalah
kondisi tidak berkembangnya ginjal pada janin yang ditandai dengan
oligohidramnion atau kurangnya cairan ketuban pada saat masa kehamilan.
Agenesis renal menyebabkan tidak ada produksi cairan amnion mulai 14-16
minggu, dan berhubungan dengan hypoplasia paru.

Bayi yang terlahir dengan sindrom Potter biasanya akan mengalami


kelainan fisik. Kelianan ini bisa berupa:

1) Jarak mata lebih lebar.

2) Posisi telinga lebih rendah.

3) Dagu lebih kecil.

4) Adanya lipatan kulit yang menutupi sudut mata.

5) Pangkal hidung yang lebih lebar.

Bayi dengan sindrom Potter juga bisa mengalami kesulitan bernapas


karena paru-parunya tidak berkembang dengan sempurna selama dalam
kandungan akibat jumlah cairan ketuban yang terlalu sedikit. Hal ini karena
cairan ketuban memang dibutuhkan untuk perkembangan dan pematangan
paru-paru janin.
5
E. Mnifestasi Klinis
1. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.

2. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.

3. Sering berakhir dengan partus prematurus.

4. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar
lebih jelas.

5. Persalinan lebih lama dari biasanya.

6. Sewaktu his akan sakit sekali.

7. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang
keluar.

F. Pemeriksaan Penunjang
1) USG (ultrasonography)

Pemeriksaan USG dilakukan untuk mendiagnosa apakah cairan


ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para doketer akan
mengukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran di dalam rahim dan
menjumlahkannya. Metode ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index
(AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang
dari 5 cm, calon ibu tersebut didiagnosa mengalami oligohydramnion. Jika
jumlah cairan tersebut lebih dari 25 cm, ia di diagnosa mengalami
poluhydramnion.

2) Tes Genetik

3) Tes Urin

6
4) X-ray

5) CT-Scan

6) Tes Darah

7) Ekokardiogram

Tes ini merupakan pemeriksaan menggunakan gelombang suara untuk


membuat gambar jantung, yang kemudian hasilnya akan digunakan untuk
mendeteksi gejalan cacat jantung bawaan pada bayi akibat Sindrom Potter.

G. Komplikasi
Akibat kekangan cairan ketuban selama kehamilan, maka dapat
meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan
pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan
kematian janin. Wanita yang mengalami oligohydramnion lebih cenderung
harus mengalami operasi caesar disaat persalinannya .

Komplikasi yang dapat ditimbulkan atau dialami oleh bayi penderita


sindrom potter ialah sebagai berikut :

1) Cacat bawaan pada saluran kemih

2) Pertumbuhan terhambat

3) Agenesis ginjal bilateral

4) Hipoplasia paru

Karena kekurangan cairan ketuban selama dalam kandungan menyebabkan


perkemabangan paru-paru bayi terhambat, sehingga paru-paru bayi tidak
dapat berfungsi dengan baik.

5) Tungkai abnormal

7
6) Kematian

8
BAB III

TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku
bangsa, alamat.
b. Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
c. Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita
penyakit yang sama.
d. Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin
e. Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan
seksual pada saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
f. Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang
menggunakan obat intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat
stress yang tinggi.
g. Pemeriksaan fisik bagian luar,
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung
bradi cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola
dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau
pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan
pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi

9
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi
uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang
vagina (licin, kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum
: Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema,
drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi ,
1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan
trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila
dipalpasi, kekuatan otot.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau
status kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi
(resiko) dimana pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang
mungkin muncul antara lain :
1. Ketidakseimbangan nutrusi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis
2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.

C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan
pasien dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana
asuhan keperawatan adalah petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat
mengenai rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien sesuai dengan
kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan
pada klien Sindroma Potter (Dongoes, 1994 : 417).
1. Ketidakseimbangan nutrusi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis

10
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi:
keperawatan, klien dapat 1. Kaji adanya alergi makanan
mencapai status nutrisi yang 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
adekuat dengan indikator: menentukan jumlah kalori dan nutrisi
1. Berat badan dalam rentang yang dibutuhkan klien.
normal 3. Berikan makanan yang terpilih (sudah
2. Tidak ada tanda-tanda dikonsultasikan dengan ahli gizi)
malnutrisi 4. Ajarkan klien bagaimana membuat
3. Intake nutrisi adekuat catatan makanan harian.
4. Intake cairan adekuat 5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
kalori.
Keterangan skala: 6. Berikan informasi tentang kebutuhan
1: Sangat berat nutrisi.
2: Berat 7. Kaji kemampuan klien untuk
3: Sedang mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
4: Ringan
5: Tidak ada Monitoring Nutrisi:
1. Monitor adanya penurunan berat
badan.
2. Monitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan.
3. Monitor lingkungan selama makan.
4. Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan.
5. Monitor turgor kulit.
6. Monitor mual dan muntah.
7. Monitor kadar albumin, total protein,
Hb dan kadar hematokrit.
8. Kaji makanan kesukaan.

11
9. Monitor adanya pucat, kemerahan dan
kekeringan jaringan konjungtiva.
10. Monitor kalori dan intake nutrisi.

2. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Teaching : Disease Process (5602)
keperawatan selama 2 x 24 jam,
1. Sediakan informasi kepada
klien mengetahui tentang
keluarga tentang keadaannya
penyakitnya dengan kriteria
2. Identifikasi dan jelaskan
hasil :
perubahan fisik yang dialami
Knowlegde : acute illness klien kepada keluarga
management 3. Jelaskan tentang tanda dan gejala
1. Klien mengetahui penyakit klien
penyebab dan pemicu 4. Identifikasi penyebab yang
penyakitnya mungkin melatar belakangi
2. Klien mengetahui tanda timbulnya penyakit
dan gejala penyakitnya 5. Diskusikan tentang pilihan terapi
3. Klien mengetahui gejala yang memungkinkan
dan tanda komplikasi berikutrasional dari terapi
4. Klien mengetahui pilihan tersebut
terapi untuk penyakitnya 6. Deskripsikan komplikasi-
komplikasi yang dapattimbul.

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindroma potter adalah kondisi langka yang mengacu pada kelainan
fisik terutama pada struktur wajah. Kelainan fisik ini bisa terjadi karena terlalu
sedikitnya air ketuban di dalam rahim selama masa kehamilan. Kondisi jumlah
air ketuban tidak mencukupi kebutuhan janin selama masa kehamilan biasa
disebut oligohidramnion.

Penyebab utama sindrom Potter adalah kelainan pada ginjal dan saluran
kemih janin, sehingga produksi urine janin dan volume air ketuban sangat
sedikit. Kelainan ini paling sering disebabkan oleh tidak terbentuknya ginjal
dengan sempuna akibat kelainan kromosom pada janin. Sindrom Potter juga
dapat terjadi akibat gangguan pembentukan ginjal, penyakit ginjal polikistik,
atau sumbatan pada saluran kemih.

Selain itu, etiologi sindrom potter ialah akibat terlalu sedikitnya cairan
ketuban (oligohidramnion) dan gagal ginjal bawaan yang berkembang saat bayi
tumbuh dalam rahim.

B. Saran
Kami selaku mahasiswa berharap dengan pembuatan makalah ini, dapat
memberikan manfaat dalam proses belajar mengajar. Dan tetap mengharapkan
bimbingan lebih dalam lagi dari para dosen pengampu mengenai Asuhan
Keperawatan Syndrome Potter.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dayal J, Maheshwari E, Ghai P S, Bhatotia S. Antenatal ultrasound diagnosis of


Potter’s Syndrome. Indian J Radiol imaging 2003;13:81-3

Khatami F. Potter’s Syndrome: a study of 15 patients. Arch Iranian Med 2004;


7(3):186-9

Laughlin D, Knuppel RA. Maternal-placental-fetal unit;fetal & early neonatal


physiology. In: DeCherney AH, Nathan L. Current obstetric & gynecologic
diagnosis & treatment. 9th ed. New York: The McGraw-Hill
Companies;2003.

14

Anda mungkin juga menyukai