Dosen Pengampu:
Oleh kelompok 4:
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan
kita, Rasulullah Muhammad SAW. Puji syukur dan shalawat selalu mengawali penulis
dalam setiap langkah, sehingga dapat menyelesaikan Tugas Kelompok Makalah ini
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN RHINITIS”
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Definisi ................................................................................................ 2
B. Etiologi ................................................................................................ 2
C. Patofisiologi ......................................................................................... 2
D. Manifestasi Klinis ................................................................................ 3
E. Tanda dan Gejala.................................................................................. 4
F. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................... 5
G. Penatalaksanaan ................................................................................... 5
A. Pengkajian ........................................................................................... 7
B. Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 7
C. Inervensi ............................................................................................. 7
D. Implementasi ...................................................................................... 10
E. Evaluasi ............................................................................................. 10
A. Kesimpulan ........................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................. 11
ii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional
dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung (mukosa
olfaktori). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan
permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo stratified columnar
ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet.
Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai, menyerang
20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara dan Eropa Barat. Di
tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya kelihatannya lebih rendah,
terutama pada negara-negara yang kurang berkembang. Penderita Rhinitis alergika
akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan atau rhinore,
dan bersin yang terjadi berulang cepat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi dari rhinitis?
2. Bagaimana tinjauan teori dari rhinitis?
3. Bagaimana asuhan keperawatan dengan rhinitis?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari rhinitis
2. Untuk mengetahui dan memahami tinjauan teori dari rhinitis
3. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan rhinitis
1
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap
sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu:
2. Late Phase Allergic Reaction, reaksi yang berlangsung pada dua hingga
empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat
berlangsung hingga 24 jam.
C. PATOFISIOLOGI
2
sel plasma, limfosit, monosit, dan eosinofil. Endotel pembuluh darah membengkak
sehingga permeabilitasnya meninggi diikuti eksudasi serosa. (Perawatan Anak Sakit:
Ngastiyah, 2003)
Patofisiologi rhinitis adalah terjadinya inflamasi dan pembengkakkan mukosa
hidung, sehingga menyebabkan edema dan mengeluarkan secret hidung. Rhinitis
persisten (menetap) mengakibatkan sikatrik fibrosa pada jaringan pengikat dan antropi
kelenjar yang mengeluarkan lendir atau ingus.
Rangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan terlepasnya asetilkolin,
sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah dalm konka serta meningkatkan permiabilitas
kapiler dan sekresi kelenjar, sedangkan rangsangan sraaf simpatis mengakibatkan
sebaliknya.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala lokal berupa kongesti nasal, rabas nasal (purulen dengan rinitis
bakterialis),bersin-bersin, batuk, hidung tersumbat, beringus, gatal pada hidung,
hidung berair, sakit tenggorokan, dan tidak enak badan, tinnitus (rasa ada dengung di
telinga), rasa penuh di telingan dan postnasal drip. Sakit kepala dapat saja terjadi,
terutama jika terdapat juga sinusitis. Gejala umum dapat berupa kelainan pada
gastrointestinal seperti muntah, mual, obstipasi, kembung, atau kadang diare. Juga
dapat terjadi gelisah, mudah tersinggung, nyeri otot (mialgia) dan nyeri pada sendi-
sendi dan sebagainya. Pada pemeriksaan ditemukan membrane mukosa berwarna
merah, membengkak dan lembab. Pasien mengeluh adanya rasa gatal dan mata berair/
menangis. Infeksi bakteri atau infeksi kronis mengakibatkan keluarnya ingus yang
kehijau-hijauan atau purulen, mukoid, dan kental. Infeksi sekunder seperti otitis media,
bronchitis atau pneumoni seharusnya disingkirkan.
Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kana, tergantung pada posisi pasien.
Terdapat rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai bersin,
dan tidak disertai gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur
karena perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan
sebagainya.
3
Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan obstruksi dan
rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa edema
mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat pula pucat.
Permukaannya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga hidung terdapat sekret mukoid,
biasanya sedikit. Namun pada golgongan rinorea, sekret yang ditemukan biasanya
serosa dan dalam jumlah banyak.
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-
ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu.
Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari
benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka
dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi.
Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung
tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata. Tanda
dan gejala rinitis adalah rongesti nasal, nafas nasal (purulen dengan renitis bakterialis)
gatal pada nasal, dan bersin-bersin. Sakit kepala dapat saja terjadi, terutama jika
terdapat juga sinusitis. (Smeltzer, Suzanne C. 2002).
4
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan
uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat
keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas
merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan fisik
meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah
pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE spesifik, dan pemeriksaan
eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi nasal masih terbatas pada bidang
penelitian.
G. PENTALAKSANAAN
5
Pengobatan bersifat individual karena reaksi alergis tidak selalu sama pada tiap
individu. Obat yang biasa diberikan adalah :
1. Antihistamin, kortikosteroid, dan obat tetes hidung vasokontriktor.
2. Pengobatan spesifik tehadap alergen tertentu setelah uji kerentanan.
6
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN RHINITIS
A. PENGKAJIAN
a. Identitas (Nama, jenis kelamin, umur , bangsa )
b. keluhan utama : Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung
tersumbat, dan hidung gatal
c. Riwayat peyakit dahulu: Pernahkan pasien menderita penyakit THT
sebelumnya.
d. Riwayat keluarga : Apakah keluarga adanya yang menderita penyakit yang
di alami pasien
e. Pemeriksaan fisik :
Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mucoid
Palpasi : nyeri, karena adanya inflamasi
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit dan
prosedur tindakan medis
2. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya secret
yang mengental
3. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan rhinore
C. INTERVENSI
1. Dx. Cemas berhubungan dengan Kurangnya Pengetahuan tentang penyakit
dan prosedur tindakan medis
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x ... jam,
diharapkan cemas klien hilang atau berkurang
7
Kriteria Hasil:
a. Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola
kopingnya
b. Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya
serta pengobatannya
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat kecemasan klien 1. Menentukan tindakan selanjutnya
2. Berikan kenyamanan dan 2. Memudahkan penerimaan klien
ketentaman pada klien : terhadap informasi yang diberikan
- Temani klien 3. Meningkatkan pemahaman klien
- Perlihatkan rasa empati( datang tentang penyakit dan terapi untuk
dengan menyentuh klien ) penyakit tersebut sehingga klien
3. Berikan penjelasan pada klien lebih kooperatif
tentang penyakit yang dideritanya 4. Dengan menghilangkan stimulus
perlahan, tenang seta gunakan yang mencemaskan akan
kalimat yang jelas, singkat mudah meningkatkan ketenangan klien.
dimengerti 5. Mengetahui perkembangan klien
4. Singkirkan stimulasi yang secara dini.
berlebihan misalnya : 6. Obat dapat menurunkan tingkat
- Tempatkan klien diruangan yang kecemasan klien
lebih tenang
- Batasi kontak dengan orang lain
/klien lain yang kemungkinan
mengalami kecemasan
5. Observasi tanda-tanda vital.
6. Bila perlu , kolaborasi dengan tim
medis
8
2. Dx. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi /adanya
secret yang mengental
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ... x ... jam,
diharapkan jalan nafas menjadi efektif setelah sekret keluar
Kriteria Hasil:
a. Klien tidak lagi bernafas melalui mulut
b. Jalan nafas Kembali normal terutama hidung
Intervensi Rasional
1. Kaji penumpukan secret yang ada 1. Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan
2. Observasi tanda-tanda vital. selanjutnya
3. Kolaborasi dengan team medis 2. Mengetahui perkembangan klien sebelum
dilakukan operasi
3. Kerjasama untuk menghilangkan obat yang
dikonsumsi
9
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan diamana
rencana perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah
ditentukan. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta ketepatan
perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon untuk menentukan
keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien. (Doenges,
Moorhouse, & Burley, 2000).
10
BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. (Dorland, 2002). Rhinitis
adalah istilah untuk peradangan mukosa. Rinitis adalah suatu inflamasi membran
mukosa hidung dan mungkin dikelompokkan baik sebagai rinitis alergik atau
nonalergik. Rinitis non-alergik paling sering disebabkan oleh infeksi saluran nafas atas,
termasuk rinitis viral (Common cold) dan rhinitis nasal dan bacterial. Terjadi sebagai
akibat masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas structural, neoplasma, dan
massa. Rhinitis mungkin suatu menifestasi alergi, dimana kasus ini disebut sebagai
rhinitis alergik. (Smeltzer, Suzanne C. 2002).
B. SARAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, WA. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC
Long, barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan IAPK
Pajajaran
Smeltzer, suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/Meditek/article/download/927/1005
https://www.alomedika.com/penyakit/telinga-hidung-tenggorokan/rhinitis-alergi
12