Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN SINUSITIS

Disusun Oleh :
1. Ariesti
2. Henik Setyowati
3. Kintan Dewi Ariyani
4. Lilik Setianingsih
5. Sri Rahayuningsih
6. Yudi Laksono
7. Romdonah Nur Safitri
8. Silvia Wahyu Utari

PROGAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ANNUR
PURWODADI
TAHUN PELAJARAN 2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Asuhan Keperawatan Sinusitis

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Asuhan Keperawatan Sinusitis
ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Purwodadi, November 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .........................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................4

A. Definisi ..........................................................................................................9
B. Klasifikasi .....................................................................................................9
C. Anatomi fisiologi ...........................................................................................
D. Etiologi ...........................................................................................................
E. Patofisiologi ...................................................................................................
F. Tanda Gejala ..................................................................................................
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................
I. Penatalaksanaan .............................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .....................................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................................

A. Kesimpulan ....................................................................................................
B. Saran ...............................................................................................................

iii
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sinusitis merupakan proses peradangan pada mukosa atau selaput
lendIr sinus parasanal. Sinus Paranasalis (SPN) terdiri dari empat sinus
yaitu sinus maxillaris, sinus frontalis, sinus sphenoidalis dan sinus
ethmoidalis. Setiap rongga sinus ini dilapisi lapisan mukosa yang
merupakan lanjutan mukosa rongga hidung dan bermuara di rongga
hidung melalui ostium masing-masing. Pada kondisi anatomi dan
fisiologis normal, sinus terisi udara. Deviasi dari struktur anatomi
normal maupun perubahan fungsi lapisan mukosa dapat menjadi
predisposisi penyakit sinus.
Sinusitis merupakan penyakit yang sangat lazim diderita di seluruh
dunia, hampir menimpa kebanyakan penduduk Asia. Penderita sinusitis
bisa dilihat dari ibu jari bagian atas yang kempot. Sinusitis dapat
menyebabkan seseorang menjadi sangat sensitif terhadap beberapa
bahan, termasuk perubahan cuaca (sejuk), pencemaran alam sekitar,
dan jangkitan bakteri. Gejala yang mungkin terjadi pada sinusitis adalah
bersin-bersin terutama di waktu pagi, rambut rontok, mata sering gatal,
kaki pegal-pegal, cepat lelah dan asma. Jika kondisi ini berkepanjangan
akan meimbulkan masalah keputihan bagi perempuan, atau ambeien
(gangguan prostat) bagi laki-laki.
Menurut Lucas seperti yang di kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis
sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang
75% disebabkan oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf
otonom yang menimbulkan perubahan-perubahan pada mukosa sinus.
Suwasono dalam penelitiannya pada 44 penderita sinusitis maksila
kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%) memberikan tes kulit
positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada kelompok
umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan
seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu

1
rumah (87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
Sebagian besar kasus sinusitis kronis terjadi pada pasien dengan
sinusitis akut yang tidak respon atau tidak mendapat terapi. Peran
bakteri sebagai dalang patogenesis sinusitis kronis saat ini sebenarnya
masih dipertanyakan. Sebaiknya tidak menyepelekan pilek yang terus
menerus karena bisa jadi pilek yang tak kunjung sembuh itu bukan
sekadar flu biasa.
Oleh karena faktor alergi merupakan salah satu penyebab
timbulnya sinusitis, salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan tes
kulit epidermal berupa tes kulit cukit (Prick test, tes tusuk) di mana tes
ini cepat, simpel, tidak menyakitkan, relatif aman dan jarang
menimbulkan reaksi anafilaktik. Uji cukit (tes kulit tusuk) merupakan
pemeriksaan yang paling peka untuk reaksi-reaksi yang diperantarai
oleh IgE dan dengan pemeriksaan ini alergen penyebab dapat
ditentukan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimakhsud dengan penyakit Sinusitis?
2. Apa saja klasifikasi penyakit Sinusitis?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari penyakit Sinusitis?
4. Apa penyebab dari penyakit Sinusitis?
5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Sinusitis?
6. Apa saja tanda dan gejala dari penyakit Sinusitis?
7. Apa saja komplikasi dari penyakit Sinusitis?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk penyakit Sinusitis?
9. Bagaimana penatalaksanaan penyakit Sinusitis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Sinusitis
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penyakit sinusitis
mencakup definisi, etiologi, patofisiologi, penegakkan diagnosis

2
khususnya gambaran dari pemeriksaan radiologis yang mungkin
ditemukan, diagnosis banding, serta penatalaksanaannya.
2. Tujuan Khusus
Agar sebagai mahasiswa/i akademi keperawatan lebih mendalami
tentang penyakit sinusitis. Dan juga untuk memenuhi tugas makalah
yang diberikan oleh dosen pengajar.

3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi

Sinusitis merupakan suatu peradangan pada mukosa atau selaput lendir


sinus parsial. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau
kerusakan tulang dibawahnya. Sinus paranasal adalah rongga-rongga yang
terdapat pada tulang-tulang diwajah. Terdiri dari sinus frontal (di dahi), sinus
etmoid (pangkal hidung), sinus maksila (pipi kanan dan kiri), sinus sphenoid (di
belakang sinus etmoid) (Efiaty,2007).

Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang
terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila,sinusitis etmoid, sinusitis frontal,
dan sinusitis sphenoid. (Endang Mangunkusumo dan Nusjirwan Rifki,2001)

2. Klasifikasi
Sinusitis dapat diklasifkasikan sebagai, akut (< 4 minggu), subakut (4-12
minggu), kronis (212 minggu) dengan atau tanpa eksaserbasi (kambuh) akut dan
akut berulang (Wolfson, 2009 h. 390).

Menurut D. Thane R. Cody dkk, 1986


1. Sinusitis Akut

Sinusitis akut merupakan suatu proses infeksi di dalam sinus yang berlangsug dari
satu hari sampai 3 minggu.

2.Sinusitis Sub Akut

Sinusitis sub akut merupakan infeksi sinus yang berlangsung dari 4 minggu
sampai 12 minggu. Perubahan epitel di dalam sinus biasanya reversible pada fase
akut dan sub akut, biasanya perubahan tak reversible timbul setelah 3 bulan
sinusitis sub akut yang berlanjut ke fase berikutnya / kronik.

3. Sinusitis Kronik

Fase kronik dimulai setelah 12 minggu dan berlangsung sampai waktu yang tidak
terbatas.

3. Anatomi Fisiologi

4
Menurut Soepardi, EA. 2007
1. Anatomi

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang


sulit dideskripsi karena bentuknya sangat berfariasi pada tiap individu.
Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus
maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus spenoid kanan dan kiri.
Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala,
sehingga terbentuk rongga didalam tulang. Semua sinus mempunyai
muara (ostium) ke dalam rongga hidung.

a. Sinus Maksila
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir
sinus maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan
cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat
dewasa.
Sinus maksila berbentuk pyramid. Dinding anterior sinus ialah
permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding
posteriornya adalah permukaan infratemporal maksila, dinding
medialnya iala dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya
ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveeolaris
dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding
medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui
infundibulum etmoid.

5
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus
maksila adalah :
1) Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi
rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-
kadang gigi taring (C) dan gigi molar M3, bahkan akar gigi tersebut
dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi mudah naik ke
atas menyebabkan sinusitis.
2) Sinusitis dapat menimbulkan komplikasi orbita; 3) Ostium
sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase
tergantung dari gerak silia, lagipula darinase harus melalui
infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus
etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang dan alergi pada
daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya
menyebabkan sinusitis.
b. Sinus Frontal
Sinus frontal terletak di os frontal, mulai terbentuk sejak bulan
keempat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel
infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang
pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum
usia 20 tahun.
Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih
besar dari pada yang lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak
di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai
satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus frontalnya tidak
berkembang.
Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm,
dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi
sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran septum-septum atau
lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen merupakan adanya
infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis
dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal

6
mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrainase melalui
ostiumnya yang terletak di resesus frontal, yang berhubungan dengan
infundibulum etmoid.
c. Sinus Etmoid
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling
bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat
merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa
bentuk sinus etmoid seperti pyramid dengan dasarnya di bagian
posterior. Ukuran dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm, dan
lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior.
Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang
menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral
os etmoid, yang terletak di antara media dan dinding medial orbita.
Sel-sel ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya sinus, sinus
etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior dan sinus etmoid
posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid
anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di depan lempeng
yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding
lateral (lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior
biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak di
posterior dari lamina basalis.
Di bagian depan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit,
disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel
etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior
terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat
bermuaranya sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di
resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan
pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.
Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan
dengan lamina kribosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea

7
yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Di
bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasn denga sinus sfenoid.
d. Sinus Sfenoid
Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus
etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut
septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3
cm dan lebarnya 1,7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7,5 ml. Saat
sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus di bagian lateral os
sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan
tampak sebagai indentasi pada dinding sinus sfenoid.
Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri
media dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring,
sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotis
interna (sering tampak sebagai indentasi) dan di sebelah posteriornya
berbatasan dengan fosa serebri posterior dan pons.
2. Fisiologi
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi
sinus paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak
mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat
pertumbuhan tulang muka.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal
antara lain:
1) Sebagai pengatur kondisi udara
2) Sebagai penahan suhu
3) Membantu keseimbangan kepala;
4) Membantu resonansi suara;
5) Peredam perubahan tekanan udara
6) Membantu produksi mucus untuk membersihkan rongga hidung.
4. Etiologi
Sinusitis disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan nafas bagian atas
dan dapat diperparah oleh infeksi kuman atau virus dan alergi. Kejadian sinusitis

8
20-200 kali lebih umumnya terjasi karena bakteri sinusitis. Lebih dai 200 virus
yang menyebabkan sinusitis akut, dari serotipe rhinovirus, parainfluenza dan virus
influenza yang paling umum penyababnya. Infeksi virus biasanya terjadi pada 10
hari pertama lalu diikuti dengan infkesi dari bakteri sesudahnya Sebagian besar
kasus sinusitis terjadi karena virus URI (infeksi saluran pernapasan). Virus 13
melukai epitel (jaringan) sinus, sehingga terjadi kelainan fungsi pada serabut sinus
dan terjadi peradangan (Wolfson, 2009)

Menurut Amin dan Hardhi, 2015


Sinusitis paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang
dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, kea rah
tenggorokan untuk ditelan di saluran pencernaan. Semua keadaan yang
mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan
menyebabkan terjadinya sinusitis.
Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu :
a. Faktor local adalah semua kelainan pada hidung yang dapat mnegakibatkan
terjadinya sumbatan, antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda
asing, iritasi polutan, dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput
lendir).
b. Faktor sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan
sinusitis antara lain gangguan daya tahan tubuh (diabetes, AIDS), penggunaan
obat–obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung.
1. Penyebab pada sinusitis akut adalah:
a) Infeksi virus
Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan
Parainfluenza virus).
b) Bakteri
Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan
normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau

9
drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka
bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan
menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut.
c) Infeksi jamur
Infeksi jamur bisa menyebabkan sinusitis akut pada penderita gangguan
sistem kekebalan, contohnya jamur Aspergillus.

d) Peradangan menahun pada saluran hidung

2. Penyebab pada sinusitis kronik adalah:

a) Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh


b) Alergi
c) Karies dentis (gigi geraham atas)
d) Benda asing di hidung dan sinus paranasal
e) Tumor dihidung dan sinus paranasal

5. Phatofisiologi

Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostiumostium sinus dan


lancarnya klirensmukosiliar (mucociliarry clearance) di dalam KOM (kompleks
osteomeatal). Mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk
bersama udara pernapasan.
Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi
edema mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat
bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif didalam rongga
sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous. Kondisi ini
bisa dianggap sebagai rinosinusitis non-nacterial dan biasanya sembuh dalam
beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, sekret yang berkumpul
didalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri.
Sekret menjadi purulen. Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bakterial
dan memerlukan terapi antibiotik. Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada

10
faktor presdiposisi, inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob
berkembang. Mukosa makin membengkan dan ini merupakan rantai siklus yang
terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi,
polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan
tindakan operasi.

Sinustis bisa disebabkan juga oleh kerusakan gigi yang disebut dengan
sinusitis dentogen. Sinusitis dentogen merupakan salah satu penyebab penting
sinusitis kronik. Dasar sinus maksila adalah prosesus alveolaris tempat akar gigi
rahang atas, sehingga rongga sinus maksila hanya terpisahkan oleh tulang tipis
dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas. Infeksi gigi
rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan periodontal
muah menyebar secara langsung ke sinus atau melalui pembulu darah dan limfe
(Endang mangunkusumo, 2007).

6. Tanda dan Gejala


Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Secara umum, tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah :
a. Hidung tersumbat
b. Nyeri di daerah sinus
c. Sakit kepala
d. Hiposmia/anosmia
e. Hoalitosis
f. Post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
2. Sinusitis maksila akut
Gejala : Demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat,m
nyeri tekan, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang-kadang berbau
dan bercampur darah.
3. Sinusitis edmoit akut

11
Gejala : Sekret kental di hidung dan nasofaring, nyeri di antara dua mata, dan
pusing.
4. Sinusitis frontal akut
Gejala : Demam,sakit kepala yang hebat pada siang hari, tetapi berkurang
setelah sore hari, sekret kental dan penciuman berkurang.
5. Sinusitis sphenoid akut
Gejala : Nyeri di bola mata, sakit kepala, dan terdapat sekret di nasofaring
6. Sinusitiskronis
Gejala : Flu yang sering kambuh, ingus kental dan kadang-kadang
berbau,selalu terdapat ingus di tenggorok, terdapat gejala di organ lain
misalnya rematik, nefritis, bronchitis, bronkiektasis, batuk kering, dan sering
demam.

7. Komplikasi
Menurut Efiaty Arsyad Soepardi, 2001
Komplikasi sinusitis telah menurun secara nyata sejak ditemukannya
antibiotika. Komplikasi biasanya terjadi pada sinusitis akut atau pada sinusitis
kronis dengan eksaserbasi akut.
Komplikasi yang dapat terjdi ialah :
1. Osteomielitis dan abses sub periostal.
Paling sering timbul akibat sinusitis frotal dan biasanya ditemukan
pada anak – anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat timbul fistula
oroantral.
2. Kelainan orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan mata. Yang
paling sering ialah sinusitis etmoid, kemudian sinusitis frontal dan maksila.
Penyebaran infeksi terjadi melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum.
Kelainan yang dapat timbul ialah edema palpebra, selulitis orbita, abses sub
periostal, abses orbita dan selanjutnya dapat terjadi thrombosis sinus
cavernosus.
3.Kelainan intracranial

12
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau sub dural, abses otak
dan thrombosis sinus cavernosus

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Amin dan Hardhi, 2015
1. Rinoskopi anterior
Pada pemeriksaan Rinoskopi anterior akan didapatkan mukosa yang edema
dan hiperemis, terlihat sekret mukopus pada meatus media. Pada sinusitis
ethmoiditis kronis eksasserbasi akut dapat terlihat suatu kronisitas misalnya
terlihat hipertrofi konka, konka polipoid ataupun poliposis hidung.
2. Rinoskopi posterior
Pada pemerikasaan Rinoskopi posterior, tampak sekret yang purulen di
nasofaring dan dapat turun ke tenggorokan.
3. Nyeri tekan pipi sakit
4. Transiluminasi
Dilakukan di kamar gelap memakai sumber cahaya penlight berfokus jelas
yang dimasukkan ke dalam mulut dan bibir dikatupkan. Arah sumber cahaya
menghadap ke atas. Pada sinus normal tampak gambaran terang pada daerah
glabella. Pada sinusitis ethmoidalis akan tampak kesuraman
5. X Foto sinus paranasalais : Kesuraman, Gambaran "airfluidlevel",
Penebalan mukosa

9. Penatalakanaan

Menurut Amin & Hardhi, 2015

Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan


menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif
dan pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari :

13
1. Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan
kelembaban yang ideal 45-55%.
2. Antibiotik yang adekuat paling sedikit selama 2 minggu.
3. Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri.
4. Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan
lebih dari pada 5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan
Rhinitis redikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu
lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar,dan kering karena arthofi
mukosa dan kerusakan silia.
5. Antihistamin jika ada factor alergi.
6. Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup
parah.
Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis,
otitis media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses
orbita atau komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus ialah
untuk memperbaiki saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara
membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan
dengan alat sinoskopi (1-"ESS= fungsional endoscopic sinus surgery).
Tekhnologi ballon sinuplasty digunakan sebagai perawatan sinusitis.
Tekhnologi ini, sama dengan balloon Angioplasty untuk menggunakan
kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka
sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan Sinus yang
normaldan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan
secaraperlahan mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding
dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus.

14
BAB V

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Sinusitis adalah radang mukosa sinus paranasal. Sesuai anatomi sinus yang
terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis etmoid, sinusitis
frontal, dan sinusitis sphenoid. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai
dari yang terbesar yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus
sfenid kanan dan kiri.
Sampai saat ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus
paranasal. Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak
mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat
pertumbuhan tulang muka. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai
fungsi sinus paranasal antara lain : Sebagai pengatur kondisi udara (air
conditioning), Sebagai penahan suhu (thermal insulators) , Membantu
keseimbangan kepala dan lain-lain.
Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu : Faktor local
dan Faktor Sistemik. Tanda dan gejala dari penyakit sinusitis adalah :
Hidung tersumbat, nyeri di daerah sinus, sakit kepaladan lain-lain.
Klasifikasi ada 3 macam yaitu sinusitis akut, sub akut dan kronik.
Pemeriksaan penunjang antara lain Transiluminasi, Rinoskopi anterior,
Rinoskopi posterior dan lain-lain.
Pencegahan pada penyakit sinusitis Rajin berolahraga, karena tubuh yang
sehat tidak mudah terinfeksi virus maupun bakteri, Hindari stres, Hindari
merokok dan lain-lain. Penatalaksanaannya yaitu Istirahat yang cukup dan
udara disekitarnya harus bersih dengan kelembaban yang ideal 45-55%,
Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu, Analgetika
untuk mengatasi rasa nyeri.
2. Saran
Berdasarkan pembahasan masalah ini makalah kami dapat mengemukakan
beberapa saran yang mungkin dapat menjadi masukan yang bersifat positif

15
antara lain : Diharapkan agar mahasiswa mahasiwi dapat memahami
tentang penyakit Sinusitis ini dan terus megembangkan dalam tindakan
nyata pada kehidupan masyarakat. Diharapkan makalah ini dapat
digunakan sebaai acuan tambahan pembelajaran bagi ilmu keperawatan.
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan referensi tambahan di
perpustakaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Efiaty, Nurbaiti, Jenny, Ratna. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
dan Hidung; Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Wolfson, Allan B. et. all. (ed). 2009. Harwood-Nuss’: Clinical Practice Of


Emegency Medicine. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins

Cody, D. Thane R. dkk. 1986. Penyakit Telinga, Hidung, dan


Tenggorokan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Soepardi, EA. 2007. Buku Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung


Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Gaya Baru

Mangunkusumo, Endang, Soetjipto, Damajanti. 2007. Sinusitis dalam


Soepardi, Efiaty A. Iskandar, Nurbaity. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher; Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Huda, Amin dan Kusuma, Hardi. 2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC.Edisi jilid
1.Yogyakarta : Media Action Mardana

Soepardi, Efiaty Arsyad & Iskandar Nurbaiti. 2001. Telinga Hidung


Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

17

Anda mungkin juga menyukai