Anda di halaman 1dari 25

RDH ( RHEUMATIC HEART DISEASE)

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG


1. ANATOMI JANTUNG

Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar kepalan
tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh darah dengan
kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal terdiri dari empat ruang, 2 ruang
jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya dinamakan
ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan kedua
atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.

Batas-batas jantung:
a. Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava inferior (VCI)
b. Kiri : ujung ventrikel kiri
c. Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel kiri
d. Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
e. Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal sepanjang
diafragma sampai apeks jantung
f. Superior : apendiks atrium kiri

Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan keempat


katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan menjaga agar
darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup ini adalah katup
trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup
pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal, katup mitral
yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup aorta, terletak di
antara ventrikel kiri dan aorta. Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet
anterior dan posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet) .
Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui preksus jantung.
Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV, serta hanya sedikit
menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari trunkus toraksik dan servikal
atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel. Walaupun jantung tidakmempunyai
persarafan somatik, stimulasi aferen vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan
dipersepsi sebagai nyeri.
Suplai darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan
berasal dari sinus aorta anterior, melewati diantara trunkus pulmonalis dan
apendiks atrium kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan
interventrikuler posterior. Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai arteri posterior
desenden/ posterior decendens artery (PDA) disebut dominan kanan. Arteri
koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri
anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler dan
sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeks jantung.
Mayoritas darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium kanan.
Sinus koronarius bermuara ke sinus venosus sistemik pada atrium kanan, secara
morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam celah atrioventrikuler.
(Essianda,2015)

(Essianda,2015)
2. FISIOLOGIS JANTUNG

Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah terkait


fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari satu atrium-ventrikel
kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua bagian pompa jantung tersebut,
pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi paru sedangkan bagian pompa jantung
yang kiri berperan dalam sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis
sirkulasi yang dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses yang
berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen manusia demi
kelangsungan hidupnya.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke
jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan darah dari
sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah biru tersebut ke jantung
sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan, dan melalui katup trikuspid menuju
ventrikel kanan, kemudian ke paru-paru melalui katup pulmonal.1
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami
oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah. Darah
merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena pulmonalis. Dari
atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitral dan selanjutnya
dipompakan ke aorta.1
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan
tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal, ventrikel ini
mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan mengalir ke ventrikel
ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini
selanjutnya dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara
bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.
(Essianda,2015)
B. DEFINISI RHD
Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic Heart
Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-jaringan
penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme
streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 2006).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan kerusakan pada
katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali. (kapita selekta,
edisi 3, 2007)
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik
yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus
Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala
mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan
Eritema marginatum
C. ETIOLOGI
Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat
berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh
streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak
terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi
imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody yang melawan streptococcus bersifat
sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.

Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD yaitu :

1. Faktor genetik
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B
spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.

2. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian
dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam
katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada
reumatik fever.
3. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang
buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga
pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi
tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.

4. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi
saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga
meningkat.

(Devy Tanjung,2018)

D. PATOFISIOLOGI
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh radang
saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus
golongan A, sehingga bakteri termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik
akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik, diikuti fase
laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul gejala-gejala
demam reumatik akut.
Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung antara
infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel tenggorok dan
merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti. Beberapa antigen streptokokus,
khususnya Streptolisin O dapat mangadakan reaksi-antibodi antara zat anti terhadap
streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif maupun
proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan eritema marginatum dan
khorea.
Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan perikarditis.
(Devy Tanjung,2018)
E. MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu:
a. Kriteria mayor:
1. Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah,
radang sendi – sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan,
siku (Poliartitis migran).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3. Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak
gatal.
4. Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari,
lutut, persendian kaki; tidaknyeri dan dapat bebas digerakkan.
5. Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai
manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat.

(Devy Tanjung,2018)

b. Kriteria minor:
1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik
2. Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3. Demam tidak lebih dari 390 C
4. Leukositosis
5. Peningkatan laju endap darah (LED)
6. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
(Devy Tanjung,2018)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan
laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
2. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3. Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A
G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu:

1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.

Tirah
baring
Kelompok
Mobilisasi
(
Klinis bertahap
minggu
) ( minggu)

- Karditis ( - )

- Artritis (+) 2 2

- Karditis (+)

- Kardiomegali (-) 4 4

- Karditis ( + )

- Kardiomegali(+) 6 6

- karditis ( + )
- Gagal jantung >6 > 12
(+ )

2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2 juta
unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat badan < 30 kg,
atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi penisilin, diberikan
eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk profilaksis diberikan penisilin
benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali. Bila alergi penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5
g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g untuk yang lebih besar. Jangan lupa
menghitung sel darah putih pada minggu-minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan
neutrofil < 35% sebaiknya obat dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama
terutama bila ada kelainan jantung dan rekurensi.
3. Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah
kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis tinggi dapat
menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea. Untuk pasien dengan
artralgia saja cukup diberikan analgesik.Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis
atau tanpa kardiomegali, salisilat diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6
g/hari, dibagi dalam 3 dosis selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg
BB/hari selama 4-6 minggu kemudian.

Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali. Obat terpilih
adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan dosis
maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti
prednison oral. Sesudah 2-3 minggu secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg
setiap 2-3 hari. Secara bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan
dilanjutkan selama 6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk
menghindari efek rebound atau infeksi streptokokus baru. (Devy Tanjung,2018)
H. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1
Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan
sosial juga ikut berpengaruh.
b. Keluhan utama: Sakit persendian dan demam.
c. Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu pertama,
timbul gerakan yang tiba-tiba.
d. Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.
e. Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung
f. ADL
1) Aktivitas/istrahat
Gejala : Kelelahan, kelemahan.
Tanda : Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
2) Sirkulasi
Gejala : Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi,
jatuh pingsan.
Tanda : Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction
rub, murmur, edema, petekie, hemoragi splinter.
3) Eliminasi
Gejala : Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.
Tanda : Urine pekat gelap.
4) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,
gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi.
Tanda : Perilaku distraksi, mis: gelisah.
5) Pernapasan
Gejala : dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak
produktif).
Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum
banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).
6) Keamanan
Gejala : Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.
Tanda : Demam.
g. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum lemah
b) Suhu : 38 – 390
c) Nadi cepat dan lemah
d) BB: turun
e) TD: sistol, diastole
2) Pemeriksaan fisik
3) Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.
4) Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos
serta takhikardi
5) Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
6) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan darah
b) Astopiter
c) LED
d) Hb
e) Leukosit
f) Pemeriksaan EKG
g) Pemeriksaan hapus tenggorokan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada penutupan
katup mitral ( stenosiskatup )
b. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
c. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

Diagnosa I Tujuan: 1. Kaji frekuensi nadi, 1. Memonitor adanya


RR, TD secara teratur perubahan sirkulasi
Penurunan curah jantung Setelahdiberikan asuhan
setiap 4 jam. jantung sedini mungkin
berhubungandengan adanya keperawatan,penurunan
dan terjadinya takikardia-
gangguan pada penutupan curah jantung
disritmia sebagai
katup mitral ( stenosiskatup dapat diminimalkan.
kompensasi
)
Kriteria hasil: meningkatkan curah
jantung
1. Menunjukkan tanda-
tanda vital dalam batas 2. Pucat menunjukkan
yang dapat diterima 2. Kaji perubahan adanya penurunan perfusi
(disritmia terkontrol atau warna kulit terhadap perifer terhadap tidak
hilang). sianosis dan pucat. adekuatnya curah
jantung. Sianosis terjadi
2. bebas gejala gagal
sebagai akibat adanya
jantung (mis : parameter
obstruksi aliran darah
hemodinamik dalam batas
pada ventrikel.
normal, haluaran urine
adekuat). 3. Istirahat memadai
3. Batasi aktifitas
diperlukan untuk
3. Melaporkan penurunan secara adekuat.
memperbaiki efisiensi
episode dispnea,angina.
kontraksi jantung dan
Ikut serta dalam akyivitas
menurunkan komsumsi
yang mengurangi beban
O2 dan kerja berlebihan.
kerja jantung.
4. Stres emosi
4. Berikan kondisi menghasilkan
psikologis lingkungan vasokontriksi yang
yang tenang. meningkatkan TD dan
meningkatkan kerja
jantung.

5. Meningkatkan sediaan
5. Kolaborasi untuk oksigen untuk fungsi
pemberian oksigen miokard dan mencegah
hipoksia.

6. Diberikan untuk
6. Kolaborasi untuk
meningkatkan
pemberian digitalis
kontraktilitas miokard
dan menurunkan beban
kerja jantung.

Diagnosa II Tujuan : nyeri dapat 1. Kaji keluhan nyeri, 1. R/ membantu dalam


berkurang/hilang catat lokasi dan memetukankebutuhan
Nyeri akut/kronis
intensitas ( skala 0- dan manajemen nyeri dan
berhubungan dengan Kriteria hasil:
10).Catat faktor yang keefektifan program.
distensi jaringan oleh
1) Menunjukkan nyeri memcepat dan tanda
akumulasi cairan/proses
berkurang/hilang sakit non verbal.
inflamasi, destruksi sendi.
2. Pada penyakit yang
2) Terlihat rileks, dapat 2. Biarkan pasien
berat torah baring sangat
tidur/istirahat mengambil posisi yang
diperlukan untuk
nyaman.
3) Berpartisipasi dalam membatasi nyeri/cidera
aktifitas sesuai berlanjut.
kemampuan.
3. Beri obat sebelum 3. Menigkatkan relaksasi,
aktifitas/latihan yang mengurangi ketegangan
direncanakan. otot/spasme.
4. Gejala kardinal
menunjukkan keadaan
4. Observasi gejala
fisik dari organ-organ
kardinal.
vital tubuh, juga dapat
memberikan gambaran
kondisi pasien.

Diagnosa III Tujuan : 1. Kaji status nutrisi( 1. Menyediakan data


perubahan BB< dasar untuk memantau
Ketidakseimbangan nutrisi ; Setelah dilakukan
pengukuran perubahan dan
kurang dari kebutuhan tindakan keperawatan
antropometrik dan mengevaluasi intervensi
tubuh berhubungan dengan masalah
nilai HB serta protein
peningkatan asam lambung ketidakseimbangan nutrisi 2. Membantu dalam
akibat kompensasi sistem kurang dari kebutuhan 2. Kaji pola diet nutrisi mempertimbangkan
saraf simpatis dapat teratasi. klien( riwayat diet, penyusunan menu
makanan kesukaan) sehingga klien berselera
Kriteria hasil :
makan
Klien mengatakan mual
3. Menyediakan informasi
dan anoreksia berkuarang 3. Kaji faktor yang
mengenai faktor yang
/ hilang, masukan berperan untuk
harus ditanggulangi
makanan adekuat dan menghambat asupan
sehingga asupan nutrisi
kelemahan hilang. BB nutrisi ( anoreksia,
adekuat.
dalam rentang normal. mual)
4. Membantu mengurangi
produksi asam
4. Anjurkan makan lambnung/HCl akibat
dengan porsi sedikit faktor-faktor perangsang
tetapi sering dan tidak dari luar tubuh
makan makanan yang
merangsang
pembentukan Hcl 5. Membantu mengurangi
seperti terlalu panas, produksi HCL oleh epitel
dingin, pedas lambung

5. Kolaborasi untuk
pemberian obat
6. Mendorong
penetral asam lambung
peningkatan selera
seperti antasida
makan.
6. Kolaborasi untuk
penyediaan makanan
kesukaan yang sesuai
dengan diet klien

4. IMPLEMENTASI
Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa yang
diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir tindakan yang
akan dilakukan.
5. EVALUASI
a. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Terjadi penurunan episode dispnea, angina.
c. Mulai dapat beraktivitas secara mandiri.
d. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
e. Berat Badan dalam batas normal
f. Klien dapat beraktivitas secara mandiri
I. CONTOH KASUS
1. PENGKAJIAN
I. Identitas Diri Klien
1). Nama : An. W
2). Tempat/tanggal lahir : Lubuk Pakam, 23 September 2008
3). Jenis kelamin : Laki-laki
4). Alamat : DSN I DS. BARU BATANG KUIS
5). Status perkawinan :-
6). Agama : Kristen
7). Suku : Batak
8). Pendidikan : SD
9). Tanggal masuk RS : 01 November 2016

II. Status kesehatan klien saat ini

1) Keluhan utama : Demam dan nyeri sendi ± 3 hari ini


2) Faktor pencetus : Radang tenggorokan ± 1 minggu yang lalu
3) Faktor yang memperberat keluhan : Mudah lelah saat bermain
4) Upaya yang dilakukan : Kompres
5) Diagnosa Medik :Rheumatic Heart Desease/ Penyakit Jantung
Rematik
III. Riwayat Kesehatan Klien yang lalu

1) Riwayat penyakit yang pernah dialami klien : Faringitis


2) Riwayat pengobatan :-
3) Riwayat operasi :-
4) Riwayat kecelakaan :-
5) Riwayat hospitalisasi :-
6) Reaksi alergi : Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat
7) Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap
IV. Pola Kebiasaan Sehari-Hari (ADL)

1) Pola Nutrisi
Klien mengatakan tidak selera makan
2) Pola Eliminasi
Tidak ada perubahan eliminasi BAK dan BAB
3) Pola Aktivitas
Kelelahan, malaise
4) Pola Istirahat
Klien sulit tidur
5) Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri
Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah
6) Pola Keyakinan Nilai
Orangtua klien mengajarkan anaknya untuk banyak berdoa

V. PEMERIKSAAN FISIK

1) Keadaan Umum: Klien tampak lemah

BB: 30 kg

TB: 120 cm

2) Tanda-tanda vital

Kes: Composmentis

TD: 90/60 mmHg

HR: 110x/i

RR: 26x/i

T : 37,8 0C

3) Kepala: Bentuk simetris, rambut hitam, kepala bersih


4) Mata: Pupil isokor, konjungtiva (-) anemis

5) Hidung: Simetris, (-)pembesaran polip ataupun sinus

6) Mulut: Mukosa bibir kering

7) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

8) Sis. Pernapasan: Pernapasan vesikuler,

9) Sirkulasi: Takikardi: 110x/i

10) Abdomen: (-)nyeri tekan

11) Anogenetal: tidak dikaji

12) Neurologis: Kes: Composmentis

13) Integumen: Turgor kulit baik

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Hb : 10 gr/dl
b) HMT : 45%
c) Leukosit : 12 ribu gr/dl
d) Trombosit : 120.000
e) Eritrosit : 4,6 juta
f) ASTO : 400

2) Radiologi

Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada


jantung.

3) Hapusan tenggorokan

Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A


2. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Masalah


1). DS: Toxin beredar melalui Nyeri
-Klien mengatakan sakit pada sendi aliran darah
DO:
-Klien tampak meringis kesakitan Poliartritis

Nyeri

2). DS: Orangtua klien mengatakan Aktivasi Peningkatan suhu


anaknya demam antigen/antibodi tubuh
DO:
-Klien tampak gelisah Inflamasi
-Suhu tubuh klien di atas batas
normal Impuls disampaikan
ke hipotalamus
TTV:
TD: 90/60 mmHg Peningkatan suhu
HR: 110x/i tubuh
RR: 26x/i
T : 37,80C

3). DS: Katup jantung Intoleransi aktifitas


-Klien mengatakan cepat lelah mengalami gangguan
DO:
-Klien tampak lemah Peningkatan tekanan
-Klien tampak berbaring ditempat vena dan arteri
tidur pulmonalis

Kelemahan fisik
Intoleransi aktifitas

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b/d poliartritis d/d klien mengatakan nyeri pada sendi, klien tampak
meringis
b. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi d/d ibu klien mengatakan anaknya
demam, suhu tubuh diatas batas normal
c. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d klien mengatakan cepat lelah, klien
tampak lemah dan berbaring ditempat tidur.

4. INTERVESI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
1. Nyeri b/d poliartritis d/d Tujuan: Mandiri: 1. Pengkajian
klien mengatakan nyeri Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dilakukan
pada sendi, klien tampak intervensi vital untuk
meringis keperawatan selama 2. Kaji skala nyeri mengetahui
3x24 jam diharapkan 3. Ajarkan teknik abnormalitas
nyeri dapat teratasi relaksasi tanda vital
Kriteria Hasil: Kolaborasi: 2. Menurunkan
- Klien tampak 1. Berikan stimulus nyeri
tenang analgesic 3. Analgesik
- Skala nyeri: 2-4 sesuai advise akan
dokter mengurangi
rasa nyeri

2. Peningkatan suhu tubuh b/d Tujuan: Mandiri: 1.Untuk


proses inflamasi d/d ibu Setelah dilakukan -Monitor tanda vital menormalkan suhu
klien mengatakan anaknya intervensi -Beri kompres tubuh klien
demam, suhu tubuh diatas keperawatan selama -Anjurkan klien
batas normal 3x24 jam diharapkan minum banyak
peningkatan suhu Kolaborasi:
tubuh dapat teratasi -Beri anti piretik
Kriteria Hasil: sesuai advise dokter
1. Klien tampak
tenang
2. Suhu dalam
batas normal:
36,5-37,20C
3. Intoleransi aktivitas b/d Tujuan: -Monitor tanda vital
kelemahan fisik d/d klien Setelah dilakukan -Anjurkan ibu klien -Menghemat
mengatakan cepat lelah, intervensi bantu klien energy klien
klien tampak lemah dan keperawatan selama beraktifitas
berbaring ditempat tidur. 3x24 jam diharapkan -Berikan bantuan
masalah intoleransi sesuai kebutuhan
aktifitas dapat
teratasi
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat
beraktifitas

5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Hari/Tanggal Jam Impleentasi


1. Nyeri b/d poliartritis d/d klien Rabu, Mandiri:
mengatakan nyeri pada sendi, 02-11-2016 11.00 1. Memonitor tanda vital
klien tampak meringis TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
11.00 2. Mengkaji skala nyeri:
6
3. Mengajarkan teknik
relaksasi: nafas dalam

2. Kolaborasi:
13.00 1. Memberikan
analgesic: ketorolac 1
amp/12 j: drip

2. Peningkatan suhu tubuh b/d Kamis, 03 Mandiri:


proses inflamasi d/d ibu klien November 09.00 -Memonitor tanda vital
mengatakan anaknya demam, 2016 TD: 90/60 mmHg
suhu tubuh diatas batas normal HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
10.00 -Mengompres klien
-Memberi minum air
hangat
12.00
Kolaborasi:
-Memberi anti piretik:
Novalgin 1 amp/12 j

3. Intoleransi aktivitas b/d Kamis, 03 -Memonitor tanda vital


kelemahan fisik d/d klien November 20.00 TD: 90/60 mmHg
mengatakan cepat lelah, klien 2016 HR: 110x/i
tampak lemah dan berbaring RR: 26x/i
ditempat tidur. 20.00 T : 37,8 0C
-Menganjurkan ibu klien
bantu klien beraktifitas
-Memberikan bantuan
sesuai kebutuhan klien
07.00

6. EVALUASI

No. Diagnosa Hari/Tanggal Evaluasi Paraf


1. Nyeri b/d poliartritis d/d Kamis, 03 S: Kien mengatakan
klien mengatakan nyeri November nyeri sendi mulai
pada sendi, klien tampak 2016 berkurang
meringis O: - Klien tampak
tenang
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,2 0C
Skala nyeri: 3
A: Masalah nyeri
teratasi
P:Intervensi dihentikan
2. Peningkatan suhu tubuh Jumat, 04 S: Ibu klien
b/d proses inflamasi d/d November mengatakan demam
ibu klien mengatakan 2016 anaknya mulai turun
anaknya demam, suhu O: - klien tampak
tubuh diatas batas normal tenang
Skala nyeri: 3
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,2 0C
A: Masalah
peningkatan suhu
tubuh teratasi
P: Intervensi
dihentikan
3. Intoleransi aktivitas b/d Jumat, 04 S: Klien mengatakan
kelemahan fisik d/d klien November masih belum bisa
mengatakan cepat lelah, 2016 beraktifitas secara
klien tampak lemah dan mandiri
berbaring ditempat tidur. O: - Klien tampak
dibantu keluarga
dalam beraktifitas
A: Masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan

Anda mungkin juga menyukai