Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

Asuhan Keperawatan pada An. Dengan

ReumatoidHeartDisease (RHD)

OLEH :

OKTAVIANUS DAWA

EUNIKE F.N SUEK

ISAK MARABEN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MARANATHA

KUPANG
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep penyakit
1. Defenisi
2. Anatomi fisiologi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Patway
6. Manifestasi klinis
7. Penatalaksanaan
8. Komplikasi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung reumatik atau Demam Reumatik (DR) adalah suatu sindrom
klinik akibat infeksi streptococcus beta-hemolyticus golongan A, dengan gejala satu
atau lebih gejala mayor yaitu poliartritismigrans akut, karditis, korea, minor,
nodulsubkutan dan eritema marginatum.
Demam reumatik merupakan penyebab utama penyakit jantung didapat pada
anak 5 tahun sampai dewasa muda di negara dengan keadaan lingkungan serta sosial-
ekonomi yang rendah. Insidens yang tinggi bersamaan dengan epidemi infeksi
streptococcusbetahemolycitus golongan A yang tinggi pula. Kira-kira 3% dari pasien
yang mendapat infeksi saluran napas atas karena streptokok tersebut akan mengalami
komplikasi DR atau Penyakit Jantung Reumatik (PJR). Di daerah endemik hanya
0,3% yang diperkirakan akan menderita DR atau PJR (Ngastiyah, 2005).
Penyakit jantung reumatik merupakan bentuk penyakit yang jarang ditemukan
tetapi jika sudah terdiagnosa sangat susah untuk ditangani. Dampak yang terjadi jika
pada anak dengan PJR tidak dilakukan penanganan degan benar maka akan
mengakibatkan terjadinya komplikasi seperti gagal jantung dan bisa berakhir dengan
kematian.
Menurut World HealthOrganization(WHO) tahun 2016 menunjukkan bahwa
prevalensi global penyakit jantung reumatik di Dunia adalah sebesar 100- 10%.
Menurut laporan direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Dit PPTM)
Depkes RI tahun 2004, dari 1.604 penderita PJR yang di rawat inap di seluruh Rumah
Sakit di Indonesia terdapat 120 orang yang meninggal akibat PJR dengan
CaseFatality Rate (CFR) 7,48%.
Berdasarkan masalah keperawatan yang terdapat pada anak dengan penyakit
jantung reumatik adalah masalah penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraksi otot jantung, nyeri akut berhubungan dengan agens cedera
biologis dan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Peran perawat untuk mengatasi masalah keperawatan pada anak dengan
penyakit jantung reumatik pada diagnosa pertama evaluasi adanya nyeri dada
(intensitas, lokasi, radiasi, durasi dan faktor pencetus nyeri), catat adanya disritmia,
tanda dan gejala penurunan curah jantung, Observasi tanda-tanda vital, observasi
adanya dispnea, kelelahan, takipnea, dan ortopnea. Untuk diagnosa kedua kaji secara
komperhensif tentang nyeri, meliputi lokasi, karasteristik dan awitan, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor presipitasi, berikan informasi
tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan,
ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi, kolaborasi pemberian analgetik, untuk
diagnosa ketiga tindakan yang dilakukan oleh perawat yaitu dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaannya tentang keterbatasannya, observasi kardiopulmonal
terhadap aktivitas (misalnya tekanan darah, dan frekuensi pernapasan), motivasi
untuk melakukan periode istirahat dan aktivitas dan mendorong pasien untuk
melakukan aktivitas yang sesuai dengan daya tahan tubuh.
RHD(RheumaticHeartDesease) terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000
kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok
anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin,
lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara
dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih
baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di
Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh
jumlah penderita yang dirawat. Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi
dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40
tahun.

B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mampu membuat Asuhan Keperawatan pada An. dengan penyakit
Jantung Reumatik.
b) Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1) Melakukan pengkajian keperawatan pada An. dengan penyakit jantung
reumatik.
2) Menegakkan diagnosa keperawatan pada An. dengan penyakit jantung
reumatik.
3) Membuat perencanaan keperawatan pada An. dengan penyakit jantung
reumatik.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pada An. dengan penyakit
jantung reumatik.
5) Melakukan evaluasi Keperawatan pada An. J.O dengan penyakit
jantung reumatik.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit
1. Defenisi
Penyakit jantung reumatik (ReumaticHeartDisease) merupakan
penyakit jantung didapat yang sering ditemukan pada anak. Penyakit jantung
reumatik merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat demam
reumatik akut sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta
(25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup
pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat menimbulkan stenosis atau
insufisiensi atau keduanya (Rudolph, 2011).
Penyakit Jantung Rematik (PJR) merupakan gangguan pada jantung
karena katup jantung rusak. Penyakit yang dalam bahasa medisnya disebut
RheumaticHeartDisease (RHD) ini bisa saja disebabkan karena adanya
penyempitan jantung atau kebocoran jantung terutama pada katup mitral
(keadaan ini disebut dengan stenosis katup mitral). Penyempitan dan
kebocoran itu bisa diakibatkan karena gejala sisa dari Demam Rematik
(Wong, 2004).
Penyakit jantung rematik merupakan penyebab terpenting dari
penyakit jantung yang didapat baik pada anak maupun orang dewasa. Penyakit
jantung reumatik adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan
penyokong tubuh terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococushemolitik B group A (Riskesdas, 2018).

2. Anatomi Fisiologi Jantung


a. Anatomi Jantung
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran sebesar
kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke
pembuluh darah dengan kontraksi ritmik dan berulang. Jantung normal
terdiri dari empat ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2
ruang jantung di bawahnya dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai
pompa. Dinding yang memisahkan kedua atrium dan ventrikel menjadi
bagian kanan dan kiri dinamakan septum.
 Batas-batas jantung :
 Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena
cava inferior (VCI).
 Kiri : ujung ventrikel kiri.
 Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil
ventrikel kiri.
 Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis.
 Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir
horizontal sepanjang diafragma sampai apeks jantung.
 Superior : apendiks atrium kiri.

Darah dipompakan melalui semua ruang jantung dengan bantuan


keempat katup yang mencegah agar darah tidak kembali ke belakang dan
menjaga agar darah tersebut mengalir ke tempat yang dituju. Keempat katup
ini adalah katup trikuspid yang terletak di antara atrium kanan dan ventrikel
kanan, katup pulmonal, terletak di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal,
katup mitral yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri dan katup
aorta, terletak di antara ventrikel kiri dan aorta.

Katup mitral memiliki 2 daun (leaflet), yaitu leaflet anterior dan


posterior. Katup lainnya memiliki tiga daun (leaflet).

Jantung dipersarafi aferen dan eferen yang keduanya sistem saraf


simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui
preksus jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV,
serta hanya sedikit menyebar pada ventrikel. Saraf simpatis berasal dari
trunkustoraksik dan servikal atas, mensuplai kedua atrium dan ventrikel.
Walaupun jantung tidak mempunyai persarafan somatik, stimulasi aferen
vagal dapat mencapai tingkat kesadaran dan dipersepsi sebagai nyeri. Suplai
darah jantung berasal dari arteri koronaria. Arteri koroner kanan berasal dari
sinus aorta anterior, melewati diantaratrunkuspulmonalis dan apendiks atrium
kanan, turun ke lekukan A-V kanan sampai mencapai lekukan interventrikuler
posterior. Pada 85% pasien arteri berlanjut sebagai arteri posterior
desenden/posterior decendensartery (PDA) disebut dominan kanan. Arteri
koroner kiri berasal dari sinus aorta posterior kiri dan terbagi menjadi arteri
anterior desenden kiri/ left anterior descenden (LAD) interventrikuler dan
sirkumfleks. LAD turun di anterior dan inferior ke apeksjantung.Mayoritas
darah vena terdrainase melalui sinus koronarius ke atrium kanan. Sinus
koronarius bermuara ke sinus venosussistemik pada atrium kanan, secara
morfologi berhubungan dengna atrium kiri, berjalan dalam celah
atrioventrikuler.

b. Fisiologi Jantung
Jantung dapat dianggap sebagai 2 bagian pompa yang terpisah
terkait fungsinya sebagai pompa darah. Masing-masing terdiri dari
satu atrium-ventrikel kiri dan kanan. Berdasarkan sirkulasi dari kedua
bagian pompa jantung tersebut, pompa kanan berfungsi untuk sirkulasi
paru sedangkan bagian pompa jantung yang kiri berperan dalam
sirkulasi sistemik untuk seluruh tubuh. Kedua jenis sirkulasi yang
dilakukan oleh jantung ini adalah suatu proses yang
berkesinambungan dan berkaitan sangat erat untuk asupan oksigen
manusia demi kelangsungan hidupnya.
Ada 5 pembuluh darah mayor yang mengalirkan darah dari dan ke
jantung. Vena cava inferior dan vena cava superior mengumpulkan
darah dari sirkulasi vena (disebut darah biru) dan mengalirkan darah
biru tersebut ke jantung sebelah kanan. Darah masuk ke atrium kanan,
dan melalui katup trikuspid menuju ventrikel kanan, kemudian ke
paru-paru melalui katup pulmonal.
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami
oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna
merah. Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat
vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri
melalui katup mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri,
dinamakan tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi
maksimal, ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari
atrium kiri akan mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan
segera turun saat ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya
dinamakan tekanan darah diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara
bersamaan, begitu pula dengan kedua ventrikel.
3. Etiologi
Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui, namun penyakit
ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
disebabkan oleh organisme streptococcushemolitik B group A yang
pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada
penilitianmenunjukan bahwa penyakit jantung reumatik terjadi akibat adanya
reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody akan melawan
streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimmune
(Rudolph, 2011).
Faktor predisposisi timbulnya penyakit jantung reumatik adalah :
1) Faktor Individu
a. Faktor Genetik
Pada umumnya terdapat pengaruh faktor keturunan
pada proses terjadinnya penyakit jantung reumatik
meskipun cara pewarisannya belum dipastikan.
b. Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa penyakit jantung
reumatik lebih sering pada anak perempuan dari pada
laki-laki.
2) Faktor Lingkungan
a. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Sanitasi lingkungan yang buruk dengan penghuni
yang padat, rendahnya pendidikan sehingga
pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak
yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang
ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.
b. Iklim geografis
Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah iklim
sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukan
bahwa daerah tropis memiliki insiden yang
tertinggi.
c. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering
mengakibatkan insiden infeksi saluran pernapasan
atas meningkat sehingga mengakibatkan kejadian
penyakit jantung reumatik juga dapat meningkat.

4. Patofisiologi
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului
oleh radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi
streptokokus beta-hemolitikus golongan A, sehingga bakteri termasuk
dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau
asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru
setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung
antara infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel
tenggorok dan merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti.
Beberapa antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat mangadakan
reaksi-antibodi antara zat anti terhadap streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif
maupun proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodulsubkutan
eritema marginatum dan khorea.
Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan
perikarditis.
5. Patway

6. Manifestasi Klinis

a. Tanda-tanda demam reumatik bisanya muncul 2-3 minggu setelah infeksi,


tetapi dapat juga muncul awal minggu pertama atau setelah 5 minggu.
b. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarang terjadi
sebelum umur 4 tahun dan setelah umur 40 tahun.
c. Karditis reumatik dan valvulitis dapat sembuh sendiri atau berkembang
lambat menjadi kelainan katup.
d. Karakteristik lesi adalah adanya reaksi granulomotosa perivaskuler dengan
vaskulitis.
e. Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral, katup aorta pada
30% kasus (tetapi jarang berdiri sendiri), dan mengenai katup pulmonalis
kurang dari5%.
1) Kriteria mayor

a. Karditis merupakan peradangan pada jantung (miokarditis atau


endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral
dan aorta dengan manifestasi terjadi penuruna curah jantung (seperti
hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan denyut jantung meningkat),
bunyi jantung melemah dan terdengar suarah bising katup. Pada
auskultasi akibatstenosisdari katup terutama mitral (bising sistolik),
karditis paling sering menyerang anak dan remaja. Beberapa tanda
karditis, antara lain kardiomegali, gagal jantung kongestif kanan dan kiri
(pada anak yang lebih menonjol sisi kanan), dan regurgitasimitral serta
aorta.
b. Poliatritis Penderita penyakit ini biasanya datang dengan keluhan nyeri
pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi besar. Lutut,
pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (poliatritismigrans),
gangguan fungsi sendi, dapat timbul bersamaan tetapi sering bergantian.
Sendi yang terkena menunjukkan gejala radang yang khas (bengkak,
merah, panas sekitar sendi, nyeri dan disertai gangguan fungsi sendi).
Kondisi ini berlangsung selama 1-5 minggu dan mereda tanpa
deformitasresidual.
c) Khoreasyndenha merupakan gerakan yang tidak disengaja/ gerakan
abnormal, bilateral, tanpa tujuan dan involunter, serta seringkali disertai
dengan kelemahan otot, sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf
pusat. Pasien yang terkena penyakit ini biasanya mengalami gerakan
tidak terkendali pada ekstremitas, wajah dan kerangka tubuh. Hipotonik
akibat kelemahan otot, dan gangguan emosi selalu ada bahkan sering
merupakan tanda dini.
d) Eritema marginatum gejala ini merupakan manifestasi penyakit jantung
reumatik pada kulit berupa bercak merah dengan bagian tengah berwarna
pucat sedangkan tepinya berbatan tegas, berbentuk bulat dan
bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada
batang tubuh dan telapak tangan.
e) Nodulsupkutan. Nodul ini terlihat sebagai tonjolan keras dibawah kulit
tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada
minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Nodul ini
muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendiaan kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebes.
2) Kriteria minor

a) Memang mempunyai riwayat penyakit jantung reumatik

b) Nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada persendian, klien juga
sulit menggerakkan persendian.
c) Deman namun tidak lebih dari 39ᴼ C dan pola tidur tertentu.
d) Leokositosis, peningkatan laju endapan darah (LED).

e) Protein krea (CPR) positif.

f) Peningkatan denyut jantung saat tidur.

g) Peningkatan anti streptolosin O (ASTO).

7. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat, eradikasi kuman
streptokok, penggunaan obat anti radang, dan pengobatan suportif.

a. Istirahat ; bergantung pada ada tidaknya dan berat ringannya karditis.


b. Eradikasi kuman streptokok, untuk negara berkembang WHO
menganjurkan penggunaan benzatin penisilin 1,2 juta IM. Bila alergi
terhadap penisilin digunakan eritromisin 20 mg/kg BB 2x sehari selama
10 hari.
c. Penggunaan obat anti radang bergantung terdapatnya dan beratnya
kardiris. Prednisonhanaya digunakan pada karditis dengan kardiomegali
atau gagal jantung.
d. Pengobatan suportif, berupa diet tinggi kalori dan protein serta vitamin
(terutama vitamin C) dan pengobatan terhadap komplikasi. Bila dengan
pengobatan medikamentosa saja gagal perlu di pertimbangkan tindakan
operasi pembetulan katup jantung.
Demam reumatik cenderung mengalami serangan ulang, maka
perludiberikanpengobatan pencegahan (profilaksis sekunder) dengan
memberikan bezatin penisilin 1,2 juta IM tiap bulan. Bila tidak mau disuntik
dapat diganti dengan penesilin oral 2 x 200.000 U/hari. Bila alergi terhadap obat
tersebut dapat diberikan sulfadiazin 1000 mg/hari untuk anak 12 tahun ke atas,
dan 500 mg/hari untuk anak 12 tahun ke bawah. Lama pemberian profilaksis
sekunder bergantung ada tidaknya dan beratnya karditis. Bagi yang berada di
dalam yang mudah terkena infeksi streptokok dianjurkan pemberian profilaksis
seumur hidup.Secara singkat penanganan demam reumatik adalah sebagai
berikut:
a. Artritis tanpa kardiomegali: Istirahat baring 2 minggu, rehabilitas 2
minggu,obat-obatan anti inflamasi, erdikasi dan profilaksi (seperti yang
diuraikan diatas). Anak boleh sekolah setelah 4 minggu perawatan, olahraga
bebas.
b. Artritis+karditis tanpa kardiomegali: Tirah baring 4 minggu, pengobatan
sepertiyang diuraikan: sekolah setelah 8 minggu perawatan. Olahraga bebas.
c. Karditis+kardiomegali : tirah baring 6 minggu, mobilisasi 6 minggu,
pengobatan seperti yang diuraikan. Sekolah setelah perawatan selama 12
minggu. Olahraga terbatas, hindari olahraga berat dan kompetitif.
d. Karditis + kardimegali + gagal jantung: tirah baring selama ada gagal jantung,
mobilisasi bertahap 12 minggu. Pengobatan seperti yang diuraikan, sekolah
setelah perawatan 12 minggu gagal jantung teratasi. Olahraga di larang
(Ngastiyah, 2005).

8. Komplikasi
1. Gagal jantung pada kasus yang berat.
2. Dalam jangka panjang timbul penyakit demam jantung reumatik.
3. Aritmia.
4. Perikarditis dengan efusi.
5. Pneumonia reumatik.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Penyakit jantung rematik kebanyakan menyerang pada anak-anak dan dewasa hal
ini lebih dikarenakan bakteri streptococcus sering berada di lingkungan yangtidak
bersih.
Penyakit ini lebih sering terkena pada anak perempuan.
a. Identitas Klien : Nama, Umur, Alamat, Pendidikan
b. Riwayat Kesehatan : Demam, nyeri, dan pembengkakkan sendi
c. Riwayat penyakit dahulu : Tidak pernah mengalami penyakit yang
sama, hanyademam biasa
d. Riwayat penyakit sekarang : Kardiomegali, bunyi jantung muffleddan
perubahan EKG
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat kesehatan lingkungan
 Keadaan sosial ekonomi yang buruk
 Iklim dan geografi
 Cuaca
g. Imunisasi
h. Riwayat nutrisi
Adanya penurunan nafsu makan selama sakit sehingga dapat
mempengaruhi status nutrisi berubah.

Pemeriksaan fisik Headto Toe :

a. Kepala :Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, scleraanemis,


terdapat napas cuping hidung, membran mukosa mulut pucat.
b. Kulit : Turgor kulit kembali setelah 3 detik, peningkatan suhu tubuh
sampai 39ᴼC.
c. Jantung
 Inspeksi : iktuskordis tampak
 Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
 Perkusi : redup
 Auskultasi : terdapat murmur, gallop
d. Abdomen
 Inspeksi perut simetris
 Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomigali
 Perkusi tympani
 Auskultasi bising usus normal
e. Genetalia : Tidak ada kelainan
f. Ekstermitas : Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada
gerakan yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan
otot.
g. Data fokus yang didapat antara lain :
 Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari
39ᴼCnamun tidak terpola.
 Adanya riwayat infeksi saluran napas.
 Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada
berdebardebar.
 Nyeri abdomen, mual, anoreksia, dan penurunan hemoglobin.
 Arthralgia, gangguan fungsi sendi.
 Kelemahan otot.
 Akral dingin.
 Mungkin adanya sesak.
h. Pengkajian data khusus :
 Karditis : takikardi terutama saat tidur, kardiomegali, suara
sistolik, perubahan suara jantung, perubahan Elektrokardiogram
(EKG), nyeri prekornial, leokositosis, peningkatan Laju endap
darah (LED), peningkatan Anti Streptolisin (ASTO).
 Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar pada
sendi lutut, siku, bahu, dan lengan (gangguan fungsi sendi).
 Nodulsubkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak
dan bergerak bebas. Biasanya muncul sesaat dan umumnya
langsung diserap. Terdapat pada permukaan ekstensor
persendian.
 Khorea : pergerakan ireguler pada ekstremitas, infolunter dan
cepat, emosi labil, kelemahan otot.
 Eritema marginatum : bercak kemerahan umum pada batang
tubuh dan telapak tangan, bercak merah dapat berpindah lokasi,
tidak parmanen, eritema bersifat non-pruritus (Aspiani, 2010).

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.Ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri dada.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.Ditandai dengan pasien mengeluh tidak ada nafsu
makan.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

TUJUAN(LUARAN
No TANGGAL DIAGNOSIS DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
1 21 Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Intervensi 1: Menejemen
oktober berhubungan dengan keperawatan selama 1 hari, nyeri
2020 agens cedera biologis.D maka kontrol nyeri menurun
Tindakan observasi :
itandai dengan pasien dengan kriteria hasil :
 Identifikasi skla nyeri
mengeluh nyeri dada.  Keluhan nyeri
 Identifikasi lokasi
menurun
,karakteristik,durasi,frek
 Kemampuan
uensi,kualitas dan
mengenali penyebab
intensitas nyeri
nyeri meningkat
 Identifikasi respon nyeri
 Melaporkan nyeri
non verbal
terkontrol meningkat

Tindakan terapeutik :
 Berikan
teknin nonfarmakologis 
untuk mengurangi rasa
nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Fasilitas istrahat dan
tidur
 Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemlihan strategi
meredakan nyeri
Tindakan edukasi :
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
 Anjurkan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
 Jelaskan
penyebab,periode,dan
pemicu nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
analgetik jika perlu

Intervensi 2: Pemberian
analgesik

Tindakan Obesrvasi

Identifikasi  karateristik
nyeri
Identivikasi riwayat alergi
obat
Identivikasi kesesuaian
jenis analgesik
Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Tindakan Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk
mencapai analagesia
optimal, jika perlu
 Pertimbangkan
penggunaan infus
untuk mengoptimalkan
respon pasien
 Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesik
dan efek yang tidak
diinginkan
Tindakan Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan
efek samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemeberian
jenis analgesiksesuai
indikasi

2 22 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi Intervensi 1:Menejemen


oktober nutrisi kurang dari keperawatan selama 1 hari, gangguan makan
2020 kebutuhan tubuh maka status nutrisi membaik
Tindakan observasi :
berhubungan dengan Dengan kriteria hasil :
 monitor asupan dan
anoreksia. Ditandai  Kekuatan otot menelan
keluarnya makanan dan
dengan pasien makanan meningkat
cairan serta kebutuhan
mengeluh tidak ada  Nafsu makan membaik
kalori
nafsu makan.  frekuensi makanan membaik
Tindakan terapeutik :
 Timbang berat badan secara
rutin
 Diskusikan perilaku makan
dan jumlah aktifitas
fisik yang sesuai
 Berikan penguatan positif
terhadap keberhasilan
target dan perubahan
perilaku
 Berikan konsekuensi jika
tidak mencapai targrt
sesuai kontrak
 Rencanakan program
pengobatan untuk
perawatan dirumah

Edukasi :

 Ajurkan membuat catatan


harian tentang perasaan
dan situasi memicu
pengeluaran makanan
 Ajarkan pengaturan diet
yang tepat
 Ajarakarn ketrampilan
koping untuk
penyelesaian masalah
perilaku makanan.

Kolaborasi :

 Klaborasi dengan ahli gisi


tentang target berat
badan ,kebtuhan
kalori dan pilihan
makanan
Intervensi 2:Menejemen
Nutrisi
Tindakan observasi :
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi makanan yang
disukai
 Identifikasi jenis kalori dan
nutrien
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan

Terapeutik :

 Lakukan oral hygiene


sebelum makan,jika
perlu
 sajikan makan secara
menarik dan suhu
yang sesuai
 berikan makanan yang
tinggi kalori dan
protein
 berikan suplemen
makanan , jika perlu

Edukasi :

 ajukan posisi duduk jika


mampu
 ajarkan diet yang
diprogramkan

kolaborasi

 kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan , jika perlu
 kolaborasi dengan ahli gisi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrien yang
dibutuhkan , jika
perlu

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
RheumaticHeartDisease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan
pembuluh darah oleh organisme streptococcushemolitic-b grup A.
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya
timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus golongan A,
mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat menyebabkan gejala sisa pada
jantung khususnya katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas bagian
atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus golongan A,
sehingga kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau asimtomatik,
diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru setelah itu timbul
gejala-gejala demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara
adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik.
Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticusgroup A yang menyebabkan
seseorang mengalami demam rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada
saluran tenggorokan, dikarenakan penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah
terarah menyebabkan racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah
dan mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup
mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut sehingga
kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih
adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang terlintas dari
Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang. Misalnya pemberian obat
antibiotika penicillin secara oral atau benzathinepenicillin G. Pada penderita yang
allergi terhadap kedua obat tersebut, alternatif lain adalah pemberian erythromycin
atau golongan cephalosporin. Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah
Cortisoneand Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim Medis
akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi seperti gagal
jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan diberikan diet bergizi
tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan
mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan
antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya
atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik.

B. SARAN
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcushemoliticus dan mengalami
demam reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotika, hal ini
untuk menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya bahkan menyebabkan
penyakit jantung reumatik.

DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, Y. R (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular Aplikasi NIC & NOC. Jakarta. EGC
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Riset Kesehatan Daerah. Jakarta

NANDA. (2015). Diagnosa keperawatan definisi dan Klasifikasi 2015-2017


Edisi 10. Jakrta: EGC
Ngastiyah. (2005). Penyakit Jantung Edisi 2. Jakarta: EGC

Rudolph, A. A (2011). Penyakit Jantung Rematik dan Demam Rematik.


Medan. FK USU.
Swanson, M. (2013). NursingOutcomeClassification Ed.5. Missouri:
ElseiverMosby

Wahab, S. (2010). Penyakit Jantung . Jakarta. EGC

Wong, D. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan . Jakarta: EGC

Wagner, B. (2013). NursingInterventionClassification Ed 6. Missouri: Elseiver

Mosby

Anda mungkin juga menyukai